Sistem Perlindungan Sosial Indonesia ke Depan:
Perlindungan Sosial Sepanjang Hayat Bagi Semua
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)Kerangka Paparan
1. Latar Belakang
2. Perlindungan Sosial Sepanjang Hayat Bagi Semua
3. Kelompok Lansia
v Situasi dan Kondisi
v Perlindungan Sosial bagi Kelompok Lansia dan Tantangan
v Rekomendasi Bantuan/Tunjangan Sosial bagi Lansia
3. Kelompok Usia Produktif:
v Situasi dan Kondisi
v Perlindungan Sosial bagi Kelompok Usia Produktif dan Tantangan Perluasan Kepesertaan Jamsos Ketenagakerjaan
v Rekomendasi Perluasan Kepesertaan Jamsos Ketenagakerjaan
Latar Belakang
Apa itu
Perlindungan Sosial?
• Perlindungan Sosial didefinisikan sebagai seluruh upaya yang bertujuan untuk mencegah, mengurangi, dan menangani risiko dan tantangan
sepanjang hayat (siklus hidup) dari guncangan dan kerentanan sosial yang dihadapi semua warga negara.
• Undang-Undang No.11 Tahun 2011 tentang Kesejahteraan Sosial:
Perlindungan Sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial.
• Skema Perlindungan Sosial di Indonesia saat ini terdiri dari:
• Bantuan Sosial (skema nonkontribusi) yang didanai oleh anggaran pemerintah
(dari pajak dan lainnya) tanpa memerlukan kontribusi dari penerima manfaat.
• Jaminan Sosial (skema kontribusi) merupakan kontribusi dari
peserta/penerima manfaat: Jaminan Sosial Kesehatan dan Jaminan Sosial
Penyandang Disabilitas Lansia 60+ tahun Usia Kerja 19-59 tahun Usia Sekolah 7-18 tahun Usia Anak 0-6 tahun
Dalam kehidupannya di sepanjang hayat, setiap individu
memiliki risiko dan tantangan...
USIA SEKOLAH
• Pekerja anak
• Tidak ada akses ke sekolah
• Malnutrisi
• Kehilangan perawatan dari orang tua karena migrasi dan kematian
• Terbatasnya akses ke pelatihan
• Pernikahan dini dan terlalu muda dalam mengasuh anak
USIA KERJA
LANSIA
• Meningkatnya ketidakmampuan menjalani hidup sehari-hari
• Ketidakmampuan dalam bekerja
• Tidak memperoleh perawatan dari keluarga
• Diskriminasi dalam angkatan kerja
• Terbatasnya akses ke kredit
USIA ANAK
• Berkurangnya pertumbuhan kognitif karena kurang gizi
• Stunting
• Tidak mendapatkan imunisasi
• Tidak ada akses ke perawatan sebelum dan setelah kelahiran
• Kehilangan perawatan dari orang tua karena migrasi atau kematian TANTANGAN LINTAS USIA (GUNCANGAN EKONOMI. BENCANA ALAM. ISU KESEHATAN DAN DISABILITAS
…tingkat kesejahteraannya pun sangat dinamis…
Dinamika Peringkat Kesejahteraan Dinamika Peringkat Kesejahteraan
2007 2014 2014 2015
Kuantil
tertinggi Kuantiltertinggi
Kuantil 4 Kuantil 3 Kuantil 2 Kuantil 4 Kuantil 3 Kuantil 2 Kuantil
tertinggi Kuantiltertinggi
Kuantil 4 Kuantil 3 Kuantil 2 Kuantil 4 Kuantil 3 Kuantil 2
Jaminan sosial Bantuan sosial Kelompok menengah Kaya “Missing Middle” kelompok menengah yang belum memiliki
akses/belum terjangkau Perlidungan Sosial Kelompok rentan Kelompok berkembang (emerging middle income group) 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% Pr o p o rs i Po p u la si
Program Perlindungan Sosial, terutama bagi
kelompok
“
Missing Middle
” di Indonesia
masih terbatas…
Program bantuan sosial saat ini. baru menyasar kelompok miskin. Kelompok terkaya umumnya telah memiliki akses ke Jaminan Sosial.
PKH 10 juta KPM Sembako 15,2 juta KPM Rp200.000 Per bulan Banpres Jabodetabek BST 9 juta KPM Di luar Jabode-tabek Diskon 50% Tagihan Tarif Listrik 900 VA 7,2 juta keluarga Gratis Tagihan Tarif Listrik 450 VA 24 juta keluarga PBI JKN 96,4 juta jiwa
Cakupan Program Perlindungan Sosial masa Pandemi
Covid-19 (2020)
BANTUAN SOSIAL JAMINAN SOSIAL
Desil 6 5 4 3 2 Juta 28 28 27 26 25 24 23 22 21 20 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 Tambahan Sembako 4,8 juta KPM Subsidi JKN Kelas 3 (38 juta peserta JKN) BLT DD Kartu Pra Kerja 5,6 juta individu/ KPM Rp600.000 3 bulan (April-Juni) Rp300.000 6 bulan (Juli-Desember) dan 3 bulan untuk BLTDD (Juli-Sept)
Relaksasi Iuran Jamsos(bagi seluruh peserta BPJS), dan Subsidi Gaji Peserta BPJS Ketenaga-kerjaan dengan Upah < Rp5 juta per bulan (bagi 15,7 juta pekerja)
Perlindungan Sosial Sepanjang Hayat bagi Semua
Sistem Perlindungan Sosial Indonesia Ke Depan
Perlindungan Sosial Sepanjang Hayat Bagi Semua (Jangka Panjang)
1. Tepat sasaran untuk
melindungi mereka yang miskin dan rentan.
2. Melindungi masyarakat yang rentan agar tidak terjatuh kembali ke bawah garis kemiskinan.
3. Mendorong investasi sumber daya manusia
1. Jaminan sosial baik kesehatan maupun ketenagakerjaan harus melindungi dari usia kerja sampai lanjut usia.
2. Idealnya fully funded oleh peserta yang mampu
berkontribusi.
Bantuan Sosial
(Skema non-kontribusi)Jaminan Sosial
(Skema Kontribusi)Melindungi
masyarakat
pada seluruh
siklus
kehidupan
“
”
Menuju Perlindungan Sosial Sepanjang Hayat Bagi Semua
Kelompok Lanjut Usia
Populasi Penduduk Indonesia 2019
Sumber: Kalkulasi TNP2K 2020, menggunakan Susenas Maret 2019
Kelompok Usia
Dibawah 40% Seluruh populasi
Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
0-6 7,609,270 49 7,976,850 51 16,196,101 49 16,952,453 51
7-18 12,012,699 49 12,621,116 51 27,061,663 49 28,535,475 51
19-59 28,164,216 51 27,297,963 49 76,241,785 50 76,669,802 50
60+ 6,114,144 54 5,129,564 46 13,426,243 52 12,223,042 48
Total 53,900,329 50 53,025,493 50 132,925,792 50 134,380,772 50
Pada 2019, sekitar 152 juta jiwa (57% dari populasi) berusia 19-59 Tahun (Kelompok Usia Kerja/Produktif) dan sekitar 9,6% (25.6 juta penduduk) berusia 60 tahun ke atas.
Tingkat kemiskinan tertinggi ditemukan pada
kelompok lansia
0 5 10 15 20 25 0-4 ta hun5-9 tah 10 -14 tah 15 -19 tah 20 -24 tah 25 -29 tah 30 -34 tah 35 -39 tah 40 -44 tah 45 -49 tah 50 -54 tah 55-59 tah 60 -64 tah 65 -69 tah 70 -74 tah 75 -79 tah 80 -84 tahu 85 + Pe rs e n ta se Ke m is ki n anü Lansia perempuan memiliki tingkat kemiskinan lebih tinggi dibandingkan laki-laki pada umur 60-74 tahun.
ü Sementara tingkat kemiskinan lansia laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan pada umur 75+ tahun.
Populasi Lansia 2019
No Kelompok Lansia Jumlah (Juta)
Persentase (%)
1. Lansia Muda (60-69 Tahun) 16,38 Juta 63,82
2. Lansia Madya (70-79 Tahun) 7,10 Juta 27,68
3. Lansia Tua (80 Plus) 2,18 Juta 8,50
Total Populasi Lansia 25,66 Juta 100
• Total Penduduk Lansia 60 tahun keatas adalah 25,6 juta jiwa, atau 9,6% total populasi Indonesia.
• 52% penduduk lansia adalah perempuan dan 48% laki laki. • 13,4% penduduk lansia perempuan hidup sendiri.
• Rasio Ketergantungan Penduduk Lansia pada 2019 adalah sekitar 15% atau
Indonesia Secara Perlahan
Menuju Menjadi Negara yang Menua
Sumber: BPS 2018 20 15 10 5 0 25 Lansia (60+tahun) Anak (0-4 tahun) 16,4% 19,8% 10,7% 9,8% 9% 8,9% 16,1% 4,5% 6,8% 8,6% 7,8% 6,9% 1971 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2025 2030 2035 2040 2045
Jaminan Pensiun kebanyakan dimiliki oleh
Lansia dari Kelas Menengah Atas
Grafik Persentase Rumah Tangga dengan minimal 1 anggota dengan jaminan pensiun
• Idealnya, seluruh populasi perlu memiliki simpanan pensiun/masa tua, terlepas dari status ekonominya. 0 4 8 12 16 20
Termiskin Desil 2 Desil 3 Desil 4 Desil 5 Desil 6 Desil 7 Desil 8 Desil 9 Terkaya
Pe rs en ta se ru m ah ta ng ga (%) Status ekonomi
Dukungan Keluarga Penting,
Tetapi Apakah Cukup bagi Lansia dan Keluarga Mampu?
Hampir 76% lansia tinggal bersama cucu dan anak-anak mereka. 0 10 20 30 40 50
Tinggal sendiri Tinggal bersama
pasangan Tinggal bersamakeluarga Tiga generasi Lainnya
Pe
rs
ent
as
e
Perempuan Laki-laki Total
0 20 40 60
Tinggal Sendiri Bersama Pasangan
Bersama Keluarga
Tiga Generasi Lainnya Perempuan Laki-laki Total
Seluruh Populasi 40% terbawah
• Ada asumsi kearifan lokal bahwa kaum lansia seharusnya diurus oleh keluarga, tetapi realitanya hal itu merupakan tantangan tersendiri.
Hampir 51% lansia tinggal bersama cucu dan anak-anak mereka.
Perlindungan Sosial bagi Kelompok Lansia
dan Tantangan
Perlindungan Sosial bagi Lansia
yang ada sangatlah terbatas
• Termasuk jaminan pensiun
PNS/ASN dan skema
kontribusi, dapat terlihat sekitar 12% lansia memiliki
perlindungan sosial
(Susenas, 2017).
• Untuk skema non-kontribusi, terlihat bahwa hanya kurang
dari 2% lansia memilki
perlindungan sosial
(walaupun sejak 2019,
jumlah cakupan sedikit lebih tinggi, sekitar 1.1 juta lansia
Perlindungan Sosial yang Sudah Ada dengan
Penerima Manfaat Kelompok Lansia
No Program Perlindungan Sosial Jumlah Penerima
Manfaat Lansia Bantuan Sosial/Skema Non-Kontribusi
1. Program Keluarga Harapan (PKH) 1.100.000
2 Program Bantu LU/Progres LU 30.000
Jaminan Sosial/Skema Kontribusi
1. Jaminan Pensiun untuk ASN dan Militer 3.000.000
2. Jaminan Pensiun melalui Ketenagakerjaan BPJS
(Angka merupakan anggota yang aktif yang membayar iuran -belum masuk usia pensiun per bulan September 2019)
17.964.544
Jaminan Kesehatan Nasional/JKN
1. Penerima Bantuan Iuran (PBI-JKN) per Desember
Rekomendasi Bantuan/Tunjangan Sosial
Bagi Lansia
Rekomendasi Sistem Perlindungan Sosial Indonesia untuk
Lansia Ke Depan (3 Pillar)
Update Usulan Bantuan Sosial/Tunjangan Lansia
(
Pension-tested
) Menurut Usia 2020-2024
No Jumlah Lansia 70 Tahun ke Atas***
Nilai Manfaat per bulan (dalam Rupiah) Estimasi Anggaran % PDB** Dalam Rupiah -Triliun Dalam US$ -Miliar* 1. 7,9 juta individu 200.000 18.9T 1.3 0,12 2. 300.000 28,4T 1.7 0,17
Program Target Penerima Opsi Nilai Manfaat Bantuan/Tunjangan Lansia
(Non-Kontribusi)
Setiap warga negara yang berumur 70 tahun ke atas dan belum menerima jaminan pensiun lain
Rp200.000 atau Rp300.000 per bulan per individu penerima
Perluasan cakupan pada kelompok lansia dan penyandang disabilitas
dapat berkontribusi pada penurunan tingkat kemiskinan nasional
dari 9,41% menjadi 6,8% hingga 7,6%*.
Perluasan cakupan pada kelompok lansia dan penyandang disabilitas juga dapat
berkontribusi pada penurunan tingkat kemiskinan di seluruh kelompok usia.
8,9 7,6 8,8 7,1 8,7 6,8 0 2 4 6 8 10
Bansos lansia Bansos lansia + disabilitas di bawah 40% Rp200.000/bulan Rp300.000/bulan Rp400.000/bulan
Kelompok Usia Produktif
Kelompok Usia Produktif
Susenas 2019
Sekitar 34% penduduk usia produktif merupakan penduduk dengan kondisi kesejahteraan sosial ekonomi 40% terbawah (atau sekitar 52 juta jiwa),
51% diantaranya adalah perempuan.
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
19-29 Tahun 8.089.713 51 7.689.176 49 15.778.889 23.185.496 49 23.779.964 51 46.965.459 30-39 Tahun 7.658.244 52 7.179.760 48 14.838.004 20.536.641 50 20.441.033 50 40.977.674 40-49 Tahun 6.046.969 49 6.304.601 51 12.351.570 18.384.314 50 18.487.336 50 36.871.649 50-59 Tahun 4.708.932 52 4.417.043 48 9.125.975 14.135.335 50 13.961.469 50 28.096.804 Total 26.503.858 51 25.590.580 49 52.094.438 76.241.786 50 76.669.802 50 152.911.586
Kelompok Usia
Produktif
4o% Terbawah
Seluruh populasi
Perempuan
Laki-laki
Jumlah Kelompok Usia Produktif (19-59 tahun)
DTKS SK 71
• Kelompok Usia Produktif (19-59 Tahun) 40% terbawah sekitar 56,3 juta jiwa.
• Dari 56,3 juta jiwa tersebut, sekitar 29,8 juta jiwa (53%) statusnya bekerja dan 26,4 juta jiwa (47%) tidak bekerja. .
• Dari total yang bekerja, hanya 34% perempuan bekerja dibanding dengan 66% laki-laki.
Jumlah % Perempuan % Jumlah % Perempuan %
19-30 Tahun 3.669.391 67 1.834.418 33 5.503.809 6.998.122 50 6.955.040 50 13.953.162 19.456.971 31-40 Tahun 5.471.360 68 2.529.820 32 8.001.180 1.241.027 25 3.794.012 75 5.035.039 13.036.219 41-50 Tahun 6.152.272 65 3.263.995 35 9.416.267 649.301 15 3.601.847 85 4.251.148 13.667.415 51-59 Tahun 4.397.870 63 2.566.011 37 6.963.881 564.856 18 2.633.913 82 3.198.769 10.162.650 Total 19.690.893 66 10.194.244 34 29.885.137 9.453.306 36 16.984.812 64 26.438.118 56.323.255 Kelompok Usia Produktif Total
Status Bekerja Status Tidak Bekerja
Populasi Penduduk Usia Kerja Di Indonesia
Angkatan Kerja* (133,6 Juta) Bekerja 94,7% (126,5 juta) Formal Informal Pengangguran 5,3% (7,1 juta)Bukan Angkatan Kerja** (64,4 Juta) Sekolah (16 Juta) Mengurus Rumah Tangga (40,2 Juta) Lainnya (8,1 Juta)
Sumber: BPS-Sakernas Agustus 2019, dikalkulasi TNP2K 2020
Catatan:
• Dari total Angkatan Kerja sebanyak 133,6 juta jiwa, sekitar 94,7% memiliki status bekerja.
Ø Sekitar 5,3% (7,1 juta jiwa) tidak bekerja/menganggur.
• Dari total Angkatan kerja yang bekerja, sekitar 55,7% bekerja di Sektor Informal dan 44,3 % di Sektor Formal.
Mayoritas Angkatan Kerja di Indonesia
Lulusan SD
• Mayoritas Angkatan Kerja (AK) hanya lulusan SD (38%), diikuti
lulusan SMA/SMK (31%), dan
lulusan Diploma dan Sarjana
hanya sebanyak 12%.
• Mayoritas AK di Perkotaan
memiliki ijazah SMA/SMK (38%).
• AK di pedesaan didominasi
lulusan SD (51%).
• Tingkat pendidikan angkatan kerja, baik di antara kelompok laki-laki maupun
Tabel Kondisi Angkatan Kerja dengan Ijazah Tertinggi
0 15 30 45 60
Total Perkotaan Pedesaan Laki Perempuan
Pe
rse
n
SD SMP SMA/K Diploma+Sarjana
Perlindungan Sosial Kelompok Usia Produktif
dan Tantangan Perluasan Kepesertaan
Prinsip Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
1.
Menjadi hak konstitusional seluruh rakyat Indonesia.
2. Mampu dan ingin membayar/berkontribusi (
Ability and willingness
to pay
).
3. Keberlanjutan (
sustainability
) dan kecukupan iuran dan manfaat
(
adequacy
).
4. Membuka akses pembiayaan lebih luas kepada seluruh rakyat
Indonesia.
5. Pekerja dijamin ketika mengalami kecelakaan kerja atau
meninggal.
6. Pekerja dijamin tingkat pendapatannya pada saat bekerja maupun
pasca bekerja.
Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
Program JHT• PPU: 5.7% total upah (3.7% pemberi kerja, 2% pekerja) • PBPU: 2% sesuai kemampuan
penghasilan
• ManfaatUang tunailump sum
(akumulasi nilai iuran + hasil pengembangan) diberikan saat mencapai usia pensiun (termasuk yang
mengundurkan diri, PHK, tidak aktif bekerja,
meninggalkan Indonesia selamanya), meninggal, atau cacat total tetap
Program JKK
• PPUoleh pemberi kerjar: 0.24%-1.74% sesuai kelp. Usaha • PBPU: 1% sesuai
kemampuan penghasilan
• Manfaat: Santunan tunai, program return to work
Program JKM
• PPUoleh pemberi kerja: 0.3% total upah, • PBPU: Rp. 6,800/
bulan
• Manfaat: Jaminan 24 juta (santunan 16.2 juta, biaya pemakaman 3 juta, santuan berkala 4,8 juta) & bila
meninggal bukan akibat kecelakaan kerja & telah mengiur min 5 tahun maka jaminan 12 juta bagi beasiswa anak
Program Jaminan Pensiun
• PPU:3% upah (2% pemberi kerja, 1% pekerja)
• Manfaat:Jaminan dibayarkan per bulan ketika memasuki usia pension, mengalami cacat total tetap atau kepada ahli waris bagi peserta yang meninggal
v Rencana Program baru dalam Jamsos Ketenagakerjaan (UU No. 11 Tahun 2020/UU Cipta
Hanya 38,5% pekerja formal (PPU-Pekerja Penerima Upah) dan hanya 0,2% pekerja informal (PBPU-Pekerja Bukan Penerima Upah)
menjadi peserta Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.
v Hanya <50% PPU yang menjadi peserta JKK-JKm
v Hanya 10% yang menjadi peserta JHT
serta hanya 8% memiliki JP
Total peserta aktif BPJS Ketenagakerjaan sekitar
30 juta pekerja (per Sept. 2020)
Sumber:
• Data Peserta PPU, PBPU dan Jasa Konstruksi berdasarkan informasi BPJS TK per Sept 2020
Jenis Kepesertaan JKK dan JKM JHT JP PPU 19.380.812 15.413.654* 12.445.629 PBPU 2.061.564 179.925** -Jasa Konstruksi 8.119.478 - -Pekerja Migran*** 422.050 23 -Total 29.983.904 15.593.602 12.445.629
Dasar Hukum Penyelenggaraan
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
PP 44/2015 Penyelenggaraan Program JKK dan JKM PP 45/2015 Penyelenggaraan Program JP PP 46/2015 Penyelenggaraan Program JHT PP 60/2015 PP 82/2019 Perubahan UUD 1945 Pasal 28H dan 34 UU 40/2004
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
UU 24/2011
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Lima Kategori Pekerja dalam Penyelenggaraan
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
Pekerja Penerima Upah Permenaker 26/2015 Permenaker 29/2015
Program JKK, JKM, JHT, JP
Pekerja Harian Lepas, Borongan dan PKWT Sektor Usaha Jasa Konstruksi
Permenaker 44/2015
Program JKK dan JKM
Pekerja
Bukan Penerima Upah Permenaker 1/2016 Permenaker 21/2017
Program JKK, JKM, JHT
Nelayan, Pembudi Daya Ikan dan Petambak Garam
Permen-KP No. 18/Permen-KP/2016
Jaminan Perlindungan atas Risiko
Pekerja Migran Indonesia Permenaker 18/2018
Jaminan Sosial bagi (JKK, JKM, JHT)
Tantangan Perluasan Kepesertaan
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
1. Terlalu banyak regulasi dan inkonsistensi antar regulasi yang ada.
2. Program Jaminan Pensiun masih belum dapat diakses oleh semua
kategori pekerja, terutama Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU), pekerja
harian lepas/borongan/musiman di Jasa Konstruksi, dan pekerja migran.
3. Sosialisasi dan edukasi program jaminan sosial ketenagakerjaan belum
optimal, terutama ke segmen PBPU.
4. Ketidakpatuhan (non-compliance) pemberi kerja dalam pendaftaran PPU
ke dalam program jaminan sosial ketenagakerjaan.
5. Penjangkauan kepesertaan di sektor informal masih terbatas, padahal
jumlah pekerja informal lebih banyak dibandingkan pekerja formal.
Tantangan Perluasan Jaminan Sosial ketenagakerjaan
dari Perspektif Regulasi (1)
PPU
(Pekerja Penerima
Upah)
• PPU di skala usaha besar dan menengah memiliki cakupan program jaminan sosial ketenagakerjaan terlengkap (JKK, JKM, JHT, dan JP).
• PPU di skala usaha kecil dan mikro belum bisa mengakses
program JP. Pemberi kerja pada skala usaha ini tidak diwajibkan mengikutsertakan pekerjanya pada program JP.
• PPU di semua skala usaha dapat mendaftarkan dirinya sendiri untuk semua program jaminan sosial ketenagakerjaan, tetapi kontribusi iuran berasal dari pekerja dan pemberi kerja.
PBPU
(Pekerja Bukan Penerima
• PBPU hanya diwajibkan menjadi peserta program JKK dan JKM. Kepesertaan program JHT bersifat sukarela.
Tantangan Perluasan Jaminan Sosial
ketenagakerjaan dari Perspektif Regulasi (2)
Pekerja Harian Lepas di Jasa Konstruksi Pekerja Migran
• Pekerja harian lepas/borongan dan/atau musiman di bidang jasa konstruksi belum bisa mengakses program JHT dan JP.
• Pemberi kerja di bidang jasa konstruksi hanya diwajibkan
mendaftarkan pekerja harian lepasnya pada program JKK dan JKM.
• Pekerja migran belum bisa mengakses program JP.
• Pekerja migran hanya diwajibkan menjadi peserta program JKK dan JKM. Kepesertaan program JHT bersifat sukarela.
Rencana Perluasan Cakupan Kepesertaan
PBI (Penerima Bantuan Iuran)
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
ü UU 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
memungkinkan perluasan cakupan pembayaran iuran oleh pemerintah bagi penerima bantuan iuran (PBI) untuk program jaminan sosial ketenagakerjaan.
ü RPJMN 2020-2024 telah mencantumkan cakupan PBI jaminan
sosial ketenagakerjaan sebanyak 20 juta peserta.
ü Saat ini hanya ada regulasi yang mengatur PBI jaminan kesehatan
(PP 76/2015), perlu ada regulasi yang mengatur PBI jaminan sosial
Rekomendasi Perluasan Kepesertaan
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
Rekomendasi Perluasan Kepesertaan
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
1. Menyederhanakan dan menjaga konsistensi regulasi diawali dengan peninjauan kembali UU SJSN dan UU BPJS.
2. Meningkatkan kepatuhan pemberi kerja dan peserta dalam menjalankan regulasi terkait jaminan sosial ketenagakerjaan
3. Mendorong dan meningkatkan kepesertaan program JHT dan JP untuk PPU.
4. Mengembalikan mandat JHT sebagai perlindungan pada usia pensiun sehingga tidak bisa dicairkan dini dan melakukan peninjauan terhadap kemungkinan integrasi JHT dan JP.
5. Memperluas kepesertaan Jaminan Pensiun untuk semua kategori peserta (PPU dan PBPU), termasuk pekerja informal dengan melakukan revisi sejumlah peraturan yang ada.
6. Mendorong dan memperluas kepesertaan program Jamsos Ketenagakerjaan untuk
PBPU.
7. Melaksanakan mandat RPJMN 2020-2024 mengenai PBI Jamsos Ketenagakerjaan
Rekomendasi Umum Perluasan Kepesertaan Jaminan
Sosial Ketenagakerjaan
Skema
Hybrid
3 Pillar
100% 80% 40% • Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jamsos Ketenagakerjaan, dimulai dengan PBI JKK & JKM;
Matching Defined Contribution (MDC)/Tambahan Kontribusi)
Target: Pekerja BPU Sektor Informal (40%-80%)
Peserta Mandiri JKK, JKM, JHT dan Jaminan Pensiun
Target:Pekerja PU & Pekerja BPU yang mampu berkontribusi
Rekomendasi Umum Perluasan Kepesertaan
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
Skema
Hybrid
3 Pillar
ü Pilar 1 à PBI Jamsos Ketenagakerjaan (dimulai dengan PBI JKK dan JKm)
sebagai insentif mengiur JHT.
Ø Target: kelompok usia produktif miskin dan rentan.
ü Pilar 2 à Tambahan Kontribusi (Matching Defined Contribution/MDC),
misalnya jika orang tua (lansia) dari usia produktif memperoleh Bansos Lansia, menjadi insentif agar mengiur JKK-JKm dan JHT.
Ø Target: kelompok usia produktif Bukan Penerima Upah (BPU) sektor informal yang mampu dan ingin berkontribusi.
PBI-Jamsos Ketenagakerjaan
(Program JKK dan JKm)
Ilustrasi Perhitungan
1. Pekerja miskin dan rentan sekitar 29,8 juta orang
(DTKS SK
71/2018).
2. Estimasi Pembiayaan PBI JKK dan JKm
à
29,8 juta x Rp16.800
x 12 = Rp6T.
3. Target RPJMN 2020 – 2024
untuk PBI JKK dan JKm sebesar
20
juta pekerja miskin dan rentan.
4. Pembiayaan dapat dilakukan secara bertahap di 2021 hingga
2024
à
misalnya 2021 menjangkau 5 juta peserta = 5 juta x
Rekomendasi Peranan Serikat Buruh/Serikat
Pekerja dalam Perluasan Kepesertaan
Mendorong and Meningkatkan Partisipasi Serikat
Buruh/Serikat Pekerja (SB/SP) dalam Perluasan Kepesertaan
Jamsos Ketenagakerjaan
1. Berperan aktif dalam upaya revisi beberapa regulasi untuk perluasan kepesertaan jamsos ketenagakerjaan.
2. Mendorong upaya memastikan kepatuhan (compliance) dan penegakan hukum terkait kepesertaan jamsos ketenagakerjaan di tingkat
perusahaan, termasuk perusahaan outsourcing.
3. Bekerjasama dengan pihak terkait (BPJS Ketenagakerjaan) dalam sosialisasi dan edukasi kepada publik dan seluruh anggota SP/SB tentang Jamsos Ketenagakerjaan.
4. Mendorong upaya Pemberian Bantuan Iuran (PBI) Program Jamsos Ketenagakerjaan bagi pekerja miskin dan rentan di sektor informal. 5. Mendorong penyederhanaan proses administrasi kepesertaan jamsos
mulai dari proses pendaftaran, pembayaran iuran, dan akses peserta ke penerimaan manfaat.