PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA
MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SOMATIC
AUDITORY VISUAL INTELLECTUAL (SAVI)
PADA SISWA KELAS V MI KLERO
KECAMATAN TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
YAMTI DAMAYANTI
NIM: 115-14-087
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA
MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SOMATIC
AUDITORY VISUAL INTELLECTUAL (SAVI)
PADA SISWA KELAS V MI KLERO
KECAMATAN TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
YAMTI DAMAYANTI
NIM: 115-14-087
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
Dr. Maslikhah, S.Ag., M.Si. Dosen IAIN Salatiga
Persetujuan Pembimbing Lamp : 4 eksemplar Hal : Naskah Skripsi Saudara : Yamti Damayanti
Kepada:
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama : Yamti Damayanti NIM : 11514087
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : PGMI
Judul : Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Gaya Melalui Pendekatan Pembelajaran Somatic Auditory Visual Intellectual (SAVI) Pada Siswa Kelas V MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2018 Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 13 Maret 2018 Pembimbing
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN DIPUBLIKASIKAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yamti Damayanti NIM : 115-14-087
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk di Publikasikan oleh Perpustakaan IAIN Salatiga.
Salatiga, 28 Maret 2018 Yang menyatakan
SKRIPSI
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SOMATIC AUDITORY VISUAL
INTELLECTUAL (SAVI) PADA SISWA KELAS V MI KLERO
KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018 Disusun oleh:
YAMTI DAMAYANTI NIM: 115-14-087
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibitidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 28 Maret 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Suwardi, M.Pd.
Sekretaris : Dr. Maslikhah, S.Ag. M.Si.
Penguji I : Peni Susapti, M.Si. Penguji II : Dra. Nur Hasanah, M.Pd.
Salatiga, 28 Maret 2018 Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan
Suwardi, M.Pd.
MOTTO
ُهَرَ ي ًارْيَخ ٍةَّرَذ َلاَقْ ثِم ْلَمْعَ ي نَمَف
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, skripsi ini
penulis persembahkan untuk:
1. Ayahku dan Ibuku tersayang, Dwi Hartono dan Monah sebagai wujud baktiku
padanya, yang selalu membimbingku, memberikan doa, nasihat, kasih sayang,
dan motivasi dalam kehidupanku;
2. Keluarga besarku yang selalu mendukung dan mendoakanku;
3. Sahabat-sahabatku yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini; dan
KATA PENGANTAR
ِميِحَّرلا ِنمْحَّرلا ِللها ِمْسِب
Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, senantiasa penulis panjatkan kepada Allah Swt yang selalu melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Gaya Melalui Pendekatan Pembelajaran Somatic Auditory
Visual Intellectual (SAVI) Pada Siswa Kelas V MI Klero Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang Tahun 2018.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita di dunia dan akhirat kelak.
Penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd; 2. Dekan FTIK IAIN Salatiga, Suwardi, M.Pd;
3. Ketua Jurusan PGMI IAIN Salatga, Peni Susapti, M.Si;
4. Dr. Maslikhah, S.Ag.,M.Si. selaku pembimbing skripsi yang telah
membimbing, mengarahkan, memotivasi, dan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini;
5. Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis;
7. Aynun Mardliyah, S.Pd.I selaku kepala MI Klero yang telah memberikan izin melakukan penelitian di MI Klero; dan
8. Budi Hartanto, S.Pd.I selaku guru kelas V MI Klero yang telah berkenan bekerjasama dengan penulis sehingga penelitian dapat terlaksana dengan lancar;
9. Siswa kelas V MI Klero yang telah mendukung dan membantu penulis dalam melakukan penelitian;
10.Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah Swt. Serta tercatat sebagai amal baik. Amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta pembaca pada umumnya. Amin.
Salatiga, 12 Maret 2018
Yamti Damayanti
ABSTRAK
Damayanti, Yamti. 2018. Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Gaya Melalui Pendekatan Pembelajaran Somatic Auditory Visual Intellectual
(SAVI) Pada Siswa Kelas V MI Klero Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang Tahun 2018. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Dr. Maslikhah, S.Ag., M.Si.
Kata Kunci: Hasil Belajar IPA, Pendekatan Pembelajaran Somatic Auditory Visual Intellectual (SAVI)
Hasil belajar IPA di MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang masih rendah terbukti dengan hasil belajar siswa yang belum mencapai KKM 65. Hal ini dikarenakan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah sehingga sulit dipahami oleh siswa. Gaya belajar siswa sangat memengaruhi siswa dalam memahami materi pembelajaran, sehingga pendekatan pembelajaran yang dipilih guru harus diubah menjadi pendekatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi semua jenis gaya belajar. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah pendekatan pembelajaran SAVI dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi gaya pada siswa kelas V MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun 2018?. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA materi gaya melalui pendekatan pembelajaran SAVI pada siswa kelas V MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun 2018.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang yang berjumlah 26 siswa meliputi 15 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Instrumen penelitian meliputi lembar observasi dan soal tes. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan tes. Data dianalisis secara statistik menggunakan rumus persentase, apabila ≥ 85% siswa tuntas belajar maka siklus dihentikan.
DAFTAR ISI
Sampul ... i
Lembar Berlogo ... ii
Halaman Judul ... iii
Persetujuan Pembimbing ... iv
Pernyataan Keaslian Tulisan Dan Kesediaan Dipublikasikan ... v
Pengesahan Kelulusan ... vi
Motto ... vii
Persembahan ... viii
Kata Pengantar ... ix
Abstrak ... xi
Daftar Isi... xii
Daftar Tabel ... xiv
Daftar Gambar ... xv
Daftar Lampiran ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 5
E. Manfaat Hasil Penelitian... 5
F. Definisi Operasional ... 6
G. Metode Penelitian ... 8
1. Rancangan Penelitian ... 8
2. Subjek Penelitian ... 10
3. Langkah-Langkah Penelitian ... 10
4. Instrumen Penelitian... 13
5. Metode Pengumpulan Data ... 14
BAB II LANDASAN TEORI ... 17
A. Kajian Teori... 17
1. Hakikat Hasil Belajar ... 17
2. Hakikat IPA ... 31
3. Pendekatan Pembelajaran SAVI ... 34
4. Gaya ... 50
B. Kajian Pustaka ... 65
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ... 68
A. Gambaran Umum Sekolah ... 68
B. Pelaksanaan Penelitian ... 72
1. Deskripsi Siklus I ... 72
2. Deskripsi Siklus II ... 78
3. Deskripsi Siklus III ... 83
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 90
A. Deskripsi Paparan Siklus ... 90
1. Deskripsi Data Siklus I... 90
2. Deskripsi Data Siklus II ... 92
3. Deskripsi Data Siklus III ... 94
B. Pembahasan ... 96
BAB V PENUTUP ... 101
A. Kesimpulan ... 101
B. Saran ... 101
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Identitas Sekolah ... 68
Tabel 3.2 Data Guru MI Klero ... 69
Tabel 3.3 Daftar Jumlah Siswa MI Klero ... 70
Tabel 3.4 Daftar Siswa Kelas V MI Klero ... 70
Tabel 3.5 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas... 72
Tabel 4.1 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 90
Tabel 4.2 Data Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 92
Tabel 4.3 Data Hasil Belajar Siswa Siklus III... 94
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Bagan Rancangan PTK ... 9
Gambar 2.1 Hakikat Hakikat Belajar ... 21
Gambar 2.2 Bagan Hakikat Hasil Belajar ... 30
Gambar 2.3 Bagan Hakikat IPA... 34
Gambar 2.4 Magnet Menarik Besi ... 57
Gambar 2.5 Contoh Gaya Gravitasi Bumi ... 51
Gambar 2.6 Gaya Gesek saat Mendorong Kardus ... 52
Gambar 2.7 Permukaan Halus dan Kasar Benda ... 53
Gambar 2.8 Contoh Adanya Gaya Gesek ... 54
Gambar 2.9 Magnet Menarik Besi ... 57
Gambar 2.10 Contoh Benda Magnetis ... 58
Gambar 2.11 Contoh Benda Nonmagnetis ... 59
Gambar 2.12 Dua Kutub Magnet ... 61
Gambar 2.13 Cara Induksi ... 62
Gambar 2.14 Cara Digosok ... 63
Gambar 2.15 Cara Dialiri Arus Listrik ... 64
Gambar 2.16 Bagan Materi IPA tentang Gaya ... 64
Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I ... 97
Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II ... 98
Gambar 4.3 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus III ... 99
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Penulis ... 108
Lampiran 2. Nilai SKK Mahasiswa ... 109
Lampiran 3. Surat Tugas Pembimbing Skripsi ... 113
Lampiran 4. Lembar Konsultasi Skripsi ... 114
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian... 116
Lampiran 6. Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) ... 117
Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 119
Lampiran 8. Lembar Kerja Kelompok Siklus I ... 125
Lampiran 9. Soal Evaluasi Siklus I ... 127
Lampiran 10. Catatan Lapangan Pelaksanaan Siklus I ... 130
Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 136
Lampiran 12. Lembar Kerja Kelompok Siklus II ... 145
Lampiran 13. Soal Evaluasi Siklus II ... 147
Lampiran 14. Catatan Lapangan Pelaksanaan Siklus II ... 149
Lampiran 15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 154
Lampiran 16. Lembar Kerja Kelompok Siklus III ... 165
Lampiran 17. Soal Evalusai Siklus III ... 169
Lampiran 18. Catatan Lapangan Pelaksanaan Siklus III ... 171
Lampiran 19. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian ... 176
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan
sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan terjadinya
perubahan perilaku seseorang yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak (Susanto, 2013:5). Belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan
dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan. Allah Swt menjanjikan akan mengangkat derajat orang yang mempelajari ilmu pengetahuan
sebagaimana firman Allah Swt dalam Alquran Surat Al-Mujaadilah ayat 11 (Depag, 2012: 544):
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” Maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat
(derajat) orang- orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang
sekolah dasar. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada
sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Guru khususnya yang mengajar IPA di sekolah dasar, diharapkan mengetahui dan mengerti hakikat
pembelajaran IPA, sehingga dalam pembelajaran guru tidak kesulitan dalam mendesain pembelajaran (Susanto, 2013: 167).
Guru dalam mendesain pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Guru bertanggung jawab untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan
kegiatan di dalam kelas. Siswa akan lebih berhasil dalam belajar apabila guru memiliki kompetensi dan kualitas yang baik dalam melaksanakan
pembelajaran.
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang selama ini dianggap sulit oleh sebagian besar siswa.
Sebagian besar siswa yang menyatakan bahwa pelajaran IPA ini sulit adalah benar, terbukti dari hasil perolehan ujian akhir sekolah (UAS) yang
dilaporkan oleh Depdiknas masih sangat jauh dari standar yang diharapkan (Susanto, 2013: 165).
Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan pada Februari
pelajaran IPA masih rendah. Hal ini terbukti dengan adanya hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas V MI Klero yaitu Bapak
Budi Hartanto S.Pd.I pada 10 Februari 2018. Hasil wawancara menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang mempunyai nilai ulangan
IPA di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari 26 siswa kelas V MI Klero yang memiliki nilai di atas KKM hanya 26,9% (7 siswa), sedangkan sebanyak 73,1% (19 siswa) mendapat nilai di bawah KKM.
Berdasarkan diskusi yang dilakukan dengan guru mata pelajaran IPA kelas V MI Klero, diduga faktor penyebab rendahnya hasil belajar
siswa terhadap mata pelajaran IPA dikarenakan pemberian materi pembelajaran dari guru yang sulit dipahami oleh siswa. Guru dalam menyampaikan materi pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah
sehingga tidak dapat memfasilitasi semua gaya belajar siswa. Gaya belajar siswa sangat memengaruhi siswa dalam memahami materi pembelajaran,
sehingga pendekatan pembelajaran yang dipilih guru harus diubah menjadi pendekatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi semua jenis gaya belajar.
Gunawan (2012: 139) pada hasil penelitiannya menunjukkan bahwa siswa yang belajar dengan menggunakan gaya belajar siswa yang
dominan, saat mengerjakan tes, akan mencapai nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan apabila siswa yang belajar dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya belajar siswa sendiri. Pendekatan pembelajaran yang dapat
Auditory, Visual dan Intellectual (SAVI). SAVI meliputi somatic yang berarti belajar dengan bergerak dan berbuat; auditory yang berarti belajar
dengan berbicara dan mendengar; visual yang berarti belajar dengan mengamati dan menggambarkan; dan intellectual yang berarti belajar dengan memecahkan masalah dan merenung (Suyanto, 2013: 91).
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA
Materi Gaya melalui Pendekatan Pembelajaran SAVI pada Siswa Kelas V MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2018.”
B. Rumusan Masalah
Apakah pendekatan pembelajaran SAVI dapat meningkatkan hasil
belajar IPA materi gaya pada siswa kelas V MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun 2018?
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui peningkatan hasil belajar IPA materi gaya melalui
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi sebagai alternatif tindakan yang dipandang
paling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti melalui PTK (Mulyasa, 2011: 105). Hipotesis tindakan ini adalah: jika pendekatan pembelajaran SAVI dilaksanakan dengan baik
pada mata pelajaran IPA materi gaya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun 2018.
2. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan merupakan tolak ukur tingkat
ketercapaian dari tindakan yang diberikan. Pendekatan pembelajaran SAVI dinyatakan berhasil jika indikator yang diharapkan tercapai.
Indikator keberhasilan siswa dapat dilihat secara individual dan klasikal. Indikator keberhasilan siswa secara individual dinyatakan berhasil apabila siswa dapat mencapai skor ≥ 65 (nilai KKM) pada
materi gaya. Depdikbud (dalam Trianto, 2009: 241) menyatakan “Indikator keberhasilan siswa secara klasikal siswa dinyatakan berhasil
E. Manfaat Hasil Penelitian 1. Manfaat Teoretis
a. Memberikan kontribusi untuk perbaikan kualitas pembelajaran; b. Mengembangkan pendekatan pembelajaran di MI; dan
c. Sebagai motivasi untuk meneliti bidang studi lain dan sebagai acuan penelitian berikutnya yang sejenis.
2. Manfaat Praksis a. Bagi Siswa
1) Siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran pada kualitas yang lebih baik; dan
2) Siswa dapat memahami materi pelajaran dengan lebih mudah.
b. Bagi Guru
1) Guru mendapat masukan dalam meningkatkan hasil belajar
pada mata pelajaran IPA; dan
2) Guru dapat mengembangkan pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
1) Sekolah dapat meningkatkan mutu pendidikan khususnya
dalam pembelajaran IPA; dan
F. Definisi Operasional 1. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor
yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu (Brahim dalam Susanto, 2013: 4). Hasil belajar yang digunakan dalam PTK ini adalah nilai langsung yang diperoleh siswa
pada saat melakukan penelitian bukan nilai raport.
Atmaja (2016: 32) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan
hasil atau perubahan dari suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang menyangkut aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.
a. Aspek kognitif meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi;
b. Aspek afektif meliputi: kemampuan menerima, kemampuan menanggapi, ketekunan; dan
c. Aspek psikomotorik meliputi: menggunakan, membersihkan,
menampilkan, menghubungkan, menyusun, menemukan, mengambil, dan menyatukan.
2. Pendekatan Pembelajaran SAVI
Pendekatan pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual,
Intellectual) adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan bahwa
SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) dimana belajar dengan mengalami dan
melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi;
Visual yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata
melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan Intellectual yang bermakna
bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds- on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih
menggunakannya melalui menalar, menyelidiki, menemukan, mengkontruksi, dan memecahkan masalah (Ngalimun, 2016: 234).
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang ditetapkan adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan
praktik dan proses pembelajaran (Susilo, 2010: 16).
Peneliti menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
karena untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas melalui pendekatan pembelajaran
pelajaran IPA materi gaya. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang digunakan adalah kolaboratif, dimana guru kelas melaksanakan proses
belajar mengajar dan peneliti bertindak sebagai pengamat.
Arikunto, dkk (2014: 16) mengemukakan empat tahapan dalam
pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Tahapan tersebut dapat ditampilkan pada gambar.
Gambar Bagan Rancangan PTK Sumber: Arikunto, dkk (2014: 16)
Perencanaan
Siklus I
Pengamatan
Perencanaan
Siklus II
? Pengamatan
Pelaksanaan Refleksi
2. Subjek Penelitian 1) Siswa
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V MI Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang pada mata pelajaran
IPA materi gaya. Jumlah siswa kelas V MI Klero ada 26 siswa meliputi 15 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.
2) Guru
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru IPA kelas V MI Klero (Budi Hartanto, S.Pd.I).
3. Langkah-Langkah Penelitian a. Perencanaan
Perencanaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi
keseluruhan aspek yang terkait PTK. Perencanaan khusus dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus per siklus. Perencanaan dalam hal ini hampir sama dengan menyiapkan suatu
kegiatan belajar mengajar (Kusumah, 2010: 39).
Perencanaan penelitian meliputi hal-hal yang dilakukan
sebelum pelaksanaan tindakan. Kegiatan yang dilakukan adalah: 1) Merancang desain pembelajaran dengan pendekatan SAVI,
yaitu dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
2) Mempersiapkan setting kelas dan sarana pendukung yang diperlukan saat proses pembelajaran;
3) Menyusun lembar observasi guru dan siswa untuk mengetahui kinerja guru dan kondisi siswa saat pelaksanaan pendekatan
pembelajaran SAVI dalam proses pembelajaran; dan 4) Menyusun instrument tes hasil belajar untuk siswa.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu
diingat adalah bahwa dalam pelaksanaan guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat (Arikunto, dkk,
2014: 18).
Guru pada tahap ini melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan desain pembelajaran yang telah direncanakan. Pada tahap ini dilakukan apersepsi, pembelajaran dan evaluasi. Peneliti menggunakan pedoman observasi yang telah direncanakan dalam
melaksanakan pengamatan pembelajaran yaitu terhadap guru dan siswa, meliputi masalah-masalah yang muncul dan hal-hal yang
mendukung. c. Pengamatan
Pengamatan memberikan tanda tentang pencapaian refleksi.
melalui pemahaman yang lebih baik dan tindakan yang secara lebih kritis dipikirkan (Priansa, 2014: 329). Pengamatan seharusnya
dilakukan secara langsung pada waktu tindakan sedang dilakukan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pengamatan
dapat dilakukan sendiri atau kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pengamat pada saat mengamati haruslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian,
misalnya mengenai kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, serta penyajian atau pembahasan materi (Kusumah, 2010:
40).
d. Tahap Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengadakan upaya evaluasi yang
dilakukan guru dan tim pengamat dalam penelitian tindakan kelas. Refleksi dilakukan dengan cara berdiskusi terhadap berbagai
masalah yang muncul di kelas penelitian yang diperoleh dari analisis data sebagai bentuk pengaruh tindakan yang telah dirancang (Susilo, 2010: 23).
Data yang diperoleh pada tahap pengamatan selama proses pembelajaran dilakukan analisis dan dilakukan refleksi sebagai
bahan penyusun rencana tindakan selanjutnya. Apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka PTK akan dilanjutkan siklus berikutnya dengan materi yang berbeda melalui tahap yang sama
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh guru atau
observer untuk mengambil data yang akan digunakan sebagai bahan untuk menentukan keberhasilan dari rencana tindakan yang telah
dilakukan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu lembar observasi dan soal tes.
a. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan suatu cara yang tepat untuk menilai perilaku. Untuk menilai perilaku itu diperlukan lembaran
pengamatan yang berisi hal-hal yang menjabarkan tingkah laku subyek yang diamati. Observasi dapat dilaksanakan secara sistematik, yaitu dengan menggunakan pedoman observasi
(Djamarah, 2000: 220).
Lembar observasi berisi indikator yang didesain
berdasarkan fokus penelitian. Observasi dilakukan untuk mengamati guru dan siswa dalam menerapkan pendekatan pembelajaran SAVI. Lembar observasi yang digunakan adalah
lembar observasi guru dan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran SAVI.
b. Soal Tes
Soal tes digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif berupa nilai yang menggambarkan pencapaian kompetensi pada
indikator pencapaian kompetensi yang telah ditentukan oleh sekolah.
5. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas yaitu observasi dan tes.
a. Observasi
Observasi adalah suatu cara untuk mendapatkan keterangan
mengenai situasi dengan melihat dan mendengar apa yang terjadi, kemudian semua dicatat dengan cermat. Observer akan menerima
kesan dan mencatat apa yang terjadi selama proses pengamatan (Patmonodewo, 2003: 139).
Observasi ini dilakukan terhadap kinerja guru dan sikap
siswa selama pembelajaran berlangsung untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pendekatan pembelajaran SAVI dalam
pembelajaran IPA materi gaya. b. Tes
Tes adalah sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban,
atau sejumlah pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan siswa atau mengungkap
aspek tertentu dari orang yang dikenai tes (Suyanto, 2013: 236). Tes dilaksanakan terhadap siswa untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas V MI Klero pada mata pelajaran IPA matrei
6. Analisis Data
Analisis data merupakan proses yang menghubung-hubungkan,
memisah-misahkan dan mengelompokkan data yang ada sehingga dapat ditarik kesimpulan yang benar. Arikunto (2014: 131)
mengemukakan bahwa jenis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ada dua yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.
a. Data kuantitatif berupa hasil belajar siswa yang dapat dianalisis
secara deskriptif dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Dalam penelitian ini, ada dua nilai yang harus dihitung yaitu
sebagai berikut:
1) Menghitung nilai rata-rata kelas; dan 2) Menghitung ketuntasan belajar klasikal.
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar klasikal dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
P = x 100% (Djamarah, 2000: 226)
Keterangan:
P: Jumlah nilai dalam persentase;
F: Jumlah siswa yang telah tuntas belajar; dan N: Jumlah seluruh siswa.
H. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan. Bab ini memuat tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan, indikator keberhasilan, manfaat hasil penelitian, definisi operasional, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori. Bab ini memuat tentang kajian teori meliputi kajian materi penelitian, hakikat hasil belajar, hakikat IPA,
pendekatan pembelajaran SAVI, dan penelitian tindakan kelas serta kajian pustaka berupa hasil penelitian yang relevan.
BAB III Pelaksanaan Penelitian. Bab ini memuat tentang gambaran umum MI Klero dan pelaksanaan penelitian.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini memuat tentang
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hakikat Hasil Belajar a. Belajar
1) Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan
individu dengan lingkungannya. Seseorang setelah mengalami proses belajar, akan mengalami perubahan tingkah laku, baik
aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya (Usman, 2002: 5). Hosnan (2014: 7-8) berpendapat
bahwa belajar pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu siswa. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada
pencapaian tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman yang diciptakan guru.
Gangne (dalam Susanto, 2013: 1-2) berpendapat bahwa belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan
dimaksud adalah perintah atau arahan dan bimbingan dari seorang pendidik atau guru.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian belajar di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah proses atau
suatu usaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku (pengetahuan, keterampilan, kebiasaan) sebagai hasil dari pengalaman yang terjadi pada diri setiap individu.
2) Prinsip-Prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar terdiri dari perubahan perilaku,
belajar merupakan proses, dan belajar merupakan bentuk pengalaman (Suprijono, 2011: 4-5). Masing-masing prinsip belajar tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a) Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki
ciri-ciri:
(1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari;
(2) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya;
(3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup; (4) Positif atau berakumulasi;
(5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan
(6) Permanen atau tetap; (7) Bertujuan dan terarah; dan
(8) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan. b) Belajar merupakan Proses
Belajar merupakan proses yang terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan
organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar.
c) Belajar merupakan Bentuk Pengalaman
Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara siswa
dengan lingkungannya. 3) Tujuan Belajar
Sardiman (1994: 28-29) menyatakan tujuan belajar adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap. Masing-masing tujuan
belajar dijelaskan sebagai berikut: a) Mendapatkan Pengetahuan
Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pengetahuan dan kemampuan berpikir tidak dapat dipisahkan. Seseorang
bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan ini yang memiliki
kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar.
b) Penanaman Konsep dan Keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi, soal keterampilan
yang bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan-keterampilan yang dapat
dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak atau penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Keterampilan rohani lebih
rumit karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung
pangkalnya tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu
masalah atau konsep. c) Pembentukan Sikap
Pembentukan sikap adalah salah satu tujuan belajar. Guru dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi siswa, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam
mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau
model.
Guru bertugas membentuk sikap mental dan perilaku
siswa, tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai,
transfer of values. Oleh karena itu, guru tidak sekedar
“pengajar”, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan
memindahkan nilai-nilai itu kepada siswa. Guru dengan berlandaskan nilai-nilai tersebut, siswa akan tumbuh
kesadaran dan kemauannya untuk mempraktikkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya.
Kajian teori tentang hakikat belajar dapat ditampilkan
pada Gambar 2.1.
b. Hasil Belajar
1) Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri
merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh sesuatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Guru dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan
instruksional, biasanya menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah siswa yang berhasil mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional (Susanto, 2013: 5).
Hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari
kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki siswa. Siswa yang menguasai hasil belajar dapat dilihat dari
perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengutahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Hasil belajar siswa di sekolah ini dapat dilihat dari
penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuhnya (Sukmadinata, 2011:102-103).
Hasil belajar pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Secara eksplisit ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan
ranah tersebut, namun penekanannya selalu berbeda (Ratnawulan, 2015: 57).
Berdasarkan beberapa pendapat tentang hasil belajar di atas dapat dipahami bahwa hasil belajar adalah kemampuan
atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa baik ranah kognitif, psikomotor, maupun afektif yang diperoleh setelah melalui proses pembelajaran dan dapat diukur melalui pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, dan analisis yang diraih siswa. 2) Macam-Macam Hasil Belajar
Suprijono (2011: 5-6) berpendapat bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Macam-macam hasil
belajar adalah sebagai berikut:
a) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan
pengetahuan dan bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak
memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan;
b) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan untuk mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,
mengembangkan prinsi-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas
kognitif bersifat khas;
c) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan
mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah;
d) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi,
sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani; dan
e) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilian terhadap objek tersebut. Sikap berupa
kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai
sebagai standar perilaku.
3) Faktor-Faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar
Wasliman (dalam Susanto, 2013: 12) berpendapat
bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang memengaruhi, baik faktor
internal maupun faktor eksternal. a) Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari
belajarnya. Faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
(1) Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu tonus jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu. Keadaan tonus jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan melatar belakangi
aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang
segar, keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya daripada yang tidak lelah (Suryabrata, 2007: 235).
Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama
fungsi panca indra sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kondisi organ-organ khusus siswa seperti
tingkat kesehatan indra pendengar dan indra penglihat, sangat memengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang
disajikan kelas (Syah, 2010: 145). (2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang dapat memengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan hasil belajar meliputi tingkat kecerdasan/ inteligensi siswa, sikap siswa, bakat
(a) Kecerdasan atau Inteligensi
Inteligensi pada umumnya, dapat diartikan
sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat (Sunarto, 2013: 184).
Tingkat kecerdasan atau inteligensi siswa
sangat mentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Hal ini memberikan rmakna bahwa semakin tinggi
kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, sebaliknya semakin rendah kemampuan inteligensi
seorang siswa, maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses (Islamuddin, 2012: 167).
(b) Sikap
Bruno (dalam Islamuddin, 2012: 167) berpendapat bahwa sikap adalah kecenderungan
yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu.
(c) Bakat
Chaplin (dalam Susanto, 2013: 16)
berpendapat bahwa bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. (d) Minat
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat memengaruhi kualitas pencapaian
hasil belajar siswa. Guru dalam kaitan ini seharusnya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan (Syah, 2010: 152.)
(e) Motivasi Belajar
Motivasi belajar berkembang dari interaksi
kompleks lingkungan dengan faktor internal, individu adalah pengolah informasi yang aktif, dan keyakinan yang terkait dengan prestasi adalah
informasi eksplisit (Gredler, 2013: 515). b) Faktor Eksternal
(1) Lingkungan Sosial (a) Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang memengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi
guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, dan keadaan gedung (Slameto,
1991: 66-67). (b) Faktor Keluarga
Faktor keluarga merupakan lingkungan sosial yang lebih memengaruhi kegiatan belajar. Sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga,
ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik
ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa (Islamuddin, 2012: 189). (c) Faktor Masyarakat
Islamuddin (1991: 190) berpendapat bahwa faktor masyarakat yang memengaruhi hasil belajar
siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh
pengangguran misalnya, sangat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Siswa yang berada di
lingkungan tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi.
(2) Lingkungan Non Sosial
Baharuddin (2015: 33-34) berpendapat bahwa faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial
adalah:
(a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang
segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau, atau tidak terlalu gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut
merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya bila kondisi
lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
(b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang
dapat digolongkan dua macam. Pertama hardware seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, dan
(c) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia
perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru disesuaikan dengan kondisi
perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai
materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.
Kajian teori tentang hakikat hasil belajar dapat ditampilkan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Bagan Hakikat Hasil Belajar
2. Hakikat IPA a. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang ada di alam semesta beserta
isinya dengan sikap ilmiah yang rasional dan objektif. Mata pelajaran IPA diterapkan mulai dari sekolah dasar (SD) sampai perguruan tinggi (PT), hal tersebut melihat pentingnya IPA sebagai
disiplin ilmu yang berperan dalam setiap aspek kehidupan (Azizah, dkk, 2016: 492).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. IPA merupakan suatu pengetahuan yang bisa diterima di
khalayak umum sebagai suatu produk ilmu (produk ilmiah) yang penemuannya melalui serangkaian penyelidikan panjang yang
terstruktur (proses ilmiah), yang keberhasilannya dalam melakukan penyelidikan ini ditentukan oleh sikap ilmiah yang dimiliki (Desstya, 2014: 194)
Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap
ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Pembelajaran IPA di sekolah dasar dapat dilakukan dengan penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA (Susanto, 2013:
Berdasarkan uraian hakikat IPA di atas, dapat dipahami bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang
mempelajari tentang diri sendiri dan alam semesta beserta isinya dengan sikap ilmiah yang rasional dan objektif melalui pengamatan
dan percoban-percobaan sederhana dengan prinsip IPA sebagai produk, proses, dan hasil.
b. Karakteristik Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya. Jacobson & Bergman (dalam
Susanto, 2013: 170) berpendapat bahwa karakteristik pembelajaran IPA meliputi:
1) IPA merupakan kumpulan konsep-konsep, prinsip-prinsip,
hukum, dan teori;
2) Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental serta mencermati
fenomena alam, termasuk juga penerapannya;
3) Sikap keteguhan hati, keingintahuan dan ketekunan dalam menyingkap rahasia alam; dan
c. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar dalam Badan
Standar Nasional Pendidikan (dalam Susanto, 2013: 171-172) yaitu:
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya; 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan; 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat;
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan;
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam
memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam; 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; dan
Kajian teori tentang hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat ditampilkan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Bagan Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Sumber: Azizah, dkk (2016); Desstya (2014);
dan Susanto (2013)
3. Pendekatan Pembelajaran SAVI
a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran SAVI
SAVI adalah akronim dari Somatic, Auditory, Visual, dan
Intellectual. Pembelajaran somatic, auditory, visual, dan
intellectual (SAVI) adalah pembelajaran yang menekankan bahwa
dengan mengalami dan melakukan; auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak,
berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi; visual yang bermakna belajar haruslah menggunakan
indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan intellectual yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan
berpikir (minds- on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui menalar, menyelidiki,
mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkontruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan (Ngalimun, 2016: 234). Keempat cara belajar ini harus ada agar belajar berlangsung
optimal. Unsur-unsur ini semuanya terpadu, sehingga belajar yang paling baik bisa berlangsung jika semuanya itu digunakan secara
simultan (Hernowo, 2015: 157).
Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh orang berdiri dan bergerak ke sana ke mari. Pembelajaran adalah
menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intellectual dan penggunaan semua indra (Hernowo, 2015: 157). Dave Meirer
maksimal, sebaliknya melibatkan tubuh dalam belajar cenderung membangkitkan kecerdasan terpadu manusia sepenuhnya.
Pendekatan pembelajaran SAVI dalam belajar memunculkan sebuah konsep belajar yang disebut Belajar Berbasis
Aktivitas (BBA). Belajar dengan bergerak aktif dan memanfaatkan indra sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar. Belajar menggunakan pendekatan
SAVI jauh lebih efektif daripada yang didasarkan pada prestasi, materi, dan media, karena gerakan fisik meningkatkan proses mental (Suyadi, 2013: 102).
Senada dengan hal tersebut, Suyanto (2013: 91) menyatakan dalam pengelolaan siswa, hal mendasar yang mesti
dikembangkan adalah agar siswa dapat bergerak aktif ketika belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin dan
membuat seluruh tubuh serta pikiran terlibat dalam proses belajar. Pembelajaran yang semakin banyak melibatkan panca indra berpengaruh baik terhadap hasil belajar yang bisa dicapai.
Sebaliknya, pola pembelajaran yang cenderung membuat siswa tidak aktif secara fisik dalam jangka waktu lama, akan
Huda (2014: 284-285) mengemukakan bahwa cara-cara yang bisa menjadi starting point guru dalam melaksanakan
pembelajaran SAVI adalah sebagai berikut:
1) Somatic: Learning by Doing
a) Proyek dirancang untuk mendorong siswa bergerak di tempat-tempat yang berbeda;
b) Waktu istirahat disediakan sesering mungkin ketika siswa
tengah belajar, kemudian siswa diajak untuk segera bergerak ketika sedang menemukan gagasan baru;
c) Siswa dibiarkan berdiri dan berjalan ketika siswa tengah mendengarkan, menonton, atau berpikir; dan
d) Siswa diminta untuk menulis dalam sebuah kartu tentang
apa yang telah dipelajari.
2) Auditory (Learning by Hearing)
a) Siswa diminta untuk menjelaskan apa yang telah dipelajari dari orang lain;
b) Siswa diminta untuk membaca buku atau handout dengan
suara keras;
c) Proses presentasi pengajaran direkam, dan siswa diminta
untuk mendengarkannya sejenak di ruang kelas; dan
3) Visual: Learning by Seeing
a) Siswa diberikan tugas untuk membaca satu atau dua
paragraf, kemudian diminta untuk membuat sinopsis singkat tentang apa yang dibacanya;
b) Siswa diminta untuk terus mencatat setiap penjelasan penting yang disampaikan di ruang kelas;
c) Siswa diajak untuk membuat semacam gambar tentang
gagasan siswa lalu ditempel di dinding kelas; dan
d) Mindmap digambar di papan tulis, dan siswa diminta untuk
memperhatikannya dengan seksama.
4) Intellectual: Learning by Thinking
a) Siswa diminta untuk duduk sejenak setelah menyelesaikan
sesuatu pengalaman belajar untuk merefleksikan apa yang telah dipelajari dan menghubungkannya dengan apa yang
telah diketahui;
b) Siswa diminta untuk membuat semacam diagram,
flowchart, atau piktogram yang bisa menggambarkan apa
yang direfleksikan;
c) Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan probing
mengenai materi pelajaran yang telah diajarkan dan siswa diminta untuk berpikir tentang pemecahannya;
d) Analogi-analogi dibuat untuk merangsang siswa berpikir
e) Pokok-pokok pelajaran dibuat yang memungkinkan siswa untuk menyusunnya.
b. Karakteristik Pendekatan Pembelajaran SAVI
1) Somatic
Somatic berasal dari bahasa Yunani yang berarti
tubuh-soma (seperti dalam psikosomatic). Belajar somatic berarti belajar dengan indra peraba, kinestetis, praktis melibatkan fisik
dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar (Hernowo, 2015: 157-158).
Suasana belajar yang dapat membuat siswa bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu diciptakan untuk merangsang hubungan pikiran-tubuh.
Pembelajaran tidak semuanya membutuhkan aktivitas fisik, tetapi dengan berganti-ganti menjalankan aktivitas belajar aktif
dan pasif secara fisik (Hernowo, 2015: 159).
Fanany (2013: 85) berpendapat bahwa hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar dengan
menyerap informasi melalui gerakan fisik adalah sebagai berikut:
a) Siswa melaksanakan praktik lapangan;
b) Siswa melakukan demonstrasi atau pertunjukan langsung terhadap suatu proses;
d) Siswa dalam belajar tidak harus duduk secara formal, bisa dilakukan dengan duduk dengan posisi yang nyaman
walaupun tidak biasa dilakukan oleh siswa lain; e) Siswa melaksanakan praktik di laboratorium;
f) Siswa melaksanakan simulasi dan role playing; dan g) Siswa diminta berdiri saat menjelaskan sesuatu.
2) Auditory
Belajar auditory, yaitu gaya belajar yang dilakukan siswa untuk memperoleh informasi dengan memanfaatkan
indra telinga. Belajar auditory sangat mengandalkan telinga untuk mencapai kesuksesan belajar, misalnya dengan cara mendengar seperti ceramah, radio, berdialog, dan berdiskusi
(Subini, 2013: 119).
Pikiran auditory siswa lebih kuat daripada yang
disadari. Telinga siswa terus-menerus menangkap dan menyimpan informasi auditory, bahkan tanpa disadari. Siswa ketika membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa area
penting di otak menjadi aktif (Hernowo, 2015: 161).
Pelajaran dirancang menarik bagi saluran auditory yang
kuat dalam diri siswa, dengan mencari cara untuk mengajak siswa membicarakan apa yang sedang siswa pelajari. Siswa diminta menerjemahkan pengalamannya dengan suara dan
model, mengumpulkan informasi, pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri sendiri (Hernowo,
2015: 163-164).
Fanany (2013: 85) berpendapat bahwa hal-hal yang bisa
dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar dengan menyerap informasi melalui pendengaran adalah sebagai berikut:
a) Guru menggunakan audio dalam pembelajaran, misalnya musik dan radio;
b) Siswa ketika belajar dibiarkan membaca dengan nyaring dan suara keras;
c) Guru sering memberi pertanyaan kepada siswa;
d) Siswa diminta membuat diskusi kelas;
e) Siswa diminta menjelaskan dengan kata-kata;
f) Siswa menuliskan apa yang siswa pahami tentang satu mata pelajaran; dan
g) Siswa belajar berkelompok.
3) Visual
Belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat
sehingga mata sangat memegang peranan penting. Gaya belajar secara visual dilakukan siswa untuk memperoleh informasi seperti melihat gambar, diagram, peta, poster, dan grafik
Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya
adalah bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang
lain (Hernowo, 2015: 165).
Belajar visual paling baik jika siswa dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar
dan gambaran dari segala macam hal ketika siswa sedang belajar. Teknik yang bisa dilakukan semua siswa, terutama
siswa dengan keterampilan visual yang kuat, adalah meminta siswa mengamati situasi dunia nyata lalu memikirkan serta mebicarakan situasi itu (Hernowo, 2015: 166).
Fanany (2013: 84) berpendapat bahwa hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar dengan
menyerap informasi melalui mata adalah sebagi berikut:
a) Siswa dibiarkan duduk di bangku paling depan, sehingga siswa bisa langsung melihat apa yang dituliskan atau
digambarkan guru di papan tulis;
b) Guru membuat lebih banyak bagan-bagan, diagram, untuk
menjelaskan sesuatu;
d) Guru memberikan ilustrasi dan gambar digunakan dalam pembelajaran; dan
e) Siswa diminta menulis ulang apa yang ada di papan tulis. 4) Intellectual
Intellectual adalah pencipta makna dalam pikiran,
sarana yang digunakan manusia untuk “berpikir”, menyatukan
pengalaman, menciptakan jaringan syaraf baru, dan belajar.
Intellectual menghubungkan pengalaman mental, fisik,
emosional, dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagi
dirinya sendiri. Intellectual merupakan sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan. Pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman
(diharapkan) menjadi kearifan (Hernowo, 2015: 168).
Meier (dalam Hernowo, 2015: 168) berpendapat bahwa
intellectual bukanlah pendekatan belajar yang tanpa emosi,
tidak berhubungan, rasionalistis, “akademis”, dan terkotak
-kotak. Kata “intellectual” menunjukkan apa yang dilakukan
pembelajar dalam pikiran secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan
menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Intellectual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun
Siswa memiliki perbedaan dalam bidang intellectual yang perlu diketahui dan dipahami oleh guru, terutama dalam
hubungannya dengan pengelompokan siswa di kelas. Siswa yang kurang cerdas jangan dikelompokkan dengan siswa yang
kecerdasannya setingkat dengannya, tetapi perlu dimasukkan ke dalam kelompok siswa-siswa yang cerdas. Hal ini dilakukan agar siswa yang kurang cerdas itu terpacu untuk lebih kreatif
(Djamarah, 2000: 58).
Hamzah (2015: 251) mengemukakan indikator
intellectual adalah sebagai berikut:
a) Mudah menangkap pelajaran; b) Mudah mengingat kembali;
c) Memiliki perbendaharaan kata yang luas;
d) Penalaran tajam (berpikir logis, kritis, memahami hubungan
sebab akibat);
e) Daya konsentrasi baik (perhatian tidak mudah teralihkan); f) Menguasai banyak bahan tentang macam-macam topik; dan
g) Senang membaca.
Sanaky (2015: 299) berpendapat bahwa cara
kritis). Guru dalam memberdayakan intellectual siswa dapat menggunakan beberapa cara yaitu:
a) Guru memadukan antara tugas dan hasil yang ingin dicapai; b) Guru menguji proses berpikir dan bukan sekadar informasi
terpisah yang dihafalkan;
c) Guru memanfaatkan pengetahuan atau riset yang dilakukan siswa sendiri;
d) Guru memberikan tantangan yang menekankan kedalaman pengetahuan dan pengertian; dan
e) Guru merangsang dan mendidik siswa sehingga siswa dapat belajar dari proses pengujian sendiri.
c. Langkah-Langkah Pendekatan Pembelajaran SAVI
Shoimin (2014: 178-180) menyatakan bahwa, langkah-langkah pendekatan pembelajaran SAVI adalah sebagai berikut:
1) Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)
Tahap persiapan ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar
yang akan dilakukan, dan menempatkan siswa dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik meliputi meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a) Guru memberikan sugesti positif;
b) Guru memberikan tujuan yang jelas dan bermakna;
d) Guru menciptakan lingkungan emosional yang positif; e) Guru menenangkan rasa takut siswa;
f) Guru menyingkirkan hambatan-hambatan belajar;
g) Guru memberikan kesempatan siswa bertanya dan
mengemukakan berbagai masalah; dan
h) Guru mengajak siswa terlibat penuh sejak awal. 2) Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti)
Tahap penyampaian guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara melibatkan
pancaindra dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal-hal yang dapat dilakukan guru adalah:
a) Guru mengajak siswa mengamati fenomena dunia nyata;
b) Guru merangsang siswa untuk melibatkan intellectual dan seluruh panca indra dalam pembelajaran;
c) Guru membangun presentasi interaktif;
d) Guru memfasilitasi seluruh gaya belajar siswa;
e) Guru melatih siswa menemukan pengetahuan (sendiri,
berpasangan, berkelompok); dan
f) Guru memberikan pengalaman belajar di dunia nyata yang
kontekstual.
3) Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti)
Tahap pelatihan ini guru hendaknya membantu siswa
baru dengan berbagai cara. Hal-hal yang dilakukan guru Secara spesifik, yang dilakukan guru adalah sebagai berikut:
a) Guru memberikan usaha aktif, umpan balik atau renungan; b) Guru memberikan permainan dalam belajar;
c) Guru melatih aksi pembelajaran;
d) Guru melatih aktivitas pemecahan masalah;
e) Guru memberikan pengajaran dan tinjauan kolaboratif; dan
f) Guru melatih aktivitas praktis membangun keterampilan. 4) Tahap Penampilan Hasil (Tahap Penutup)
Tahap penampilan hasil ini guru hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru siswa pada pekerjaan sehingga hasil belajar
akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal-hal yang dapat dilakukan guru adalah:
a) Guru menekankan penerapan pembelajaran pada dunia nyata dalam waktu yang segera;
b) Guru membangun aktivitas dukungan kawan antar siswa;
c) Guru membantu siswa menciptakan dan melaksanakan rencana aksi;
d. Kelebihan Pendekatan Pembelajaran SAVI
Shoimin (2014: 182) mengemukakan bahwa kelebihan
pendekatan pembelajaran SAVI adalah sebagai berikut:
1) Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh
melalui penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intellectual; 2) Siswa tidak mudah lupa karena siswa membangun
pengetahuannya sendiri;
3) Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena siswa merasa diperhatikan sehingga tidak cepat bosan untuk
belajar;
4) Memupuk kerjasama karena siswa yang lebih pandai diharapkan dapat membantu yang kurang pandai;
5) Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik, dan efektif;
6) Mampu membangkitkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa;
7) Memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa;
8) Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar lebih baik;
9) Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan
e. Kekurangan Pendekatan Pembelajaran SAVI
Shoimin (2014: 182) mengemukakan bahwa kekurangan
pendekatan pembelajaran SAVI adalah sebagai berikut:
1) Siswa yang sudah terbiasa diberi informasi terlebih dahulu
sering mengalami kesulitan menemukan jawaban ataupun gagasannya sendiri;
2) Pendekatan pembelajaran SAVI membutuhkan waktu yang
lama terutama bila siswa memiliki kemampuan yang lemah; 3) Pendekatan pembelajaran SAVI cenderung mensyaratkan
keaktifan siswa sehingga bagi siswa yang kemampuannya lemah bisa merasa minder.
f. Cara Menyiasati Kekurangan Pendekatan Pembelajaran SAVI
Peneliti berpendapat bahwa cara yang dapat dilakukan untuk menyiasati kekurangan pendekatan pembelajaran SAVI
adalah sebagai berikut:
1) Guru memberikan stimulus kepada siswa, sehingga siswa akan lebih mudah dalam menemukan gagasannya sendiri;
2) Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan mempertimbangkan alokasi waktu yang tepat, sehingga semua
siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik; dan
3) Guru memotivasi semua siswa agar aktif dalam pembelajaran dan memberikan perhatian lebih kepada siswa yang
Kajian teori tentang hakikat pendekatan pembelajaran SAVI dapat ditampilkan pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Bagan Pendekatan Pembelajaran SAVI
Sumber: Djamarah (2000); Fanany (2013); Hernowo (2015); dan Shoimin (2014)
4. Gaya
Gaya merupakan salah satu materi pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) yang terdapat pada kelas V di SD/MI. Materi tentang gaya memuat tentang tiga materi pokok yaitu gaya gravitasi bumi, gaya gesek, dan gaya magnet.
a. Gaya Gravitasi Bumi
Gaya gravitasi bumi adalah gaya tarik bumi. Gaya graviasi