PRA RANCANGAN PABRIK
PEMBUATAN KALSIUM ASETAT DAN MAGNESIUM ASETAT
DARI ASAM ASETAT DAN BATU DOLOMIT
DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 15.000 TON/TAHUN
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Ujian Sarjana Teknik Kimia
Oleh :
T.M.ZACHARI ALAMSYAH
040405029
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Pra
Rancangan Pabrik Pembuatan Kalsium Magnesium Asetat Dari Asam Asetat
Dan Batu Dolomit dengan kapasitas 15000 ton/tahun. Tugas Akhir ini dikerjakan
sebagai syarat untuk kelulusan dalam sidang sarjana.
Selama mengerjakan Tugas akhir ini penulis begitu banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini perkenankanlah
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Ir Fatimah, MT sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
arahan selama menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Ibu Farida Hanum, ST MT sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
arahan selama menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Bapak Ir Indra Surya, MSc sebagai Dosen Penguji I yang telah memberikan
arahan selama menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Bapak Hendra Ginting ST, MT sebagai Dosen Penguji II yang telah memberikan
arahan selama menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Ibu Ir. Renita Manurung, MT sebagai Ketua Departemen Teknik Kimia FT USU
6. Bapak Dr. Ir. Irvan, MSi sebagai Koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik
Kimia FT USU.
7. Seluruh Dosen Pengajar Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama menjalani
studi.
8. Para pegawai administrasi Departemen Teknik Kimia yang telah memberikan
bantuan kepada penulis selama mengenyam pendidikan di Deparetemen Teknik
Kimia.
9. Dan yang paling istimewa Orang tua penulis yaitu Ibunda Cut Meurah Hasruyati
dan Ayahanda dr T.M. Thaib SpA, MKes, yang tidak pernah lupa memberikan
motivasi dan semangat kepada penulis.
10.Ibu Siti Rohana, wali/bibi penulis yang telah membimbing dan mendidik penulis
11.Adinda T.M. Febriansyah yang selalu mendoakan dan memberikan semangat.
12.Ghazali Wardhono dan Ishan Wardhono, Adik Sepupu penulis yang telah
memberi motivasi dan semangat selama penulis menimba ilmu di Medan.
13.Kak Yuli, yang telah memberi motivasi dan semangat selama penulis menimba
ilmu di Medan.
14.Teman-teman stambuk ‘04 tanpa terkecuali. Terima kasih buat kebersamaan dan
semangatnya.
15.Teman seperjuangan, Sahala sebagai partner penulis dalam penyelesaian Tugas
Akhir ini.
16.Adik-adik junior stambuk ’05, ’06, ’07, ’08 dan ’09.
17.Seluruh Pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu namanya yang juga turut
memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan
dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan pada penulisan berikutnya.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 20 Maret 2010
Penulis,
T.M. Zachari Alamsyah
INTISARI
Kalsium Asetat dan Magnesium Asetat diperoleh melalui reaksi antara
Asam Asetat dan batu dolomit dalam reaktor tangki berpengaduk pada suhu dan
tekanan yang relatif rendah dimana produksi yang dihasilkan bermanfaat sebagai
penyerap SOx dan NOx pada pabrik batubara dan pencair salju di daerah yang
beriklim salju.
Pabrik pembuatan Kalsium Asetat dan Magnesium Asetat ini direncanakan
berproduksi dengan kapasitas 15.000 ton/tahun dengan masa kerja 330 hari dalam
satu tahun. Lokasi pabrik direncanakan di daerah Kuta Gambir, Kabupaten Dairi,
Sumatera Utara dengan luas areal 10.120 m2. Tenaga kerja yang dibutuhkan 150 orang dengan bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT) yang dipimpin oleh
seorang General Manager dengan struktur organisasi sistem garis dan staf.
Hasil analisa ekonomi pabrik pembuatan Kalsium Asetat dan Magnesium
Asetat ini adalah sebagai berikut:
Modal Investasi : Rp 362.148.832.199,- Biaya Produksi : Rp 207.518.065.757,- Hasil Penjualan : Rp296.998.526.880,-
Laba Bersih : 89.480.461.123,- Profit Margin : 30,28%
Break Event Point : 61,03 % Return of Investment : 17,39 % Return on Network : 28,98% Pay Out Time : 5,75 tahun Internal Rate of Return : 30,98%
Dari hasil analisa aspek ekonomi dapat disimpulkan bahwa Pabrik
Pembuatan Kalsium Asetat dan Magnesium Asetat dari Asam Asetat dan Batu
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ...i
INTISARI ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ...vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
DAFTAR PUSTAKA ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... I-1
1.1 Latar Belakang ... I-1
1.2 Perumusan Masalah ... I-2
1.3 Tujuan Pra Rancangan Pabrik ... I-2
1.4 Manfaat Perancangan ... I-3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES ... II-1
2.1 Kalsium Asetat dan Magnesium Asetat ... II-1
2.2 Perkembangan Kalsium Asetat dan Magnesium Asetat ... II-1
2.3 Kegunaan Kalsium Asetat dan Magnesium Asetat ... II-3
2.4 Asam Asetat ... II-5
2.5 Batu Dolomit ... II-5
2.6 Proses Produksi Kalsium Asetat dan Magnesium Asetat ... II-5
2.7 Dasar-dasar Pemilihan Proses ... II-7
2.8 Deskripsi Proses ... II-9
BAB III NERACA MASSA ...III-1
3.1 Tangki Pencampur I (M – 101) ...III-1
3.2 Reaktor ( R – 201) ...III-1
3.3 Filter Press (FP – 101) ...III-2
3.4 Tangki Netralisasi (TT – 201) ...III-2
3.5 Evaporator 1 (FE-201)...III-2
3.6 Crystallizer(CR-201) ...III-3
3.8 Furnace (B – 101) ...III-3
BAB IV NERACA ENERGI ... IV-1
4.1 Furance ... IV-1
4.2 Waste Heat Bolier ... IV-1
4.3 Heater 1(E-101) ... IV-1
4.4 Reaktor 1(R-201) ... IV-2
4.5 Evaporator 1 (FE-201) ... IV-2
4.6 Cooler (E–201) ... IV-2
4.7 Crystallizer (CR–201) ... IV-2
4.8 Drum drier (DE–201) ... IV-3
BAB V SPESIFIKASI PERALATAN ... V-1
BAB VI INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA ... VI-1
6.1 Instrumentasi ... VI-1
6.2 Keselamatan Kerja Pabrik ... VI-8
BAB VII UTILITAS... VII-1
7.1 Kebutuhan Uap (Steam) ... VII-1
7.2 Kebutuhan Air ... VII-2
7.3 Kebutuhan Listrik ... VII-12
7.4 Unit Pengolahan Limbah ... VII-13
7.6 Spesifikasi Peralatan Utilitas... VII-17
BAB VIII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK ... VIII-1
8.1 Lokasi Pabrik... VIII-1
8.2 Tata Letak Pabrik ... VIII-6
8.3 Perincian luas tanah ... VIII-7
BAB IX ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN ... IX-1
9.1 Organisasi Perusahaan ... IX-1
9.1.1 Bentuk Organisasi Garis... IX-2
9.1.2 Bentuk Organisasi Fungsionil ... IX-2
9.1.3 Bentuk Organisasi Garis dan Staf ... IX-3
9.1.4 Bentuk Organisasi Fungsionil dan staf ... IX-3
9.2 Manajemen Perusahaan ... IX-3
9.4 Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab ... IX-6
9.5 Sistem Kerja ... IX-8
9.6 Jumlah Karyawan dan Tingkat Pendidikan ... IX-9
9.7 Sistem Penggajian ... IX-11
9.8 Fasilitas Tenaga Kerja ... IX-12
BAB X ANALISA EKONOMI ... X-1
10.1 Modal Investasi ... X-1
10.2 Biaya Produksi Total (BPT)/Total Cost (TC) ... X-4
10.3 Total Penjualan (Total Sales) ... X-5
10.4 Bonus Perusahaan ... X-5
10.5 Perkiraan Rugi/Laba Usaha ... X-5
10.6 Analisa Aspek Ekonomi ... X-5
BAB XI KESIMPULAN ... XI-1
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1 Impor Kalsium Magnesium Asetat Indonesia ... I-2
Tabel 3.1 Neraca Massa pada Tangki Pencampur I (M – 101) ...III-1
Tabel 3.2 Neraca Massa pada Reaktor ( R – 201) ...III-1
Tabel 3.3 Neraca Massa pada Filter Press (FP – 101) ...III-2
Tabel 3.4 Neraca Massa pada Tangki Netralisasi (TT – 201)...III-2
Tabel 3.5 Neraca Massa pada Evaporator 1 (FE-201) ...III-2
Tabel 3.6 Neraca Massa pada Crystallizer(CR-201) ...III-3
Tabel 3.7 Neraca Massa pada Drum drier(DE-201) ...III-3
Tabel 3.8 Neraca Massa pada Furnace (B – 101) ...III-3
Tabel 4.1 Neraca Energi pada Furnace (B–101) ... IV-1
Tabel 4.2 Neraca Energi pada Waste heat boiler (E–101) ... IV-1
Tabel 4.3 Neraca Energi pada Heater 1(E-101) ... IV-1
Tabel 4.4 Neraca Energi pada Reaktor 1(R-201) ... IV-2
Tabel 4.5 Neraca Energi pada Evaporator 1 (FE-201) ... IV-2
Tabel 4.6 Neraca Energi pada Cooler (E–201) ... IV-2
Tabel 4.7 Neraca Energi pada Crystallizer (CR–201) ... IV-2
Tabel 4.8 Neraca Energi pada Drum drier (DE–201) ... IV-3
Tabel 6.1 Daftar Instrumentasi pada Pra Rancangan Pabrik Pembuatan
Kalsium Asetat dan Magnesium Asetat ... VI-4
Tabel 7.1 Kebutuhan Uap pada Alat ... VII-1
Tabel 7.2 Kebutuhan Air Pendingin pada Alat ... VII-2
Tabel 7.3 Kebutuhan Air Umpan Boiler ... VII-3
Tabel 7.4 Pemakaian Air Untuk Berbagai Kebutuhan ... VII-4
Tabel 7.5 Kualitas Air Sungai Lau Gunung, Dairi ... VII-5
Tabel 7.6 Perincian Kebutuhan Listrik ... VII-12
Tabel 8.1 Perincian Luas Tanah ... VIII-7
Tabel 9.1 Jadwal Kerja Karyawan Shift ... IX-9
Tabel 9.2 Jumlah Karyawan dan Kualifikasinya... IX-10
Tabel LB.1 Kapasitas Panas Bahan ... LB-1
Tabel LB.2 Nilai Konstanta a,b,c dan d untuk perhitungan Cp fasa cair ... LB-3
Tabel LB.3 Nilai Konstanta a,b,c dan d untuk perhitungan Cp fasa cair ... LB-2
Tabel LB.4 Neraca Panas Total Furnace ... LB-5
Tabel LB.5 Neraca Panas Total Waste Heat Boiler ... LB-7
Tabel LB.6 Neraca Panas Total Heater ... LB-9
Tabel LB.7 Neraca Panas Total Reaktor...LB-13
Tabel LB.8 Neraca Panas Total Evaporator 1 ...LB-17
Tabel LB.9 Neraca Panas Total Cooler ...LB-19
Tabel LB.10 Neraca Panas Total Crystallizer ...LB-22
Tabel LB.11 Neraca Panas Total Drum drier ...LB-25
Tabel LC.1 Data pada Alur 1 ... LC-1
Tabel LC.2 Data pada Alur 5 ... LC-4
Tabel LC.7 Komposisi Gas pada Knock-out Drum (KO-101) ...LC-17
Tabel LD.1 Perhitungan Entalpi dalam Penentuan Tinggi Menara Pendingin LD-31
Tabel LE.1 Perincian Harga Bangunan, dan Sarana Lainnya ... LE-1
Tabel LE.2 Harga Indeks Marshall dan Swift ... LE-3
Tabel LE.3 Estimasi Harga Peralatan Proses ... LE-6
Tabel LE.4 Estimasi Harga Peralatan Utilitas dan Pengolahan Limbah ... LE-7
Tabel LE.5 Biaya Sarana Transportasi ... LE-11
Tabel LE.6 Perincian Gaji Pegawai ... LE-14
Tabel LE.7 Perincian Biaya Kas ... LE-15
Tabel LE.8 Perincian Modal Kerja... LE-16
Tabel LE.9 Aturan Depresiasi Sesuai UU Republik Indonesia
No.17 Tahun 2000 ... LE-18
Tabel LE.10 Perhitungan Biaya Depresiasi Sesuai UU RI
No. 17 Tahun 2000 ... LE-18
Tabel LE.11 Data Perhitungan BEP ... LE-27
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 6.1 Instrumentasi Tangki Cairan ... VI-5
Gambar 6.2 Instrumentasi Pompa ... VI-5
Gambar 6.3 Instrumentasi Heater dan cooler ... VI-5
Gambar 6.4 Instrumentasi Reaktor ... VI-6
Gambar 6.5 Instrumentasi Furnace ... VI-6
Gambar 6.6 Instrumentasi Waste Heat Boiler ... VI-6
Gambar 6.7 Instrumentasi Tangki Netralisasi ... VI-7
Gambar 6.8 Instrumentasi Crystallizer dan drier ... VI-7
Gambar 6.9 Instrumentasi Filter Press ... VI-7
Gambar 6.10 Instrumentasi Evaporator ... VI-8
Gambar 7.1 Diagram Alir Pengolahan Air Pra Rancangan Pabrik
Pembuatan Kalsium Asetat dan Magnesium Asetat...VII-27
Gambar 8.1 Tata Letak Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Pabrik ... VIII-9
Gambar 9.1 Bagan Struktur Organisasi Perusahaan Pra Rancangan
Pabrik Pembuatan Kalsium Asetat dan Magnesium Asetat ... IX-13
Gambar LD.1 Sketsa Sebagian Bar Screen ... LD-2
Gambar LD.2 Grafik Entalpi dan Temperatur Cairan pada Cooling Tower .... LD-30
Gambar LD.3 Kurva Hy terhadap 1/(Hy*– Hy) ... LD-31
Gambar LE.1 Harga Peralatan untuk Tangki Penyimpanan (Storage) ... LE-5
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA ... LA-1
LAMPIRAN B PERHITUNGAN NERACA PANAS ... LB-1
LAMPIRAN C PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN ... LC-1
LAMPIRAN D PERHITUNGAN SPESIFIKASI ALAT UTILITAS ... LD-1
LAMPIRAN E PERHITUNGAN ASPEK EKONOMI ... LE-1
INTISARI
Kalsium Asetat dan Magnesium Asetat diperoleh melalui reaksi antara
Asam Asetat dan batu dolomit dalam reaktor tangki berpengaduk pada suhu dan
tekanan yang relatif rendah dimana produksi yang dihasilkan bermanfaat sebagai
penyerap SOx dan NOx pada pabrik batubara dan pencair salju di daerah yang
beriklim salju.
Pabrik pembuatan Kalsium Asetat dan Magnesium Asetat ini direncanakan
berproduksi dengan kapasitas 15.000 ton/tahun dengan masa kerja 330 hari dalam
satu tahun. Lokasi pabrik direncanakan di daerah Kuta Gambir, Kabupaten Dairi,
Sumatera Utara dengan luas areal 10.120 m2. Tenaga kerja yang dibutuhkan 150 orang dengan bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT) yang dipimpin oleh
seorang General Manager dengan struktur organisasi sistem garis dan staf.
Hasil analisa ekonomi pabrik pembuatan Kalsium Asetat dan Magnesium
Asetat ini adalah sebagai berikut:
Modal Investasi : Rp 362.148.832.199,- Biaya Produksi : Rp 207.518.065.757,- Hasil Penjualan : Rp296.998.526.880,-
Laba Bersih : 89.480.461.123,- Profit Margin : 30,28%
Break Event Point : 61,03 % Return of Investment : 17,39 % Return on Network : 28,98% Pay Out Time : 5,75 tahun Internal Rate of Return : 30,98%
Dari hasil analisa aspek ekonomi dapat disimpulkan bahwa Pabrik
Pembuatan Kalsium Asetat dan Magnesium Asetat dari Asam Asetat dan Batu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batubara pada masa mendatang mempunyai prospek yang cerah sebagai
bahan bakar alternatif. Hal ini ditandai dengan makin terbatasnya bahan bakar
minyak maupun gas disamping makin berkembangnya kegiatan industri baik skala
besar, menengah dan kecil. Selain tetap memanfaatkan minyak bumi dan gas bumi
yang semakin terbatas jumlahnya dan semakin mahal, negara-negara industri
berusaha memanfaatkan batubara sebagai bahan bakar penghasil energi.
Akan tetapi, persoalan yang dihadapi dalam penggunaan batubara secara
konvensional sebagai sumber energi istrik pada PLTU antara lain soal pencemaran
udara yang disebakan oleh gas buang yang mengandung partikel-partikel halus, SOx
dan NOx yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan BBM dan gas.
Hal ini disebabkan oleh sangat bervariasinya kualitas batubara dan semakin ketatnya
peraturan lingkungan. Untuk mengurangi resiko tersebut, diperlukan tambahan biaya
investasi dan operasi guna mengurangi dampak negatif terhadap kelestarian
lingkungan. Berbagai upaya untuk mengatasi pencemaran tersebut telah dilakukan
salah satunya melalui proses gasifikasi batubara yaitu pada pembangkit listrk tenaga
gas uap (PLTGU) telah diterapkan. Akhir-akhir ini juga telah diteliti suatu senyawa
yaitu kalsium magnesium asetat yang sangat efektif dalam mengurangi emisi SOx
dan NOx dalam pembakaran batubara, sehingga proses pembakaran batubara menjadi
lebih ramah lingkungan dan tidak berbahaya (Sukandarrumidi, 2001).
Konsumsi batubara dalam negeri sekarang cukup tinggi sehingga emisi yang
dihasilkan harus ditekan serendah mungkin untuk mengurangi pengaruh negatif
terhadap lingkungan. Hal ini mendorong kebutuhan kalsium magnesium asetat
sebagai agen pereduksi SOx dan NOx juga meningkat.
Selain itu kalsium magnesium asetat mempunyai beberapa kegunaan lain
yaitu sebagai pencair es/ salju, yang dapat meminimumkan kecelakaan di jalan raya
yang sangat berguna digunakan di dataran-dataran negara Eropa atau negara-negara
Impor kalsium magnesium asetat berkembang pesat dari tahun ke tahun. Hal
ini disebabkan berkembangnya pabrik batubara di Indonesia. Menurut BPS (2004
dan 2006), impor kalsium magnesium asetat Indonesia seperti pada Tabel 1.1 berikut
ini.
Tabel 1.1 Impor Kalsium Magnesium Asetat Indonesia
Tahun Impor
Berat bersih (kg)
2005 18.235.970
2006 23.342.294
2007 24.453.664
2008 25.198.630
2009 26.664.675
(BPS, 2005 sampai 2009)
Selain itu kebutuhan dunia kalsium asetat dan magnesium asetat dunia dari
tahun ke tahun semakin meningkat , terutama di negara-negara Eropa dan sebagian
negara-negara Asia yaitu sebagai pencair salju untuk mengurangi kecelakaan di jalan
raya, sehingga produk kalsium asetat dan magnesium asetat ini diharapkan mampu
untuk memenuhi kebutuhan dunia.
1.2 Perumusan Masalah
Kalsium asetat dan magnesium asetat merupakan absorben yang dapat
menyerap SOx , NOx, dan debu dari hasil pembakaran bahan bakar batubara. Sampai
saat ini kalsium asetat dan magnesium asetat masih diimpor dan penggunaannya
cenderung meningkat. Sehingga dengan pra-rancangan pabrik ini diharapkan dapat
membantu mengurangi polusi yang terjadi akibat pemakaian batubara dan
1.3 Tujuan Pra Rancangan Pabrik
Pembuatan pra-rancangan pabrik pembuatan kalsium asetat dan magnesium
asetat ini secara umum bertujuan untuk menerapkan disiplin ilmu teknik kimia
khususnya di bidang perancangan dan operasi teknik kimia. Sedangkan tujuan
khususnya adalah untuk meninjau studi kelayakan dari pra rancangan pabrik
pembuatan kalsium asetat dan magnesium asetat dari asam asetat dan batu dolomit
ini.
1.4 Manfaat Perancangan
Manfaat pra perancangan pabrik pembuatan kalsium asetat dan magnesium
asetat adalah memberikan gambaran kelayakan dari segi rancangan dan ekonomi
pabrik sehingga akan mendukung pertumbuhan pabrik batubara Indonesia. Hal ini,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES
2.1 Kalsium Asetat dan Magnesium Asetat
Kalsium asetat dan magnesium asetat merupakan garam-garam asetat dimana
hidrat yang stabil ada dalam bentuk monohidrat dan tetrahidrat, yang terdiri dari
kalsium asetat (Ca(CH3COO)2 . H2O) dan magnesium asetat (Mg(CH3COO)2 .
4H2O), berupa kristal yang larut sangat baik dalam air. Calcium Magnesium Acetate
(CMA) biasanya diproduksi dalam perbandingan mol antara Ca:Mg dan merupakan
sifat fisika yang penting dalam produksi CMA terutama jika digunakan sebagai
deicer.
CMA biasanya digunakan sebagai bahan penyerap emisi NOx dari asap
pembakaran pabrik dan juga sebagai agen pencairan es yang biasanya menutupi
jalan-jalan raya didaerah bersalju dan jalan raya didataran tinggi. Dahulu untuk
mencairkan es dimusim salju orang-orang banyak menggunakan garam batu (NaCl),
namun pemakainnya sebagai deicer terus meningkat tiap tahunnya yang akhirnya
menyebabkan masalah pengkaratan yang serius dan juga menyebabkan kerusakan
lingkungan akibat penggunaan yang berlebihan. CMA sebagai garam-garam asetat
yang memiliki sifat kimia rendah korosi, tidak mengganggu ataupun merusak
vegetasi dan aman bagi lingkungan merupakan solusi yang terbaik untuk mengganti
deicer lain yang selama ini merusak lingkungan.
Permintaan akan senyawa CMA terus meningkat setiap tahunnya mengingat
kegunaannya sebagai deicer sangat dibutuhkan di negara-negara yang mengalami
musim dingin bersalju dan dataran tinggi di daerah pegunungan yang bersalju
(Leineweber,2002).
2.2 Perkembangan Kalsium Asetat dan Magnesium Asetat
Sodium klorida telah digunakan sebagai deicer di jalan dan dataran tinggi di
Amerika Serikat sejak 1930-an. Karena keefektifannya yang menjangkau temperatur
yang umum. Konsumsi deicer di Amerika Serikat mencapai 4 juta ton pada awal
tahun 1960-an dan mencapai nilai tertinggi 12 juta ton pada akhir 1970-an.
Tetapi penggunaan berlebih dari zat ini banyak menimbulkan masalah serius
seperti masalah korosi, dan juga banyak menimbulkan masalah lingkungan,
masalah-masalah utama yang ditimbulkan adalah :
• Kerusakan pada jembatan dan berkaratnya penguat jembatan • Korosi pada kendaraan
• Polusi pada tanah, air tanah, dan habitat perairan • Kerusakan pada vegetasi jalan
Pada awal 1970-an telah diteliti secara mendalam untuk meminimumkan efek
dari garam pencair jalan dan cara untuk meminimumkan kerusakan. Sebagai hasil
dari pengembangan untuk membangun konstruksi jembatan seperti dengan cara
penguat yang berlapis epoxy, dan perlindungan katoda, yang diharapkan dapat
mengurangi kerusakan pada jembatan. Ukuran untuk mengurangi jumlah garam yang
digunakan untuk efek mencairkan telah berhasil diwujudkan, terutama melalui
pengembangan teknik aplikasi yang memungkinkan garam ke lokasi yang lebih tepat
dan jumlah yang lebih sesuai untuk dapat dikelola. Tetapi hal ini tak dapat
memecahkan masalah yang berkaitan dengan penggunaan sodium klorida, dan
pencairan deicer alternatif dimulai.
Pada 1976, FHWA (pengawas bagian jalan) menemukan suatu zat yaitu
Kalsium asetat dan magnesium asetat (CMA). Dimana karakteristik CMA ini
memenuhi syarat deicer yang baik, dimana beberapa kelebihan yang dimliki CMA
dibandingkan dengan sodium klorida adalah :
• Merupakan deicer yang efektif dan dapat digunakan pada berbagai peralatan
• Korosi yang lambat pada baja dan logam lainnya • Tidak menimbulkan kerusakan pada beton
• Tidak merusak tanah, air tanah, kesehatan manusia , tanaman, dan kehidupan hewan
Banyak potensi-potensi lain yang dimiliki oleh CMA yang telah diketahui,
seperti dapat digunakan sebagai aditif pada pembakaran batubara, dimana bersifat
sebagai katalis dan disaat yang sama berlaku sebagai ”penangkap belerang”,
membentuk padatan kalsium sulfat dan secara substansial mengurang sulfur dioksida
dalam gas buangan. Batubara telah diimpregnasi dengan CMA sebelum terjadinya
pembakaran batubara, dalam hal ini CMA dapat mencegah hujan asam, dan
meningkatkan efisiensi dari boiler pembakar batubara (Leineweber, 2002).
2.3 Kegunaan Kalsium Asetat dan Magnesium Asetat
Beberapa kegunaan Kalsium asetat dan Magnesium Asetat diantaranya
adalah:
1. Dapat berfungsi sebagai absorber untuk menyerap kandungan SOx dan NOx
pada pabrik batubara, sehingga dapat mengurangi gas buangan pada
pembakaran batubara yang berupa sulfur dioksida.
2. sebagai de-icer, yaitu sebagai agen untuk mencairkan es atau salju yang
menutupi permukaan jalan, sehingga dapat meminimunkan kecelakaan jalan
raya yang dapat diakibatkan oleh iklim salju yang banyak dialami oleh
negara-negara Eropa dan beberapa negara di-Asia (Leineweber, 2002).
2.4 Asam Asetat
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah
cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk
CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut
didih sekitar 117,9° C pada tekanan 1 atm, dan pada konsentrasi tinggi akan
menimbulkan korosi pada berbagai jenis logam.
Asam asetat merupakan salah satu
hanya terdisosiasi sebagian menjad+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan
maupun berbagai macam
digunakan sebagai pengatur
sering digunakan sebagai
asetat mencapai 6,5 jut
pembuata
Penggunaan asam asetat sebagai pereaksi kimia juga sudah dimulai sejak
lama. Pada abat ke-3 Sebelum Masehi,
menjelaskan bahwa cuka bereaksi dengan
campuran dari
anggur yang sudah asam. Sapa mengandung timbal asetat, suatu zat manis yang
disebut juga gula timbal dan gula
peracunan denga
Pada abad ke-8, ilmuwa
pekat dari cuka melalui
dari
yang dihasilkan terhadap cuka. Ternyata asam asetat glasial memiliki banyak
perbedaan sifat denga
yang mempercayai bahwa keduanya sebenarnya adalah dua zat yang berbeda. Ahli
sama.
Sejak
diperoleh dari distilas
menghasilkan
2.5 Batu Dolomit
Dolomit termasuk rumpun mineral karbonat. Rumus kimia mineral dolomit
dapat ditulis meliputi CaCO3.MgCO3, CaMg(CO3)2 atau CaxMg1-xCO3, dengan nilai
x lebih kecil dari satu. Dolomit di alam jarang yang murni, karena umumnya mineral
ini selalu terdapat bersama-sama dengan batu gamping, kwarsa, rijang, pirit dan
lempung. Dalam mineral dolomit terdapat juga pengotor, terutama ion besi.
Dolomit berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan dengan kekerasan
lebih lunak dari batu gamping, yaitu berkisar antara 3,50 - 4,00, bersifat pejal, berat
jenis antara 2,80 - 2,90, berbutir halus hingga kasar dan mempunyai sifat mudah
menyerap air serta mudah dihancurkan. Klasifikasi dolomit dalam perdagangan
mineral industri didasarkan atas kandungan unsur magnesium, Mg (kimia), mineral
dolomit (mineralogi) dan unsur kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Kandungan
unsur magnesium ini menentukan nama dolomit tersebut. Misalnya, batu gamping
mengandung ± 10 % MgCO3 disebut batu gamping dolomit, sedangkan bila
mengandung 19 % MgCO3 disebut dolomit
Penggunaan dolomit dalam industri tidak seluas penggunaan batu gamping
dan magnesit. Kadang-kadang penggunaan dolomit ini sejalan atau sama dengan
penggunaan batu gamping atau magnesit untuk suatu industri tertentu. Akan tetapi,
biasanya dolomit lebih disukai karena banyak terdapat di alam (Anonim, 2009).
Proses Produksi Kalsium Asetat dan Magnesium Asetat
Untuk memproduksi CMA secara umum dengan menggunakan prinsip reaksi
netralisasi antara:
a. Asam asetat dengan dolomit
CaMg(CO3)2 + 4CH3COOH (CH3COO)2Ca+ (CH3COO)2Mg +
2CO2 + 2H2O
b. Asam asetat dengan calcite dan dengan magnesit
CaCO3 + 2CH3COOH (CH3COO)2Ca + CO2 + H2O
c. Asam asetat dengan kalsium hidroksida dan magnesium hidroksida
Ca(OH)2 + 2CH3COOH (CH3COO)2Ca + 2H2O
Mg(OH)2 + 2CH3COOH (CH3COO)2Mg + 2H2O
d. Asam asetat dengan kalsium oksida dan magnesium oksida
CaO + MgO+ 4CH3COOH Ca(CH3COO)2 + Mg(CH3COO)2
+ 2H2O (Leineweber,2002)
Berdasarkan kemungkinan umpan balik bahan baku setelah proses sintesis
terjadi, batu dolomit sebagian besar dipisahkan untuk dimasukkan ke dalam reaktor.
Proses pemisahan dilakukan dengan menggunakan alat rotary screen berfungsi
memisahkan produk dengan batu dolomit berupa padatan kapur yang tidak larut
sehingga pada overflow diperoleh produk yang bebas padatan. Sedangkan batu
dolomit sebagian dikembalikan ke reaktor dan sisanya dapat dibuang ataupun
dicampurkan dengan kalsium magnesium asetat sebagai produk.
Jumlah bahan baku yang paling banyak digunakan dalam reaksi pembuatan
CMA adalah asam asetat dan tergolong bahan baku yang sangat mahal sehingga
dicari alternatif sebagai sumber asam asetat yang dapat mengurangi biaya produksi.
Berdasarkan sumber asam asetat maka proses produksi CMA dibagi kedalam tiga
bagian yaitu:
1. Proses Konvensional
Proses ini menggunakan asam asetat glasial yang disintesis dari minyak tanah
atau gas alam. Asam asetat yang diperoleh dengan cara ini tergolong mahal sekalipun
dibuat dalam skala besar karena sejumlah besar bahan baku digunakan dalam proses
sintesis yaitu hampir 80% fraksi berat asetat dalam CMA. Karena biaya asam asetat
adalah kunci yang sangat mempengaruhi biaya produksi CMA, kecilnya kesempatan
mengakibatkan cara ini dikesampingkan mengingat pentingnya harga yang lebih
rendah dari produksi CMA. Suatu cara sudah pernah diteliti dan sekarang telah
dipatenkan dengan mereaksikan asam asetat dengan dolime atau dolomite untuk
menghasilkan CMA dan melalui tahap berikutnya yang disarankan untuk
menghasilkan produk dalam bentuk flakes atau kristal. Chevron Chemical Co. telah
Untuk memproduksi CMA dengan cara mereaksikan kalsium hidroksida
(Ca(OH)2) dan magnesium hidroksida (Mg(OH)2) dengan asam asetat (CH3COOH)
dapat dilakukan tanpa perlakuan khusus karena reaksinya sangat cepat dan bersifat
eksotermis, tetapi dilihat dari bahan bakunya, biaya produksi yang dibutuhkan sangat
besar dan tidak ekonomis. Penggunaan magnesit dan calcite sebagai bahan baku juga
membutuhkan biaya produksi yang cukup besar.
Untuk skala yang besar, CMA diproduksi dengan mereaksikan asam asetat
dengan batu dolomit. Untuk meningkatkan reaksi maka batu dolomit harus
dibakar/dikalsinasi terlebih dahulu di dalam furnace dengan temperatur antara
600OC-900OC, tetapi pembakaran batu dolomit dengan suhu lebih tinggi biasanya dihindari karena dapat menurunkan/memperlambat proses reaksi pembentukan
CMA. (Leineweber,2002)
2. Proses Fermentasi
Pada proses fermentasi ini menggunakan bahan baku seperti glukosa, jagung
atau limbah buangan organik yang diubah menjadi asam asetat dengan
memanfaatkan mikroorganisme Clostridium thermoaceticum. Berdasarkan bahan
baku, maka diperlukan perlakuan sebelum fermentasi. Pada dasarnya ada tiga cara
yang berbeda membuat CMA:
a. Asam asetat diekstrak dari fermentasi air daging/kaldu dengan menggunakan
liquid-ion exchanger selanjutnya direaksikan dengan batu dolomit.
Keuntungannya yaitu memperbolehkan pengoperasian secara terus menerus
dan dihasilkan yield larutan CMA dengan konsentrasi yang tinggi. Masalah
utamanya ialah besarnya biaya untuk alat exchanger dan kenyataan bahwa
ekstraksi terjadi pada pH asam dan hanya mengekstrak asam yang tidak
terdisosiasi.
b. CMA diproduksi secara langsung di dalam fermentor dengan mengatur
jumlah dolomit yang ditambahkan ke dalam kaldu sehingga pH sesuai dengan
mikroorganisme selama fermentasi. Mengingat konsentrasi akhir yang
diharapkan lebih tinggi maka disarankan fermentasi secara batch.
Keuntungan cara ini yaitu laju produksi asam asetat lebih tinggi dan
digunakan lebih kecil. Masalahnya diantara kesulitan menghasilkan larutan
CMA yang stokiometri dari asam asetat encer pada kondisi sekitar pH netral
dan terhambatnya pertumbuhan mikroorganisme saat konsentrasi CMA
tinggi. Konsentrasi CMA di dalam air kaldu dibatasi sampai 5% berdasarkan
persen berat dengan organisme yang ada, karena itu energi yang dibutuhkan
cukup besar untuk mendapatkan produk.
c. Berpuluh-puluh tahun yang lalu sebelum orang membicarakan CMA dan
kegunaannya sebagai deicer, pH fermentasi diatur dengan menggunakan
ammonium asetat sehingga dihasilkan larutan encer ammonium asetat. Air
kaldu disaring dan kapur atau senyawa basa lainnya ditambahkan sehingga
dihasilkan kalsium asetat atau garam asetat lainnya, sedangkan senyawa
ammonium sebelumnya terdekomposisi menjadi ammonium hidroksida.
Larutan ammonium ini diperoleh kembali melalui scrubing column kemudian
larutan dilalukan ke evaporator multi tahap untuk mendapatkan garam asetat
kering. Perlu dilakukan penelitian yang lebih jauh lagi untuk menemukan
organisme yang lebih baik lagi sehingga laju produksi dan konsentrasi produk
lebih tinggi.
3. Proses Alkaline Fusion
Proses ini dilakukan berdasarkan penemuan dengan memanaskan bahan
buangan berselulosa kedalam larutan alkali berlebih pada suhu 200OC, reaksi yang bersifat eksotermis ini akan mengubah selulosa menjadi asetat (lebih dari 30%),
metanol, aseton, karbonat dan oksalat. Proses seperti ini telah ada sejak ratusan tahun
yang lalu dan dari percobaan yang pernah dilakukan diperoleh bahwa yield asetat
menurun tajam jika menggunakan larutan logam alkali tanah seperti kalsium dan
magnesium daripada logam alkali seperti natrium. Baru-baru ini diperhatikan mulai
2.7 Dasar-Dasar Pemilihan Proses
Pada pra rancangan pabrik pembuatan kalsium magnesium asetat ini dipilih
pembuatan kalsium magnesium asetat dengan proses konvensional dengan
pertimbangan-pertimbangan berikut:
1. Konversi asam asetat dan batu dolomit dapat mencapai 95% dimana lebih
tinggi dari 2 proses lainnya.
2. Biaya produksi cenderung lebih kecil karena menggunakan peralatan yang
lebih sederhana dibandingkan dengan proses fermentasi dan alkaline fusion.
3. Operasi lebih mudah dan stabil serta lebih aman.
4. Pemeliharaan alat lebih mudah, dan proses lebih sederhana karena pada 2
proses lainnya menggunakan mikroorganisme pengurai yang lebih sulit untu
dikontrol (Leineweber,2002).
2.8 Deskripsi Proses (Pembuatan Kalsium Magnesium Asetat dari Asam
Asetat dan Batu Dolomit)
Umpan berupa batu dolomit alam dalam bentuk bongkahan pertama-tama
diangkut dengan bucket elevator (L-101) dan dihancurkan dengan menggunakan roll
crusher (RC-101) sehingga berbentuk butiran, lalu butiran-butiran dolomit tadi
dikalsinasi dengan menggunakan furnace (B-101) dengan suhu 900 0C selama 4 jam sehingga kalsium karbonat dan magnesium karbonat terdekomposisi menjadi
kalsium oksida dan magnesium oksida. Lalu setelah itu dolomit yang telah
terkalsinasi tersebut didiamkan sampai mencapai temperatur kamar. Panas gas
buangan yang berasal dari furnace dimanfaatkan kembali untuk menghasilkan steam
dengan menggunakan waste heat boiler (E-101). Setelah didiamkan, batu dolomit
diangkut dengan screw conveyor (C-101) menuju kedalam tangki pencampur
(M-101) yaitu untuk melarutkan batu dolomit tersebut dengan asam asetat (kadar ±
80%), setelah itu larutan dialirkan menuju reaktor tangki berpengaduk (CSTR) R-201
sehingga terjadi pembentukan kalsium asetat dan magnesium asetat yang dihasilkan
dari reaksi antara asam asetat dan batu dolomit yang bersifat eksotermis , sebagai
berikut:
CaO + MgO+ 4CH3COOH Ca(CH3COO)2 + Mg(CH3COO)2
Dimana konversi reaksi adalah 95 %.Reaktor dijaga pada suhu 600C dengan
dialirkan air pendingin. Larutan yang dihasilkan reaktor berupa larutan kalsium
magnesium asetat yang bercampur dengan padatan dolomit yang tidak larut
diumpankan ke tangki penampungan filtrat lalu dialirkan ke filter press (FP-201),
yaitu untuk memisahkan cairan filtrat dengan padatan-padatan dolomit yang tersisa.
Larutan hasil filtrasi dialirkan ke tangki penetralan (TT-205) yang bertujuan untuk
membuat larutan agar mencapai pH 8-9 yaitu dengan menambahkan kalsium
hidroksida (kalsium hidroksida : asam asetat=1:5) dan juga untuk mereaksikan
kembali asam asetat yang masih tersisa. Setelah larutan dinetralisasi, cairan
diumpankan kedalaman evaporator (E-201), yang bertujuan untuk memekatkan
produk kalsium magnesium asetat, evaporator ini akan dialirkan steam pada suhu
1400C yang berasal dari waste heat boiler sehingga suhu dalam evaporator mencapai 1200C. Setelah itu cairan yang telah dipekatkan dialirkan melalui pompa screw menuju ke cooler E-202 hingga mencapai suhu 800C (suhu awal terbentuknya kristal), lalu larutan didinginkan didalam crystallizer hingga mencapai suhu 50 0C untuk menghasilkan kristal kalsium asetat dan magnesium asetat, dimana mother
liquor (cairan yang tidak terbentuk menjadi kristal) direcycle kedalam evaporator,
selanjutnya kristal dibawa kedalam drum drier untuk menghilangkan kandungan air
yang masih tersisa, selanjutnya produk akhir ini diangkut dengan menggunakan
screw conveyor C-202 menuju kedalam gudang penyimpanan G-201 didiamkan
BAB III
NERACA MASSA
Hasil perhitungan neraca massa pada proses pembuatan kalsium asetat dan
magnesium asetat dengan kapasitas produksi 15.000 ton/tahun adalah sebagai
berikut:
Basis perhitungan : 1 jam operasi
Waktu kerja/tahun : 330 hari/tahun
Satuan operasi : kg/jam
3.1. Pencampur I (M – 101)
Tabel 3.1. Neraca Massa Tangki Pencampur
Komponen Alur Masuk (kg/jam) Alur Keluar (kg/jam)
Alur 6 Alur 5 Alur 7
CaO MgO Air CH3COOH
SiO2
Fe2O3
Al2O3
346,883 385,37 - - 32,0765 21,3843 10,692 - - 259,2 1296 - - - 346,883 385,37 259,2 1296 - - - Total 2373,4058 2373,4058
3.2. Reaktor ( R – 201)
Tabel 3.2. Neraca Massa Reaktor
Komponen Alur masuk (kg/jam) Alur keluar (kg/jam)
Alur 7 Alur 9
CaO MgO CaAc MgAc Air CH3COOH
SiO2
Fe2O3
Al2O3
346,883 385,37 - - 259,2 1296 32,0765 21,3843 10,692 56,826 49,94 811,774 713,36 448,575 +149 57,97 32,0765 21,3843 10,692
3.3. Filter Press (FP – 101)
Tabel 3.3. Neraca Massa Filter Press
Komponen Alur keluar (kg/jam) Alur masuk (kg/jam)
Alur 11 Alur 10 Alur 9
CaAc MgAc CaO MgO Air CH3COOH
SiO2
Fe2O3
Al2O3
811,774 713,36 - - 448,575 57,97 - - - - - 56,826 49,94 - - 32,0765 21,3843 10,692 811,774 713,36 56,826 49,94 448,575 57,97 32,0765 21,3843 10,692 Total 2224,1978 2224,1978
3.4. Tangki Netralisasi (TT – 201)
Tabel 3.4. Neraca Massa Tangki Netralisasi
Komponen Alur Masuk (kg/jam) Alur Keluar (kg/jam)
Alur 11 Alur 12 Alur 13
CaAc MgAc Air CH3COOH
Ca(OH)2 811,774 713,36 448,575 57,97 - - - 434,775 - 289,85 1159,594 713,36 883,35 - - Total 2756,304 2756,304
3.5. Evaporator 1 (FE-201)
Tabel 3.5. Neraca Massa Evaporator 1
Komponen Alur keluar (kg/jam) Alur masuk(kg/jam)
Alur 15 Alur 14 a Alur 14 Alur 17
3.6. Crystallizer(CR-201
)
Tabel 3.6. Neraca Massa Crystallizer
Komponen Alur keluar (kg/jam) Alur masuk (kg/jam)
Alur 18 Alur 17 Alur 16
CaAc MgAc Air 1159,594 713,36 53 100,834 62,04 4,6 1260,428 775,4 57,6 Total 2093,428 2093,428 3.7.Drum drier(DE-201)
Tabel 3.7. Neraca Massa Drum drier
Komponen Alur Masuk (kg/jam) Alur Keluar (kg/jam)
Alur 18 Alur 18a Alur 19
CaAc MgAc Air 1159,594 713,36 53 - - 31,8 1159,594 713,36 21,2
Total 1925,954 1925,954
3.8
Furnace (B – 101)Tabel 3.8. Neraca Massa Furnace
Komponen Alur keluar (kg/jam) Alur masuk (kg/jam)
Alur 3 Alur 6 Alur 2
BAB IV
NERACA PANAS
Basis Perhitungan : 1 hari operasi
Satuan Operasi : kJ/hari
Temperatur Basis : 25oC (298,15 K)
4.1 Furnace (B–101)
Tabel 4.1. Neraca Panas Total Furnace (B–101)
Panas Masuk (kJ/jam) Panas Keluar (kJ/jam)
Q2 = 0 ∆Hpembakaran = 455.528
Q6 = 409057,348
Q3 = 46.471,13105
455.528 455.528
4.2Waste heat boiler (E–101)
Tabel 4.2 : Neraca Panas Total Waste Heat Boiler (E–102)
Panas Masuk (kJ/jam) Panas Keluar (kJ/jam)
Q3 = 46.471,13105 Q4 = 4553,5
Q = 41917,63
46.471,13105 46.471,13105
[image:30.595.117.523.444.565.2]4.3Heater 1
Tabel 4.3 : Neraca Panas Total heater 1 (E–101)
Panas Masuk (kJ/jam) Panas Keluar (kJ/jam)
Q7 = 0
Qst = 133.815,92
Q8 = 133.815,92
133.815,92 133.815,92
4.4Reaktor 1(R-201)
Panas Masuk (kJ/jam) Panas Keluar (kJ/jam)
Q7 = 133.815,92 ∆Hr(298) = -4284,8838
Q9 = 86656,1
Q = 42.372,5
129.531 129.531
[image:31.595.116.522.65.756.2]4.5Evaporator 1 (FE-201)
Tabel 4.5 : Neraca Panas Total evaporator 1 (FE–201)
Panas Masuk (kJ/jam) Panas Keluar (kJ/jam)
Q17 = 7013,204746
Q = 2.201.286,24
Q14 = 203103,1473
Q14a = 2.175.090
Q15 = 236.316,6
2.411.406,6 2.411.406,6
4.6Cooler (E–201)
Tabel 4.6 Neraca Panas Total cooler (E–201)
Panas Masuk (kJ/jam) Panas Keluar (kJ/jam)
Q15 = 236.312,6
Q16 = 136.748,275
Q = 99.564
236.312,6
236.312,6
4.7Crystallizer (CR–201)
Tabel 4.7 : Neraca Panas Total Crystallizer (CR–201)
Panas Keluar (kJ/jam) Panas masuk(kJ/jam)
Q = 71183,169
Q18 +Q17 = 66665,031
Q16 = 137809,8 ∆HCr = 38,4
[image:31.595.115.523.86.194.2]4.8Drum drier (DE–201)
Tabel 4.8 : Neraca Panas Total drum drier (DE–201)
Panas Masuk (kJ/jam) Panas Keluar (kJ/jam)
Q18 = 57608.71371
Qst = 198.345
Q19 = 173.765,6
Q18a = 82.188,37
255.953,97 255.953,97
BAB V
SPESIFIKASI PERALATAN
1. Tangki Pelarutan Asam asetat (TT – 101)
Fungsi : Menyimpan Asam asetat untuk kebutuhan 15 hari
Bahan konstruksi : Carbon Steel SA –285 Grade C
Bentuk : Silinder vertikal dengan alas datar dan tutup ellipsoidal
Jumlah : 2 Unit
Kapasitas : 322,91 m3 Kondisi operasi
- Temperatur : 25 0C - Tekanan : 1 atm
Kondisi fisik
- Silinder
- Diameter : 6,5 m
- Tinggi : 8,66 m
- Tebal : 2 in
- Tutup
- Diameter : 6,5 m
- Tinggi : 1,625 m
- Tebal : 2 in
2. Reaktor 1 (R-201)
Fungsi : Tempat berlangsungnya reaksi pembentukan CMA
Jenis : Reaktor berpengaduk marine propeller tiga daun dengan tutup
dan alas ellipsoidal
Bahan konstruksi : stainless steel, SA–240, Grade A
Bentuk : silinder vertikal dengan alas dan tutup ellipsoidal
Kapasitas : 4,6 m3
Kondisi operasi
- Temperatur masuk : 60 °C
- Temperatur keluar : 60 °C
- Tekanan : 1,4 atm
Kondisi fisik
Silinder
- Diameter : 2,09 m
- Tinggi : 2,09m
- Tebal : ¾ in
Tutup
- Diameter : 2,09 m
- Tinggi : 0,348 m
- Tebal : ¾ in
Pengaduk (impeller)
Jenis : Marine propeller tiga daun
− Diameter pengaduk (Da) = 0,696 m − Lebar daun pengaduk (W) = 0,139 m − Tinggi pengaduk dari dasar tangki = 0,696 m
3. Tangki Pelarutan Kalsium Hidroksida (TT – 202)
Fungsi : Menyimpan Kalsium Hidroksida untuk kebutuhan 15 hari
Bahan konstruksi : Carbon Steel SA –285 Grade C
Bentuk : Silinder vertikal dengan alas datar dan tutup ellipsoidal
Jenis sambungan : Double welded butt joints
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi :
Tekanan = 1 atm = 101,325 kPa
Kondisi fisik
Silinder
- Diameter : 5,17 m
- Tinggi : 6,89 m
- Tebal : 2 in
Tutup
- Diameter : 5,17 m
- Tinggi : 1,7225 m
- Tebal : 2 in
4. Tangki Penambahan Ca(OH)2 (TT – 203)
Fungsi : Untuk mencampur larutan dengan Ca(OH)2 dan mengatur pH agar
mencapai 8-9
Bahan konstruksi : Carbon Steel SA –285 Grade C
Bentuk : Silinder vertikal dengan alas datar dan tutup ellipsoidal
Jenis sambungan : Double welded butt joints
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi :
Tekanan = 1 atm = 101,325 kPa
Temperatur = 60 oC Kapasitas = 52,68 m3
Kondisi fisik
Silinder
- Diameter : 3,549 m
- Tinggi : 4,732m
- Tebal : 1,5 in
Tutup
- Diameter : 3,549 m
- Tinggi : 0,88725 m
5. Tangki Penampungan Filtrat (TT-203)
Fungsi : Untuk menampung hasil filtrat/penyaringan yang
keluar dari Filter Press sebelum dialirkan kedalam tangki penetralan
Bahan konstruksi : Carbon Steel SA –285 Grade C
Bentuk : Silinder vertikal dengan alas datar dan tutup ellipsoidal
Jenis sambungan : Double welded butt joints
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi :
Tekanan = 1 atm
Suhu = 25 oC Kapasitas = 43,83 m3
Kondisi fisik
Tinggi = 4,704 m
Panjang = 4,704 m
Lebar = 4,65 m
6. Bak terbuka tempat penampungan cake(TT-201)
Fungsi : Menampung cake dari Filter Press.
Bahan konstruksi : Beton
Bentuk : Bak terbuka berbentuk balok alas datar
Jenis sambungan : Double welded butt joints
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi :
Tekanan = 1 atm
Suhu = 25oC Kapasitas = 1,248 m3
Kondisi fisik
Tinggi = 1,0766 m
Panjang = 1,0766 m
7. Gudang Penyimpanan Dolomit Cadangan (G-101)
Fungsi : Tempat penyimpanan dolomit terkalsinasi selama 1
minggu
Bentuk : Prisma segi empat beraturan
Bahan konstruksi : Beton
Kondisi penyimpanan : Temperatur = 25 0C Tekanan = 1 atm
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi :
Tekanan = 1 atm
Suhu = 25 oC Kapasitas = 44,88 m3
Kondisi fisik
Tinggi = 3,55 m
Panjang = 3,55 m
Lebar = 3,55 m
8. Gudang penyimpanan Kalsium Asetat dan Magnesium Asetat (G-202)
Fungsi : Tempat penyimpanan produk akhir kalsium asetat dan
magnesium asetat selama 15 hari
Bentuk : Prisma segi empat beraturan
Bahan konstruksi : Beton
Kondisi penyimpanan : Temperatur = 25 0C Tekanan = 1 atm
Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi :
Tekanan = 1 atm
Suhu = 25 oC Kapasitas = 554,556 m3
Kondisi fisik
Tinggi = 9,285 m
Lebar = 9,285 m
9. Bucket Elevator (L–101)
Fungsi : Mengangkut batu dolomit menuju ke grinder
Jenis : Continuous – bucket Elevator
Bahan : Malleable – iron
Kondisi operasi :
− Temperatur (T) : 25 0C
− Tekanan (P) : 1 atm (14,699 psi)
Kapasitas total bucket elevatorr = 797,703 kg/jam − Tinggi elevator = 25 ft
− Ukuran bucket = (8 × 5 ½ × 7 ¾) in − Jarak antar bucket = 8 in
- Kecepatan putaran = 28 rpm
- Daya = 0,221 kW
10. Belt Conveyor (C-101)
Fungsi : Mengangkut batu dolomit menuju ke furnace
Jenis : horizontal belt conveyor
Bahan konstruksi : carbon steel
Kondisi operasi : Temperatur = 25°C
Tekanan = 1 atm
Daya : ¼ Hp
11. Belt Conveyor (C-102)
Fungsi : Mengangkut batu dolomit yang telah dikalsinasi menuju ke
gudang penyimpanan
Jenis : horizontal belt conveyor
Bahan konstruksi : carbon steel
Kondisi operasi : Temperatur = 25°C
Tekanan = 1 atm
12. Belt Conveyor (C-103)
Fungsi : Mengangkut batu dolomit dari gudang penyimpanan menuju
ke Reaktor R-201
Jenis : horizontal belt conveyor
Bahan konstruksi : carbon steel
Kondisi operasi : Temperatur = 25°C
Tekanan = 1 atm
Daya : ¼ Hp
13. Belt Conveyor (C-201)
Fungsi : Mengangkut kristal CMA dari crytallizer ke drier
Jenis : horizontal belt conveyor
Bahan konstruksi : carbon steel
Kondisi operasi : Temperatur = 25°C
Tekanan = 1 atm
Daya : ¼ Hp
14 .Belt Conveyor (C-202)
Fungsi : Mengangkut produk akhir CMA menuju gudang CMA
Jenis : horizontal belt conveyor
Bahan konstruksi : carbon steel
Kondisi operasi : Temperatur = 25°C
Tekanan = 1 atm
Daya : ¼ Hp
15. Roll Crusher (RC-101)
Fungsi : Sebagai pemecahan batu dolomit
Jenis : Roll crusher
Bahan konstruksi : Carbon steel
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 1893 kg/jam = 0,5258 kg/s
16. Furnace (H-101)
Fungsi : Menaikkan temperatur campuran bahan sebelum masuk
reaktor (R-201)
Bentuk : Rectangular box type furnace
Bahan konstruksi : Refractory dengan tube terbuat dari bahan chrome-nickel
(25 % Cr, 20 % Ni, 0,35 – 0,45 % C grade HK-40)
OD tube = 2 in
Panjang tube = 10 ft
Centre to centre distance = 8,5 in
Luas permukaan/tube = 10 ft x π x 2/12 ft = 5,2333 ft2
Jumlah tube, =3 buah
17. Waste Heat Boiler (E-201)
Fungsi : memanfaatkan panas gas buangan dari furnace untuk menjadi
steam
Jenis : Ketel pipa api
Jumlah : 1 unit
Bahan : Carbon steel
Kapasitas : 1071,096 kg/jam
Daya WHB : 80,12 hp
Panjang tube : 30 ft
Diameter tube : 3 in
Jumlah tube : 30 buah
18. Filter Press (P-206)
Fungsi : Memisahkan komponen yang tidak bereaksi pada reaksi
pembentukan CMA
Jenis : Plate and frame filter press
Bahan konstruksi : Carbon steel SA-36
Temperatur operasi : 60°C
Tekanan operasi : 3 atm
Jumlah frame = 114 buah
19. Drum Dryer (DE–201)
Fungsi : Menguapkan H2O dari CMA yang keluar dari evaporator yang merupakan
produk akhir
Jenis : Steam Tube Drum Dryer
Luas Penampang =0,38 ft2 Diameter= 0,695 ft
Panjang = 1,721 ft
Waktu transportasi = 0,00073 jam
Putaran rotary dryer = 28,634 rpm
Daya = 0,25 Hp
20. Crystallizer (CR – 101)
Fungsi : Tempat terbentuknya kristal CMA
Tipe : Continous Stired Tank Crystallizer (CSTC)
Kondisi operasi :
Temperatur = 500C
Tekanan = 1 atm
Kapasitas = 1,7112 m3 Kondisi fisik
Silinder
- Diameter : 1,059 m
- Tinggi : 1,5885 m
- Tebal : ¼ in
Tutup
- Diameter : 1,059 m
- Tinggi : 0,26475m
- Tebal : ¼ in
Pengaduk (impeller)
Jenis : flat six blade open turbine (turbin datar enam daun) Diameter pengaduk (Da) = 0,3177m
Tinggi pengaduk dari dasar (C) = 0,3177m Panjang daun pengaduk (L) = 0,066 m Lebar baffle (J) = 0,06354 m
Daya motor =0,251 Hp
21 Evaporator 1 (FE-201)
Fungsi : Memekatkan Produk CMA
Jenis : 1 – 2 shell and tube exchanger
- Diameter luar tube (OD) = 1 1/4 in
- Jenis tube = 18 BWG
- Pitch (PT) = 1 in triangular pitch
- Panjang tube (L) = 20 ft
- Jumlah tube = 16 tube
- Diameter shell = 10 in
22. Pompa Reaktor (J-101)
Fungsi : memompa larutan dari tangki pencampur ke reaktor
Jenis : pompa screw
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 2309,053 kg/jam
Daya motor : ¼ Hp
23. Pompa Tangki Penampungan Sementara (J–201)
Fungsi : memompa larutan hasil reaksi berupa kalsium asetat dan
magnesium asetat
Jenis : pompa screw
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 2138,445 kg/jam
24. Pompa Filter Press (J-202)
Fungsi : memompa larutan asam sulfat dari tangki penampungan
sementara ke Filter Press FP-201
Jenis : pompa screw
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 2138,445 kg/jam
Daya motor : ¼ Hp
25. Pompa Tangki Penetralan (J–203)
Fungsi : memompa hasil filtrat dari tangki penampungan filtrat
menuju tangki penetralan agar pH larutan mencapai 8-9
Jenis : pompa screw
Kapasitas : 2138,445 kg/jam
Daya motor : ¼ Hp
26. Pompa Evaporator 1 (J–205)
Fungsi : memompa larutan asam sulfat dari tangki penetralan ke
evaporator 1
Jenis : pompa screw
Kapasitas : 2756,304 kg/jam
Daya motor : ¼ Hp
27. Pompa crystallizer (J-206)
Fungsi : memompa larutan dari evaporator ke crystallizer
Jenis : pompa screw
Kapasitas : 2088,828 kg/jam
Daya motor : ¼ Hp
28. Pompa mother liquor (J-205)
Fungsi : memompa mother liquordari crystallizer ke evaporator
Jenis : pompa sentrifugal
Kapasitas : 162,874 kg/jam
29. Pompa kalsium hidroksida (J-202)
Fungsi : memompa kalsium hidroksida dari tangki Ca(OH)2 ke tangki
penambahan Ca(OH)2
Jenis : pompa sentrifugal
Kapasitas : 724,625 kg/jam
Daya motor : ¼ Hp
30. Heater 1 (E – 101)
Fungsi : Menaikkan temperatur campur an sebelum dimasukkan ke
reaktor R-201
Jenis : 1 – 2 shell and tube exchanger
- Diameter luar tube (OD) = 1 in
- Jenis tube = 18 BWG
- Pitch (PT) = 1 1/4 in triangular pitch
- Panjang tube (L) = 12 ft
- Jumlah tube = 48 tube
- Diameter shell = 12 in
31. Cooler 1 (E – 102)
Fungsi : Menurunkan temperatur campuran sebelum dimasukkan
ke crystalliizer
Jenis : 1 – 2 shell and tube exchanger
- Diameter luar tube (OD) = 1 in
- Jenis tube = 18 BWG
- Pitch (PT) = 1 in triangular pitch
- Panjang tube (L) = 12 ft
- Jumlah tube = 40 tube
BAB VI
INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA
6.1 Instrumentasi
Instrumentasi adalah peralatan yang dipakai di dalam suatu proses kontrol
untuk mengatur jalannya suatu proses agar diperoleh hasil sesuai dengan yang
diharapkan. Fungsi instrumentasi adalah sebagai pengontrol, penunjuk, pencatat, dan
pemberi tanda bahaya. Peralatan instrumentasi biasanya bekerja dengan tenaga
mekanik atau tenaga listrik dan pengontrolannya dapat dilakukan secara manual atau
otomatis. Penggunaan instrumen pada suatu peralatan proses tergantung pada
pertimbangan ekonomi dan sistem peralatan itu sendiri. Pada pemakaian alat-alat
instrumen juga harus ditentukan apakah alat-alat tersebut dipasang diatas papan
instrumen dekat peralatan proses (kontrol manual) atau disatukan dalam suatu ruang
kontrol yang dihubungkan dengan bangsal peralatan (kontrol otomatis)
(Timmerhaus, 2004).
Variabel-variabel proses yang biasanya dikontrol/diukur oleh instrumen
adalah:
1. Variabel utama, seperti temperatur, tekanan, laju alir, dan level cairan.
2. Variabel tambahan, seperti densitas, viskositas, panas spesifik, konduktivitas, pH,
humiditas, titik embun, komposisi kimia, kandungan kelembaban, dan variabel
lainnya.
Pada dasarnya sistem pengendalian terdiri dari :
1. Elemen Perasa / sensing (Primary Element)
Elemen yang merasakan (menunjukkan) adanya perubahan dari harga variabel
yang diukur.
2. Elemen pengukur (measuring element)
Elemen pengukur adalah suatu elemen yang sensitif terhadap adanya perubahan
temperatur, tekanan, laju aliran, maupun tinggi fluida. Perubahan ini merupakan
sinyal dari proses dan disampaikan oleh elemen pengukur ke elemen pengontrol.
Elemen pengontrol yang menerima sinyal kemudian akan segera mengatur
perubahan-perubahan proses tersebut sama dengan nilai set point (nilai yang
diinginkan). Dengan demikian elemen ini dapat segera memperkecil ataupun
meniadakan penyimpangan yang terjadi.
4. Elemen pengontrol akhir (final control element)
Elemen ini merupakan elemen yang akan mengubah masukan yang keluar dari
elemen pengontrol ke dalam proses sehingga variabel yang diukur tetap berada
dalam batas yang diinginkan dan merupakan hasil yang dikehendaki.
Pengendalian peralatan instrumentasi dapat dilakukan secara otomatis dan
semi otomatis. Pengendalian secara otomatis adalah pengendalian yang dilakukan
dengan mengatur instrumen pada kondisi tertentu, bila terjadi penyimpangan variabel
yang dikontrol maka instrumen akan bekerja sendiri untuk mengembalikan variabel
pada kondisi semula, instrumen ini bekerja sebagai controller. Pengendalian secara
semi otomatis adalah pengendalian yang mencatat perubahan-perubahan yang terjadi
pada variabel yang dikontrol. Untuk mengubah variabel-variabel ke nilai yang
diinginkan dilakukan usaha secara manual, instrumen ini bekerja sebagai pencatat
(recorder).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam instrumen-instrumen adalah:
1. Range yang diperlukan untuk pengukuran
2. Level instrumentasi
3. Ketelitian yang dibutuhkan
4. Bahan konstruksinya
5. Pengaruh pemasangan instrumentasi pada kondisi proses
Instrumentasi yang umum digunakan dalam pabrik adalah :
1. Untuk variabel temperatur:
• Temperature Indicator (TI) adalah instrumentasi yang digunakan untuk
menunjukkan temperatur dari suatu alat.
• Temperature Controller (TC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk
mengkontrol temperatur suatu alat. Dengan menggunakan temperature
sehingga temperatur peralatan tetap berada dalam range yang diinginkan.
Temperature controller kadang-kadang juga dapat mencatat temperatur dari
suatu peralatan secara berkala (Temperature Recorder).
• Temperature Indicator Control Alarm (TICA) adalah instrumen yang
digunakan untuk tiga fungsi instrumen temperatur sekaligus yaitu
menunjukkan, mengkontrol temperatur dan membunyikan alarm jika terjadi
perubahan temperatur dari suatu peralatan
2. Untuk variabel tinggi permukaan cairan
• Level Indicator (LI) adalah instrumentasi yang digunakan untuk
menunjukkan ketinggian cairan dalam suatu alat.
• Level Controller (LC) adalah instumentasi yang digunakan untuk
mengkontrol ketinggian cairan dalam suatu alat Dengan menggunakan level
controller, para engineer juga dapat melakukan pengendalian ketinggian
cairan dalam peralatan tersebut.
3. Untuk variabel tekanan
• Pressure Indicator (PI) adalah instrumentasi yang digunakan untuk
menunjukkan tekanan operasi suatu alat.
• Pressure Controller (PC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk
mengamati tekanan operasi suatu alat. Para engineer juga dapat melakukan
perubahan tekanan dari peralatan operasi. Pressure controller dapat juga
dilengkapi pencatat tekanan dari suatu peralatan secara berkala (Pressure
Recorder).
• Pressure Indicator Control Alarm (PICA) adalah instrumen yang digunakan
untuk tiga fungsi instrumen tekanan sekaligus yaitu menunjukkan tekanan,
membunyikan alarm jika terjadi perubahan tekanan dan mengkontrol
tekanan dari suatu peralatan
4. Untuk variabel aliran cairan
• Flow Indicator (FI) adalah instrumentasi yang digunakan untuk
menunjukkan laju aliran atau cairan suatu alat.
• Flow Controller (FC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk
mengamati laju alir larutan atau cairan yang melalui suatu alat dan bila
5. Untuk mengindikasikan perubahan pH
Tabel 6.1 Daftar Instrumentasi pada Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Kalsium
Asetat dan Magnesium Asetat dari Asam Asetat dan Batu Dolomit
No Nama alat Jenis
instrument Kegunaan
1 Tangki Cairan LI Menunjukkan tinggi cairan dalam tangki
2 Pompa FC Mengontrol laju alir cairan dalam pipa
3 Mixer
TI Menunjukkan suhu dalam mixer
LI Menunjukkan level cairan dalam mixer
4 Heater TC Mengontrol suhu dalam heater
5 Cooler dan
crystallizer TC Mengontrol suhu dalam cooler
6 Drum Drier TC Mengontrol suhu dalam drier
7 Reaktor
TC Mengontrol suhu dalam reaktor
LI Menunjukkan tinggi cairan
8 Furnace TI Menunjukkan suhu dalam furnace
9 Evaporator
TC Mengontrol tekanan dalam pipa
LI Mengontrol laju alir dalam pipa
PC Mengontrol tekanan dalam evaporator
10 WHB
TC Mengontrol suhu dalam pipa
TI Menunjukkan suhu dalam WHB
11 Tangki Netralisasi pHc Mengontrol pH dalam tangki LI Menunjukkan level cairan dalam tangki
1. Tangki cairan
[image:50.595.281.359.118.198.2]LI
Gambar 6.1 Instrumentasi Tangki Cairan
Instrumentasi pada tangki cairan mencakup level indicator (LI) yang
berfungsi untuk menunjukkan tinggi cairan didalam tangki.
2. Pompa
FC
Variabel yang dikontrol pada pompa adalah laju aliran (flow rate). Untuk
mengetahui laju aliran pada pompa dipasang flow control (FC). Jika laju aliran
pompa lebih besar dari yang diinginkan maka secara otomatis katup pengendali
(control valve) akan menutup atau memperkecil pembukaan katup.
3. Heater dan Cooler
TC
[image:50.595.262.375.333.397.2] [image:50.595.251.385.579.675.2]Instrumentasi pada vaporizer, heater, cooler, dan kondensor mencakup
temperature controller (TC) yang berfungsi untuk mengatur temperatur bahan
keluaran vaporizer, heater, cooler, dan kondensor dengan mengatur bukaan katup
steam atau air pendingin masuk.
4. Reaktor
[image:51.595.272.388.186.309.2]TC PC
Gambar 6.4 Instrumentasi Reaktor
Reaktor sebagai alat tempat berlangsungnya reaksi antara bahan-bahan yang
digunakan. Dalam pabrik ini, reaktor sebagai tempat terjadinya reaksi antara batu
dolomit (kalsium oksida dan magnesium oksida dengan asam asetat). Instrumentasi
pada reaktor mencakup temperature controller (TC).
5. Furnace
TI
Gambar 6.5 Instrumentasi Furnace
Instrumentasi pada furnace mencakup temperature indicator(TI) yang
berfungsi untuk menunjukkan temperature furnace.
TC
TI
Gambar 6.6 Instrumentasi Waste Heat Boiler
Instrumentasi pada WHB mencakup temperature controller (TC) yang
berfungsi untuk mengatur temperatur WHB dan temperature indicator (TI) yang
menunjukkan temperatur dalam WHB
7. Tangki Netralisasi
pHC
[image:52.595.278.361.285.341.2]LI
Gambar 6.7 Instrumentasi Tangki Netralisasi
Instrumentasi pada Tangki Netralisasi mencakup pH controller (pHC) yang
berfungsi untuk mengatur pH dan level indicator (LI) untuk mengukur level cairan.
8. Crystallizer dan Drier
TC
DE-201
[image:52.595.267.378.482.562.2]TC
Gambar 6.8 Instrumentasi Crystallizer dan drier
Instrumentasi pada Instrumentasi Crystallizer dan drier mencakup
temperature controller (TC) yang berfungsi untuk mengatur temperatur bahan
keluaran dengan mengatur bukaan katup steam atau air pendingin masuk.
PC
Gambar 6.9 Instrumentasi Filter Press
Instrumentasi pada Instrumentasi Filter Press mencakup temperature
controller (PC) yang berfungsi untuk mengatur tekanan agar diperoleh jumlah cake
yang diinginkan.
10. Evaporator
LI
TC
PC
gambar 6.10 instrumentasi evaporator
Instrumentasi pada evaporator mencakup temperature controller (TC) yang
berfungsi untuk mengatur temperatur evaporator , level indicator (TI) yang
menunjukkan level dalam evaporator, pressure controller (TC) yang berfungsi untuk
mengatur tekanan evaporator
6.2 Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan bagian dari kelangsungan produksi pabrik,
oleh karena itu aspek ini harus diperhatikan secara serius dan terpadu. Untuk maksud
tersebut perlu diperhatikan cara pengendalian keselamatan kerja dan keamanan
Statistik menunjukkan bahwa angka kecelakan rata-rata dalam pabrik kimia
relatif tidak begitu tinggi. Tetapi situasi beresiko memiliki bentuk khusus, misalnya
reaksi kimia yang berlangsung tanpa terlihat dan hanya dapat diamati dan
dikendalikan berdasarkan akibat yang akan ditimbulkannya. Kesalahan-kesalahan
dalam hal ini dapat mengakibatkan kejadian yang fatal.
Sebagai pedoman pokok dalam usaha penanggulangan masalah kerja,
Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan Undang-Undang Keselamatan
Kerja pada tanggal No 1 tanggal 12 Januari 1970. Semakin tinggi tingkat
keselamatan kerja dari suatu pabrik maka makin meningkat pula aktivitas kerja para
karyawan. Hal ini disebabkan oleh keselamatan kerja yang sudah terjamin dan
suasana kerja yang menyenangkan.
Untuk mencapai hal tersebut adalah menjadi tanggung jawab dan kewajiban
para perancang untuk merencanakannya. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
perancangan pabrik untuk menjamin adanya keselamatan kerja adalah sebagai
berikut:
- Penanganan dan pengangkutan bahan harus seminimal mungkin.
- Adanya penerangan yang cukup dan sistem pertukaran udara yang baik.
- Jarak antar mesin dan peralatan lain cukup luas.
- Setiap ruang gerak harus aman dan tidak licin.
- Setiap mesin dan peralatan lainnya harus dilengkapi alat pencegah kebakaran.
- Tanda-tanda pengaman harus dipasang pada setiap tempat yang berbahaya.
- Penyediaan fasilitas pengungsian bila terjadi kebakaran.
Pada pra rancangan pabrik pembuatan CMA ini, usaha-usaha pencegahan
terhadap bahaya-bahaya yang mungkin terjadi dilakukan dengan cara :
1. Pencegahan terhadap kebakaran
• Memasang sistem alarm pada tempat yang strategis dan penting, seperti
power station, laboratorium dan ruang proses.
• Mobil pemadam kebakaran harus selalu dalam keadaan siap siaga di fire
• Fire hydrant ditempatkan di daerah storage, proses, dan perkantoran.
• Fire extinguisher disediakan pada bangunan pabrik untuk memadamkan api
yang relatif kecil.
• Gas detector dipasang pada daerah proses, storage, dan daerah perpipaan dan
dihubungkan dengan gas alarm di ruang kontrol untuk mendeteksi kebocoran
gas.
• Smoke detector ditempatkan pada setiap sub-stasiun listrik untuk mendeteksi
kebakaran melalui asapnya.
2. Memakai peralatan perlindungan diri
Di dalam pabrik disediakan peralatan perlindungan diri, seperti : • Pakaian kerja
Pakaian luar dibuat dari bahan-bahan seperti katun, wol, serat, sintetis, dan
asbes. Pada musim panas sekalipun tidak diperkenankan bekerja dengan
keadaan badan atas terbuka. • Sepatu pengaman
Sepatu harus kuat dan harus dapat melindungi kaki dari bahan kimia dan
panas. Sepatu pengaman bertutup baja dapat melindungi kaki dari bahaya
terjepit. Sepatu setengah tertutup atau bot dapat dipakai tergantung pada jenis
pekerjaan yang dilakukan.
• Topi pengaman
Topi yang lembut baik dari plastik maupun dari kulit membe