• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARAHAN PEMANFAATAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN FAKTOR KEBENCANAAN (Wilayah Studi Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARAHAN PEMANFAATAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN FAKTOR KEBENCANAAN (Wilayah Studi Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

ARAHAN PEMANFAATAN LOKASI PERUMAHAN

BERDASARKAN FAKTOR KEBENCANAAN

(Wilayah Studi Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah)

Agisti Amelia Putri1), Haryani2), Tomi Eriawan3)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta, Padang

E-mail : agistiameliaputri@ymail.com, irharyanimtp@yahoo.com, tomi_slingka@ymail.com

Abstrak

Tujuan Studi dari penelitian ini adalah menghasilkan arahan pemanfaatan lokasi perumahan di Kelurahan Balai Gadang berdasarkan faktor kebencanaan. Kelurahan Balai Gadang merupakan salah satu kelurahan terluas yang terletak di Kecamatan Koto Tangah dan sebagian besar kawasan didominasi oleh perbukitan serta memiliki dua sungai besar yaitu Batang Kandih dan Batang Air Dingin. Kondisi fisik inilah yang menjadi faktor utama penyebab kebencanaan di wilayah studi. Bencana yang paling rentan terjadi adalah bencana banjir dan longsor. Pemetaan daerah rawan bencana dilakukan dengan penginderaan jauh dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Peta yang digunakan adalah Peta Kelerengan, Peta Jenis Tanah, Peta Gunalahan dan Peta Curah Hujan dengan skala 1:25.000. Metode yang digunakan dalam analisa ini adalah dengan meng-overlay beberapa peta parameter tersebut, setelah itu memberikan bobot dan nilai pada masing-masing variabel dan kriteria. Adapun tingkatan kerawanan bencana dibedakan atas 3 (tiga) tingkatan yaitu kerawanan tinggi, kerawanan sedang, dan kerawanan rendah. Hasil penelitian menunjukan bahwa arahan pemanfaatan lokasi perumahan di Kelurahan Balai Gadang adalah 541,798 Ha atau sekitar 6,86 % dari luas wilayah Kelurahan Balai Gadang.

Kata Kunci : Perumahan, Bencana, Banjir, Longsor

Pembimbing I Pembimbing II

(2)

2

REFERRAL UTILIZATION IN RESIDENTIAL LOCATION

BASED FACTORS OF DISASTER

(Study Area Balai Gadang Village, District of Koto Tangah)

Agisti Amelia Putri1), Haryani2), Tomi Eriawan3)

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta, Padang

E-mail : agistiameliaputri@ymail.com, irharyanimtp@yahoo.com, tomi_slingka@ymail.com

Abstrak

The purpose of this research study is to produce a Referral Utilization in residential location base area Balai Gadang Village on factors of disaster. The Balai Gadang village is one of the largest village located in the district of Koto Tangah and most of the area is dominated by hills and two big rivers namely Batang Kandih and Batang Aie Dingin. Physical condition which is the main factor causing disaster in the study area. The most vulnerable disaster occurs is flood and landslide. Mapping of disaster prone areas by remote sensing using Geographic Information Systems (SIG). Map used is map Slope, Soil type map, land use map and rainfall map with scale 1:25.000. The method used in this analysis is by clicking on the map overlay some of the parameters, after that give weight and value of each variable and criteria. The level of vulnerability to disasters divided into three (3) levels, namely severe impact, moderate impact, and low vulnerability. The results showed that the use of the landing location of housing in the Village Hall Tower is 541,798 Ha, or approximately 6.86% of the area of the Balai Gadang village.

(3)

3

PENDAHULUAN

Manusia tidak pernah lepas dari segala masalah yang berhubungan dengan tempat dimana manusia itu tinggal dalam kehidupannya sehari – hari. Bagi manusia, tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar disamping kebutuhan akan pangan dan sandang. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya. Berdasarkan Perda No.4 Tahun 2011 tentang Pemindahan Pusat Pemerintahan Kota Padang dari Wilayah Kecamatan Padang Barat ke Wilayah Kecamatan Koto Tangah memicu perkembangan wilayah ke arah Timur Kota salah satunya adalah Kelurahan Balai Gadang. Dampak utama yang dirasakan adalah kegiatan pembangunan seperti perumahan.

Selain potensi yang dimiliki permasalahan yang dihadapi di kawasan penelitian saat ini adalah arah perkembangan perumahan di Kecamatan Koto Tangah belum mengalami pemerataan, sebelum terjadi bencana gempa bumi dan isu gelombang tsunami perkembangan perumahan di Kecamatan Koto Tangah mengarah pada Kelurahan Parupuk Tabing, Kelurahan Pasir Nan Tigo dan Kelurahan Padang

Sarai, dibuktikan dengan banyaknya komplek perumahan yang dibangun di kelurahan tersebut dengan adanya faktor kebencanaan tersebut maka pengembangan perumahan di Kecamatan Koto Tangah akan mengalami perubahan cenderung meninggalkan kawasan pesisir pantai, dan mengarah ke bagian Timur salah satunya di kawasan studi Kelurahan Balai Gadang.

Diketahui kondisi Fisik Bagian Timur Kelurahan Balai Gadang sebagian besar adalah perbukitan yang termasuk kedalam kawasan lindung dan penyangga dan di apit oleh dua sungai besar yaitu Batang Aie Dingin dan Batang Kandis sehingga ancaman bencana pun masih rentan terjadi seperti banjir dan longsor. Serta alokasi terbesar lahan adalah kawasan lindung dikhawatirkan didalam pengembangan perumahan dimasa akan datang penduduk secara perlahan memanfaatkan kawasan lindung sehingga menimbulkan masalah kebencanaan lebih banyak lagi oleh karena itu perlu adanya Arahan Pemanfaatan Lokasi Perumahan Berdasarkan Faktor Kebencanaan sehingga diharapkan pembangunan dan pengembangan perumahan dimasa yang akan datang dapat menciptakan keharmonisan, kenyamanan bertempat tinggal dengan lingkungannya.

(4)

4

METODE PENELITIAN

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah

 Metode pendekatan studi

Metode pendekatsan studi yaitu secara deskriptif dan kualitatif. Secara deskriptif, kebijakan, kondisi fisik, iklim dan bencana dapat diketahui pengaruhnya terhadap kawasan perumahan. Pendekatan kualitatif adalah membandingkan kondisi eksisting di lapangan yang ditinjau berdasarkan karakteristik fisik lahannya dengan standar atau ketentuan yang telah tetapkan yang didapat dari kajian teori yang telah dilakukan. Masing-masing kondisi eksisting alam di wilayah penelitian dikonversikan dalam nilai dan bobot tertentu sehingga memudahkan dalam analisa numerik, yang selanjutnya informasi tersebut di

superimpose

yang akhirnya dapat diketahui tingkat kesesuaian lahan untuk kegiatan perumahan.

 Metode Pengumpulan Data, yaitu dengan metode survei primer dan survey sekunder.

Survey primer adalah metode dengan melakukan pengamatan langsung (observasi) ke lapangan yaitu mengamati perkembangan perumahan di wilayah studi, guna mengetahui

potensi dan permasalalahan eksisting yang terjadi.

Survei sekunder adalah metode dengan pengumpulan data dari berbagai instansi maupun studi literatur dengan objek studi dalam bentuk buku-buku relevan yang diolah menjadi satu informasi

 Metode Analisis a. Analisis Kebijakan

Analisis kebijakan adalah melihat arahan rencana tata ruang terhadap kajian studi yaitu dalam hal ini adalah arahan pemanfaatan lokasi perumahan berdasarkan faktor kebencanaan. Dengan analisis kebijakan, diharapkan kajian studi yang dilakukan dapat sesuai dengan arahaan kebijakan yang ada. Kebijakan yang menjadi acuan adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang Tahun 2010-2030.

b. Analisis Fisik Lahan

Analisis fisik lahan merupakan analisis untuk menetukan peruntukan kawasan di wilayah studi. Analisis peruntukan kawasan diperoleh dengan metode

superimpose dari beberapa peta kemudian dilakukan scoring atau pembobotan. Analisa peruntukan kawasan ini nantinya akan menghasilkan tiga jenis fungsi kawasan yaitu kawasan lindung, kawasan penyangga, dan kawasan

(5)

5 budidaya.Adapaun parameter yang

digunakan adalah kelerengan, jenis tanah dan curah hujan.

c. Analisis Potensi Fisik

Lahan potensil fisik diperoleh dengan cara melihat kesesuaian lahan antara pola ruang RTRW Kota Padang 2010-2030 di Kelurahan Balai Gadang dengan Peruntukan Kawasan hasil analisis di Kelurahan tersebut khususnya kawasan budidaya, sehingga diperoleh tingkatan lahan potensial fisik untuk pengembangan kawasan perumahan. Tingkatan lahan potensial fisik tersebut terdiri dari 3 (tiga) yaitu tidak berpotensi, kurang berpotensi dan berpotensi. Dengan kisaran nilai dan bobot sebagai berikut.

Range Nilai Bobot

5 Sangat Baik/Sangat Sesuai

Kepentingan sangat tinggi 4 Baik/Sesuai Kepentingan tinggi 3 Sedang/cukup

sesuai

Kepentingan sedang 2 Kurang sesuai Kepentingan

rendah 1 Tidak sesuai Kepentingan

sangat rendah

Sumber: Howard and Rensom (1978:452) dan

Khadiyanti (2005:89-90

No Variabel Kriteria BOBOT NILAI

1 Kebijakan (Pola Ruang RTRW Kota Padang) Sesuai 5 5 Tidak Sesuai 1 2 Peruntukan Kawasan Lindung 1 Penyangga 2 Budidaya 5 Sumber: Hasil Analisis,Tahun 2014

Setelah dilakukan proses overlay serta pembobotan dan penilaian, akan dihasilkan data spasial baru (data analisis). Data inilah yang akan digunakan untuk menentukan klasifikasi tingkat lahan potensial fisik dengan langkah mengurangi nilai masimum dengan nilai minimum dibagi jumlah klasifikasi yang diinginkan.

Pada data analisis ini, skor minimum dan maksimum diperoleh dengan cara perkalian antara nilai dan bobot setiap variabel dan kriteria terendah yang telah ditentukan.

d. Analisis Kebencanaan  Longsor

Penetapan daerah rawan longsor berdasarkan Peraturan Menteri No 22 Tahun 2007 tentang Kawasan Rawan Bencana Longsor dilakukan dengan mengklasifikan tingkat kerawanan terhadap bencana longsor. Adapun tingkatan bahaya kerawanan longsor dibedakan atas 3 (tiga) tingkatan yaitu kerawanan tinggi, kerawanan sedang, dan kerawanan rendah.

Pemetaan daerah rawan longsor di kawasan studi dilakukan dengan penginderaan jauh dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis. Data yang digunakan adalah Peta Kelerengan, Peta Jenis Tanah, Peta Gunalahan dan Peta Curah Hujan skala 1:25.000. Adapun metode yang digunakan dalam analisa ini

(6)

6 adalah dengan meng-overlay beberapa peta

parameter tersebut, setelah itu memberikan bobot dan nilai pada masing-masing variabel dan kriteria. Peta-peta yang di

overlay tersebut adalah berdasarkan Peta Lahan Potensial Fisik yang bisa dikembangkan untuk perumahan.

No Variabel Bobot Kriteria Nilai

1 Kelerengan 5 Datar 0-2 1 Landai 2-15 2 Curam 15-40 4 Sangat Curam >40 5 2 Jenis Tanah 5 Aluvial 1 Latosol 2 Andosol 4 Litosol 5 3 Curah Hujan 5 <1000 mm/thn 1 1000-1500 mm/thn 2 1500-2000 mm/thn 3 2000-2500 mm/thn 4 >2500 mm/thn 5 4 Guna lahan 4 Lahan tidak produktif 1 Hutan 2 Kebun/Ladang 3 Sawah , permukiman 4 Sumber: Permen No.22 Tahun 2007 tentang Kawasan Rawan Bencana Longsor

Jefri Ardian Nugroho Tahun 2009, Pemetaan Daerah Rawa Longsor Dengan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Georafis

 Banjir

Secara alamiah, banjir adalah proses alam yang biasa dan merupakan bagian penting dari mekanisme pembentukan dataran di bumi. Kawasan Studi yaitu Kelurahan Balai Gadang dilewati oleh dua daerah aliran sungai besar yaitu DAS Batang Air Dingin dan DAS Batang Kandis. Penetapan daerah rawan banjir

dilakukan dengan penginderaan jauh dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis. Data yang digunakan adalah Peta Kelerengan, Peta Jenis Tanah, Peta Curah Hujan dan Peta Buffer Sungai skala 1:25.000. Adapun metode yang digunakan dalam analisa ini adalah dengan

meng-overlay beberapa peta parameter tersebut dan memberikan bobot dan nilai pada masing-masing parameter dan kriteria dari parameter tersebut. Peta-peta yang di

overlay tersebut adalah berdasarkan Peta Lahan Potensial Fisik yang bisa dikembangkan untuk perumahan. Tingkatan bahaya kerawanan banjir dibedakan atas 3 (tiga) tingkatan yaitu kerawanan tinggi, kerawanan sedang, dan kerawanan rendah

No Variabel Bobot Kriteria Nilai

1 Kelerengan 5 Datar 0-2 5 Landai 2-15 3 Curam 15-40 2 Sangat Curam >40 1 2 Jenis Tanah 5 Aluvial 1 Latosol 2 Andosol 4 Litosol 5 3 Curah Hujan 5 <1000 mm/thn 1 1000-1500 mm/thn 2 1500-2000 mm/thn 3 2000-2500 mm/thn 4 >2500 mm/thn 5 Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Tahun 2012 tentang Pedoman Manajemen Penanggulangan Bencana Banjir Bandang

Jurnal Hasil Penelitian Kelompok IIB Tahun 2013 dalam Penentuan Kawasan Rawan Banjir di Kecamatan Patebon

(7)

7 Setelah dilakukan proses overlay serta

pembobotan dan penilaian, akan dihasilkan data spasial baru (data analisis). Data inilah yang akan digunakan untuk menentukan tingkat tingkat kerawanan terhadap bencana banjir dengan langkah mengurangi nilai masimum dengan nilai minimum dibagi jumlah klasifikasi yang diinginkan.

e. Arahan Pemanfaatan Lokasi Perumahan Berdasarkan Faktor Kebencanaan Arahan pemanfaatan lokasi perumahan berdasarkan faktor bencana diperoleh dari hasil overlay Peta Potensi Fisik dan Peta Rawan Bencana di Kelurahan Balai Gadang. Sehingga diperoleh hasil perpotongan (area). Penentuan Arahan pemanfaatan lokasi perumahan dilakukan dengan pertimbangan yaitu dilakukan dengan mengkaji potensi fisik dan potensi bencana yang dimiliki di area tersebut. Area yang memiliki kesesuaian dengan potensi fisik dan tingkatan bencana yang dimiliki paling rendah itulah yang akan diarahkan untuk pemanfaatan lokasi perumahan di kawasan studi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Lahan Potesial Fisik

Lahan potensial fisik di Kelurahan Balai Gadang diperoleh setelah dilakukan proses overlay serta pembobotan dan

penilaian pada variabel dan kriteria yang telah ditentukan. Sehingga diperoleh klasifikasi lahan potensial fisik terdiri dari tidak berpotensi dengan luas 875,943 Ha dan Berpotensi dengan luas 994,067 Ha.

Analisis Kebencanaan Longsor

Daerah rawan longsor di peroleh dari proses overlay serta pembobotan dan penilaian, akan dihasilkan data spasial baru (data analisis). Data inilah yang akan digunakan untuk menentukan tingkat kerawanan terhadap bencana longsor dengan langkah mengurangi nilai masimum dengan nilai minimum dibagi jumlah klasifikasi yang diinginkan.

skor minimum diperoleh dengan cara perkalian antara nilai dan bobot setiap variabel dan kriteria terendah yang telah ditentukan sedangkan skor maksimum diperoleh dengan cara perkalian antara bobot dan nilai setiap variabel dan kriteria tertinggi yang telah ditentukan.

o Nilai Maksimum : 91

o Nilai Minimum : 19

o Interval Tingkat Kerawanan (ITK) :

ITK = Nilai Mak-Nilai Min : 3

= (91-19) : 3 = 24

Berdasarkan tingkat kerawanan bencana dibagi menjadi 3 kelas:

1. Kerawanan rendah, nilai skor 19-43 2. Kerawanan sedang, nilai skor 43-67 3. Kerawanan tinggi, nilai skor 67-91

(8)

8 Berdasarkan hasil analisis tingkat

kerawanan bencana longsor di Kelurahan Balai Gadang dapat disimpulkan bahwa klasifikasi tingkat kerawanan longsor di Kelurahan Balai Gadang adalah kerawanan sedang dengan luas 994,067 Ha atau 100 % dari keselurahan Kelurahan Balai Gadang. Dari klasifikasi kerawanan sedang ditentukan kembali tingkat kerawanan yang mendekati bisa dikembangkan untuk perumahan. Klasifikasi kerawanan sedang dibagi kembali menjadi 3 klasifikasi yaitu kerawanan rendah, sedang dan tinggi. Untuk menentukan interval tingkat kerawanan sedang dengan menggunakan range antara 43-67. Sehingga diperoleh sebagai berikut :

o Nilai Maksimum : 67

o Nilai Minimum : 43

o Interval Tingkat Kerawanan (ITK) :

ITK = Nilai Mak-Nilai Min : 3

= (67-43) : 3 = 8

Berdasarkan tingkat kerawanan bencana dibagi menjadi 3 kelas:

1. Kerawanan rendah, nilai skor 43-51 2. Kerawanan sedang, nilai skor 51-59 3. Kerawanan tinggi, nilai skor 59-67

Sehingga diperoleh tingkat rawan bencana longsor sedang diperoleh kawasan yang memungkinkan untuk pengembangan perumahan adalah sekitar 625,37 Ha atau

sekitar 62,9% yang merupakan klasifikasi kerawanan rendah dan sedang. Sedangkan kawasan yang tidak disarankan untuk alokasi pemanfaatan perumahan tingkat yaitu dengan klasifikasi kerawanan tinggi dengan luas 368,69 Ha atau sekitar 37,1% dari total luas secara keluruhan

Analisis KebencanaanBanjir

Daerah rawan banjir diperoleh dari proses

overlay serta pembobotan dan penilaian, akan dihasilkan data spasial baru (data analisis). Data inilah yang akan digunakan untuk menentukan tingkat tingkat kerawanan terhadap bencana banjir dengan langkah mengurangi nilai masimum dengan nilai minimum dibagi jumlah klasifikasi yang diinginkan. Skor minimum diperoleh dengan cara perkalian antara nilai dan bobot setiap variabel dan kriteria terendah yang telah ditentukan sedangkan skor maksimum diperoleh dengan cara perkalian antara bobot dan nilai setiap variabel dan kriteria tertinggi yang telah ditentukan.

o Nilai Maksimum : 75

o Nilai Minimun : 15

o Interval Tingkat Kerawanan (ITK) :

ITK = Nilai Mak-Nilai Min : 3

= (75-15) : 3 = 20

Berdasarkan tingkat kerawanan bencana banjir dibagi menjadi 3 kelas:

1. Kerawanan rendah, nilai skor 15-35 2. Kerawanan sedang, nilai skor 35-55

(9)

9 3. Kerawanan tinggi, nilai skor 55-75

Sehingga diperoleh dua tingkatan kerawanan bencana banjir yaitu kerawanan sedang dan kerawanan tinggi. Kerawanan banjir ditentukan pula oleh kawasan sempadan sungai. Sempadan sungai yang digunakan adalah sebesar 15 meter dari sisi kiri dan kanan sungai sesuai dengan Keputusan Menteri No.32 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung bahwa sempadan sungai yang berada di kawasan permukiman adalah 10-15 meter diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inpeksi.

Arahan Pemanfaatan lokasi

Perumahan

Arahan Pemanfaatan lokasi perumahan berdasarkan faktor bencana, diperoleh dari melihat daerah potensi secara fisik pengembangan perumahan serta daerah rawan bencana tinggi. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh arahan pemanfaatan lokasi perumahan berdasarkan faktor bencana, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

No Luas Kelurahan 7.902 Ha 1 Luas Kawasan Budidaya 1.870,1 Ha 2 Luas Lahan Potensial

Fisik 994,067Ha 3 Reduksi Bencana Longsor 368,69 Ha Banjir 83,579 Ha 4 Arahan Pemanfaatan Lokasi Perumahan 541,798 Ha

Berikut ini adalah Arahan Pemanfaatan Lokasi Perumahan Berdasarkan Faktor Kebencanaan di Kelurahan Balai Gadang berdasarkan lokasi RW, berdasarkan Data Kelurahan Balai Gadang memiliki 14 RW, setelah dilakukan overlay Peta Arahan Pemanfaatan Lokasi Perumahan dengan Peta RW Kelurahan Balai Gadang kawasan potensial untuk pemanfaatan lokasi perumahan mencakup seluruh RW di Kelurahan Balai Gadang.

No RW Luas RW (Ha) Luas Arahan Pemanfaatan Lokasi Perumahan (Ha) Persentase (%) 1 I 36,44 15,44 42,37 2 II 24,67 10,006 40,56 3 III 28,592 28,592 100 4 IV 29,18 22,33 76,53 5 V 57,16 1,245 2,18 6 VI 282,1 159,26 56,46 7 VII 131,1 25,38 19,36 8 VIII 191,2 58,238 30,46 9 IX 439,4 63,894 14,54 10 X 19,75 10,236 51,83 11 XI 33,26 31,31 94,14 12 XII 59,19 17,6482 29,82 13 XIII 170,4 55,43 32,53 14 XIV 329,6 42,791 12,98 Total 1.832 541,798 29,56

Sumber: Hasil Analisis,Tahun 2014

Berdasarkan tabel di atas diketahui arahan pemanfaatan lokasi perumahan berdasarkan faktor bencana di Kelurahan Balai Gadang tersebar di seluruh RW yang

(10)

10 ada di Kelurahan Balai Gadang. Dimana

lokasi pemanfaatan perumahan dilihat dari luasan RW dibandingkan dengan luas arahan pemanfaatan perumahan adalah terdapat di RW III yaitu 100% dari luasan RW III.

Sedangkan apabila dilihat dari hasil perbandingan luas arahan pemanfaatan perumahan yang paling luas adalah terdapat di RW VI yaitu sebesar 159,26 Ha dari total keseluran RW VI yaitu 282,1 Ha atau sekitar 56,46 %.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan Kelurahan Balai Gadang memiliki lahan potensial untuk menjadi arahan pemanfaatan lokasi perumahan berdasarkan faktor bencana. Arahan pemanfataan lokasi perumahan diperoleh dari hasil selisih luas potensi fisik dengan luas daerah rawan bencana. Berdasarkan pertimbangan yang dilakukan dengan mengkaji potensi fisik dan potensi bencana yang dimiliki di area tersebut maka arahan pemanfaatan lokasi perumahan berdasarkan faktor bencana yang memungkinkan dilakukan di Kelurahan Balai Gadang diarahkan di Area 1 dengan luas kawasan 541,798 Ha dengan tingkatan bencana yang dimiliki lebih rendah yaitu bencana longsor dengan tingkat kerawanan rendah dan sedang serta bencana banjir dengan tingkat kerawanan sedang. Dan

Pemanfaatan lokasi perumahan tersebar di seluruh RW I - XIV di Kelurahan Balai Gadang.

Kajian mengenai arahan pemanfaatan lokasi perumahan berdasarkan faktor bencana di Kelurahan Balai Gadang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat terutama keselamatan jiwa. Agar arahan pemanfaatan lokasi perumahan berdasarkan faktor bencana di Kelurahan Balai Gadang lebih optimal, maka direkomendasika sebagai berikut: a) Arahan pemanfaatan lokasi perumahan

berdasarkan faktor bencana ini hendaknya menjadi panduan atau rekomendasi bagi pihak-pihak pembangun perumahan (developer)

dalam memilih lokasi perumahan. Tidak hanya mengedepankan keuntungan semata hal-hal mendasar seperti faktor kebencanaan harus sangat diperhatikan.

b) Hasil temuan arahan pemanfaatan lokasi perumahan berdasarkan faktor bencana di Kelurahan Balai Gadang tersebar di seluruh RW yang di Kelurahan Balai Gadang yaitu RW I hingga RW XIV, dimana arahan lokasi yang direkomendasikan untuk pemanfaatan perumahan adalah di RW IV, VIII, XIII dan XIV yang merupakan arah pengembangan Kelurahan Balai Gadang dan berada di kawasan yang memiliki ancaman bahaya bencana

(11)

11 longsor dengan tingkatan rendah dan

bencana banjir dengan tingkatan sedang.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

- Hartadi, Arief. 2009. Kajian Kesesuaian Lahan Perumahan berdasarkan karakteristik fisik dasar - Materi Perkuliahan Evaluasi Sumber

Daya Alam : Ir. Neldi Armon, MS - Mutia, Sri Indah. 2005. Studi

Identifikasi Pemilihan Lokasi Pemukiman dan Perumahan Penduduk Yang Terkena Banjir.

- Nugroho, Jefri Ardian. 2009. Pemetaan

Daerah Rawa Longsor Dengan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Georafis

- Primayuda A. 2006. Pemetaan Daerah Rawan dan Resiko Banjir

Menggunakan Sistem Informasi Geografis Studi Kasus Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur

Terbitan Terbatas

- BPS Kota Padang, Kecamatan Koto Tangah Dalam Angka Tahun 2013 - Kamus Besar Bahasa Indonesia

- Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung

- Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837 Tahun 1980 tentang Kriteria dan tata cara penetapan hutan lindung - Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya

- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 Tahun 2007 tentang Kawasan Rawan Bencana Longsor - Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Tahun 2012 tentang Pedoman Manajemen Penanggulangan Banjir Bandang

- Peraturan Daerah No.4 Tahun 2012 tentang RTRW Kota Padang Tahun 2010-2030

- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup

- Undang-Undang Republik Indonesia No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

- Undang-Undang Republik Indonesai Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Kriteria Teknis Kawasan Budidaya

- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

(12)

12

Jurnal

- Jurnal Hasil Penelitian Fakultas Geografi UGM Tahun 2001 dalam Penelitian Daerah Rawan Longsor Dan Sistem Penanggulangannya di Kabupaten Gungung Kidul

- Jurnal Hasil Penelitian Kelompok IIB Tahun 2003 dalam Penentuan Kawasan Rawan Banjir di Kecamatan Patebon

Website

- (http://piba.tdmrc.org ) Faktor

Terjadinya Longsor

- (http://adzaniahdinda.wordpress.com/20 11/10/11/proses-terjadinya-banjir/) Proses Terjadinya Banjir

- (

http://www.ejournal-unisma.net/ojs/index.php/region/article/ view/63) Cara Penanggulan Banjir

Gambar

(13)

13

Gambar

Peta Daerah Rawan Longsor Kelurahan Balai Gadang

Gambar

(14)

14

Gambar

Peta Arahan Pemanfaatan Lokasi Perumahan Berdasarkan Faktor Kebencanaan di Kelurahan Balai Gadang

Gambar

Peta Arahan Pemanfaatan Lokasi Perumahan

Berdasarkan Faktor Kebencanaan Kelurahan Balai Gadang

Gambar

Peta Arahan Pemanfaatan Lokasi Perumahan Berdasarkan RW Kelurahan Balai Gadang

Referensi

Dokumen terkait

Batang sagu meru$akan %agian yang ter$enting, karena meru$akan tem$at  $enyim$anan $ati atau kar%ohidrat yang lingku$ $eman7aatannya dalam industri sangat luas,

Provinsi Jumlah KSM Jumlah Anggota Jumlah dana cair ke KSM Jumlah KSM yg menerima dana Kriteria KSM Total Anggota KSM Nasional Pilot... Provinsi Kota /

Untuk penurunan biaya terbesar terjadi pada peresepan pasien dengan penyakit kronis pada kasus ostheo atrhtritis dan intervensi apoteker berupa pembatasan jumlah obat

R encana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerim aan yang te rca ntu m dalam H alam an III D IPA diisi sesuai dengan rencana pelaksanaan

Hasil uji F menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 18,673 dan nilai signifikan sebesar 0,000 &lt; 0,05 yang berarti bahwa penyajian laporan keuangan, aksesibilitas,

Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi hanya membahas tentang 4 (empat) variabel, yang terdiri dari 3 (tiga) variabel bebas (disiplin kerja, reward,

Hasil analisis data menunjukkan bahwa keterampilan mengkomunikasikan dan inferensi pada materi kesetimbangan kimia dengan model Learning Cycle 3E lebih tinggi daripada

penyelundupan satwa liar yang dilindungi yaitu, faktor ekonomi, faktor penegakan hukum, faktor lingkungan yang tidak baik, dan faktor kurangnya kontrol sosial dari