• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh : Retno Giyanti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh : Retno Giyanti"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 93 Peningkatan Hasil Belajar PKn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V SDN Manisharjo 1 Kecamatan Ngrambe

Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2015/2016

Oleh : Retno Giyanti

Email: retnogiyanti8@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: 1) untuk mengetahui aktivias belajar siswa pada mata pelajaran PKn dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada siswa kelas V SDN Manisharjo 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2015/2016; 2) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar PKn pada siswa kelas V SDN Manisharjo 1 tahun pelajaran 2015/2016 dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sedangkan tahapannya terdiri dari: (1) menyusun perencanaan (plan), (2) melaksanakan tindakan (act), (3) pengamatan (observe), dan (4) refleksi (reflect). Penelitian ini dilaksanakan di SDN Manisharjo 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi. Yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Manisharjo 1 Kecamatan Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah 16 siswa. Hasil penelitian ini adalah: Hasil pada pratindak ketuntasan baru tercapai 56,25%, setelah diadakan perbaikan pembelajaran siklus I, mengalami peningkatan menjadi 75,00%, pada akhir perbaikan pembelajaran siklus II mengalami peningkatan menjadi 87,50%. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. Penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat: 1) meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SDN Manisharjo 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya keaktifan siswa dalam diskusi dengan anggota kelompoknya; 2) meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas V SDN Manisharjo 1. Hal ini terbukti telah terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa dan ketuntasan belajar secara signifikan. Nilai rata-rata pada pra tindak sebesar 67, pada siklus I menjadi 77 dan pada siklus II menjadi 85. Sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal prosentase pada pra tindak sebesar 56,25% pada siklus I menjadi 75,00% dan pada siklus II meningkat secara signifikan menjadi 87,50%.

Kata Kunci: hasil belajar, PKn, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

A. PENDAHULUAN

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman

dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggungjawab, mandiri, cerdas dan terampil serta

(2)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 94 sehat jasmani dan rohani. Pendidik

harus bisa menyiapkan anak didik menjadi orang dewasa yang mandiri,

mampu menggunakan dan

mengembangkan sendiri kemampuan (pengetahuan dan keterampilan) yang telah dimilikinya, dan mempunyai sikap yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Terdapat anggapan umum bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang mudah sehingga tidak perlu dirisaukan kesanggupan siswa untuk menguasai nya. Namun kenyataan tidak semua siswa menunjukkan hasil belajar yang memuaskan, dan belum mampu menunjukkan sikap kerjasama dalam pergaulan sehari-hari serta berbagai sikap positif seorang warga negara, seperti tolong menolong, taat beribadah dan lain-lain.

Hal ini sangat jauh dari tujuan pembelajaran PKn yakni: berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif

dalam menanggapi isu

kewarganegaraan; berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak cerdas dalam kegiatan kemasyararakat an, berbangsa dan bernegara; berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lainnya; berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam pecaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaat kan teknologi informasi dan komunikasi (Tim Penyusun, 2005:34).

Gambaran tersebut menujukkan adanya kesenjangan antara kondisi aktual yang dihadapi di kelas dengan kondisi optimal yang diharapkan. Kesenjangan tersebut terjadi disebab kan oleh beberapa faktor, antara lain, dari sudut pandang siswa: rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi PKn yang bersifat teoritis, kurangnya kemampuan siswa merumus kan contoh-contoh implementasi konsep PKn dalam kehidupan, kurangnya persiapan /motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar rendah. Sedangkan dari sudut pandang guru, belum optimalnya usaha yang dilakukan guru untuk membantu kesulitan belajar siswa, kurang kondusifnya metode mengajar yang digunakan guru untuk memotivasi belajar siswa di kelas.

Oleh karena itu, perlu dicari strategi baru untuk melibatkan proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Penyampaian pembelajaran tidak sekedar ceramah seperti yang selama ini dilakukan dalam pembelajaran. Guru harus merubah proses pembelajaran yang berpusat dari guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa, untuk mendukung pencapaian tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu alternatif yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pembelajaran kooperatif (cooperative

(3)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 95 learning) sesuai dengan fitrah manusia

sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara kooperatf siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena kooperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat, belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing (Suyatno, 2009:51).

Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka peneliti mengambil judul “Peningkatan Hasil Belajar PKn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V SDN Manisharjo 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Berdasarkan pada latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1) bagaimanakah aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V SDN Manisharjo 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2015/2016; 2) bagaimanakah peningkatan hasil belajar PKn dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V SDN Manisharjo 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2015/2016?

Mendasar pada rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui aktivias belajar siswa pada mata pelajaran PKn dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada siswa kelas V SDN Manisharjo 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2015/2016; 2) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar PKn pada siswa kelas V SDN Manisharjo 1 tahun pelajaran 2015/2016 dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.

B. KAJIAN PUSTAKA 1. Hasil Belajar

Untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu proses pembelajaran, maka peneliti membutuhkan produk atau hasil belajar yang nyata sehubungan dengan materi yang selama ini dianggap sulit oleh sebagian besar siswa. Hasil belajar dapat berupa nilai kognitif ulangan siswa, produk portofolio dan juga hasil laporan siswa tentang eksperimen yang telah dilakukan pada pembelajaran ini.

Nana Sudjana (2005: 5) menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalampengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Suratinah Tirtonegoro (2001:43) mengemuka kan hasil belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan

(4)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 96 dalam bentuk simbol, angka, huruf

maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah penilaian hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang diperoleh sebagai akibat usaha kegiatan belajar dan dinilaidalam periode tertentu.

Hasil belajar dikatakan berhasil apabila telah memenuhi beberapa indikator yang mempengaruhi diantaranya adalah : 1)Ketercapaian daya serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan, baik secara individual maupun kelompok. Pengukuran ketercapai an daya serap ini biasanya dilakukan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM); 2) Perilaku (penilaian sikap dan spiritual) yang telah disepakati pada awal pembelajaran telah dicapai oleh siswa baik secara indidual maupun kelompok.

2. Hakekat Mata Pelajaran PKn Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004).

Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Landasan PKn adalah Pancasila dan UUD 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, tanggap pada tuntutan perubahan zaman, serta Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 serta Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional-Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah-Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

3. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe dengan langkah yang berbeda-beda. Salah satunya adalah tipe Jigsaw, dengan sintak sebagai berikut: pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok. Tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian tertentu,

(5)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 97 bahan belajar tiap kelompok adalah

sama sehingga terjadi kerjasama dan diskusi. Kembali ke kelompok asal, pelaksana tutorial pada kelompok asal oleh anggota kelompok ahli, penyimpulan, evaluasi, dan refleksi (Suyatno, 2009:53).

Model belajar Kooperatif Tipe Jigsaw merupakan model belajar kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari tiga sampai enam orang secara hiterogen dan bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Setiap anggota kelompok adalah bertangggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikannya kepada anggota kelompok yang lainnya. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama anggota kelompok dalam suasana kooperatif dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan komunikasi.

Model Jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap level dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman, membaca, maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama. Jenis materi yang paling mudah digunakan untuk pendekatan ini adalah bentuk naratif seperti ditemukan dalam literatur, penelitian sosial membaca, dan ilmu pengetahuan (Isjoni, 2010:58).

C. METODE PENELITIAN 1. Setting dan Subjek Penelitian

Pada bagian ini disajikan setting dan subjek penelitian. Hal tersebut disajikan sebagai berikut :

Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Manisharjo 1 yang beralamatkan di Desa Manisharjo Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi. SDN Manisharjo 1 memiliki letak yang cukup strategis dan mudah dijangkau dari seluruh penjuru wilayah kecamatan Ngrambe. Lokasi ini tepatnya di perbatasan Kecamatan Ngrambe dengan Kecamatan Sine yang memiliki udara sejuk.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap selama kurang lebih 4 bulan, mulai bulan Maret sampai dengan Juni 2016.

Subjek Penelitian

Yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Manisharjo 1 Kecamatan Kabupaten Ngawi Semester II tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah 16 siswa. Mereka berasal dari keluarga yang mayoritas orang tuanya petani. Seluruh siswa dikenai tindakan karena penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang mengikuti alur pembelajaran yang sesungguhnya.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Berdasarkan dari teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, maka yang bertindak sebagai instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Dalam mengumpulkan dan

(6)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 98 menganalisis data penelitian, peneliti

menggunakan alat bantu yang berupa, pedoman observasi, penugasan, dan catatan data lapangan. Sedangkan instrumen pendamping untuk memperlancar penelitian adalah (1) Silabus, (2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, 3 Lembar Observasidan (3) Lembar Evaluasi. Hasil selanjutnya ditranskripkan dalam bentuk paparan bahasa.

3. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Rancangan penelitian tindakan kelas dipilih karena (1) penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang ada di kelas tersebut, (2) penelitian dilakukan untuk mengubah keadaan, kenyataan, dan harapan mengenai pembelajaran di kelas menjadi lebih baik dan bermutu dengan cara melakukan sejumlah tindakan yang dipandang tepat, (3) bentuk kajian yang dilakukan di kelas yang bersifat reflektif oleh guru untuk meningkatkan, memperdalam, dan memperbaiki praktik-praktik pembelajaran, maka penelitian dilakukan pada kontek alamiah, ialah untuk mengkaji permasalahan faktual dalam pembelajaran, dan (4) dalam pelaksanaannya, penelitian ini membutuhkan keterlibatan guru secara kolaburatif yaitu teman sejawat selama penelitian berlangsung.

Penelitian tindakan merupakan suatu proses yang memiliki siklus yang

bersifat spiral, mulai dari perencanaan, melakukan tindakan, dan penemuan fakta-fakta untuk melakukan refleksi. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas

a. Perencanaan

Tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan (apabaila dilaksanakan secara kolaboratif). Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan amatan yang dilakukan. Bila dilaksanakan sendiri oleh guru sebagai peneliti maka instrumen pengamatan harus disiapkan disertai lembar catatan lapangan. Dalam pelaksanaan pembelajaran rencana tindakan dalam rangka penelitian dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan, yaitu implementasi atau penerapan isi rencana tindakan di kelas yang diteliti. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap 2 ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha mentaati apa yang sudah

(7)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 99 dirumuskan dalam rencana

tindakan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak kaku dan tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan. c. Pengamatan

Kegiatan pengamatan dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dengan melibatkan rekan kerja/guru kelas lain untuk mengamati aktivitas siswa dan guru ketika pelaksanaan pembelajaran PKn menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.

d. Refleksi

Pada akhir tindakan setiap tahap pembelajaran, dilakukan kegiatan refleksi dengan mengkaji hasil belajar PKn dan hasil pengamatan aktivitas guru, serta dengan memperhatikan indikator kinerja maka peneliti melakukan perbaikan pada siklus kedua agar pelaksanaan pembelajaran lebih efektif dan hasil pembelajaran menjadi lebih baik.

4. Teknik Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari observasi yang dilakukan peneliti bersama pengamat dan hasil evaluasi yang dilakukan siswa. Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan tujuan untuk mendapatkan berbagai data yang diperlukan serta mengetahui kendala yang dihadapi berkaitan

dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Evaluasi yang digunakan dalam penelitian adalah tes akhir yang dilakukan pada tiap siklus. Soal tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang peningkatan hasil belajar siswa.

5. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisis data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data kuantitatif dan data kualitatif. Data Kuantitatif berupa nilai evaluasi pada akhir pertemuan dianalisis dengan teknik persentase, kemudian didistribusikan dalam bentuk tabel.. Ketuntasan individual dan klasikal dihitung dengan rumus:

Persentase = x100%

(Rosadi, 2009: 50).

Data kualitatif berupa observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta yang sesuai dengan data yang diperoleh. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap akhir siklus dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis.

6. Indikator Keberhasilan

Jumlah siswa tuntas Jumlah seluruhsiswa

(8)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 100 Untuk mengetahui keberhasilan

kegiatan belajar mengajar digunakan kriteria ketuntasan. Untuk ketuntasan belajar ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 2006 (Depdikbud, 2006), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 75% atau nilai 75, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 75%.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil observasi awal tentang pembelajaran PKn pada kelas V SDN Manisharjo 1 menunjukkan bahwa : (1) Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi PKn yang bersifat teoritis, (2) Kurangnya kemampuan siswa merumuskan contoh-contoh penerapan konsep PKn dalam kehidupan, (3) Kurangnya motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar rendah, (4) Perhatian siswa kurang terfokus pada pembelajaran, (5) Kurang kondusifnya metode mengajar yang digunakan guru untuk memotivasi belajar siswa di kelas.

Berdasarkan refleksi awal dengan KKM 75 diketahui dimana nilai rata-rata siswa baru mencapai 67, sedangkan ketuntasan belajarnya dari 16 siswa kelas V yang dinyatakan tuntas dalam belajar sebanyak 9 siswa atau 56,25% sedangkan 7 siswa atau

43,75% belum tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran pada prasiklus ini secara klasikal siswa dikatakan belum tuntas dalam belajarnya. karena siswa yang mencapai nilai di atas 75 hanya sebesar 56,25% lebih kecil dari ketuntasan belajar siswa yang diharapkan yaitu 85%.

Siklus I Perencanaan

Pelaksanaan tindakan kelas siklus I ini dilaksanakan dikelas V SDN Manisharjo 1 dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran PKn yakni Kebebasan Berorganisasi. Adapun kegiatan tersebut dengan perencanaan terlebih dahulu sebelum melaksanakan pembelajaran.

Pelaksanaan

Setelah dilakukan analisis data prestasi belajar yang dicapai oleh siswa pada perbaikan pembelajaran siklus I, diperoleh hasil nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah nilai terendah 60 nilai tertinggi 90, dengan nilai ketuntasan mencapai 75,00%. Jika dibandingkan dengan hasil tes formatif sebelum dilakukan perbaikan pembelajaran siklus I yaitu nilai terendah 50, nilai tertinggi 80 dan nilai ketuntasan 56,25 %, bahwa hasil tes formatif perbaikan pembelajaran siklus I mengalami peningkatan 18,75 % .

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perbaikan pembelajaran siklus I hasilnya ada

(9)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 101 peningkatan walaupun belum

memuaskan karena masih ada 4 siswa atau 25,00% yang belum mencapai ketuntasan belajar. Dari temuan yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa prosentase ketuntasan belajar baru mencapai 75%, prosentase

tersebut masih jauh dari prosentase ketuntasan belajar yang harus dicapai yaitu 85%. Berikut ini hasil perolehan nilai siswa sebelum perbaikan pembelajaran (Pra Siklus ) dan Siklus I sebagai berikut :

Table 1 : Nilai Tes Formatif Pra Siklus

1. Doni Tri Saputra 75 V

2. Hardyah Ayu S. 75 V 3. Okki Wahyu W. 75 V 4. Tito P. 60 V 5. Virginia N 80 V 6. Ghovira N. 60 V 7. Sherly Amanda P. 75 V 8. Muaya Murni 50 V 9. Joko P. 60 V 10. Ferdi Irawan 60 V 11. Jesika Y. 75 V 12. Siti Umiati 75 V 13. Yunita S. 50 V 14. Desi P. 75 V 15. Muhammad Iqbal 80 V 16. Ilha Zulaikan N.R. 50 V Jumlah 1075 9 7

Jumlah Skor Maksimal 1600

Skor yang tercapai 1075

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Tabel 2 : Hasil Tes Formatif Pra Siklus

No Indikator Keterangan

1. Nilai Terendah 50

2. Nilai Tertinggi 80

3. Jumlah Nilai 1075

4. Nilai Rata – rata 67

5. Siswa yang tuntas belajar 9

6. Siswa yang tidak tuntas belajar 7

7. Prosentase ketuntasan belajar 56,25%

8. Prosentase ketidaktuntasan belajar 43,75%

(10)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 102

No Nama Siswa Skor

Keterangan

T TT

1. Doni Tri Saputra 80 V

2. Hardyah Ayu S 80 V 3. Okki Wahyu W. 80 V 4. Tito P. 80 V 5. Virginia N 90 V 6. Ghovira N. 80 V 7. Sherly Amanda P. 80 V 8. Muaya Murni 60 V 9. Joko P. 80 V 10. Ferdi Irawan 70 V 11. Jesika Y. 80 V 12. Siti Umiati 80 V 13. Yunita S. 60 V 14. Desi P. 80 V 15. Muhammad Iqbal 90 V 16. Ilha Zulaikan N.R. 60 V Jumlah 1230 12 4

Jumlah Skor Maksimal 1600

Skor yang tercapai 1230

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Tabel 4 : Hasil Tes Formatif Siklus I

No Indikator Keterangan

1. Nilai Terendah 60

2. Nilai Tertinggi 90

3. Jumlah Nilai 1230

4. Nilai Rata – rata 77

5. Siswa yang tuntas belajar 12

6. Siswa yang tidak tuntas belajar 4

7. Prosentase ketuntasan belajar 75,00 %

8. Prosentase ketidaktuntasan belajar 25,00 %

Pengamatan

Dari data pengamatan diketahui bahwa aktivitas siswa pada siklus I sudah menunjukkan hasil yang cukup baik. Namun, ada beberapa aspek yang masih perlu ditingkatkan, yakni aspek

memperhatikan penjelasan guru. Aspek bertanya dikelompok, kurangnya motivasi yang diberikan guru mungkin menjadi penyebab siswa kurang bertanya dalam kelompok. Aspek bekerjasama dalam kelompok, para

(11)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 103 siswa masih canggung dalam belajar

dikelompok bersama dengan teman-teman yang lain, karena siswa terbiasa belajar secara individual.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam materi Kebebasan Berorganisasi pada siswa kelas V SDN Manisharjo 1 sudah berjalan dengan baik. Hasil observasi pada siklus I tentang hasil belajar siswa dapat diketahui dari nilai tes evaluasi pada akhir siklus, Nilai rata-rata hasil belajar mencapai 77, dan ketuntasan belajar yang dicapai baru 75,00,%. Hal ini menunjukkan bahwa secara klasikal siswa belum bisa dikatakan tuntas dalam belajar.

Refleksi

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I diperlukan tindakan lebih lanjut guna menyelesaikan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran siklus I. Upaya perbaikan dilakukan pada siklus berikutnya yaitu siklus II.

Siklus II Perencanaan

Pelaksanaan tindakan kelas siklus II ini dilaksanakan dikelas V SDN Manisharjo 1, Kecamatan Ngrambe, kabupaten Ngawi Tahun 2015/2016. dengan menggunakan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada mata pelajaran PKn yakni Kebebasan Berorganisasi. Adapun kegiatan tersebut dengan perencanaan terlebih dahulu sebelum melaksanakan pembelajaran.

Pelaksanaan

Analisis data hasil belajar yang dicapai oleh siswa pada perbaikan pembelajaran siklus II, diperoleh hasil nilai yang dicapai siswa adalah nilai terendah 70 nilai tertinggi 100, dengan nilai ketuntasan mencapai 87,50%. Jika dibandingkan dengan hasil tes formatif perbaikan pembelajaran siklus I yaitu nilai terendah 60, nilai tertinggi 90, dengan presentase ketuntasan 75,00 bahwa hasil tes formatif perbaikan pembelajaran siklus II mengalami peningkatan 12,50 %. Ada 14 siswa dari 16 siswa yang dinyatakan tuntas belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil tersebut menunjukkan bahwa secara klasikal siswa sudah dikatakan tuntas dalam belajar, karena siswa yang memperoleh nilai di atas KKM yaitu 75 sebanyak 87,50% lebih besar dari ketuntasan yang diharapkan yaitu 85%. Hasil perolehan nilai siswa pada pembelajaran siklus II, sebagai berikut:

Table 5. Nilai Tes Formatif Siklus II

No Nama Siswa Skor

Keterangan

T TT

1. Doni Tri Saputra 90 V

(12)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 104 3. Okki Wahyu W. 90 V 4. Tito P. 80 V 5. Virginia N 100 V 6. Ghovira N. 80 V 7. Sherly Amanda P. 90 V 8. Muaya Murni 70 V 9. Joko P. 80 V 10. Ferdi Irawan 80 11. Jesika Y. 90 V 12. Siti Umiati 90 V 13. Yunita S. 70 V 14. Desi P. 90 V 15. Muhammad Iqbal 90 V 16. Ilha Zulaikan N.R. 80 V Jumlah 1360 14 2

Jumlah Skor Maksimal 1600

Skor yang tercapai 1360

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Tabel 6 : Hasil Tes Formatif Siklus II

No Indikator Keterangan

1. Nilai Terendah 70

2. Nilai Tertinggi 100

3. Jumlah Nilai 1360

4. Nilai Rata – rata 85

5. Siswa yang tuntas belajar 14

6. Siswa yang tidak tuntas belajar 2

7. Prosentase ketuntasan belajar 87,50 %

8. Prosentase ketidaktuntasan belajar 12,50 %

Pengamatan

Hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan yang signifikan dari pada siklus sebelumnya. Secara individual 14 siswa atau 87,50% sudah berhasil mencapai indikator ketuntasan individual yang ditetapkan peneliti, yakni ≥75. Begitu juga dengan ketuntasan klasikal sudah mencapai

indikator yang ditetapkan peneliti yakni 85% siswa mendapat nilai ≥75. Nilai rata-rata kelas juga mengalami peningkatan, yakni 85. Refleksi

Setelah melaksanakan proses perbaikan pembelajaran siklus II pada mata pelajaran PKn, diperoleh refleksi sebagai berikut :

(13)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 105 a. Model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran yang cocok diterapkan pada mata pelajaran PKn karena model pembelajaran ini dapat meningkatkan antusias dan semangat siswa dalam belajar.

b. Pemberian media pembelajaran untuk menemukan gaya belajar siswa dapat menarik perhatian dan antusias siswa.

c. Perbaikan pembelajaran siklus II sudah baik, karena hasil belajar yang dicapai siswa dari 16 siswa, yang mendapatkan nilai tuntas ada 14 siswa dan tingkat keberhasilannya 87.50%, dan dinyatakan berhasil sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya, artinya pada siklus ke-2 ini dinyatakan telah berhasil.

2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang terjadi pada siklus I dan II terlihat keaktifan siswa dalam belajarnya sangat baik. Penelitian ini menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) materi Kebebasan Berorganisasi.

Pada siklus I akivitas siswa tampak menurun. Hal itu disebabkan karena konsentrasi siswa yang mulai menurun pada jam siang. Siswa yang semula pasif mulai berani

mengeluarkan pendapatnya dan siswa yang semula kurang bisa bekerjasama dengan anggota kelompoknya sudah mau bekerjasama dengan anggota kelompoknya.

Hasil belajar yang diperoleh dari nilai evaluasi yang dilakukan pada akhir pertemuan dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pada siklus I menunjukkan bahwa ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 75,00% atau ada 12 siswa dari 16 siswa yang sudah tuntas belajar sedangkan 4 siswa dinyatakan belum tuntas dalam belajar. Pada siklus II dilakukan perbaikan dengan berpedoman pada hasil refleksi siklus I. Diperoleh nilai ketercapaian siswa adalah 87,50% atau ada 14 siswa dari 16 siswa yang dinyatakan tuntas belajar dan 2 siswa dinyatakan tidak tuntas belajar.

Dalam penelitian ini masih terdapat 2 siswa yang tidak tuntas dalam belajar atau nilai siswa masih di bawah KKM yang telah ditentukan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu: (1) tingkat intelegensi yang dimiliki tiap-tiap siswa berbeda. Perbedaan daya serap belajar juga berbeda, ada yang tinggi ada juga yang memiliki daya serap rendah; (2) rendahnya minat dan kurangnya motivasi diri dalam pembelajaran; (3) siswa kurang berinteraksi dalam pembelajaran, apabila ada hal-hal yang kurang jelas siswa hanya diam saja.

(14)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 106 Berdasarkan paparan data pada

pra siklus, siklus I dan siklus II, berikut akan dipaparkan peningkatan hasil belajar PKn materi Kebebasan

Berorganisasi SDN Manisharjo 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2015/2016.

Tabel 7 : Nilai Rata-Rata Hasil Belajar

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Jumlah Rata-rata Jumlah Rata-rata Jumlah Rata-rata

1075 67 1230 77 1360 85

Tabel 8 : Ketuntasan Hasil Belajar

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

9 56,25 % 12 75,00% 14 87,50 %

Grafik Penyebaran Hasil Penelitian Pra Tindak, Siklus I, dan Siklus II

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Pra Tindak Siklus I Siklus II

Rata-rata Ketuntasan

Gambar 1 Pada awal pembelajaran sebelum

diadakan perbaikan pembelajaran hasil ketuntasan siswa ada 9 siswa atau 56,25%, setelah diadakan perbaikan pembelajaran siklus I, mengalami peningkatan menjadi 12 siswa atau 75,00 siklus II mengalami peningkatan menjadi 14 siswa atau 87,50%.

Setelah perbaikan pembelajaran siklus II, peneliti menghentikan kegiatan perbaikan karena ketuntasan belajar baik secara individual maupun secara klasikal sudah tercapai dengan

baik dan dirasakan pembelajaran sudah berhasil. Penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi kebebasan Berorganisasi.

A. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis kemukakan dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.

(15)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 107 1. Penggunaan model pembelajaran

Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SDN Manisharjo 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya keaktifan siswa dalam diskusi dengan anggota kelompoknya dan dalam menyelesaikan LKS yang diberikan oleh guru selama pembelajaran berlangsung.

2. Penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw terbukti dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas V SDN Manisharjo 1. Hal ini terbukti telah terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa dan ketuntasan belajar secara signifikan. Nilai rata-rata pada pra tindak sebesar 67, pada siklus I menjadi 77 dan pada siklus II menjadi 85. Sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal prosentase pada pra tindak sebesar 56,25% pada siklus I menjadi 75,00% dan pada siklus II meningkat secara signifikan menjadi 87,50%. Saran-Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar PKn lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya dapat menerapkan

model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi siswa, hendaknya dapat saling bertukar pendapat dengan siswa lain saat belajar kelompok, sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan dapat menemukan jawaban sendiri. 3. Bagi sekolah, hendaknya

memberikan fasilitas yang lengkap agar guru dapat menggunakan fasilitas tersebut dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. Jakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2010.

Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas Depdiknas.2006. Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Model Silabus Kelas V. Jakarta: Depdiknas.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana Pustaka.

(16)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 108 Tim Penyusun. 2005. Materi Pelatihan

Terintegrasi Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Depdiknas.

Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Gambar

Table 1 : Nilai Tes Formatif Pra Siklus
Tabel 4 : Hasil Tes Formatif  Siklus I
Tabel 6 : Hasil Tes Formatif  Siklus II
Tabel 7 : Nilai Rata-Rata Hasil Belajar

Referensi

Dokumen terkait

Siswa yang berpindah akan mendiskusikan mengenai langkah-langkah penyelesaian permasalahan yang diberikan guru, pada saat ini siswa akan saling bertanya, menjawab pertanyaan,

Tuhan Yesus menyingkapkan di ri­ Nya dan karyaNya dan para Ra sul menyaksikan karyaNya untuk re­ kon siliasi dengan Tuhan, seperti ter tulis dalam Ibrani 10:19­20, “Jadi,

aat ini sebagian besar orang mulai beralih menggunakan teknologi smartphone. Salah satu smartphone yang banyak digunakan adalah device Android. Banyak Developer beralih

OUTPUT MENTERI KEUANGAN KOMITE PANITIA PENGADAAN KEMENTERIAN PUPR Penyusunan Prastudi Kelayakan Persetujuan Prinsip Evaluasi Usulan Persetujuan Prinsip Dukungan Kelayakan

Kegunaan Penulisan, Secara Teoritis yaitu, tulisannnya ini, diharapkan dapat menambah bahan bacaan di Perpustakaan, khususnya yang berkaitan dengan materi Hukum

Bukit Buai Tapan Pemekaran sebagian Desa Tapan, Perda No. Ranah Ampek Hulu Tapan Perda No. Bayang, Perda No. Pancung Soal, Perda No. Pancung Soal, Perda No. Pancung Soal, Perda

Kawasan Pengembangan Kakao mencapai kurang lebih 65.439 Ha tersebar pada wilayah Kecamatan Sausu, Balinggi, Torue, Parigi Selatan, Parigi Utara, Parigi Barat, Parigi

Di Australia genus Hypsilurus terdiri dari hanya dua spesies (Witten 1993) sedangkan di New Guinea terdapat sekitar 12 spesies dan sebanyak 8 spesies berada di Papua dimana