• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Dinas Tenaga Kerja dan Koperasi Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Memberdayakan Usaha Mikro Kecil Menengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Dinas Tenaga Kerja dan Koperasi Kabupaten Serdang Bedagai Dalam Memberdayakan Usaha Mikro Kecil Menengah"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas

keselamatan dan kasih karunia yang diberikan-Nya serta kepada Bunda Maria

yang baik dan lembut hati yang mengabulkan segala pengharapan melalui doa

novena sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan skripsi

yang berjudul “Peranan Dinas Tenaga Kerja dan Koperasi Kabupaten Serdang

Bedagai Dalam Memberdayakan Usaha Mikro Kecil Menengah”.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan Program Sarjana (S-1) pada program studi Adminitrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Penulis

menyadari bahwa sepenuhnya skripsi ini dapat berjalan dengan lancar berkat

bantuan yang telah diberikan oleh banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih atas segala dukungan, bantuan, dan juga bimbingan

dari beberapa pihak selama proses studi dan juga selama proses penyusunan

skripsi ini. Rasa terima kasih yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Hatta Ridho, S.Sos, M.SP selaku dosen pembimbing atas ketulusan

dan kerendahan hati mencurahkan ilmu pengetahuan dan kesabarannya

dalam membimbing penulis serta memberikan masukan dalam

penyelesaian skripsi ini.

2. Ketua dan Sekretaris Program Studi Administrasi Negara Fisip USU

Bapak Drs. Muhammad Husni Thamrin M.Si dan Ibu Dra. Elita Dewi

(3)

3. Bapak Drs Burhanuddin Harahap, M.Si sebagai dosen penguji saya.

Terima kasih telah meluangkan waktu dan bimbingannya sehingga skripsi

saya dinyatakan telah lulus.

4. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fisip USU, terima kasih

atas segalanya dan atas semua dedikasi yang telah diberikan, serta seluruh

karyawan Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Kak Dian dan Kak Mega

atas segala keikhlasan, kemudahan birokrasi, dan keramahannya.

5. Kedua orang tua saya, Ir. Anthonius Purba dan Resty Butar-Butar, Bsc,

atas segala pengertiannya, kasih sayang yang begitu melimpah, doa yang

tak henti-hentinya mengiringi, dan dukungan yang tulus yang menjadi

motivasi dan kekuatan bagi penulis untuk mengerjakan semua proses

perkuliahan hingga sampai tahap ini. Terima kasih papa mama. I love you

dad, I love you mom!

6. Saudara dan saudariku tersayang, Ellen Mary Veronica Purba, Margaretha

Angela Purba, Boyke Romualdus Immanuel Purba atas doa, semangat,

serta dukungannya. Terima kasih atas segala bantuan kalian. I love you all!

7. Sahabat dan wanita-wanita cantik Administrasi Negara, Sri Amelia

Girsang, Decy Christien Lumban Tobing, Nurul Hidayah, Febrianti

Manihuruk dan Maria Rosiana Marpaung,SP yang sudah berbagi suka

duka, membantu, mengajari, dan menemani selama masa-masa

perkuliahan. Terima kasih atas segala kebaikanmu.

8. Gadis-gadis centil, Kalina Dwi Bundhari, Muty Irsyam, Meutia Sri Rezeki,

Rizky Nova Lubis yang telah memberikan semangat dan banyak

(4)

Shanti Panjaitan yang meluangkan waktu dalam mendengarkan cerita

saya.

9. Ibu Hj. Rosdelimawati, SE selaku Kepala Bidang Koperasi dan UMKM,

Bapak Hadi Darrma, SE,MA selaku Kepala Seksi UMKM, Bapak Romero

H. ST selaku PLT. Kepala Seksi Koperasi, Ibu Nurliza Tarigan selaku Staf

Bidang Koperasi dan UMKM dan seluruh pedagang UMKM Perbaungan

yang telah meluangkan waktu untuk saya. Terima kasih atas segala

bantuan dan kerjasamanya.

10.Seluruh kawan-kawan Administrasi Negara 2009 yang tidak dapat saya

disebutkan satu-persatu, para senior, dan juga junior Administrasi Negara.

11.Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan

skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih

atas semua kerjasamanya, semoga kita diberi umur panjang sehingga suatu

saat kita berjumpa lagi.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi banyak

pihak terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Oktober 2013

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

ABSTRAK BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Fokus Masalah ... 9

1.3 Rumusan Masalah ... 9

1.4 Tujuan Penelitian ... 10

1.5 Manfaat Penelitian ... 10

1.6 Kerangka Teori ... 11

1.6.1 Pengertian Peranan ... 12

1.6.2 Organisasi Pemerintahan ... 13

1.6.3 Manajemen Organisasi Pemerintahan ... 16

1.6.4 Pemberdayaan ... 17

1.6.4.1 Pengertian Pemberdayaan ... 17

1.6.4.2 Proses Pemberdayaan ... 18

1.6.5 Usaha Mikro Kecil dan Mengengah ... 20

(6)

Menengah (UMKM) ... 20

1.6.5.2 Kriteria Usaha Mikro Kecil Menengah ... 21

1.6.5.3 Jenis-Jenis Usaha Mikro Kecil Menengah ... 23

1.6.5.4 Masalah-Masalah Yang Dihadapi UMKM ... 25

1.6.6 Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah ... 28

1.6.7 Pasar Bengkel ... ... 29

1.7 Defenisi Konsep ... 31

1.8 Sistematika Penulisan ... 32

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian ... 34

2.2 Lokasi Penelitian ... 34

2.3 Informan Penelitian ... 34

2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 35

2.5 Teknik Analisis Data ... 36

BAB III LOKASI PENELITIAN 3.1 Kabupaten Serdang Bedagai ... 38

3.1.1 Sejarah Serdang Begagai ... 39

3.1.2 Letak Geografis Kabupaten Serdang Bedagai ... 45

3.1.3 Potensi Wilayah ... 46

3.1.4 Hari Jadi dan Motto Kabupaten Serdang Bedagai ... 47

3.1.4.1 Hari Jadi Kabupaten Serdang Bedagai ... 47

(7)

3.1.5 Arti Lambang Kabupaten Serdang Bedagai ... 47

3.2 Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi ... 50

3.2.1 Visi dan Misi Dinas Sosial Tenaga Kerja

dan Koperasi ... 51

3.2.2 Tugas dan Fungsi ... 52

3.2.3 Susunan Organisasi ... 53

BAB IV PENYAJIAN DATA

4.1 Penyajian Data ... 56

4.1.1 Karakteristik Informan ... 56

4.1.1.1 Klasifikasi Informan Berdasarkan Jenis

Kelamin ... 57

4.1.1.2 Klasifikasi Informan Berdasarkan Usia ... 58

4.1.1.3 Klasifikasi Informan Berdasarkan

Pendidikan ... 59

4.1.2 Hasil Wawancara ... 60

4.1.3 Peranan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi ... 61

BAB V ANALISIS DATA

5.1 Peranan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi Dalam

Menyelenggarakan Pembinaan Masyarakat tentang

Peningkatan Ekonomi Kerakyatan Melalui Pemberdayaan

Usaha Mikro Kecil Menengah Khususnya UMKM

Dodol Bengkel ... 74

5.2 Hal-hal yang menjadi hambatan dalam Menyelenggarakan

(8)

kerakyatan melalui pemberdayaan Usaha Mikro Kecil

Menengah khususnya pada UMKM dodol bengkel ... 77

5.3 Pemberdayaan Dodol Bengkel ... 78

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ... 81

6.2 Saran ... 82

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perbedaan Organisasi Pemerintahan dengan

Organisasi Swasta ... 15

Tabel 1.2 Batasan Karakteristik UMKM Menurut Beberapa Organisasi ... 22

Tabel 1.3 Transaksi Penjualan Pedagang Per-Hari ... 30

Tabel 3.1 Daftar Pegawai Kantor Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi ... 53

Tabel 4.1 Klasifikasi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57

Tabel 4.2 Klasifikasi Informan Berdasarkan Usia ... 58

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Kabupaten Serdang Bedagai ... 45

(11)

ABSTRAK

Kabupaten Serdang Bedagai adalah wilayah yang dimekarkan dan menjadi suatu daerah otonom. Melalui Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi, kabupaten ini berusaha memberdayakan sumber daya yang ada seperti Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan salah satu UMKM tersebut adalah Dodol Bengkel. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi selaku pelaksana utama dalam memberikan pembinaan dan pelatihan kepada pedagang dodol bengkel mempunyai peranan yang sangat besar guna mengembangkan kualitas dan kuantitas produksi dodol bengkel. Penelitian ini dilakukan di kantor Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana peranan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi dalam memaksimalkan pemberdayaan UMKM dodol bengkel.

Masalah yang peneliti kaji dalam penelitian ini adalah bagaimana peranan Dinas Sosial Tenaga kerja dan Koperasi dalam memberdayankan UMKM dodol bengkel, apa saja kendala yang dihadapi dalam setiap pembinaan serta keberhasilan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi dalam melakukan pemberdayaan sesuai dengan teori yang diangkat oleh peneliti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk dapat menjawab permasalahan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu. Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, yaitu dengan 1 orang informan kunci, 2 orang informan utama dan 10 orang informan biasa. Terbatasnya jumlah informan utama dikarenakan salah satu pegawai telah pindah tugas. Sehingga peneliti memaksimalkan data penelitian dengan melakukan observasi dilapangan dan pengumpulan berbagai jenis literatur. Setelah data diperoleh kemudian disajikan secara sistematis pada bab penyajian data kemudian dianalisis dengan menggunakan tehnik analisa data kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan peranan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi sudah dapat dikatakan baik dilihat dari setiap kinerja mereka dalam memberikan pembinaan, pelatihan dan mengikutsertakan para pedagang dalam setiap pameran produk UMKM baik di tingkat Kabupaten dan Propinsi, walaupun tidak sedikit juga pedagang yang tidak mau ikut berpartisipasi pada pembinaan tersebut mengingat beberapa pedagang UMKM dodol bengkel tidak terdaftar karena tidak memiliki izin usaha sehingga mereka tidak ikut serta karena takut dikenakan sanksi dari perbuatan mereka.

Kata Kunci : UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah), Pemberdayaan,Otonomi Daerah

(12)

ABSTRAK

Kabupaten Serdang Bedagai adalah wilayah yang dimekarkan dan menjadi suatu daerah otonom. Melalui Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi, kabupaten ini berusaha memberdayakan sumber daya yang ada seperti Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan salah satu UMKM tersebut adalah Dodol Bengkel. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi selaku pelaksana utama dalam memberikan pembinaan dan pelatihan kepada pedagang dodol bengkel mempunyai peranan yang sangat besar guna mengembangkan kualitas dan kuantitas produksi dodol bengkel. Penelitian ini dilakukan di kantor Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana peranan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi dalam memaksimalkan pemberdayaan UMKM dodol bengkel.

Masalah yang peneliti kaji dalam penelitian ini adalah bagaimana peranan Dinas Sosial Tenaga kerja dan Koperasi dalam memberdayankan UMKM dodol bengkel, apa saja kendala yang dihadapi dalam setiap pembinaan serta keberhasilan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi dalam melakukan pemberdayaan sesuai dengan teori yang diangkat oleh peneliti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk dapat menjawab permasalahan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu. Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, yaitu dengan 1 orang informan kunci, 2 orang informan utama dan 10 orang informan biasa. Terbatasnya jumlah informan utama dikarenakan salah satu pegawai telah pindah tugas. Sehingga peneliti memaksimalkan data penelitian dengan melakukan observasi dilapangan dan pengumpulan berbagai jenis literatur. Setelah data diperoleh kemudian disajikan secara sistematis pada bab penyajian data kemudian dianalisis dengan menggunakan tehnik analisa data kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan peranan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi sudah dapat dikatakan baik dilihat dari setiap kinerja mereka dalam memberikan pembinaan, pelatihan dan mengikutsertakan para pedagang dalam setiap pameran produk UMKM baik di tingkat Kabupaten dan Propinsi, walaupun tidak sedikit juga pedagang yang tidak mau ikut berpartisipasi pada pembinaan tersebut mengingat beberapa pedagang UMKM dodol bengkel tidak terdaftar karena tidak memiliki izin usaha sehingga mereka tidak ikut serta karena takut dikenakan sanksi dari perbuatan mereka.

Kata Kunci : UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah), Pemberdayaan,Otonomi Daerah

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan Otonomi Daerah sebagai implementasi Undang-undang No.

32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang No. 33 Tahun

2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah kini

sedang bergulir di Daerah. Banyak harapan yang dimungkinkan dari penerapan

Otonomi Daerah. Seiring dengan itu tidak mudah pula masalah tantangan dan

kendala yang sedang dan akan dicapai oleh Daerah.

Otonomi Daerah sekarang ini merupakan fenomena politis yang sangat

dibutuhkan dalam era globalisasi dan demokratis, apalagi jika dikaitkan dengan

tantangan masa depan memasuki era perdagangan bebas yang antara lain ditandai

dengan tumbuhnya berbagai bentuk kerja sama regional, perubahan pola/sistem

informasi global.

Melalui otonomi diharapkan daerah akan lebih mandiri dalam menentukan

seluruh kegiatannya dan pemerintah mampu memainkan peranannya dalam

membuka peluang memajukan daerah dengan melakukan identifikasi potensi

sumber-sumber pendapatannya dan mampu menetapkan anggaran belanja daerah

secara ekonomi wajar, efisien dan efektif termasuk kemampuan perangkat daerah

dalam meningkatkan kinerja serta mempertanggungjawabkan kepada pemerintah

atasannya maupun publik (Bagir,Manan 1945:21).

Dalam rangka pelaksanaan kewajiban mengatur dan megurus rumah

(14)

baik untuk kelancaran penyelenggaraan roda pemerintah dan pembangunan,

maupun untuk pelaksanaan urusan rumah tangganya daerah itu sendiri

(Sujanto,1990:100). Hal ini tentunya tidak terlepas dari sistem dan prosedur

keuangan daerah itu sendiri, yang menyangkut proses alokasi sumber pendapatan

daerah serta ketentuan-ketentuan yang mendasarinya. Kebijakan pemberian

sumber pendapatan kepada daerah, tidak terlepas kaitannya dengan jiwa dan

semangat Otonomi Daerah.

Suatu daerah otonom apabila sudah benar-benar mandiri, harus

mempunyai sumber-sumber keuangan, dalam arti daerah tersebut mempunyai

sumber-sumber pendapatan sendiri untuk menyelenggarakan urusan rumah tangga

dan pembangunan di daerah. Sebab tanpa mempunyai sumber pendapatan sendiri,

maka daerah hanya terus bergantung dari pemerintah pusat (Pamudji 1990:61).

Untuk peningkatan pembangunan daerah dan menuju daerah yang otonom

diperlukan peningkatan prakarsa dan partisipasi masyarakatnya di daerah.

Disamping itu dengan memperhatikan kemampuan daerah perlu ditingkatkan

pendapatan daerah, baik dengan pemungutan yang intensif, wajar dan tertib

terhadap sumber-sumber pendapatan baru sepanjang tidak bertentangan dengan

kebijakan/ kepentingan rasional dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Bentuk partisipasi yang dilakukan masyarakat berbeda-beda pada

masing-masing daerah, dan pemerintah juga harus memperhatikan setiap kemampuan

masyarakat agar tujuan dari pengembangan daerah dapat tercapai. Program

(15)

yang membangun manusia atau masyarakat melalui pengembangan kemampuan

masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat.

Kemampuan masyarakat yang dapat dikembangkan tentunya banyak

sekali seperti kemampuan untuk berusaha, kemampuan untuk mencari informasi,

kemampuan untuk mengelola kegiatan, kemampuan dalam pertanian dan masih

banyak lagi sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi oleh

masyarakat. Perilaku masyarakat yang perlu diubah tentunya perilaku yang

merugikan masyarakat atau yang menghambat peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Pengorganisasian masyarakat dapat dijelaskan sebagai suatu upaya

masyarakat untuk saling mengatur dalam mengelola kegiatan atau program yang

mereka kembangkan. Disini masyarakat dapat membentuk panitia kerja,

melakukan pembagian tugas, saling mengawasi, merencanakan kegiatan, dan

lain-lain.

Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan sustainable

development dimana pemberdayaan masyarakat merupakan suatu prasyarat utama

serta dapat diibaratkan sebagai gerbong yang akan membawa masyarakat menuju

suatu keberlanjutan secara ekonomi, sosial dan ekologi yang dinamis. Lingkungan

strategis yang dimiliki oleh masyarakat lokal antara lain mencakup lingkungan

produksi, ekonomi, sosial dan ekologi. Melalui upaya pemberdayaan, masyarakat

didorong agar memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sumberdaya yang

dimilikinya secara optimal serta terlibat secara penuh dalam mekanisme produksi,

(16)

Menurut Payne (dalam RUMKMinto. 2008: 77-78), yang mengemukakan

bahwa suatu pemberdayaan (empowerment), pada intinya, ditujukan guna:

”To help clients gain power of decisions and action over their own lives by reducin the effect of social or personal blocks to exercising existing power, by increasing capacity and self confidence to use power and by transferring power from the environment to clients.”

(Membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan

tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka termasuk

mengurangi efek hambatan pribadi dan social dalam melakukan tindakan. Hal ini

dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk

menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari

lingkungannya).

Pemberdayaan masyarakat sebagaimana telah disinggung diatas, salah

satunya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat. Salah

satu sektor yang dapat diberdayakan sebagai cara untuk meningkatkan

kemampuan ekonomi masyarakat yaitu dengan adanya pemberdayaan UMKM.

Kementerian Negara Koperasi dan UMKM menyatakan bahwa Indonesia saat ini

memiliki hampir 50 juta unit UMKM. Hal tersebut akan mengurangi tingkat

pengangguran, baik pada tingkat lokal pun nasional, produk-produk UMKM

setidaknya telah memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dan

pendapatan nasional karena tidak sedikit produk-produk UMKM itu mampu

menembus pasar internasional. Konkretnya, kehadiran UMKM telah membantu

program pemerintah untuk menyerap tenaga kerja sebanyak-banyaknya,

meminimalisir ketimpangan pembangunan yang tidak merata antara daerah

perkotaan dan pedesaan serta mampu meningkatkan perekonomian daerah secara

(17)

UMKM di negara berkembang seperti di Indonesia memiliki nilai ekspor

yang terus meningkat, karena ada ciri khas lokal Indonesia dan merupakan produk

budaya (culture product). Sifat UMKM yang fleksible serta dapat dilakukan oleh

berbagai lapisan masyarakat bawah dan menengah, dan mereka dapat dengan

mudah berpartisipasi di dalamnya. Fleksibilitas yang dimiliki oleh UMKM dan

tingkat skala yang kecil, telah meletupkan semangat untuk memulai usaha kapan

saja dan bersifat mudah untuk mengawalinya. Mengingat modal yang diperlukan

untuk memulai usaha hanya skala kecil, membutuhkan teknologi lokal yang

bersifat sederhana dan apa adanya, yang mana dominan bertumpu pada

kemampuan masyarakat lokal.

Pemerintah menyadari pentingnya pengembangan kegiatan UMKM yang

dianggap sebagai salah satu alternatif penting yang mampu mengurangi beban

berat yang dihadapi perekonomian nasional dan daerah. Hal ini karena UMKM

merupakan kegiatan usaha dominan yang dimiliki bangsa Indonesia. Selain itu

pengembangan kegiatan UMKM relatif tidak memerlukan modal yang besar dan

selama ini UMKM relatif “survive”. Sejalan dengan otonomi daerah,

pembangunan UMKM merupakan salah satu bidang pemerintahan yang menjadi

kewenangan wajib yang diserahkan kepada kabupaten/kota. Oleh karena itu

konsekuensinya pemerintah daerah mempunyai keleluasaan dalam menggali dan

mengembangkan potensi UMKM, sesuai dengan kemampuan masing-masing

daerah

Sektor ekonomi UMKM yang memiliki proporsi unit usaha terbesar

(18)

Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (2) Perdagangan, Hotel dan Restoran; (3)

Industri Pengolahan; (4) Pengangkutan dan Komunikasi; (5) Jasa.

Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan

langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan

perekonomian dari sebagian terbesar rakyat Indonesia, khususnya melalui

penyediaan lapangan kerja dan mengurangi kesenjangan dan tingkat kemiskinan.

Dengan demikian upaya untuk memberdayakan UMKM harus terencana,

sistematis dan menyeluruh baik pada tataran makro, meso dan mikro yang

meliputi: (1) penciptaan iklim usaha dalam rangka membuka kesempatan

berusaha seluas-luasnya, serta menjamin kepastian usaha disertai adanya efisiensi

ekonomi; (2) pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM untuk

meningkatkan akses kepada sumber daya produktif sehingga dapat memanfaatkan

kesempatan yang terbuka dan potensi sumber daya, terutama sumber daya lokal

yang tersedia; (3) pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM); dan (4) pemberdayaan usaha skala

mikro untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang bergerak dalam kegiatan

usaha ekonomi di sektor informal yang berskala usaha mikro, terutama yang

masih berstatus keluarga miskin. Selain itu, peningkatan kualitas koperasi untuk

berkembang secara sehat sesuai dengan jati dirinya dan membangun efisiensi

kolektif terutama bagi pengusaha mikro dan kecil. (Raja 2003:72)

Kabupaten Serdang Bedagai adalah salah satu Kabupaten dari Ibu kota

Propinsi Sumatra Utara yang mempunyai harapan yang besar atas pelaksanaan

Otonomi Daerah, sehingga Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai harus

(19)

pemberdayan sektor UMKM. Kabupaten ini memiliki UMKM yang memamerkan

jajanan tradisional dari sumber daya alam yang berada di daerah itu. Melalui

kreatifitas masyarakat dan pembinaan dari pemerintah daerah maka Kabupaten

Serdang Bedagai mempunyai pusat jajanan tradisional yaitu dodol bengkel yang

terletak di Kecamatan Perbaungan pada jalur lintas Sumatra Utara.

Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai berusaha untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan berbagai kesempatan berusaha di

bidang UMKM. Namun usaha tersebut terkendala dari pihak UMKM itu sendiri.

Adapaun serangkain masalah yang dihadapi oleh UMKM, seperti :

1. Modal terbatas

Keterbatasan modal terutama disebabkan oleh keterbatasan akses langsung

terhadap berbagai informasi, layanan dan fasilitas keuangan yang

disediakan oleh lembaga keuangan formal maupun non formal.

2. Kemampuan teknik produksi dan manajemen terbatas

Pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan danbtahap perkembangan

usaha sulit ditemukan, antara lain karena pengetahuan dan managerial skil

pengUsaha Mikro Kecil Menengah belum mampu menyusun strstegi

bisnis yang tepat. Kemampuan usaha dalam mengorganiasikan diri dan

karyawan masih lemah, sehingga terjadi pembagian kerja yang tidak jelas

dan sering kali pengusaha harus bertindak ”one men show”

3. Pemasaran UMKM dodol bengkel

Pemasaran yang relatif sulit karena dihadapkan pada struktur pasar yang

sangat kompotitif. Bukan saja antara usaha kecil melainkan ada kalanya

(20)

disebabkan oleh berbagai faktor pendukung utama seperti informasi

mengenai perubahan dan peluang pasar yang ada di dalam maupun di luar

negeri.

4. Permasalahan sumber daya manusia yang rendah

Di samping hal diatas, UMKM juga masih menghadapi berbagai

permasalahan yang terkait dengan iklim usaha seperti:

1. Besarnya biaya transaksi, panjangnya proses perizinan dan timbulnya

berbagai pungutan

2. Praktik usaha yang tidak sehat. Selain itu, otonomi daerah yang

diharapkan mampu mempercepat tumbuhnya iklim usaha yang kondusif

bagi UMKM ternyata belum menunjukkan kemajuan yang merata.

Melihat kendala-kendala diatas, maka Dinas Sosial Tenaga Kerja dan

Koperasi melalui bidang Koperasi dan UMKM Kabupaten Serdang Bedagai

merasa perlu melakukan pengembangan terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah.

Dinas ini adalah unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten yang memiliki tugas

melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang pengkoprasian

pengusaha mikro kecil menengah serta melaksanakan tugas pembantuan sesuai

dengan bidang tugasnya. Dengan demikian pengembangan terhadap Usaha Mikro

Kecil Menengah sudah menjadi salah satu tugas pokok dalam program kerja dinas

ini. Program pengembangan UMKM itu meliputi kegiatan bimbingan dan

pengarahaan, pengadaan atau bantuan permodalan, pengembangan jaringan

pemasaran, pengembangan program kemitraan, dan juga melakukan evaluasi

(21)

1.2 Fokus Masalah

Dalam penelitian kualitatif ada yang disebut dengan batasan masalah.

Batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan fokus, yang berisi

pokok masalah yang masih bersifat umum. Pada penelitian kualitatif, penentuan

fokus berdasarkan hasil studi pendahuluan, pengalaman, referensi dan disarankan

oleh orang yang dipandang ahli. Fokus dalam penelitian kualitatif juga masih

bersifat sementara dan akan berkembang di lapangan (Sugiyono 2006:290).

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui:

1. Peranan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi dalam

Menyelenggarakan pembinaan masyarakat tentang peningkatan ekonomi

kerakyatan melalui pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah

khususnya pada UMKM dodol bengkel.

2. Hal-hal yang menjadi hambatan dalam Menyelenggarakan pembinaan

masyarakat tentang peningkatan ekonomi kerakyatan melalui

pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah khususnya pada UMKM

dodol bengkel.

1.3 Rumusan Masalah

Untuk dapat memudahkan penelitian ini nantinya dan supaya peneliti

dapat terarah dalam menginterpretasikan fakta dan data ke dalam pembahasan,

maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Masalah merupakan bagian

pokok dari suatu kegiatan penelitian dimana penulis mengajukan pertanyaan

terhadap dirinya tentang hal-hal yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan

(22)

Beranjak dari pengertian di atas serta berpedoman kepada latar belakang

yang telah dipaparkan, maka permasalahan yang akan diangkat oleh penulis dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana Peranan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan

Koperasi dalam Memberdayakan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)”

1.4 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai suatu sasaran yang

hendak dicapai, atau apa yang menjadi tujuan dari penelitian tentunya harus jelas

diketahui sebelumnya. Suatu riset khusus dalam ilmu pengetahuan yang empiris

pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji

kebenaran suatu pengetahuan. (Sutrisno Hadi, 2001: 13). Adapun yang menjadi

tujuan penelitian adalah :

1. Untuk mendeskripsikan bagaimana peran Dinas Sosial Tenaga Kerja dan

Koperasi dalam memberdayakan Usaha Mikro Kecil Menengah.

2. Untuk mengetahui kondisi objektif UMKM dan partisipasi para pedagang

khususnya UMKM Dodol Bengkel di Kecamatan Perbaungan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan hal yang diharapkan dari hasil penelitian

yang dilakukan. Manfaat penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup

hal-hal sebagai berikut :

a) Secara subjektif, sebagai suatu tahap untuk melatih dan mengembangkan

kemampuan berfikir secara sistematis dan teoritis dalam memecahkan

(23)

kemampuan menulis suatu karya ilmiah sehingga diperoleh suatu

kesimpulan yang bersifat teruji dan berguna.

b) Secara teoritis, penelitian diharapkan memberi tambahan referensi

kepustakaan bagi yang berkepentingan pada umumnya dan memberikan

sumbangan pemikiran bagi siapa saja yang ingin mengetahui peranan

dinas dalam setiap pelaksanaan program pengembangan dan

pemberdayaan UMKM.

c) Secara akademis, penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan

kontribusi empirik terhadap studi bisnis (konsentrasi bisnis) dan mampu

menyambung khasanah ilmiah di Departemen Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

mengenai studi evaluasi.

1.6 Kerangka Teori

Teori (Yunani: Teoria, pandangan, tinjau), umunya artinya: pandangan

yang gunanya untuk memberi keterangan bagi suatu hal tertentu. Juga dalam ilmu

pengetahuan teori itu gunanya untuk memberi keterangan bagi gejala-gejala

tertentu, tapi umumnya teori dalam ilmu pengetahuan itu berupa sistem yang

berdiri atas pelbagai dalil (yang dikutip dari dunia pengalaman) dan

hipotesa-hipotesa yang keduanya berdasar pada asas tertentu. Seterusnya istilah teori itu

sering pula dipakai sebagai lawan terhadap pengertian praktek atau pengalaman.

Stephen (1961) mengatakan secara umum istilah teori dalam ilmu sosial

mengandung beberapa pengertian sebagai berikut: teori adalah abstraksi dari

(24)

mengorganisasikan aspek-aspek dunia empiris secara sistematis. Teori terdiri dari

asumsi-asumsi, proposisi-proposisi dasar yang saling berkaitan. Dari unsur diatas

dapat disimpulkan bahwa teori pada dasarnya merupakan konseptualisasi atau

penjelasan logis tentang suatu fenomena. Bentuknya merupakan

pernyataan-pernyataan yang berupa kesimpulan tentang suatu fenomena.

Teori merupakan serangkaian asumsi, konsepsi, konstruksi, defenisi, dan

proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara

merumuskan hubungan antara konsep (Singarimbun, 1989:37).

Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan

penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel

atau pokok masalah yang ada dalam penelitian (Arikunto, 2002:92).

Sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah

yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapt membantu dan sebagai bahan

referensi dalam penelitian. Kerangka teori ini diharapkan memberikan

pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang

diteliti.

1.6.1 Pengertian Peranan

Peran Menurut Horton dan Hunt (1993), peran (role) adalah perilaku yang

diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status. Berbagai peran yang

tergabung dan terkait pada satu status ini oleh Merton (1968) dinamakan

perangkat peran (role set). Dalam kerangka besar, organisasi masyarakat, atau

yang disebut sebagai struktur sosial, ditentukan oleh hakekat (nature) dari

(25)

langka di antara orang-orang yang memainkannya. Masyarakat yang berbeda

merumuskan, mengorganisasikan, dan memberi imbalan (reward) terhadap

aktivitas-aktivitas mereka dengan cara yang berbeda, sehingga setiap masyarakat

memiliki struktur sosial yang berbeda pula. Bila yang diartikan dengan peran

adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang dalam suatu status tertentu, maka

perilaku peran adalah perilaku yang sesungguhnya dari orang yang melakukan

peran tersebut. Perilaku peran mungkin berbeda dari perilaku yang diharapkan

karena beberapa alasan.

Sedangkan, Abu Ahmadi (1982) mendefinisikan peran sebagai suatu

kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan

berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.

1.6.2 Organisasi Pemerintahan

Dalam memberikan pengertian atau defenisi mengenai organisasi oleh

para ahli manajemen, terdapat berbagai pendekatan yang dilakukan serta

pemikiran yang berlainan mengenai persoalan organisasi. Beberapa ahli

manajemen memberikan defenisi organisasi sebagai berikut :

Menurut Siagian (1989 : 35), organisasi adalah setiap bentuk persekutuan

antara dua orang atau lebih yang berkerjasama untuk mencapai tujuan bersama

dan terikat secara formal dalam satu ikatan hierarki dimana selalu terdapat

hubungan antara seseorang atau kelompok orang yang disebut pimpinan dan

seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.

Menurut James D. Mooney (Syafiie, 2003 : 133) “Organization is the

(26)

(organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai suatu

tujuan bersama). Dari defenisi-defenisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

defenisi organisasi adalah sebagai berikut :

1. Organisasi merupakan wadah atau tempat terselenggaranya administrasi

2. Didalam organisasi terjadi hubungan antar individu maupun kelompok,

baik dalam organisasi itu sendiri maupun di luar organisasi.

3. Terjadi kerja sama dan pembagian tugas dalam organisasi tersebut.

4. Berlangsung proses aktivitas berdasarkan kinerja masing-masing

Pada dasarnya, organisasi tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling kait

mengait dan merupakan satu kesatuan. Disini organisasi merupakan suatu wadah

atau tempat menjalin kerja sama diantara pelaksananya atau juga sebagai sistem

kerja sama, sistem hubungan dan sistem sosial. Dalam defenisi ini organisasi

merupakan satu sistem, yang berarti adanya kesatuan dari berbagai faktor manusia

yang membentuk organisasi tersebut maupun faktor pendukung, seperti

kemampuan bekerja, kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, dan

kemampuan untuk melaksanakan azas-azas organisasi.

Semua organisasi, baik formal maupun informal disatukan dan

dipertahankan kesatuannya oleh kelompok yang melihat bahwa ada manfaat untuk

bekerja sama ke arah sasaran yang sama. Jadi elemen yang sangat mendasar

dalam organisasi apapun adalah “sasaran atau tujuan”. Tanpa adanya suatu

sasaran dan tujuan yang ingin dicapai, maka tidak ada organisasi yang dapat

bertahan. Secara umum organisasi sebagai rangkaian kerja sama antar manusia

dapat dibedakan atas organisasi sektor publik/pemerintahan dan organisasi sektor

(27)

Tabel 1.1

Perbedaan Organisasi Pemerintahan dengan Organisasi Swasta No. Perbedaan Organisasi

Pemerintahan

Organisasi Swasta

1. Tujuan organisasi Non provite motive Provite motive

2. Sumber pendanaan Pajak, retribusi, utang,

obligasi, laba BUMN /BUMD, penjualan asset negara dan pendapat lain yang sah

a. Pembiayaan internal, yaitu : modal sendiri, laba ditahan, penjualan aktiva

b. Pembiayaan eksternal,

yaitu : utang bank,obligasi,

penerbitan saham

3. Pertanggungjawaban Kepada publik

(masyarakata) dan parlemen (DPR/DPRD)

Kepada pemegang saham dan kreditur

4. Struktur Organisasi Birokratis, kaku dan

hierarki

Fleksibel, datar, piramid, lintas fungsional

5. Karakteristik

Anggaran

Terbuka untuk public Tertutup untuk

public

6. Sistem Akuntansi Cash accounting Accrual accounting

7. Kriteria keberhasilan Ekonomis, efesiensi dan

efektivitas

Laba

8. Kecebdrungan Sifat Organisasi Politis Organisasi bisnis

9. Dasar Operasional Di luar mekanisme pasar Berdasarkan

mekanisme pasar Sumber : Mahsun, 2006 : 16

Area sektor pemerintahan dan area sektor swasta di dalam organisasi

membedakan dua bentuk kerjasama manusia secara umum. Khususnya pada

penelitian ini organisasi yang dilihat adalah organisasi pemerintahan, yaitu Dinas

Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi Kabupaten Serdang Bedagai yang memiliki

(28)

pengkoperasian pengUsaha Mikro Kecil Menengah serta melaksanakan tugas

pembantuan sesuai dengan bidang tugasnya termasuk juga dalam upaya

pengembangan UMKM.

1.6.3 Manajemen Organisasi Pemerintahan

Secara etimologi, manajemen (management) berasal dari kata manus

(berarti tangan) dan agere (berarti melakukan). Setelah digabung menjadi kata

manager (bahasa Inggeris) yang berarti mengurus atau managiere (bahasa latin)

yang berarti melatih.

Menurut George Terry (Syafiie, 2003 : 117) manajemen adalah suatu

proses khusus yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah

ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya.

Manajemen dilakukan dan dibutuhkan dalam setiap tingkatan pekerjaan

manusia, baik dalam skala pekerjaan yang kecil hingga penentuan tujuan dalam

pekerjaan yang besar sekalipun. Manajemen memiliki tujuan tertentu yang tidak

dapat diraba. George Terry (1999 : 2) mengungkapkan bahwa manajemen dapat

diagmbarkan sebagai sesuatu yang tidak nyata, karena ia tidak dapat dilihat, tetapi

hanya terbukti oleh hasil-hasil yang ditimbulkannya (out put ) atau hasil kerja

yang memadai, kepuasan manusiawi dan hasil-hasil produksi serta jasa yang lebih

baik. Dengan demikian manajemen secara garis besar adalah kemampuan

mengurus organisasi untuk mencapai tujuan yang tekah ditetapkan sebelumnya

(29)

1.6.4 Pemberdayaan

1.6.4.1 Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu kepada kata

empowerment, yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah

dimiliki sendiri oleh masyarakat. Jadi pendekatan pemberdayaan masyarakat titik

beratnya adalah penekanan pada pentingya masyarakat lokal yang mandiri sebagai

suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan pemberdayaan

masyarakat yang demikian diharapkan dapat memberi peranan kepada individu

bukan sebagai obyek, tetapi justru sebagai subyek pelaku pembangunan yang ikut

menentukan masa depan dan kehidupan masyarakat secara umum.

Menurut Pranaka (dalam Sedarmayanti. 2003:113) menyatakan bahwa

munculnya konsep pemberdayaan pada awalnya menekankan kepada proses

memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan

(power) kepada masyarakat, organisasi atau individu agar menjadi lebih berdaya.

Selanjutnya menekankan pada proses menstimulasi, mendorong dan memotivasi

individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa

yang menjadi pilihan hidupnya.

Asumsi dasar yang perlu diperhatikan dalam pemberdayaan masyarakat

adalah:

1. Bahwa masyarakat perlu didorong untuk mencapai perubahan yang lebih

baik.

2. Bahwa masyarakat memilki potensi dalam mengembangkan dirinya, dan

(30)

3. Pemberdayaan masyarakat sebagai resep yang cukup mujarab dalam

mengobati keterbelakangan.

4. Dengan pembangunan berbasis komunitas, akan lebih efisien dan efektif

untuk mencapai pembangunan seperti yang diharapkan.

5. Menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam konsep penberdayaan

masyarakat

(Indratno,http://www.google.com/search?q=peranan+pemberdayaan+usah

a+kecil+dan+menengah+dalam+meningkatkan+pembangunan+ekonomi+

masyarakat&hl=en&biw=1280&bih=647&prmd=ivns&ei=mOm1Td6ML

4fNrQfth4XXDQ&start=20&sa= diakses 12 juli 2013 pukul 12.20 pm).

1.6.4.2 Proses Pemberdayaan

Upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari sisi keberadaannya

sebagai suatu program ataupun sebagai suatu proses. Pemberdayaan sebagai suatu

proses dapat dilihat dari tahapan-tahapan kegiatan guna mencapai suatu tujuan,

yang biasanya telah ditentukan jangka waktunya. Namun, ada pula yang melihat

pemberdayaan sebagai suatu proses. Sebagai suatu proses pemberdayaan

merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang hidup seseorang (on going

process).

Menurut Hogan (dalam RUMKMinto. 2008:84), proses pemberdayaan

individu sebagai suatu proses yang relative terus berjalansepanjang usia manusia

yang diperoleh dari pengalaman individu tersebut dan bukannya suatu proses yang

berhenti pada suatu masa saja (empowering is not an end state, but a process that

(31)

Hogan juga menggambarkan proses pemberdayaan yang

berkesinambungan sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima tahapan utama,

yaitu:

1. menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan (recall

depowering/empowering experience)

2. mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan

penidakberdayaan (discuss reasons for depowerment/empowerment)

3. mengidentifikasikan suatu masalah ataupun proyek (identify one problem

or project)

4. mengidentifikasikan basis daya yang bermakna untuk melakukan

perubahan (identify useful power bases)

5. mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikannya

(develop and implement action plans).

Dalam melaksanakan pemberdayaan terhadap masyarakat ini, tentunya tidak

terlepas dari peran pelaku pemberdayaan, baik oleh pemerintah maupun oleh

nonpemerintah. Pelaku pemberdayaan ini nantinya yang akan bekerja sebagai

community worker ataupun enabler. Menurut Ife (RUMKMinto.2008:89), sebagai

community worker, Ife melihat ada empat peran dan keterampilan utama yang

nantinya secara lebih spesifik akan mengarah kepada keterampilan seseorang

sebagai community worker sebagai pemberdayaan masyarakat.

Keempat peran dan keterampilan tersebut adalah:

1. Peran dan keterampilan fasilitatif (facilitative roles and skills)

2. Peran dan keterampilan edukasional (educational roles and skills)

(32)

4. Peran dan keterampilan teknis (technical roles and skills).

1.6.5 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

1.6.5.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, tepatnya dinyatakan

dalam pasal 1, UMKM dapat dijelaskan secara terperinci berikut ini:

1. Usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif milik orang perorangan dan

atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro

sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang-perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,

atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha

Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil

sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri

yang dilakukan oleh orang-perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung

maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan

jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur

(33)

Sedangkan Biro Pusat Statistik (BPS) Indonesia Tahun 2003,

menggambarkan bahwa perusahaan dengan:

1. Jumlah tenaga kerja 1-4 orang digolongkan sebagai industri kerajinan dan

rumah tangga.

2. Perusahaan dengan tenaga kerja 5-19 orang sebagai industri kecil

3. Perusahaan dengan tenaga kerja 20-99 orang sebagai industri sedang atau

menengah.

4. Perusahaan dengan tenaga kerja lebih dari 100 orang sebagai industri

besar.

Pengertian UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) menurut Surat Edaran

Bank Indonesia No. 26/1/UKK Tanggal 29 Mei 1993 adalah:

1. Usaha Kecil adalah yang memiliki total aset maksimum Rp 600 juta, tidak

termasuk tanah dan rumah yang ditempati.

2. Usaha menengah adalah usaha ekonomi yang dikembangkan dengan

perhitungan aset (di luar tanah dan bangunan) mulai dari 200 juta sampai

kurang dari 600 juta dengan jumlah tenaga kerja mulai 20 orang sampai

dengan 99 orang.

1.6.5.2 Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008, pada pasal 6 dijelaskan

kriteria-kriteria yang tepat mengenai UMKM.

1. Kriteria Usaha Mikro, ada dua kriteria usaha ini yakni:

a. memiliki kekayaan bersih maksimal Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta

(34)

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah).

2. Kriteria Usaha Kecil. Kriteria usaha ini meliputi:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua miliar

lima ratus juta rupiah).

3. Kriteria Usaha Menengah. Ada dua kriteria Usaha Menengah, yaitu:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000 (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh

miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua

miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

[image:34.595.142.515.539.756.2]

Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).

Tabel 1.2

Batasan Karakteristik UMKM Menurut Beberapa Organisasi Organisasi Jenis Usaha Keterangan Kriteria

Badan Pusat

Statistik

(BPS)

Usaha Mikro Pekerja <5 orang termasuk keluarga

yang tidak dibayar.

Usaha Kecil Pekerja 5-19 orang

Usaha Menengah Pekerja 20-99 orang

Meneg

Koperasi &

UMKM

Usaha Kecil (UU

No.9/1995)

Aset < Rp.200 di luar tanah dan

bangunan omzet tahunan < Rp.10

Milyar.

Usaha Menengah

(Inpres 10/1999)

(35)

Sumber: http: //www.menlh.go.id/usaha-kecil/top/kriteria. htm

1.6.5.3 Jenis-Jenis Usaha Mikro Kecil Menengah

Secara umum UMKM bergerak dalam 2 ( dua ) bidang, yaitu bidang

perindustrian dan bidang barang dan jasa. Menurut Keppres No. 127 Tahun 2001,

adapun bidang/ jenis usaha terbuka bagi Usaha Mikro Kecil Menengah di bidang

industri dan perdagangan adalah:

1. Industri makanan dan minuman olahan yang melakukan pengawetan

dengan proses pengasinan, penggaraman, pemanisan, pengasapan,

pengeringan, perebusan, penggorengan, dan fermentasi dengan cara-cara

tradisional. Bank

Indonesia

Usaha Mikro (SK

Dir BI No.

31/24/KEP/DIR Tgl

5 Mei 1998)

Usaha yang dijalankan oleh rakyat

miskin atau mendekati miskin.

• Dimiliki oleh keluarga

sumberdaya lokal dan teknologi

sederhana

• Lapangan usaha mudah untuk exit

dan entry

Usaha Kecil (UU

No. 9/1995)

Aset < Rp. 200 juta di luar tanah

dan bangunan: Omzet tahunan < Rp.

1 Milyar

Menengah (SK Dir

BI No.

30/45/Dir/UK Tgl 5

Januari 1997)

Aset < Rp. 5 Milyar untuk sektor

industri

• Aset < Rp. 600 Juta di luar tanah

dan bangunan untuk manufakturing

• Omzet tahunan < Rp. 3 Milyar

Bank Dunia Usaha Mikro Kecil

Menengah

Pekerja < 20 orang

• Pekerja 20-150 orang

• Aset < US$. 500 ribu di luar tanah

(36)

2. Industri penyempurnaan benang dari serat buatan menjadi benang

bermotif/celup, ikat dengan menggunakan alat yang digunakan oleh

tangan.

3. Industri tekstil meliputi pertenunan, perajutan, pembatikan, dan

pembordiran yang memiliki ciri dikerjakan dengan alat yang digerakkan

tangan termasuk batik, peci, kopiah, dsb.

4. Pengolahan hasil hutan dan kebun golongan non pangan :

a. Bahan bangunan atau rumah tangga, bambu, nipah, sirap, arang, sabut.

b. Bahan industri : getah-getahan, kulit kayu, sutra alam, gambir.

5. Industri perkakas tangan yang diproses secara manual atau semi mekanik

untuk pertukangan dan pemotongan.

6. Industri perkakas tangan untuk pertanian yang diperlukan untuk persiapan

lahan, proses produksi, pemanenan, pasca panen, dan pengolahan, kecuali

cangkul dan sekop.

7. Industri barang dari tanah liat, baik yang diglasir, maupun tidak diglasir

untuk keperluan rumah tangga.

8. Industri jasa pemeliharaan dan perbaikan yang meliputi otomotif, kapal

dibawah 30 GT, elektronik dan peralatan rumah tangga yang dikerjakan

secara manual atau semi otomatis.

9. Industri kerajinan yang memiliki kekayaan khasanah budaya daerah, nilai

seni yang menggunakan bahan baku alamiah maupun imitasi.

(37)

1.6.5.4 Masalah-Masalah Yang Dihadapi UMKM

Terdapat delapan masalah – masalah utama yang dihadapi oleh para

pengusaha mikro kecil dan menengah ( ISEI, 1998 ) yaitu :

1. Permasalahan Modal

a. Suku bunga kredit perbankan yang masih tinggi sehingga kredit menjai

mahal.

b. Informasi sumber pembiayaan dari lembaga keuangan nonbank masih

kurang.

c. Sistem dan prosedur kredit dari lembaga keuangan bank dan nonbank

terlalu rumit dan memakan waktu yang cukup lama.

d. Perbankan kurang menginformasikan standar proposal untuk pengajuan

kredit, sehingga pengusaha kecil belum mampu membuat proposal yang

sesuai dengan krteria perbankan.

e. Perbankan kurang memahami kriteria usaha kecil dalam menilai kelayakan

usaha, sehingga jumlah kredit yang disetujui sering kali tidak sesuai

dengan kebutuhan usaha kecil.

2. Permasalahan pemasaran

a. Posisi tawar pengusaha kecil ketika berhadapan dengan pengusaha besar

selalu lemah, terutama berkaitan dengan penentuan harga dan sistem.

b. Asosiasi pengusaha atau profesi belum berperan dalam mengkoordinasi

persaingan yang tidak sehat antara usaha yang sejenis.

c. Infornasi untuk memasarkan produk masih kurang, misalnya produk yang

(38)

3. Permasalahan bahan baku

a. Suplai bahan baku untuk usaha kecil kurang memadai dan berfluktuasi. Ini

disebabkan karena adanya pembeli besar yang menguasai bahan baku.

b. Harga bahan baku masih terlalu tinggi

c. Kualitas bahan baku rendah karena tidak adanya standarisasi dan adanya

manipulasi kualitas bahan baku.

d. Sistem pembelian bahan baku secara tunai menyulitkan pengusaha kecil,

sementara pembayaran penjualan produk umumnya tidak tunai.

4. Permasalahan teknologi

a. Tenaga kerja terampil sulit diperoleh dan dipertahankan karena lembaga

pendidikan dan pelatihan yang ada kurang dapat menghasilkan tenaga

kerja terampil yang sesuai dengan kebutuhan usaha kecil.

b. Asas dan informasi sumber teknologi masih kurang dan tidak merata.

c. Spesifikasi peralatan yang sesuai dengan kebutuhan usaha kecil sukar

diperoleh.

d. Lembaga independen belum ada belum berperan, khususnya lembaga

pengkajian teknologi yang ditawarkan pasar kepada pengusaha kecil

sehingga teknologi tidak dapat dimanfaatkan secara optimal.

e. Peran instansi pemerintah, nonpemerintah dan perguruan tinggi dalam

mengidentifikasi, menemukan, menyebarluaskan dan melakukan

pembinaan teknis tentang teknologi baru atau teknologi tepat guna bagi

(39)

5. Permasalahan manajemen

a. Pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan

usaha sulit ditemukan karena pengetahuan pengusaha relatif rendah.

b. Pemisahan antara manajemen keuangan perusahaan perusahaan dan

keluarga belum dilakukan sehungga pengusaha kecil mengalami kesulitan

dalam mengontrol atau mengatur cash flow serta dalam membuat

perenacaan dan laporan keuangan.

c. Kemampuan pengusaha kecil dalam mengoganisasikan diri dan karyawan

masih lemah sehingga terjadi pembagian kerja yang tidak jelas.

d. Pelatihan tentang manajemen dari berbagai instansi kurang efektif karena

materi yang terlalu banyak tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan.

e. Produktivitas karyawan masih sehingga pengusaha kecil sulit memenuhi

ketentuan UMR

6. Permasalahan sistem birokrasi

a. Perizinan yang tidak transparan, mahal, berbelit-belit, diskriminatif, lama,

dan tidak pasti serta terjadi tumpang tindih dalam mengurus perizinan.

b. Penegakan dan pelaksanaan hukum dan berbagai ketentuan masih kurang

serta cenderung kurang tegas.

c. Penguaha kecil dn asosiasi usaha kecil kurang dilibatkan dalam perumusan

kebijakan tentang usaha kecil.

d. Pungutan atau biaya tambahan dalam pengurusan perolehan modal dari

dana penyisihan laba BUMN dan sumber modal lainnya cukup tinggi.

(40)

7. Ketersediaan infrastruktur

a. Listrik, air,dan telepon berarti mahal dn sering kali mengalami gangguan

di samping pelayanan petugas yang kurang baik.

b. Pola kemitraan

c. Kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah dan besar dalam

pemasaran dan sistem pembayaran baik produk maupun bahan baku

dirasakan belum bermanfaat.

d. Kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah dan besar dalam

transfer teknologi masih kurang.

1.6.6 Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Menurut UU No. 20 Tahun 2008 pasal 3 Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka

membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang

berkeadilan. Dengan itu maka pemberdayaan UMKM sangatlah penting untuk

dilaksanakan.

Dilihat dari pengertian pemberdayaan, maka pemberdayaan UMKM

adalah upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh

UMKM itu sendiri. Jadi pendekatan pemberdayaan UMKM titik beratnya adalah

penekanan pada pentingnya UMKM yang mandiri sebagai suatu sistem yang

mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan pemberdayaan UMKM yang

demikian diharapkan dapat memberi peranan kepada individu bukan sebagai

obyek, tetapi justru sebagai subyek pelaku pembangunan yang ikut menentukan

(41)

Sebagaimana proses pemberdayaan masyarakat, proses pemberdayaan

UMKM juga tidak jauh berbeda dari pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan

UMKM sebagai suatu program harus tetap direncanakan secara serius dan lebih

memfokuskan pada upaya-upaya yang membuat pelaku-pelaku UMKM agar

dapat lebih pandai dan mampu mengembangkan komunikasi antar mereka

sehingga pada akhirnya mereka dapat saling berdiskusi secara konstruktif dan

mengatasi permasalahan yang ada. Jadi, ketika agen pengubah, baik yang berasal

dari lembaga pemerintahan atau nonpemerintah telah menyelesaikan program

pemberdayaan UMKM tersebut, pemberdayaan UMKM sebagai suatu proses

dapat terus berlangsung.

Prinsip pemberdayaan usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah sebagai

berikut:

1. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri;

2. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan.

3. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai

dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

4. Peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; dan

5. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara

terpadu.

1.6.7 Pasar Bengkel

Pasar bengkel adalah salah satu sektor UMKM yang bergerak di bidang

(42)

30km dari kota Medan, Sumatra Utara. Pasar bengkel sudah ada sejak tahun 1973

ini merupakan pasar yang sangat dikenal oleh penduduk Sumatra Utara karena

berbagai pelancong yang melewati pasar ini selalu singgah untuk membeli

sekedar jajanan atau oleh-oleh untuk keluarga. Tidak kurang dari 99 pedagang

dengan menggunakan kios kecil pinggir kanan kiri jalan menyemarakkan Kota Sei

Rampah ini.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh BITRA Indonesia dengan

topik “Studi Terhadap Kebijakan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di

Kabupaten Serdang Bedagai dan Aplikasinya pada Unit Usaha Kerajinan

Masyarakat Pasar Bengkel, Kecamatan Perbaungan”, pada Oktober 2005,

terhadap 99 responden (semua pedagang Pasar Bengkel), didapatkan hasil seperti

[image:42.595.132.488.453.576.2]

dalam tabel:

Tabel 1.3

Transaksi Penjualan Pedagang Per-Hari

No Rentang Penjualan dalam Rupiah Persentase (%)

1 Rp 0 sampai Rp 100,000,- 39,4%

2 Rp 101,000 sampai Rp 500,000,- 49,5%

3 Di atas Rp 500,000,- 11,1%

Sumber:http://Bitra.or.id/2012

Jika diambil garis tengah rata-rata transaksi penjualan Rp 500,000,-

dikalikan dengan jumlah 99 pedagang maka diperoleh angka uang yang berputar

di sekitar Pasar Bengkel Rp 49,500,000,- per-hari. Angka yang lumayan fantastis

(43)

1.7 Defenisi Konsep

Menurut Singarimbun dan Effendi (2009) pengertian konsep adalah

generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk

menggambarkan barbagai fenomena yang sama.” Konsep merupakan suatu

kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang dirumuskan. Dalam

merumuskan kita harus dapat menjelaskannya sesuai dengan maksud kita

memakainya. Jika ditelusuri secara mendalam konsep-konsep yang ada didalam

struktur kognitif individu merupakan hasil pengalaman yang ia peroleh.

Jika demikian, sebagai konsep-konsep yang dimiliki individu merupakan

hasil dari proses belajar. Sebagai hasil belajar konsep-konsep tersebut akan

menjadi fondasi berpikir individu. Konsep-konsep itulah yang dijadikan dasar

oleh seseorang dalam memecahkan masalah, mengetahui aturan-aturan yang

relevan dan hal-hal lain yang ada keterlidatannya dengan apa yang harus

dilakukan individu. Dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan suatu abstark

mental dari pengalaman-pengalaman responsive terhadap stimulus-stimulus.

Oleh karena itu, untuk dapat menentukan batasan yang lebih jelas agar

penulis dapat menyederhanakan pemikiran atas masalah yang sedang penulis

teliti, maka penulis mengemukakan konsep-konsep antara lain:

1. Peranan pemerintah adalah perbuatan pemerintah atas sesuatu pekerjaan

yang harus dilaksanakan dan dikaitkan dengan kehidupan seseorang.

2. Program UMKM di Serdang Bedagai adalah sebuah upaya pemerintah

(44)

UMKM agar dapat mengatasi kendala-kendala manajerial, permodalan,

dan kewirausahaan kelompok UMKM.

3. Pemberdayaan merupakan proses mempengaruhi pemikiran individu atau

kelompok dengan mengalihkan kemampuan yang dimiliki agar individu

atau kelompok tersebut termotivasi untuk kearah yang lebih baik.

1.8 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan

peelitian, kerangka teori, defenisi konsep, definisi operasioal, dan

sistematika penulisan.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penulisan, lokasi penelitian, populasi

dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum mengenai daerah penelitian

yang meliputi keadaan geografis, kependudukan, social, ekonomi

dan pemerintahan.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini membahas tentang hasil data yang diperoleh dilapangan.

(45)

Bab ini merupakan tempat melakukan analisa data yang diperoleh

saat penelitian dan memberikan interpretasi atas permasalahan

yang diajukan.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang

dilakukan dan saran-saran yang dianggap perlu sebagai

(46)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Nawawi (1987) metode

deskriptif adalah metode penelitian yang memusatkan perhatian pada

masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan,

kemudian menggambarkan fakta-fakta yang telah diselidiki sebagaimana adanya

dengan interpretasi rasional dan akurat. Dengan demikian penelitian ini akan

menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian

berdasarkan fakta-fakta yang ada dan mencoba menganalisis kebenaran

berdasarkan data yang diperoleh di lapangan.

2.2 Lokasi Penelitian

Dalam rangka pelaksanaan penelitian untuk memperoleh data-data yang

penulis perlukan dalam pembahasan proposal ini maka sebagai lokasi

penelitiannya adalah Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Koperasi Kabupaten Serdang

Bedagai. Jl. Negara Km.53 telp. (0621) 442163 dan Pasar Bengkel, Kecamatan

Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, Indonesia.

2.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari

(47)

adanya populasi dan sampel (Suyanto, 2005: 171). Subjek penelitian yang telah

tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian ini

menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan

selama proses penelitian. Informan adalah seseorang yang benar-benar

mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat

diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya baik berupa pernyataan,

keterangan atau data-data yang dapat membantu dalam memenuhi

persoalan/permasalahan.

Yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Bidang

Koperasi dan UMKM Kabupaten Serdang Bedagai. Sedangkan yang menjadi

informan utama adalah pegawai Bidang Koperasi dan UMKM Kabupaten

Serdang Bedagai dan yang menjadi informan biasa adalah pedagang Pasar

Bengkel.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dihimpun sebagai pendukung dalam penulisan ini adalah

sebagai berikut:

1. Data Primer, yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh penulis langsung

pada objek yang dituju atau diteliti. Adapun data primer ini diperoleh

dengan cara:

a. Wawancara (interview) Penulis melakukan Tanya jawab dengan

responden untuk mendapatkan keterangan atau informasi yang berguna

(48)

b. Daftar Pertanyaan (Kuesioner) yang telah disiapkan sebelumnya

sesuaidengan variabel penelitian dan disebarkan ke responden agar

memperoleh data yang lebih lengkap dengan pimpinan maupun dari para

karyawan tersebut.

2. Data Sekunder, yaitu data yang penulis peroleh dalam bentuk yang sudah

jadi dari instansi yang bersangkutan, atau yang telah tersusun dalam

bentuk dokumen maupun meliputi data tentang struktur organisasi, sejarah

berdirinya perusahaan, pembagian tugas dan lain-lain yang penulis

perlukan di dalam penulisan ini. Adapun data sekunder ini diperoleh

dengan cara:

a. Penelitian Kepustakaan (Liberary Research) yaitu cara ini dilakukan

dengan menghimpun data maupun teori dari berbagai literatur dan dapat

digunakan untuk menganalisa data yang diperoleh.

b. Pengumpulan dokumen atau data-data yang berkaitan dengan

menggunakan catatan-catatan tertulis yang ada di lokasi penelitian serta

sumber-sumber lain yang menyangkut masalah yang diteliti dengan

instansi terkait.

2.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data kualitatif. Menurut Ali (1997:57) bahwa, analisis kualitatif adalah

analisis terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar peneliti

dalam hubungan fakta, data dan informan. Dengan menyajikan data-data yang

(49)

dilakukan sebelumnya. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan

kemampuan nalar dalam hubungan fakta-fakta, data dan informasi sehingga

diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti kemudian diambil

(50)

BAB III

LOKASI PENELITIAN

3.1 Kabupaten Serdang Bedagai

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan kabupaten yang lahir atas

pemekaran Kabupaten Deli Serdang, memerlukan penanganan yang khusus dan

serius dalam mengejar kesejahteraannya dengan kabupaten lain, dengan Visi dan

Misi Bupati yang menjadikan Kabupaten Serdang Bedagai sebagai salah satu

Kabupaten terbaik melalui masyarakat yang Pancasialis, religious, modern,

kompetitif dan berwawasan lingkungan. Untuk menentukan kebijakan, program

dan strategi pembangunan, salah satu aspek yang sangat penting adalah

penyediaan data yang actual sebagai bahan acuan, tolak ukur kinerja, analisis dan

evaluasi pembangunan.

Kabupaten Serdang Bedagai adalah kabupaten yang terletak di ibukota

Sumatera Utara dan merupakan daerah Interland pada jalur lintas Sumatera

sampai Jawa, yang memiliki potensi sumber daya yang besar dan beragam serta

memiliki peluang untuk dikembangkan menjadi berbagai usaha yang dapat

menunjang pembangunan perekonomian daerah. Salah satu potensi yang dianggap

layak dikembangkan adalah usaha agribisnis, usaha yang berbasis industri

kerajinan serta industri yang berbasis pada hasil pertanian dan perikanan.

Khusus dalam bidang pembangunan perekonomian daerah dan mendorong

sektor UMKM, pemerintah telah berupaya melaksanakan pembinaan dan

pengembangan usaha yang berbasis kerakyatan, sehingga dirasa perlu dibuat

(51)

menghadapi perkembangan dan tantangan persaingan global, dipandang perlu

membangun sektor ekonomi melalui pemanfaatan sumber daya nasional dan

daerah. Produk yang dihasilkan bukan hanya untuk mencukupi kebutuhan daerah

saja, tapi perkembangannya harus mampu mencapai pasar nasional dan

internasional.

3.1.1 Sejarah Serdang Bedagai

Nama Serdang Bedagai diambil dari dua kesultanan yang pernah

memerintah di wilayah tersebut yakni Kesultanan Serdang dan Padang Bedagai.

Kesultanan Serdang dimulai ketika terjadi perebutan tahta kesultanan Deli setelah

Tuanku Panglima Paderap (pendiri kesultanan Deli) mangkat pada tahun 1723.

tuanku Gandar Wahid, anak kedua Tuanku Panglima Paderap mengambil alih

tahta dengan tidak memperdulikan abangnya Tuanku Jalaludin dan adiknya

Tuanku Umar. Tuanku Jalaludin tidak bisa berbuat banyak karena cacat fisik,

sementara Tuanku Umar terpaksa mengungsi ke wilayah Serdang.

Melihat hal ini beberapa petinggi wilayah yakni Datuk Sunggal

Serbanyaman, Raja Urung Sinembah, Raja Ulung Tanjong Morawa dan Kejuruan

Lumu sebagai wakil Aceh menabalkan Tuanku Umar Johan Pahlawan Alam Shah

Kejuruan Junjungan sebagai Sultan Serdang pertama pada tahun 1728. wilayah

kesultanan ini berpusat di Kampung Besar tempat dimana ibunya, Tuanku

Ampunan Sampali tinggal. Tuanku Umar atau Raja Osman akhirnya tewas saat

pasukan kerajaan Siak ingin menaklukan kerajaan-kerajaan Melayu di pesisir

Sumatera Timur di tahun 1782. makam Tuanku Umar sampai kini masih ada di

tengah-tengah perkebunan Sampali. Kesultanan Serdang kemudian dilanjutkan

(52)

Sabjana ditempatkan sebagai Raja Muda di kampung Kelambir pinggir Sungai

Tuan. Di bawah kepemimpinan Tuanku Ainan, Kesultanan Serdang mengalami

perkembangan dengan melebarkan wilayah kekuasaan hingga ke Percut dan

Serdang Hulu. Kesultanan Siak memberi gelar ”Sultan” pada Tuanku Ainan di

tahun 1814. istrinya adalah putri dari Raja Perbaungan, yakni Tuanku Sri Alam.

Anak-anak Tuanku Ainan membuka dan memimpin

perkampungan-perkampungan baru.

Tahun 1817, Tuanku Ainan mangkat dan diganti oleh putra keduanya,

Tengku Sinar karena putra pertamanya Tengku Zainal Abidin tewas dalam

pertempuran membantu mertuanya di Kampung Punggai. Tengku Sinar di

Kampung Punggai. Tengku Sinar kemudian diberi gelar Paduka Sri Sultan Thaf

Sinar Bashar Shah. Pada zaman inilah Kesultanan Serdang mengalami kejayaan

dengan perdegangan dan pemerintahan yang adil. Perjanjian dagang dengan

Inggris dibuat tahun 1823. Tercatat ekspor ketika itu berjumlah 8.000 pikul terdiri

lada, tembakau, kacang putih, emas dan kapur barus. Sedangkan Inggris memasok

kain-kain buatan Eropa. Wilayah kekuasan sudah melebar mulai dari Percut,

Padang Bedagai, Sinembah, Batak Timur sampai Negeri Dolok. Sultan Serdang

keempat adalah Tengku Muhammad Basyaruddin yang kemudian bergelar Paduka

Sri Sultan M. Basyarauddin Syaiful Alam Shah. Ia ditabalkan di tahun 1850 sesaat

setelah ayahandanya mangkat. Basyaruddin merupakan putra keempat Tuanku

Ainan. Selama pemerintahannya, Kesultanan Serdang melebarkan wilayah

jajahannya hingga ke Batubara (Lima Laras), seluruh Senembah dan menembus

(53)

Ketika pengaruh Belanda semakin kuat, Sultan Basyarudiin dengan tegas

memihak pada Kesultanan Aceh dan melakukan perlawanan. Hal ini membuat ia

diberi mandat sebagai Wajir (kuasa) Sultan Aceh dengan wilayah kewajirannya

meliputi Langkat hingga Asahan. Sebagai wajir, ia menghadapi kedatangan

ekspedisi Belanda yang dipimpin Netscher tahun 1862. Di sisi lain, Sultan

Basyaruddin berusaha menjaga perdamaian dengan Kesultanan Deli yang

memiliki hubungan akrab dengan Belanda. Namun peperangan dengan

Kesultanan Deli sempat pecah ketiak Serdang merebut kembali wilayah Denai.

Demikian juga ketika Kesultanan Aceh mengirim 200 kapal perang untuk

menyerang Kesultanan Deli dan Kesultanan Langkat, Sultan Basyaruddin turut

membantu. Dalam melawan Belanda, Sultan Basyaruddin didukung oleh para raja

dan orang-orang besar jajahannya seperti raja Kampung Kelambir: Raja Muda

Pangeran Muda Sri Diraja M Takir, Wajir

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3
Gambarr 3.1
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Kinerja Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung dalam pembinaan dan pengelolaan UMKM adalah:

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penghambat efektivitas pembinaan dan pengawasan koperasi oleh Dinas Perdagangan, Tenaga Kerja, Koperasi &amp;

Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Provinsi Kepulauan Bangka

- DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja. Kode Rekening Uraian

Dari hasil analisis berdasarkan umpan balik ini, maka kinerja Dinas Koperasi UMKM Kota Pekanbaru dalam pembinan koperasi dapat dikatakan

bahwa dalam pelaksanaan Otonomi Daerah diperlukan peranan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pembinaan dan Pengembangan Koperasi, Usaha Mikro dan Usaha Kecil

Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan Usaha Mikro tahu 2018-2023 di maksud sebagai dokumen acuan perencanaan Dinas.. Tenaga Kerja Koperasi

Penelitian ini bertujuan untuk melihat Peran Pemerintah khususnya Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan Usaha Mikro di Kota Tanjungpinang dalam mengatasi dampak pandemi covid-19 terhadap