• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keywords: Quality of tax service, awareness of the taxpayer, tax penalties, and the level of understanding of the taxpayers.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keywords: Quality of tax service, awareness of the taxpayer, tax penalties, and the level of understanding of the taxpayers."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Bangunan

(Studi Empiris Kabupaten Agam)

Zulkadri, Resti Yulistia Muslim, Yeasy Darmayanti Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta

Email:zul_kadri11@yahoo.co.id

Abstract

This Study aimed to find out the effects of quality of tax service, the awareness of the taxpayers, the implementation of the tax penalties, and the level of understanding of taxpayers on tax compliance in paying property taxes in Agam Regency. The population used in this study mandatory taxes listening building in the Department of Revenue and Asset Management (DPPKA) Agam Regency in 2014. The sampling method is a convenience sampling method. The data was collected by distributing questionnaire to 200 respondents.

The independent variables in this study are the quality of tax service, the awareness of the taxpayers, the implementation of the tax penalties and the level of understanding of the taxpayer; although, the dependent variable in this study is the taxpayer compliance. The technique of multiple regression analysis was used for analyzing data. The result showed that the quality of tax service and the awareness of the taxpayer affect the of understanding the taxpayer have no effect on tax compliance in paying property taxes in Agam Regency.

Keywords: Quality of tax service, awareness of the taxpayer, tax penalties, and the level of understanding of the taxpayers.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah merupakan suatu bentuk tindak lanjut kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pengalihan PBB-P2 ini dimulai 1 Januari 2011 dan paling lambat 1 Januari 2014 untuk seluruh pemerintahan kabupaten/kota di Indonesia. Bentuk

kebijakan tersebut dituangkan ke dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Hal ini adalah titik balik dalam pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan. Dengan pengalihan ini maka kegiatan proses pendataan, penilaian, penetapan, pengadministrasian, pemungutan/penagihan dan pelayanan PBB-P2 akan diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) (Direktorat Jenderal Pajak, 2012).

(2)

Tujuan pengalihan pengelolaan PBB-P2 menjadi pajak daerah dengan Undang-undang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah adalah meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi daerah, memberikan peluang baru kepada daerah untuk mengenakan pungutan baru, memberikan kewenangan yang lebih besar dalam perpajakan dan retribusi dengan memperluas basis pajak daerah, memberikan kewenangan kepada daerah dalam penetapan tarif pajak daerah, dan menyerahkan fungsi pajak sebagai instrumen penganggaran dan pengaturan pada daerah. Dengan pengalihan ini, penerimaan PBB-P2 akan sepenuhnya masuk ke pemerintah kabupaten/kota sehingga diharapkan mampu meningkatkan jumlah pendapatan asli daerah. Untuk itu dengan mengoptimalkan sektor penerimaan PBB-P2 ini, diharapkan pemerintah daerah mampu berbuat banyak untuk kepentingan masyarakat dan menyukseskan pembangunan disetiap daerah (Direktorat Jenderal Pajak, 2012).

Menurut Kepala Bidang Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan perkotaan (PBB P2) Dinas pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Agam, Rudi Adison, mengatakan, 14 dari 16 Kecamatan di Kabupaten Agam target dan realisasi PBB P2 masih belum mencapai 100 persen pada tahun 2014

(Humas Setda Agam, 2015). Oleh sebab itu perlu dilakukan kajian guna mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang penelitian diatas, maka masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kualitas pelayanan pajak mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan ?

2. Apakah kesadaran wajib pajak mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Bumi Bangunan ?

3. Apakah sanksi denda mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Bumi Bangunan ?

4. Apakah pemahaman wajib pajak mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Bumi Bangunan ?

LANDASAN TEORI

2.1 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Menurut Mardiasmo (2011) bumi adalah permukaan bumi dan tubuh yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk

(3)

rawa-rawa, tambak, perairan) serta laut wilayah Republik Indonesia. Sedangkan bangunan adalah kontruk teknik yang ditanam atau diletakan secara tetap pada tanah dan perairan. Subjek PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, memperoleh manfaat atas bumi, memiliki, menguasa, dan memperoleh manfaat atas bangunan.

2.2 Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Rahayu (2010) kepatuhan perpajakan merupakan ketaatan, tunduk dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan. Wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

Menurut Rahayu (2010) menyatakan terdapat dua macam kepatuhan yakni:

1. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan di mana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal menurut ketentuan dalam undang-undang perpajakan.

2. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantive atau hakekatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan.

2.3 Kualitas Pelayanan Pajak

Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan seseorang). Sementara itu fiskus adalah petugas pajak. Jadi pelayanan pajak dapat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam membantu, mengurus, atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang yang dalam hal ini wajib pajak (Jatmiko, 2006).

Kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak dipengaruhi oleh mutu pelayanan yang diberikan oleh petugas pajak kepada wajib pajak. Peranan petugas pajak tidak hanya menjalankan tugasnya berkaitan dengan perpajakan namun berperan aktif dalam menjaga agar wajib pajak tetap patuh dengan memberikan pelayanan yang prima (Widiastuti, 2014) 2.3 Kesadaran Wajib Pajak

Menurut Suyatmin (2004) kesadaran adalah keadaan mengetahui atau mengerti, sedangkan perpajakan adalah perihal pajak. Sehingga kesadaran perpajakan adalah keadaan mengetahui atau mengerti perihal pajak. Kesadaran wajib pajak akan perpajakan adalah dimana rasa yang timbul dari dalam diri wajib pajak atas kewajibannya membayar pajak dengan sukarela tanpa adanya unsur paksaan. Kesadaran wajib pajak atas perpajakan

(4)

amatlah diperlukan guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

2.4 Pelaksanaan Sanksi Denda PBB Sanksi PBB dimulai dari yang teringan, yaitu berupa peringatan dan teguran, sampai yang terberat yaitu kurungan dan sita. Sanksi PBB yang banyak diterapkan adalah sanksi denda, yaitu sebesar 2% dari pokok ketetapan pajak terhutangnya pada tahun yang bersangkutan. Denda PBB diberlakukan jika wajib pajak tidak melaksanakan pembayaran PBB-nya dalam batas waktu yang telah ditetapkan (Mardiasmo, 2011). 2.5 Tingkat Pemahaman Wajib Pajak

Pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan adalah cara wajib pajak dalam memahami peraturan perpajakan yang ada. Wajib pajak yang tidak memahami peraturan perpajakan secara jelas cenderung menjadi wajib pajak yang tidak taat. Jelas bahwa semakin paham wajib pajak terhadap peraturan perpajakan, maka semakin paham pula wajib pajak terhadap sanksi yang akan diterima bila melalaikan kewajiban perpajakan mereka (Hartinah, 2013).

2.6 Pengembangan Hipotesis

2.6.1 Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Penelitian yang dilakukan Nakomi (2014) menemukan bahwa kualitas pelayanan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini mengindikasikan bahwa pelayanan yang baik akan memberikan suatu hal yang memuaskan bagi wajib pajak dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Pratama (2014) menemukan hasil bahwa kualitas pelayanan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak, dengan semakin baiknya layanan yang diberikan oleh petugas pajak maka semakin meningkat pula kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Widiastuti (2014) menemukan bahwa pelayanan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak membayar pajak bumi dan bangunan. Berdasarkan uraian dari hasil penelitian terdahulu maka diajukan sebuah hipotesis yang akan dibuktikan yaitu:

H1 :Kualitas pelayanan pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB

2.6.2 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Penelitian dari Sapriadi (2013) yang meneliti pengaruh kualitas pelayanan pajak, sanksi pajak, dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB. Hasil penelitian

(5)

menunjukan bahwa kesadaran perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.

Hasil penelitian Saleh (2013) menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Santi (2012) menyatakan bahwa kesadaran perpajakan berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Kesadaran wajib pajak mengenai perpajakan amatlah dibutuhkan guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 :Kesadaran wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB.

2.6.3 Pengaruh Pelaksanaan Sanksi Denda PBB Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Penelitian yang dilakukan Koentarto (2011) menemukan bahwa sanksi perpajakan memiliki pengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak. Hasil penelitian tersebut sama dengan penelitian Saleh (2013) yang memberikan bukti bahwa pelasanaan sanksi denda perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan membayar PBB. Apabila wajib pajak memiliki pandangan yang baik bahwa sanksi denda PBB dilaksanakan dengan tegas, konsisten

dari waktu kewaktu dan mampu menjangkau para pelanggar, maka setiap wajib pajak akan mematuhi pembayaran PBB mengingat sanksi yang langsung dapat diterapkan apabila melakukan pelanggaran.

Pratama (2014) menunjukan bahwa pelaksanaan sanksi denda berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan uraian penelitian terdahulu maka diajukan sebuah hipotesis yang akan dibuktikan:

H3 :Pelaksanaan sanksi denda PBB berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB.

2.6.4 Pengaruh Tingkat Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Penelitian yang dilakukan oleh Wilda (2009) memberikan hasil bahwa pemahaman wajib pajak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan penerimaan PBB di Kecamatan Sungai Tarab. Tingkat pemahaman wajib pajak mengenai perpajakan menjadi hal yang penting dalam sikap wajib pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya. Jika pengetahuan wajib pajak rendah, maka kepatuhan wajib pajak mengenai peraturan perpajakan yang berlaku juga ikut rendah.

Pratama (2014) menemukan hasil bahwa pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan berpengaruh

(6)

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Pranadata (2014) menyatakan bahwa pemahaman wajib pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan uraian penelitian terdahulu maka diajukan sebuah hipotesis yang akan dibuktikan:

H4 :Tingkat pemahaman wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB.

2.7 Model

Model penelitian yang digunakan didalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Model Penelitian

METODE PENELITIAN 3.1 Polulasi dan Sampel

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh wajib pajak orang pribadi Pajak Bumi dan Bangunan yang

terdaftar di Kabupaten Agam pada tahun 2014. Untuk mempersempit tahapan analisis dalam penelitian ini maka dilakukan pengambilan sampel. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Convenience Sampling, yang mana pengambilan sampel dengan pertimbangan kemudahan akses yang dapat dijangkau oleh peneliti.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer adalah data yang dicari dan diolah secara langsung oleh peneliti dan belum dipublikasikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Bentuk data primer yang digunakan diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada responden yang memenuhi kriteria pengujian (Istijanto, 2008).

3.3 Pengukuran Variabel

Secara umum variabel penelitian yang digunakan didalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.3.1 Variabel Dependen Kepatuhan Wajib Pajak

Pada penelitian ini untuk mengukur kepatuhan wajib pajak maka digunakan indikator yang juga digunakan dalam penelitian Sapriadi (2013) dengan pertanyaan tertutup sebanyak 9 buah pertanyaan. Skala pengukuran yang digunakan adalah 5 tingkat likert. Pilihan

(7)

jawaban yang diberikan adalah sebagai berikut: SL = Selalu, SS = Sangat Sering, S = Sering , P = Pernah, TP = Tidak Pernah. 3.3.1 Variabel Independen

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kualitas Pelayanan Pajak (X1) Untuk mengukur variabel pelayanan wajib pajak maka digunakan indikator yang juga digunakan dalam penelitian Sapriadi (2013) yaitu diukur dengan 10 item pertanyaan dan memiliki skala 5 Likert dengan model pertanyaan tertutup. Pilihan jawaban yang diberikan adalah sebagai berikut: SS = Sangat Setuju, S = Setuju, KS = Kurang Setuju, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju.

2. Kesadaran Wajib Pajak (X2)

Untuk mengukur variabel kesadaran wajib pajak maka digunakan indikator yang juga digunakan dalam penelitian Sapriadi (2013) yaitu diukur dengan 8 item pertanyaan dan memiliki skala 5 Likert dengan model pertanyaan tertutup. Pilihan jawaban yang diberikan adalah sebagai berikut: SS = Sangat Setuju, S = Setuju, KS = Kurang Setuju, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju.

3. Pelaksanaan Sanksi Denda PBB (X3)

Untuk mengukur variabel pelaksanaan sanksi denda maka digunakan

indikator yang juga digunakan dalam penelitian Sapriadi (2013) yaitu diukur dengan 5 item pertanyaan dan memiliki skala 5 Likert dengan model pertanyaan tertutup. Pilihan jawaban yang diberikan adalah sebagai berikut: SS = Sangat Setuju, S = Setuju, KS = Kurang Setuju, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju.

4. Tingkat Pemahaman Wajib Pajak (X4)

Untuk mengukur variabel tingkat pemahaman wajib pajak maka digunakan indikator yang juga digunakan dalam penelitian dari Hendrico (2011) yaitu diukur dengan 8 item pertanyaan dan memiliki skala 5 Likert dengan model pertanyaan tertutup. Pilihan jawaban yang diberikan adalah sebagai berikut: SP = Sangat Paham, P = Paham, CP = Cukup Paham, TP = Tidak Paham, STP = Sangat Tidak Paham.

3.4 Metode Analisis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode analisis kuantitatif. Metode ini menggunakan tahapan pengolahan data yang dilakukan dengan tahapan pengujian statistik. Secara umum tahapan pengujian statistik yang dilakukan yaitu:

a. Melakukan uji validitas dan uji reliabilitas

(8)

b. Melakukan pengujian asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas.

c. Melakukan pengujian statistik dengan tahapan melakukan pembentukan persamaan regresi berganda, analisis koefisien determinasi, analisis uji f-statistik dan uji t-f-statistik.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Prosedur Pengambilan Sampel

Secara umum tahapan pengumpulan data dan informasi terlihat pada Tabel 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.1

Gambaran Umum Penyebaran Kuesioner

Keterangan Jumlah %

Total jumlah kuesioner

yang disebarkan 200 100 Total jumlah kuesioner

yang tidak dikembalikan 33 16,5 Total jumlah kuesioner

yang rusak 2 1

Jumlah kuesioner yang

diolah 165 82,5

4.2 Demografis Responden

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh demografis responden seperti telihat pada Tabel 4.2 dibawah ini: Tabel 4.2 Demografis Responden Demografis Jumlah % Gender Laki-laki 71 43 Perempuan 94 57 Umur 25–30 Tahun 27 16,4 31–35 Tahun 41 24,8 36–40 Tahun 61 37 41–45 Tahun 20 12,1 46–55 Tahun 16 9,7 Pekerjaan PNS 50 30,3 Pegawai Swasta 21 12,7 Wiraswasta 44 26,7 Lain-lain 50 30,3 4.3 Uji Validitas Tabel 4.3

Hasil Pengujian Validitas

Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS

Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa setiap variabel memiliki nilai Keiser Meyer Oilkin (KMO) berada diatas 0,50. Maka seluruh item pertanyaan dinyatakan valid dan dapat terus digunakan kedalam tahapan pengolahan data lebih lanjut.

4.4 Uji Reliabilitas Tabel 4.4

Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Cronbach

Alpha Kesimpulan

Kepatuhan

Wajib Pajak 0,616 Handal Kualitas

Pelayanan Pajak

0,668 Handal Kesadaran 0,624 Handal

Variabel KMO Kesimpulan

Kepatuhan Wajib

Pajak 0,551 Valid

Kualitas

Pelayanan Pajak 0,701 Valid Kesadaran Wajib

Pajak 0,583 Valid

Sanksi Denda

PBB 0,764 Valid

Pemahaman

(9)

Wajib Pajak Sanksi Denda

PBB 0,789 Handal

Pemahaman

Wajib Pajak 0,638 Handal Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS

Pada Tabel 4.4 terlihat bahwa semua variabel penelitian telah memiliki cronbach alpha diatas atau sama dengan 0,60 sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel tersebut telah memiliki kehandalan yang tepat sehingga tahapan pengolahan data lebih lanjut dapat segera dilaksanakan.

4.5 Uji Normalitas Tabel 4.5

Hasil Pengujian Normalitas Data Variabel Assymp . Sig Keterangan Kualitas Pelayanan 0,069 Normal Sanksi Denda PBB 0,158 Normal Kesadaran

Wajib Pajak 0,121 Normal Pemahaman

Wajib Pajak 0,322 Normal Kepatuhan

Wajib Pajak 0,192 Normal Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS

Berdasarkan hasil pengujian normalitas terlihat bahwa nilai asymp sig (2-tailed) besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini telah berdistribusi normal.

4.6 Uji Multikolinieritas Tabel 4.6

Hasil Pengujian Multikolinieritas Model Collinearity Statistics Tolera nce VIF Keterangan Kualitas Pelayanan Pajak 0,741 1,349 Bebas Multikolinearit as Sanksi Denda PBB 0,978 1,022 Bebas Multikolinearit as Kesadaran Wajib Pajak 0,752 1,330 Bebas Multikolinearit as Pemahama n Wajib Pajak 0,892 1,121 Bebas Multikolinearit as

Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS

Terlihat pada tabel diatas bahwa masing-masing variabel independen yang digunakan pada penelitian ini memiliki nilai tolerance diatas 0,10 dan Variance Inflantion Factor yang dihasilkan berada dibawah 10. Dengan demikian semua variabel terbebas dari gejala multikolineritas.

4.7 Uji Heteroskedastisitas Tabel 4.7

Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Variabel Sig. Keterangan Kualiatas Pelayanan Pajak 0,077 Bebas Heteroskedastisitas Sanksi Denda PBB 0,582 Bebas Heteroskedastisitas Kesadaran Wajib Pajak 0,089 Bebas Heteroskedastisitas Pemahaman Wajib Pajak 0,195 Bebas Heteroskedastisitas Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS

Berdasarkan tabel terlihat bahwa masing-masing variabel independen yang digunakan pada penelitian ini memiliki nilai signifikan di atas 0,05, sehingga dapat disimpulkan semua variabel yang diteliti

(10)

heteroskedastisitas atau terbebas dari heteroskedastisitas

4.8 Pengujian Hipotesis

Setelah seluruh variabel penelitian yang akan dibentuk kedalam model regresi berganda terbebas dari seluruh gejala asumsi klasik maka tahap pengujian statistik dapat dilakukan. Berdasarkan hasil pengujian data yang telah dilakukan diperoleh ringaksan hasil terlihat pada tabel 4.3 dibawah ini:

Tabel 4.8

Hasil Pengujian Hipotesis Variabel Koefisien Regresi t-sig (Constanta) 9,290 0,020 Kualitas Pelayanan Pajak 0,533 0,000 Kesadaran Wajib Pajak -0,211 0,024 Sanksi Denda PBB 0,233 0,051 Pemahaman Wajib Pajak -0,103 0,250 Adj R-Square 0,184 F-Stat 10,220

Sesuai dengan tabel 4.8 teridentifikasi bahwa masing-masing variabel penelitian yang digunakan telah memiliki koefisien regresi yang dapat dibentuk kedalam sebuah persamaan regresi berganda yaitu: Y = 9,290 + 0,533X1+ -0,211X2+ 0,233X3

+ -0,103X4

Sebelum dijelaskan model regresi berganda terlebih dahulu dianalisis nilai koefisien determinasi yang dihasilkan, didalam proses pengujian statistik diperoleh

nilai koefisien determinasi sebesar 0,184 hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel independen memiliki kemampuan sebesar 18,4 % untuk menjelaskan variabel dependen. Variabel independen yang terdiri dari kualitas pelayanan pajak, kesadaran wajib pajak, pemahaman wajib pajak dan sanksi denda PBB berpengaruh sebesar 18,4 % terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan sisanya 81,6 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan atau diteliti pada penelitian ini.

Pada tahapan pengujian statistik diperoleh nilai F-sig 0,000 pada tahap pengolahan data digunakan tingkat kesalahan sebesar 0,05, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05 maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang dipasangkan didalam model penelitian ini berpengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel dependen.

4.6.1 Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Bangunan

Pada hipotesis pertama terlihat koefisien regresi bertanda positif yang dimiliki oleh kualitas pelayanan pajak sebesar 0,533 dengan nilai signifikan hasil pengujian t-statistik sebesar 0,000, pada

(11)

tahap pengolahan data digunakan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa niilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05 maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi bangunan di Kabupaten Agam. Hal ini mengindikasikan bahwa pelayanan yang baik akan memberikan suatu hal yang memuaskan bagi wajib pajak dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

4.6.2 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Bangunan

Hipotesis kedua memperoleh nilai sig. 0,024 dan koefisien regresi bertanda negatif yang dimiliki oleh kesadaran wajib pajak sebesar -0,211. Pada tahap pengolahan data digunakan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa niilai signifikan sebesar 0,024 < 0,05 maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi bangunan di Kabupaten Agam.

4.6.3 Pengaruh Sanksi Denda PBB Terhadap kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Bangunan

Hipotesis ketiga bertujuan untuk menguji pengaruh sanksi denda PBB terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan di Kabupaten Agam. Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat variabel sanksi denda PBB mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,051 dan nilai koefisien regresi sebesar 0,233, pada tahap pengolahan data digunakan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikan sebesar 0,051 > 0,050 maka keputusannya adalah Ho diterima Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan sanksi denda PBB tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi bangunan di Kabupaten Agam.

4.6.4 Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Bangunan

Hipotesis keempat bertujuan untuk menguji pemahaman wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan di Kabupaten Agam. Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat variabel pemahaman wajib pajak diperoleh nilai Sig. 0,250 dan nilai koefisien regresi

(12)

sebesar -0,103, sedangkan dalam pengujian menggunakan alpha sebesar 0,05 hal ini berarti nilai Sig. 0,250 > 0,05 sehingga keputusannya adalah Ho diterima dan Ha ditolak maka dapat disimpulkan bahwa variabel pemahaman wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan.

PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil bahwa kualitas pelayanan pajak dan kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan sanksi denda PBB dan tingkat pemahaman wajib pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi bangunan di Kabupaten Agam.

5.2 Keterbatasan

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki sejumlah kekurangan dan kelemahan yang disebabkan adanya sejumlah keterbatasan yang peneliti miliki. Secara umum keterbatasan yang peneliti miliki adalah:

1. Wilayah observasi data yang relatif terbatas hanya dilakukan di Kabupaten Agam.

2. Masih terdapatnya sejumlah variabel yang mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak yang tidak digunakan didalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adison, Rudi. 2015. Target dan Realisasi PBB-P2 Kabupaten Agam. http://agamkab.go.id/?agam=berita &se=detil&id=4775. Diakses pada tanggal 03 Juni 2015.

Direktorat Jenderal Pajak. 2012. Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009. Pengalihan PBB Pedesaan Dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah. http://www.pajak.go.id/content/pe ngalihan-pbb-perdesaan-dan-perkotaan. Diakses pada tanggal 28 Januari 2015.

Ghozali, Imam. 2013. Analisis Multivariate dengan Pendekatan SPSS versi 21. BPUD, Semarang.

Hartinah. 2013. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Restoran di Makasar. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin. Makasar.

Hendrico. 2011. Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Tingkat Pemahaman dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Lubuk Kilangan. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. Padang.

Istijanto. 2008. Kumpulan Riset Sumber Daya Manusia. Gramedia Pustaka, Jakarta.

(13)

Jatmiko, Agus Nugroho. 2006. Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Studi Empris terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota Semarang. Tesis Magister Akuntansi Porgram Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Bandung. Koentarto, Ilham. 2011. Analisi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Masyarakat Dalam Melakukan Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan Studi Kasus Pada Kecamatan Arut Selatan Kabupaten Kota Waringin Barat. Jurnal Socioscientia Vol. III No. 2. Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi 2011.

Yogyakarta: CV. Andi Offset. Nakomi, Edo Putra Gama. 2014.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Bangunan Studi Padang, Sumatera Barat. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Bunghatta. Padang. Pranadata, I. Gede Putu. 2014. Pengaruh

Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pemahaman Perpajakan, dan Pelaksanaan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Batu. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Malang.

Pratama, Yudhi. 2014. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Bunghatta. Padang. Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan

Indonesia, Konsep, dam Aspek Formal. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Sapriadi, Doni. 2013. Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Pajak, dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Memabayar PBB di Kecamatan Selupu Rejang. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. Padang.

Saleh, Fatia. 2013. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pemabayaran Pajak Bumi dan Bangunan. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Bunghatta. Padang.

Santi, Anisa Nirmala. 2012. Analisi Pengaruh Kesadaran Perpajakan, Sikap Rasional, Lingkungan, Sanksi Denda dan Sikap Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang.

Suyatmin. 2004. Pengaruh Sikap Wajib Pajak Terhadap kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Tesis Program Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro.

Widiastuti, Riana. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pajak Bumi dan Bangunan. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang.

Wilda. 2009. Kesadaran perpajakan, pemahaman wajib pajak, persepsi wajib pajak tentang pelaksanaan sanksi denda PBB, pendapatan wajib pajak dan tingkat pendidikan wajib pajak PBB berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB di Kecamatan Sungai Tarab. Skripsi Fakultas Ekonomi

(14)

Universitas Negeri Padang. Padang.

Referensi

Dokumen terkait

Pihak yang ingin mengambil untuk kebutuhan komersial harus melakukan permohonan ijin kepada Pemerintah Ngata melalui Lembaga Masyarakat Adat (LMA) disertai alasan, jenis yang diolah,

Berdasarkan pemaparan di atas, kemampuan komunikasi matematis siswa merupakan kemampuan yang harus dimiliki siswa dan masih harus ditingkatkan, sehingga penulis tertarik untuk

Bandar Lampung merupakan kota yang memiliki peran penting dalam pendistribusian barang dari Jawa menuju Sumatera ataupun sebaliknya. Khusus perjalanan dalam kota, tepatnya di Jalan

“He said that he’d seen something in you, and you didn’t disappoint him.” Roxanne lifted her arms straight up.. The rush of air felt glorious on her

mengetahui hal tersebut akan merasa dirugikan dan tidak respek lagi perusahaan yang melakukan hal tersebut sehingga membuat investor enggan uuntuk berinvestasi diperusahaan

Tekan tombol Ctrl+V , perhatikan nilai-nilai yang muncul pada sel H5 sampai H 19 Lengkapi Tabel tersebut Sesuai dengan

4.18 Peratus penyingkiran warna, kekeruhan, pepejal terampai, 88 nitrogen ammonia dan COD bagi penentuan masa tindakbalas optimum menggunakan elektrod Al + -Fe -... 4.19

Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis data secara terprogram oleh komputer dengan alat analisis berupa MSI (Method of Successive Interval) dan analisis regresi