• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Negeri Makassar, Jl. Dg Tata Raya Makassar, Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Negeri Makassar, Jl. Dg Tata Raya Makassar, Makassar"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Model Pembelajaran Siklus Belajar 5e Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Peserta Didik Kelas XIMs 5 Sma Negeri 3 Lau Maros

(Studi pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia)

The Implementation of 5Es Learning Model to Enhance Learning Activity of Student Grade XI MS 5on SMA Negeri 3 Lau Maros

(Study on Chemical Equilibrium Subject Matter)

1)

Sahera Sukur, 2)Maryono, 3)Sudding 1, 2, 3)

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar, Jl. Dg Tata Raya Makassar, Makassar 90224

Email: Saherasukur92@gmail.com ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas XI MS 5 SMA Negeri 3 Lau Maros melalui model pembelajaran SB 5E.Secara garis besar terdapat empat tahapan PTK, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus.Data hasil penelitian menunjukkan bahwa langkah-langkah yang diterapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik Kelas XI MS 5 SMA Negeri3 Lau Maros. Langkah-langkah tersebut yaitu: (1) Lebih selektif dalam menentukan tema pemberian motivasi sehingga peserta didik dapat termotivasi untuk melakukan perbaikan dalam pembelajaran; (2) Penggunaan media

pembelajaran berupa video dan flash lebih dominan dalam

memberikan materi pembelajaran; (3) Menunjuk peserta didik yang memiliki kemampuan kognitif untuk membantu teman kelompoknya dalam menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya; (4) Memberikan pembimbingan khusus dengan cara mendatangi

kelompok-kelompok pada fase explore dan elaboration; (5) Menunjuk

perwakilan dari kelompok untuk memberikan jawaban atas pertanyaan guru.Aktivitas dan hasil belajar peserta didik setelah menerapkan model pembelajaran siklus belajar 5E meningkat dari siklus I ke siklus II.

Kata kunci: SB 5E, Aktivitas belajar, Kesetimbangan kimia

ABSTRACT

This classroom action research (CAR) aims to enhance the learning activity of the Class XI MS 5Student of SMANegeri 3 Lau Maros through 5EsLC model. In general, there are four stages of CAR, (1) planning, (2) action, (3) observation and (4) reflection. The research was done in two cycles. The result showed that the 5EsLC model could enhance the student‟s learning activity. The steps are: (1) More selective in determine the motivation theme so the student could be motivated to improve their study; (2) The useful of learning media such as learning video and macromedia flash more dominant; (3) The smart student was asked to help the other student in the group to solve

(2)

the difficulties; (4) special guidance was done by visiting each group in explore and elaboration phase; (5) One of the student in each group was asked to give answer for teacher‟s questions. The student‟slearning activityand achievement after the implementation of 5Es LC has been increased from first cycle to second cycle.

Keywords: 5Es LC, Learning activity, Chemical equilibrium

PENDAHULUAN

Kegiatan peserta didik yang aktif dalam mengonstruksi pengetahuan, mengolah data, bertanya dan mencerna bahan dengan kritis dapat membantu peserta didik dalam menguasai bahan pelajaran dengan baik (Piaget dalam Suparno, 2006).Mata pelajaran kimia khususnya materi kesetimbangan kimia merupakan mata pelajaran yang memiliki teori-teori, konsep-konsep dan perhitungan-perhitungan untuk menjelaskan tentang kesetimbangan kimia.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas XI MS 5 SMA Negeri 3 Lau Maros dan hasil wawancara dengan guru kimia yang mengampu mata pelajaran di kelas tersebut, diketahui bahwa kenyataan yang terjadi di kelas tersebut masih belum ideal disebabkan oleh aktivitas belajar peserta didik masih relatif rendah. Guru kimia tersebut memberikan informasi bahwa kelas XI MS 5 memiliki peserta didik yang cenderung pasif daripada kelas yang lain dimana ≥50% dari peserta didik kelas tersebut cenderung tidak aktif di kelas dan berdasarkan data tes hasil belajar peserta didik untuk mata pelajaran kimia terdapat hanya 33.3% dari peserta didik yang tuntas. Hal ini juga terlihat pada saat observasi, tampak pada proses belajar mengajar di kelas dimana hanya beberapa orang peserta didik saja yang aktif dan sebagian besar

diantara mereka tampak tidak aktif dalam bertanya, menanggapi pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan berdiskusi. Kegiatan Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas masih berpusat pada guru dengan menerapkan model pembelajaran konvensional.

Sehubungan dengan itu sebagai alternatif untuk meningkatkan aktivitas peserta didik dalam mengatasi permasalahan di atas adalah menerapkan model pembelajaran siklus belajar 5E.Model pembelajaran siklus belajar 5E ini dapat menjadikan peserta didik lebih berperan aktif dalam setiap fase-fasenya yaitu yang terdiri dari fase engage yang dapat menimbulkan rasa ingin tahu peserta didik dengan pengajuan beberapa pertanyaan, demonstrasi atau pengenalan materi pembelajaran, fase explore yang dilakukan dalam kelompok kecil dan secara umum untuk mengamati dan mengeksplor secara individu lebih jauh tentang materi pembelajaran, fase explain di mana peserta didik menjelaskan tentang konsep atau pemahaman awal mereka tentang materi pembelajaran, fase elaboration yang bertujuan untuk memperluas pengetahuan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran dan fase evaluate di mana peserta didik dievaluasi tahap pemahamannya dalam materi pembelajaran.

(3)

Model siklus belajar ini dapat menyelesaikan masalah dalam mengajar ilmu pengetahuan alam dengan dukungan bahwa model ini dapat memfasilitasi peserta didik dalam belajar secara efektif dan mengorganisir ilmu pengetahuan dengan bermakna (Ajaja, 2012).

Penggunaan pembelajaran 5E ini dapat memperluas pengalaman peserta didik dalam belajar sehingga dapat meningkatkan pandangan prospektif guru dan meningkatkan keberhasilan diri peserta didik (Temel, 2005) dan model pembelajaran ini juga berfungsi penting dalam menjadikan peserta didik berperan dalam kelas dan guru hanya sebagai fasilitator, peserta didik cenderung berkesempatan dalam membangun konsep dalam materi kimia berdasarkan pandangan mereka masing-masing (Opara, 2013).

Menurut Anton M. Mulyono, aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas (Mulyono, 2001). Piaget dalam Sardiman (2011), jika seorang anak berpikir tanpa melakukan sesuatu, berarti anak itu tidak berpikir.

Aktivitas belajar peserta didik tergolong sebagai berikut: (1) Visual Activities; (2) Oral Activities; (3) Listening Activities; (4) Writing Activities; (5) Drawing Activities; (6)

Motor Activities; (7) Mental

Activities dan (8) Emotional

Activities.

Materi kesetimbangan kimia memerlukan pemahaman peserta

didik dan keterampilan dalam menyelesaikan reaksi-reaksi kimia, perhitungan konsentrasi, faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan kimia dan perhitungan-perhitungan lainnya.

Penelitian ini pada prinsipnya bertujuan untuk mengetahui langkah-langkah penerapan model siklus belajar 5E yang dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas XI MS 5 SMA Negeri 3 Lau Maros (Studi pada materi pokok Kesetimbangan Kimia).

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) berdasarkan pada model

Kemmis dan Mc.Taggart dengan

tahapan-tahapan pelaksanaan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan dan refleksi.

Subyek pada penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MS 5 SMA Negeri 3 Lau Maros berjumlah 33 peserta didik.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Lau Maros Kabupaten Maros. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2014/2015 semester ganjil pada bulan November hingga Desember 2014.

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar peserta didik dan tes hasil belajar peserta didik pada setiap siklus. Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: (1) Lembar observasi aktivitas peserta didik untuk mengukur aktivitas peserta didik dan (2) Tes hasil belajar untuk mengukur hasil belajar peserta

(4)

didik. Untuk menjamin validitas isi, dilakukan dengan menyusun kisi-kisi dan telah divalidasi oleh ahli.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Data observasi aktivitas belajar peserta didik setiap siklus ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Peningkatan Aktivitas Belajar Peserta Didik Kelas XI MS 5 SMAN 3 Lau Maros

Siklus Persentase Nilai (%) Kategori Siklus I 61 Baik 36 Cukup 3 Kurang Siklus II 3 94 3 Sangat Baik Cukup Kurang

Aktivitas belajar peserta didik telah mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II setelah menerapkan beberapa langkah perbaikan dari model pembelajaran siklus belajar 5E yaitu pada siklus I sebanyak 61% peserta didik tergolong dalam kategori baik, 36% peserta didik tergolong dalam kategori cukup dan 3% peserta didik tergolong dalam kategori kurang sedangkan pada siklus II sebanyak 3% peserta didik tergolong dalam kategori sangat baik, 94% peserta didik tergolong dalam kategori baik dan 3% peseta didik tergolong dalam kategori cukup.

Ketuntasan setiap peserta didik telah meningkat dari siklus I ke siklus II. Peningkatan tersebut dapat

dilihat melalui hasil belajar peserta diidk pada Tabel 2.

Tabel 2. Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI MS 5 SMAN 3 Lau Maros Siklus Persentase Nilai (%) Kategori Siklus I 39 Tuntas 71 Tidak Tuntas Siklus II 70 Tuntas 30 Tidak Tuntas Hasil belajar peserta didik turut meningkat seiring meningkatnya aktivitas belajar peserta didik dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I sebanyak 39% peserta didik dalam tergolong dalam kategori tuntas dan 71% peserta didik tergolong dalam kategori tidak tuntas sedangkan 70% peserta didik tergolong dalam kategori tuntas dan 30% tergolong dalam kategori tidak tuntas.

B. Pembahasan

Pada siklus I penelti yang sekaligus guru telah menerapkan model pembelajaran siklus belajar 5E dalam mengajar materi pokok kesetimbangan kimia pada peserta didik kelas XI MS 5.

Pada Fase Engage guru memberikan motivasi kepada peserta didik dengan tujuan agar perserta didik dapat termotivasi dalam memperbaiki proses pembelajaran.

Data obsevasi aktivitas peserta didik pada pertemuan pertama fase Explore dan catatan lapangan pada pertemuan pertama,

(5)

peserta didik belum bisa bekerjasama dengan baik dengan teman sekelompoknya. Hal ini karena mereka baru mulai untuk beradaptasi dengan anggota kelompok yang baru, oleh karena itu pada siklus II peneliti ingin membangun kerjasama antar anggota dalam tiap kelompok dengan menetapkan tema motivasi „Kerjasama Kelompok‟ pada pertemuan pertama siklus II sehingga peserta didik dapat termotivasi untuk membangun kerjasama yang baik dalam kelompok mereka masing-masing. Hal ini memberikan dampak yang positif kepada peserta didik dimana data observasi peserta didik menunjukkan bahwa peserta didik telah mampu bekerjasama dengan baik dalam kelompoknya.

Data observasi peserta didik pada pertemuan pertama hingga ketiga siklus I pada fase Engage, Explore, Explain, dan Elaboration serta catatan lapangan pertemuan pertama hingga ketiga menunjukkan bahwa kurangnya peserta didik dalam memberikan pertanyaan tentang apa yang tidak dipahaminya, memberikan pendapat dan tanggapan. Untuk mengatasi hal ini peneliti memberikan motivasi kepada peserta didik dengan tema „Cara Kerja Otak‟ pada pertemuan kedua siklus II untuk memberikan informasi kepada peserta didik tentang bagaimana mereka belajar dan cara pemprosesan informasi yang dilakukan oleh otak sehingga menimbulkan semangat kepada peserta didik untuk belajar dengan bersungguh-sungguh dan aktif dalam bertanya ataupun berdiskusi. Hal ini memberikan dampak yang positif kepada peserta didik dimana data observasi peserta didik pada siklus II,

frekuensi peserta didik yang bertanya dan berdiskusi telah mengalami peningkatan dari siklus I.

Pada pertemuan ketiga siklus II peneliti memberikan motivasi kepada peserta didik dengan tema „Sikap Baik‟. Hal ini merujuk pada data observasi peserta didik dan catatan lapangan yang menunjukkan bahwa frekuensi bertanya dan menanggapi peserta didik masih kurang yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman peserta didik dalam materi pembelajaran. Tema motivasi „Sikap Baik‟ yang diberikan oleh peneliti bertujuan agar peserta didik yang dapat memahami pembelajaran bisa mengajar teman kelompoknya yang berada dalam kesulitan memahami materi pembelajaran. Tema motivasi ini juga dapat meningkatkan sikap afektif peserta didik.

Pada Fase Engage peneliti juga memberikan materi tentang materi pokok kesetimbangan kimia. Data observasi siklus I pada pertemuan pertama hingga ketiga peserta didik kurang memberikan perhatian ketika peneliti menyampaikan materi pembelajaran dan kurangnya peserta didik yang membuat catatan-catatan kecil. Data catatan lapangan pada pertemuan pertama menunjukkan peneliti menyadari bahwa peserta didik lebih memusatkan perhatian ketika peneliti menyampaikan materi pembelajaran menggunakan video pembelajaran daripada tidak menggunakan video pembelajaran. Peneliti melakukan perbaikan pada langkah tersebut dengan memaksimalkan penggunaan video pembelajaran dalam memberikan materi pembelajaran dan juga menggunakan media

(6)

pembelajaran berupa macromedia flash untuk menarik minat peserta didik. Data observasi peserta didik pada siklus II menunjukkan bahwa masalah ini sudah dapat diatasi.

Pada fase Explore, peserta didik ditugaskan untuk mencari informasi dan jawaban atas topik yang telah diberikan oleh peneliti untuk diselesaikan. Kerjasama kelompok yang belum maksimal pada siklus I telah dapat diatasi dengan pemberian motivasi yang bertemakan kerjasama kelompok. Berdasarkan catatan lapangan pada pertemuan pertama hingga ketiga menunjukkan bahwa peserta didik mengalami kesulitan dalam menyelesaikan jawaban topik yang telah diberikan oleh peneliti. Hal ini disebabkan oleh peserta didik belum pernah diajar menggunakan model pembelajaran siklus belajar 5E sehingga peserta didik belum bisa beradaptasi dengan baik terhadap langkah-langkah pembelajaran dan kesulitan dalam menyelesaikan topik. Kesulitan peserta didik dapat diatasi dengan memperbaiki cara pemberian materi pembelajaran pada fase

Engage yaitu dengan

memaksimalkan penggunaan video pembelajaran dan macromedia flash sehingga peserta didik dapat memberi perhatian lebih dan dapat memahami materi pembelajaran dengan mudah.

Peneliti juga meminta pada peserta didik yang memiliki kemampuan kognitif mengacu pada data observasi aktivitas peserta didik dan nilai tes hasil belajar pada siklus I untuk membantu temannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas kelompok. Kesulitan tersebut juga dapat diatasi

dengan adanya bimbingan peneliti yang mendatangi tiap kelompok untuk mengetahui perkembangan dan kesulitan tiap kelompok. Data observasi fase Explore pada siklus II telah menunjukkan peningkatan dari siklus I dimana peserta didik dapat mengurangi kesulitan mereka dalam menyelesaikan tugas kelompok.

Pada fase Explain, peserta didik diminta untuk menyajikan informasi dan jawaban atas topik yang telah diberikan sebelumnya dan peserta didik juga diberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang topik tersebut. Data observasi pada siklus I pertemuan pertama hingga ketiga menunjukkan rendahnya partisipasi peserta didik dalam menyajikan hasil informasi mereka tentang topik yang telah diberikan dan rendahnya partisipasi mereka dalam berdiskusi juga berdasarkan catatan lapangan pertemuan pertama bahwa peserta didik kurang percaya diri dalam bertanya ataupun memberikan jawaban sehingga peneliti menetapkan langkah untuk mengatasi masalah ini dengan menunjuk perwakilan dari tiap-tiap kelompok untuk menjawab pertanyaan guru atau temannya sehingga rasa percaya diri peserta didik dapat diasah dan ditingkatkan. Data observasi pada siklus II telah mengalami peningkatan dari siklus I.

Pada Fase Elaboration, peserta didik diberikan pengalaman baru dalam mendalami materi pembelajaran yaitu dengan melaksanakan praktikum dan mengerjakan soal-soal. Data observasi pada siklus I menunjukkan bahwa kurangnya partisipasi peserta didik dalam menyajikan hasil percobaan atau jawaban soal dan

(7)

kurangnya partisipasi peserta didik dalam berdiskusi. Peneliti berasumsi bahwa masalah ini berpunca dari keterampilan peserta didik dalam mengerjakan praktikum atau soal sehingga mempengaruhi semangat peserta didik dalam menyajikan hasil percobaan atau jawaban soal dan dalam berdiskusi sehingga peneliti menetapkan langkah untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melakukan pembimbingan khusus dengan cara mendatangi tiap kelompok untuk mengetahui perkembangan dan kesulitan peserta didik. Hal ini telah dapat diatasi dengan meningkatnya aktivitas peserta didik pada fase ini.

Pada fase Evaluate, peserta didik diminta untuk membuat kesimpulan tentang materi pelajaran yang telah dipelajarinya. Data observasi aktivitas peserta didik pada fase ini menunjukkan kurangnya peserta didik yang aktif dalam memberikan kesimpulan sehingga peneliti berinisiatif untuk mengatasi masalah ini adalah peneliti harus menunjuk perwakilan dari setiap kelompok untuk memberikan kesimpulan tentang materi pembelajaran yang telah dipelajari sehingga kepercayaan diri peserta didik dapat ditingkatkan dan peserta didik selalu aktif dalam membuat kesimpulan. Data observasi peserta didik pada sikluss II juga telah menunjukkan peningkatan dari siklus I.

Seiring dengan naiknya aktivitas belajar peserta didik maka hasil belajar peserta didik juga meningkat. Hal ini didukung oleh teori Piaget dalam Sardiman (2000), jika peserta didik mampu beraktivitas dengan cara menggerakkan fisiknya,

berfikir dan mengkonstruksi pengetahuannya maka ia dapat memahami materi pembelajaran dengan baik.

KESIMPULANDAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan langkah-langkah perbaikan yang telah dilakukan pada siklus II, maka penelitian dilakukan hingga siklus II dimana telah terjadi peningkatan aktivitas belajar peserta didik dan hasil belajar peserta didik dari siklus I ke siklus II.

Adapun langkah-langkah perbaikan yang dilakukan adalah sevagai berikut: (1) Lebih selektif dalam menentukan tema pemberian motivasi yang mengacu pada data aktivitas peserta didik sehingga peserta didik dapat termotivasi untuk melakukan perbaikan dalam pembelajaran pada fase Engage; (2) Penggunaan media pembelajaran berupa video dan flash lebih dominan dalam memberikan materi pembelajaran pada fase Engage; (3) Menunjuk peserta didik yang memiliki kemampuan kognitif untuk membantu teman kelompoknya dalam menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya pada fase

Explore dan Elaborate; (4)

Memberikan pembimbingan khusus dengan cara mendatangi kelompok-kelompok pada fase Explore dan

Elaborate dan (5) Menunjuk

perwakilan dari setiap kelompok untuk memberikan jawaban atas pertanyaan guru pada fase Explain dan Evaluate.

B. Saran

Berdasarkan pengalaman yang dihadapi selama melakukan penelitian, maka saran yang dapat

(8)

disampaikan adalah sebagai berikut: (1) Guru sebaiknya dapat mengatur waktu dengan baik sehingga proses pembelajaran dapat dimaksimalkan; (2) Guru sebaiknya memberikan latihan yang banyak kepada peserta didik untuk meningkatkan pemahaman peserta didik dan (3) Peneliti sebaiknya mendalami kekurangan-kekurangan model pembelajaran siklus belajar 5E sehingga pada penerapannya dapat meminimalisir kekurangan-kekurangannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ajaja, P.O. 2012. “Effects of 5E Learning Cycle on Student‟s Achievement in Biology and Chemistry”. Cypriot Journal of Educational Science. Vol 7, Issue 3, Page: 244-262.

Kemmis, S. et.al. 2014. The Action Research Planner. USA: Springer.

Mulyono, M.A. 2001. Aktivitas Belajar. Bandung: Yrama.

Opara, F. & Waswa P. 2013. “Enhancing Students‟ Achievement in Chemistry through the Piagetian Model: The Learning Cycle”. International Journal for Cross-Disciplinary Subjects in Education (IJCDSE). Vol 4, Issue 4, Page 1270-1278. Rusman. 2013. Model-Model

Pembelajaran Mengembangkan

Profesionalisme Guru Edisi Kedua. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Sardiman, A.M. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.

Temel, S. & Yilmaz A. 2005. “Use of the Learning Cycle Model in the Teaching of Chemical Bonding and an Investigation of Diverse Variables in Prediction of Achievement”. International Journal of Education and Research. Vol.1, No. 5, Page 1-14.

Gambar

Tabel  2.  Peningkatan  Hasil  Belajar

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa hasil pengujian yang menemukan adanya pengaruh dari struktur aktiva terhadap struktur modal dari perusahaan consumer goods yang Terdaftar di BEI

Setiap anggota kelompok mendapatkan subbab agar semua anggota kelompok mendapatkan tugas untuk menemukan struktur pembangun dan nilai moral yang terdapat dalam

Berdasarkan hasil penelitian campuran aspal beton dengan penggunaan bahan tambah filler abu marmer dan abu sekam dapat disimpulkan sebagai berikut: Dari kadar aspal rencana

Secara umum inflasi bulan Juni di sumbangkan oleh naiknya indeks sebagian besar komoditas kecuali tiga kelompok yang justru mengalami penurunan yaitu kelompok

Alma (2016) menyatakan bahwa lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi seseorang untuk menjadi wirausaha dapat dilihat dari faktor pekerjaan orang tua.Apabila

Sebagai wujud nyata pemerintah Kota Makassar dalam hal pemberantasan buta aksara baca tulis Alqur’an, maka pihak Kota Makassar bekerja sama dengan pihak UIN Alauddin

Simulasi eksisting juga dilakukan selama 24 jam, sehingga dapat terlihat perbedaan pola sebaran sisa klor bebas pada jaringan distribusi IPA Sungai Lulut PDAM Bandarmasih

CTRL+SHIFT+F6 Pindah ke jendela dokumen yang lain (jika pada saat bersamaan, membuka lebih dari satu file Word). CTRL+SHIFT+F7 Mengupdate informasi-informasi yang saling