• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MEDIA LAGU DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN BUDAYA LOKAL SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MEDIA LAGU DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN BUDAYA LOKAL SISWA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

139

PENERAPAN MEDIA LAGU DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK

MENINGKATKAN KESADARAN BUDAYA LOKAL SISWA

Hanida Eris Griyanti1), Sunardi2), Warto3)

1) Mahasiswa Magister Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret 2 3) Dosen Universitas Sebelas Maret

Email : galihrooney@gmail.com Abstrak

Seiring pesatnya arus modernsisasi, keragaman budaya Indonesia mulai punah karena generasi penerus yang cenderung melalaikan kebudayaan yang merupakan identitas nasional dan cenderung memilih bergaya kebarat – baratan agar dianggap modern dan tidak ketinggalan zaman. Salah satu wadah untuk mengenalkan pentingnya kebudayaan bagi remaja adalah bidang pendidikan. Sistem pendidikan memainkan peran yang penting dalam hal ini, dimana remaja akan diberikan bekal di sekolah – sekolah agar mengenal dan memiliki rasa cinta terhadap budayanya masing – masing khususnya kebudayaan lokalnya. Salah satu cara untuk meingkatkan kesadaran budaya yaitu melalui pembelajaran sejarah. Nilai-nilai budaya lokal perlu dikembangkan dan menjadi materi pembelajaran di sekolah yang ditempatkan pada kedudukan sejajar dengan nilai - nilai global. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan.

Kata kunci: Kesadaran Budaya, Lagu, Pembelajaran Sejarah

Pendahuluan

Indonesia terkenal sebagai bangsa yang majemuk atau heterogen karena mempunyai beraneka ragam suku bangsa, budaya, agama, dan adat istiadat (tradisi) yang dicerminkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehari - hari, seperti dalam upacara adat, rumah adat, baju adat, nyanyian dan tarian daerah, alat musik, dan makanan khas. Warisan budaya ini merupakan bentuk fisik dari tradisi– tradisi yang berbeda dan prestasi – prestasi spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu yang menjadi elemen pokok dalam jati diri kelompok tertentu.

Namun saat ini, seiring pesatnya arus modernsisasi, keragaman budaya Indonesia mulai punah karena generasi penerus yang cenderung melalaikan kebudayaan yang merupakan identitas nasional dan cenderung memilih bergaya kebarat – baratan agar dianggap modern dan tidak ketinggalan zaman. Padahal jika dilihat, banyak nilai – nilai budaya dan sosial yang terkandung dalam suatu kebudayaan tertentu yang maknanya baik untuk kehidupan.

Salah satu wadah untuk mengenalkan pentingnya kebudayaan bagi remaja adalah bidang pendidikan. Pendidikan adalah suatu enkulturasi, berfungsi mewariskan nilai nilai dan prestasi masa lalu ke generasi mendatang. Nilai – nilai dan prestasi itu merupakan kebanggaan bangsa dan menjadikan bangsa itu dikenal oleh bangsa – bangsa lain. Selain mewariskan, pendidikan juga berfungsi mengembangkan nilai – nilai budaya dan prestasi masa lalu itu menjadi nilai – nilai budaya bangsa yang sesuai dengan kehidupan masa kini dan masa yang akan datang serta mengembangkan prestasi baru yang menjadi karakter baru bangsa. Oleh sebab itu, pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan inti dari proses pendidikan.

(2)

140 Salah satu cara untuk mengenalkan pentingnya kebudayaan adalah melalui pendidikan yang dapat dikemas dalam pembelajaran sejarah Menurut Kemendikbud 2015, fokus dan tujuan pelajaran sejarah Indonesia pada kurikulum 2013 sesuai dengan pendekatan saintifik tidak hanya berisi materi pembelajaran yang dirancang hanya untuk mengasah kompetensi pengetahuan peserta didik, tetapi juga sejarah Indonesia adalah mata pelajaran yang membekali peserta didik dengan pengetahuan tentang dimensi ruang - waktu perjalanan sejarah Indonesia.

Johnson & Smith dalam (Lie, 2007 : 5) mengemukakan bahwa pendidikan adalah interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa. Maksud dari pernyataan tersebut adalah kegiatan pendidikan merupakan suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosial yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan dengan yang lain menjalin komunikasi dan membangun pengetahuan bersama. Berpijak dari pendapat di atas, untuk menciptakan interaksi pribadi antar siswa, dan interaksi antar guru dan siswa, maka suasana kelas perlu direncanakan sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lainnya. Guru perlu menciptakan suasana belajar yang memungkinkan siswa bekerja sama secara gotong royong.

Berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 sudah menyediakan lingkungan belajar yang kondusif untuk terjadinya interaksi belajar mengajar yang lebih efektif, sehingga siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya. agar meningkatkan aktivitas kerja sama antar siswa serta hasil belajar siswa, diantaranya yaitu metode konvensional, metode ceramah, metode diskusi dan metode demonstrasi. Guru dituntut untuk bisa menerapkan berbagai metode pembelajaran sesuai dengan kondisi dan materi yang diajarkan sehingga pembelajaran lebih menarik dan tidak membosankan.

Penggunaan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru tentunya ditunjang dengan media pembelajaran sebegai alat bantu mengajar yang berfungsi membantu efisiensi pencapaian tujuan. Salah satu media yang bisa diterapkan adalah media lagu. Media lagu

yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran budaya lokal siswa karena lagu mampu menyediakan sarana ucapan yang secara tidak sadar disimpan dalam memori di otak. Keadaan ini yang justru menjadikan proses pembelajaran menjadi tidak kaku dan menyenangkan sehingga diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar sejarah karena siswa antusias dalam pembelajaran dan mampu mengeluarkan kreativitas mereka dalam menciptkan lagu sesuai dengan materi yang sedang atau akan dibahas.

Metode

Penelitin ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Moleong (2007:6) adalah penelitian yang dilakukan dengan memahami fenomena tentang peristiwa atau kejadian yang terjadi oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik, melalui deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal, menurut pandangan subjek yang diteliti. Penelitian kualitatif kaitannya dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan orang yang diteliti dan kesemuanya itu tidak dapat diukur dengan angka. Selanjutnya dijelaskan oleh Sugiyono (2013:225) bahwa pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka.

(3)

141 Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Kedudukan Media dalam Pembelajaran

Pada konteks pembelajaran, media merupakan alat atau sarana yang digunakan sebagai perantara (medium) dalam mencapai tujuan pembelajaran. Alat bantu mengajar ini berfungsi membantu efisiensi pencapaian tujuan. Dengan demikian dalam menggunakan media pembelajaran guru hendaknya menyesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, suasana pembelajaran di kelas bahkan metode yang digunakan. Apabila hal ini diperhatikan maka keberadaan media dapat menunjang tercapainya tujuan kegiatan pembelajaran. Pemanfaatan media pembelajaran berkaitan erat dengan peningkatan kualitas pembelajaran. Pemanfaatan media pembelajaran diharapkan mampu menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna, sehingga mampu mengubah suasana belajar yang pasif menjadi suasana belajar yang aktif dan menyenangkan.

Karakteristik dan kemampuan masing – masing media perlu diperhatikan oleh guru agar mereka dapat memilih media mana yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Sebagai contoh, media lagu yang mengajarkan siswa untuk menghafal sebuah materi pelajaran, seperti diketahui dengan cara membuat lagu siswa lebih mudah untuk mengingatnya apalagi lagu yang siswa buat merupakan lagu favorit siswa yang diubah liriknya sesuai dengan materi pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Adapun fungsi media dalam proses pembelajaran dapat ditunjukkan melalui gambar sebagai berikut :

Gambar : Fungsi Media dalam Proses Pembelajaran

Dengan demikian, adanya penggunaan media harus disesuaikan dengan keberadaan siswa dan kondisi lingkungannya, sehingga media yang digunakan benar-benar memiliki kedudukan yang sangat penting sebagai alat bantu dalam mencapai tujuan pembelajaran. B. Pembelajaran Sejarah

Sejarah adalah mata pelajaran yang menekankan pengetahuan dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat dari masa lampau hingga masa sekarang (Depdiknas, 2004). Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang harus diberikan di sekolah baik di tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) maupun Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Di tingkatan SD dan SLTP, sejarah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran IPS terpadu, sedangkan ditingkatan SLTA, sejarah menjadi mata pelajaran tersendiri.

Mata pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermatabat serta dalam pembentukan karakter manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Hal ini sejalan dengan visi pendidikan yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara, yakni kesempurnaan hidup manusia sehingga dapat memenuhi segala keperluan lahir dan batin. Pendidikan menurut Dewantara mengatakan bahwa :

Pendidikan tidak lain ialah berlakunya pengaruh orang lain terhadap orang lain dengan maksud memberi kemajuan dalam hal apapun. Jadi kesimpulannya antara

(4)

142 sejarah dengan pendidikan memiliki keterkaitan yaitu pendidikan adalah proses penyadaran peserta didik ke arah yang lebih baik, sedangkan sejarah menyajikan makna kehidupan dari masa silam bagi mereka yang mempelajarinya. (Hamid, R., 2014 : 159)

Dalam pembelajaran sejarah, pengembangan model pembelajaran yang menarik sangat dibutuhkan agar suasana proses belajar mengajar menyenangkan. Memang dalam penyampaian materi sejarah dibutuhkan adanya keterampilan dan model pembelajaran yang khusus dalam mengajarkan sejarah. Berkaiatan dengan model pembelajaran sejarah, Widja dalam Agung dan Wahyuni (2013 : 66)

C. Peningkatan Kesadaran Budaya Lokal Melalui Media Lagu

Peristiwa - peristiwa yang terjadi belakangan ini adalah bukti nyata menurunnya kesadaran budaya pada kalangan remaja. Banyaknya tindak kejahatan yang terjadi saat ini juga tidak lepas dari budaya asing yang masuk, diantaranya yaitu narkoba, tawuran, pemerkosaan, pergaulan bebas terjadi karena generasi muda kita meniru kebudayaan asing yang menurut remaja sudah tidak tabu lagi untuk diikuti. Inilah fenomena yang terjadi pada generasi muda kita saat ini akibat tidak bisa memilah budaya asing yang masuk . Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak remja kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari - hari remaja sekarang. Dari cara berpakaian banyak ang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak diperlihatkan. Padahal cara berpakaian tersebut jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tidak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna.

Usia muda diibaratkan bagai bunga yang baru mekar, sehingga pikiran mereka masih labil atau muda terpengaruh orang lain. Mereka hanya memikirkan nafsu sementara, tanpa memikirkan apa yang akan terjadi nantinya. Karena hakikat remaja adalah membutuhkan pendampingan untuk menemukan jati diri mereka, mengingat diumur remaja mudah saja bagi mereka untuk terpengaruh orang lain dan terjemurus ke hal – hal yang tidak baik sehingga membutuhkan wadah untuk menyadarkan dan memberikan bekal bagi para remaja. Jika peristiwa itu terus dibiarkan dan tidak cegah, maka para remaja akan semakin merasa asing terhadap kebudayaan sendiri sebagai suatu identitas bangsa.

Salah satu wadah untuk mengenalkan pentingnya kebudayaan bagi remaja adalah bidang pendidikan. Pendidikan adalah suatu enkulturasi, berfungsi mewariskan nilai nilai dan prestasi masa lalu ke generasi mendatang. Nilai – nilai dan prestasi itu merupakan kebanggaan bangsa dan menjadikan bangsa itu dikenal oleh bangsa – bangsa lain. Selain mewariskan, pendidikan juga berfungsi mengembangkan nilai – nilai budaya dan prestasi masa lalu itu menjadi nilai – nilai budaya bangsa yang sesuai dengan kehidupan masa kini dan masa yang akan datang serta mengembangkan prestasi baru yang menjadi karakter baru bangsa. Oleh sebab itu, pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan inti dari proses pendidikan.

Sistem pendidikan memainkan peran yang penting dalam hal ini, dimana remaja akan diberikan bekal di sekolah – sekolah agar mengenal dan memiliki rasa cinta terhadap budayanya masing – masing khususnya kebudayaan lokalnya. Salah satu fungsi pembelajaran berbasis lokal tersebut adalah untuk meningkatkan kesadaran budaya lokal siswa. Dengan cara semacam ini siswa tidak akan melupakan nilai - nilai lokal yang

(5)

143 sudah lama hidup dalam lingkungan sosial di mana siswa tinggal. Nilai-nilai budaya lokal perlu dikembangkan dan menjadi materi pembelajaran di sekolah yang ditempatkan pada kedudukan sejajar dengan nilai - nilai global. Sebagai generasi penerus hendaknya kita mencintai dan melestarikan kebudayaan yang telah diwariskan dari dulu, agar nilai-nilai kebudayaan yang telah ada dapat diwariskan pada anak cucu kita.

Sudah saatnya strategi kebudayaan yang menjadi dasar penyusunan kurikulum pendidikan digali dari budaya bangsa terutama kearifan lokal setiap suku bangsa. Ini akan menjadikan anak didik tidak terasing, serta menyadari potensi diri dan bangsanya (Yudi, L. dalam Agus W. & Gunawan 2015: 15). Mereka akan merasa memiliki banyak sahabat dari latar belakang adat istiadat, suku, budaya bahkan agama yang berbeda. Mereka akan memaknai keragaman itu sebagai kekayaan yang luar biasa, yang patut dilestarikan dan disesalkan ketiadaannya. Pada akhirnya, anak didik akan merasa bangga sebagai bangsa Indonesia yang kaya akan keanekaragaman budaya, adat istiadat, suku, bangsa bahkan agama. Untuk mewujudkan hal tersebut, salah satu cara untuk mengenalkan pentingnya kebudayaan adalah melalui pendidikan yang dapat dikemas dalam pembelajaran sejarah.

Pendidikan sejarah dan budaya lokal saling berkaitan satu sama lain sehingga tidak boleh dipisahkan, karena hakikat pembelajaran sejarah adalah mengintegrasikan nilai – nilai kearifan lokal. Menurut Permendikbud No. 10 Tahun 2014 di zaman global yang serba modern ini, budaya lokal semakin hari semakin terkikis karena derasnya arus yang tidak mengenal ruang dan waktu, mengingat hal itu pendidikan mempuyai tugas dalam mengimbangi arus modernisasi ini, sehingga pembelajaran termasuk pendidikan sejarah dituntut menyampaikan budaya lokal kepada siswa agar identitas lokal suatu daerah dapat diketahui dan dicintai oleh generasi penerus bangsa.

Berpijak dari pendapat di atas, untuk menciptakan kelas agar siswa mampu memahami budaya lokal dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari–hari perlu diterapkannya media yang menarik perharik siswa, diantaranya yaitu lagu. Lagu merupakan sebuah teks yang dinyanyikan. Lagu berasal dari sebuah karya tertulis yang diperdengarkan dengan iringan musik. Siswa yang mendengarkan lagu bisa merasa sedih, senang, bersemangat, dan perasaan emosi lain karena efek dari lagu yang begitu menyentuh.

Selain itu, lagu mampu menyediakan sarana ucapan yang secara tidak sadar disimpan dalam memori di otak. Keadaan ini yang justru menjadikan proses pembelajaran menjadi tidak kaku, dan terkesan dikondisikan, meskipun dalam beberapa hal tidak disenangi oleh siswa. Melihat keuntungan tersebut, lagu memberikan keuntungan tersendiri bagi siswa karena dilakukan secara berulang, sehingga hasilnya dianggap lebih efektif untuk mengingat budaya lokal yang diintegrasikan dalam materi pembelajaran. Hampir semua orang senang dengan lagu karena lagu mempunyai karakteristik menyenangkan dan mewakili banyak orang karena variasi jenis lagu yang begitu banyak. Fungsi utama penggunaan lagu dalam pembelajaran adalah mengenalkan dan menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Jadi bukan aspek penguasaan lagu yang menjadi sasaran utama, namun lagu sebagai jembatan untuk menguasai materi tertentu Purwanto (2011) dijelaskan bahwa manfaat lain penggunaan lagu dalam pembelajaran, antara lain : (1) sarana relaksasi dengan menetralisir denyut jantung dan gelombang otak, (2) menumbuhkan minat dan menguatkan daya tarik pembelajaran, (3) menciptakan proses pembelajaran lebih humanis dan menyenangkan, (4) sebagai jembatan keledai dalam mengingat materi pembelajaran, (5) membangun retensi dan menyentuh emosi dan rasa

(6)

144 estetika siswa, (6) proses internalisasi nilai yang terdapat pada materi pembelajaran, (7) mendorong motivasi belajar siswa (hlm 14). Hasil penelitian ini ditemukan sebuah manfaat yang memberikan gambaran bahwa melalui materi pembelajaran yang dikemas dalam bentuk lagu dan dinyanyikan akan menjadi lebih baik dari materi yang susah dihafalkan dan dimengerti menjadi mudah dihafalkan dan dimengerti karena siswa menerima materi lewat sebuah media yang mempunyai aspek musik sehingga lebih menyenangkan bagi siswa

Kesimpulan

Krisis moral yang melanda bangsa Indonesia tidak terlepas dari terkikisnya kebudayaan lokal yang sudah menjadi warisan leluhur nenek moyang akibat derasnya arus globalisasi yang begitu cepat dan tidak kenal waktu. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak remaja kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari - hari remaja sekarang. Dari cara berpakaian banyak yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Salah usaha untuk meningkatkan kesadaran budaya lokal adalah melalui pendidikan di sekolah, khususnya dalam pendidikan sejarah. Dengan memasukkan kebudayaan lokal pada pembelajaran sejarah yang diajarkan melalui media lagu, secara tidak langsung siswa diajarkan nilai – nilai yang maknaya baik bagi kehidupan agar siswa dapat memahami dan mengamalkan dalam kehidupan sehari – hari. Hal ini diharapkan akan menumbuhkan kepribadian siswa yang berkarakter dan menghargai peninggalan masa lalu. Terlepas dari itu, tidak hanya dari sekolah tetapi diperlukan adanya dukungan dari berbagai pihak agar kebudayaan lokal tetap ada walaupun di zaman globalisasi ini.

Daftar Pustaka

Agung, Leo, S dan Wahyuni, S. 2013. Perencanaan Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta : Ombak

Aqib, Zainal.2013. Model – Model, Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif).

Bandung : Yrama Widya

Anita Lie. (2007). Kooperatif Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang - ruang Kelas). Jakarta: Grasindo.

Anitah, Sri. 2012. Media Pembelajaran. Surakarta : Yuma Pustaka

Gunawan & Wibowo A. 2015. Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal di Sekolah.

Yogyakarta : Pustaka Belajar

Hamid, R. & Madjid, M.,S. 2011. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Moleong, Lexy . 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Purwanto, Setoyadi. 2011. Penggunaan Model Lagu sebagai Media Pendidikan Karakarter Anak

Usia Dini. Yogyakarta : Univesitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

(7)

145 Wiwit Handayani, Syahrul dan Afnita. 2013. “Keefektifikan Penggunaan Media Lagu dalam

Pembelajaran Menulis Siswa Kelas IX SMP Negeri 5 Lubuk Basung. Jurnal Pendidikan Bahasa

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel di atas, terlihat bahwa ester-ester (terutama metil-ester) asam lemak tak jenuh lebih banyak mendominasi jenis biodiesel yang diproduksi oleh negara-negara Eropa Barat

• Kapasitas anak untuk menyesuaikan diri terhadap masalah tergantung pada perasaan aman yang diperoleh dari lingkungan keluarga.. • Kompensasi yang dapat diungkapkan

Upaya pencegahan masuknya air limbah domestik yang tidak teroleh telah dilakukan oleh pemerintah melalui Sanitasi berbasis Masyarakat (Sanimas) untuk pengolahan

Dengan membaca wacana tentang wujud benda yang ditampilkan melalui PPT pada WA grup, peserta didik dapat mengaitkan informasi yang terkait dengan wujud benda dengan tepat.. Dengan

Tahapan yang dilakukan di dalam penelitian ini yaitu mengumpulkan data yang akan digunakan seperti data yang digunakan pada sistem ini adalah data dosen, asessor,

naratif Wawacan Jayalalana bisa katitén dina bagan ieu di handap. Tabél 3.3 Conto Format Data Analisis Latar dina Wawacan Jayalalana.. Ajén étnopédagogik anu dianalisis dina

Hasil penelitian Naimah dan Utama (2006:19) menunjukkan bahwa pada perusahaan-perusahaan besar, semakin banyak informasi non-akuntansi yang tersedia sepanjang tahun,

Suatu hubungan antara JRC dan f p yang boleh digunakan untuk menganggar f p satah ketakselanjaran berdasarkan penentuan nilai JRC di lapangan bagi permukaan