ANALISIS PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN
BUILDING LEARNING POWER
(BLP) UNTUK
MENUMBUHKAN NILAI KARAKTER SISWA DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
SKRIPSI
Oleh: Nuning Nurhidayah
NIM. D94214107
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN MATEMATIKA DAN IPA PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
ANALISIS PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BUILDING LEARNING POWER (BLP) UNTUK MENUMBUHKAN NILAI KARAKTER SISWA DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA Oleh:
Nuning Nurhidayah ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pembentukan karakter peserta didik dapat diintegrasikan kedalam proses pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran yang tepat dan dilakukan secara inklusif pada semua mata pelajaran, termasuk pembelajaran matematika yang harusnya tidak sebatas aspek kognitif saja tetapi juga perlu penanaman nilai. Strategi pembelajaran Building Learning Power (BLP) adalah sebuah konsep membangun kapasitas belajar peserta didik agar mampu belajar setiap saat. Salah satu sekolah yang menerapkan strategi pembelajaran Building Learning Power (BLP) adalah SMP Insan Cendekia Mandiri (Boarding School) Sidoarjo. Penulis tertarik melakukan penelitian di sekolah tersebut dengan tujuan untuk mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan dan sistem evaluasi strategi pembelajaran Building Learning Power (BLP) dalam menumbuhkan nilai karakter siswa dalam pembelajaran matematika.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan metode wawancara, studi dokumentasi, observasi dan respon siswa dalam pengumpulan datanya. Untuk analisis data mengikuti konsep Miles dan Huberman, sedangkan penilaian menggunakan format check list dengan skala persentase.
Data penelitian strategi pembelajaran Building Learning Power di SMP Insan Cendekia Mandiri (Boarding School) dianalisis secara deskriptif dengan hasil sebagai berikut: perencanaan pembelajaran telah baik dengan persentase 89%, pelaksanaan pembelajaran telah baik dengan persentase 91%, penilaian pembelajaran telah baik dengan persentase 80%, serta respon siswa terhadap pembelajaran matematika berbasis Building Learning Power dikatakan positif karena menunjukkan persentase jawaban peserta didik pada setiap aspek pertanyaan berada .
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
PERTANYAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v
PERSEMBAHAN ... vi
MOTO ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. Manfaat Penilitian ... 6 E. Batasan Penelitian ... 7 F. Definisi Operasional ... 7
BAB II : KAJIAN PUSTAKA ... 10
A. Analisis ... 10
B. Strategi Pembelajaran ... 11
C. Tinjauan Tentang Building Learning Power (BLP) ... 13
D. Nilai ... 27
E. Karakter ... 28
F. Menumbuhkan Nilai Karakter ... 28
G. Pembelajaran Matematika Dalam Membangun Karakter ... 32
H. Strategi Pembelajaran Building Learning Power (BLP) untuk Menumbuhkan Nilai Karakter dalam Pembelajaran Matematika ... 37
BAB III : METODE PENELITIAN ... 48
A. Jenis Penelitian ... 48
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 49
D. Prosedur Penelitian ... 50
E. Teknik Pengumpulan Data ... 51
F. Instrumen Penelitian ... 54
G. Teknik Analisis Data ... 60
H. Teknik Pemeriksaan Keabsahaan Data ... 66
BAB IV : HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN ... 67
A. Kondisi Umum Objek Penelitian ... 67
B. Deskripsi Data dan Analisis Data Proses Perencanaan Strategi Pembelajaran Building Learning Power (BLP) ... 75
C. Deskripsi Data dan Analisis Data Proses Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Building Learning Power (BLP) di SMP Insan Cendekia Mandiri (Boarding School) ... 110
D. Deskripsi Data dan Analisis Data Sistem Evaluasi Strategi Pembelajaran Building Learning Power (BLP) di SMP Insan Cendekia Mandiri (Boarding School) ... 133
E. Deskripsi dan Analisis Data Respon Siswa Dalam Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Building Learning Power (BLP) ... 145
F. Deskripsi dan Analisis Data Kendala, Kelebihan, dan Kekurangan Pelaksanaan Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Building Learning Power (BLP) ... 150
BAB V : PEMBAHASAN ... 155
A. Perencanaan Strategi Pembelajaran Building Learning Power (BLP) Untuk Menumbuhkan Nilai Karakter Siswa Dalam Pelajaran Matematika ... 155
B. Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Building
Learning Power (BLP) Untuk Menumbuhkan
Matematika ... 157
C. Sistem Evaluasi Strategi Pembelajaran Building Learning Power (BLP) Untuk Menumbuhkan Nilai Karakter Siswa Dalam Pelajaran Matematika ... 158
D. Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika Berbasis BLP ... 160
E. Kendala, Kelebihan dan Kekurangan dalam Pelaksanaan Pembelajaran ... 161 BAB VI : PENUTUP ... 163 A. Simpulan ... 163 B. Saran ... 164 DAFTAR PUSTAKA ... 166 LAMPIRAN ... 170
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional di atas, jelas bahwa pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai dengan Perguruam Tinggi harus diselenggarakan secara sistematis untuk mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu untuk bersaing, beretika, bermoral, sopan santun, dan berakhlak serta berinteraksi dengan masyarakat.
Lembaga pendidikan sebagai tempat pembentukan karakter peserta didik dituntut untuk meningkatkan intensitas dan kualitas pelaksanaannya. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang dikalangan peserta didik yakni meningkatnya kenakalan remaja di masyarakat mulai dari menyontek pekerjaan teman, tawuran, pengeroyokan, pencurian, perampokan dan tindakan asusila. Disamping itu, penyalahgunaan narkoba dan minuman keras juga telah melanda pelajar, merokok dikalangan pelajar juga sudah menjadi hal yang wajar dan hal ini dibarengi dengan munculnya permasalahan-permasalahan baru seperti menurunnya semangat kerja (malas), seks bebas, menurunnya kepekaan sosial yang dibarengi dengan kurangnya tingkat kepedulian dengan lingkungan, menurunnya sikap hormat kepada orang tua dan guru, merasa berani dan kuat (bertindak
nekat). Fenomena tersebut telah pada taraf yang meresahkan.2 Oleh
1 Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Depdiknas, 2003)
2 Nova Rina .NR. – Lamijan Hadi Susarno, Pengaruh Penerapan Building Learning Power (BLP) terhadap Perilaku Akademik Di SMP Negeri 1 Sidoarjo, Jurnal Pendidikan, (2009), hlm. 2
2
karena itu lembaga pendidikan sebagai tempat resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan perannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik di samping keluarga dan masyarakat.
Salah satu cara untuk mencegah semakin parahnya krisis
akhlak pada generasi muda, pendidikan karakter dapat
diintegrasikan kedalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan dalam pembentukan karakter dapat dilakukan dengan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat. Hal ini didukung oleh pendapat bahwa proses belajar harus berpusat pada siswa (student center) melalui berbagai aktivitas fisik (hands-on)
dan aktividas mental (mind-on), dimana seorang siswa harus
menggunakan segenap kemampuannya, dan bertindak sebagai seorang ilmuwan (scientist) yang melakukan eksperimen.3
Strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk membentuk karakter yang kuat baik secara individu ataupun sosial
adalah Building Learning Power (BLP). Building Learning Power
(BLP) adalah strategi pembelajaran yang dapat membantu anak muda untuk menjadi peserta didik yang lebih baik, baik disekolah maupun diluar, membantu mengembangkan kemampuannya, dan mempersiapkan peserta didik untuk belajar setiap saat.4 Selain
membantu peserta didik, Building Learning Power (BLP)
bertujuan untuk membantu guru agar tidak hanya memberikan materi-materi pelajaran saja yang membuat siswa bosan, melainkan memberikan pengetahuan tentang kehidupan dan bagaimana
mengatasi masalah-masalah yang akan dihadapi di masyarakat.5
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Acek Purnawan dan Nadi Suprapto Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya yang
berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Building Learning Power
(BLP) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Rangkaian Arus Searah di Kelas X MAN Jombang” hasil dari penelitian tersebut
menunjukkan bahwa strategi pembelajaran Building Learning
Power (BLP) terlaksana dengan baik yang diindikasikan dengan
adanya respon positif siswa terhadap pembelajaran yang
3 Acek Purnawan-Nadi Suprapto, Pengaruh Strategi Pembelajaran Building Learning Power Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Rangkaian Arus Searah Di Kelas X MAN 6 Jombang, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JISF), 3:3, (2014), hlm. 109
4 Guy Claxton dkk, The Learning Powered School, (Bristol: TLO limited, 2011), hlm. 2 5
3
dilaksanakan sebesar 0,72%.6 Selain itu, dalam penelitian Yulia Nur Anita dan Rr. Nanik Setyowati Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya yang berjudul “Tingkat Tanggung Jawab Siswa SMP
Negeri 1 Sidoarjo Setelah Penerapan Building Learning Power
(BLP)” menunjukkan bahwa tingkat tanggung jawab siswa memiliki kategori sangat tinggi dengan nilai 3,30.7 Penelitian lain terkait BLP dari Nova Rina NR dan Lamijan Hadi Susarno Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya yang berjudul “Pengaruh
Penerapan Building Learning Power (BLP) Terhadap Perilaku
Akademik di SMP Negeri 1 Sidoarjo” dipaparkan tentang
keberhasilan strategi Building Learning Power (BLP) memiliki
pengaruh yang positif terhadap diri siswa dan prestasi akademik siswa yang diuji dengan rumus uji t.8
Penjelasan dari David Kerr menyatakan selain
menggunakan strategi pembelajaran yang tepat proses
pembelajaran dalam menumbuhkan nilai karakter hendaknya dilakukan juga secara inklusif pada semua mata pelajaran di kelas, luar kelas, satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Penanaman nilai karakter tidak dapat berdiri sendiri dalam sebuah mata pelajaran, tetapi menyatu dalam setiap mata pelajaran bahkan dalam setiap kegiatan di sekolah.9 Menurut Halstead dan Taylor menyatakan untuk membangun dan melengkapi nilai-nilai yang telah dimiliki anak agar berkembang sebagaimna nilai-nilai tersebut juga hidup dalam masyarakat, serta anak mampu merefleksikan, peka, dan mampu menerapkan nilai-nilai tersebut, penanaman nilai karakter bukanlah mata pelajaran monolitik
(berdiri sendiri).10 Keberadaannya masuk dalam setiap mata
6 Acek Purnawan.- Nadi Suprapto, Pengaruh Strategi Pembelajaran Building Learning Power (BLP) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Rangkaian Arus Searah di Kelas X MAN Jombang, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), 3:3, (2014), hlm.110
7 Yulia Nur Anifa. – Rr. Nanik Setyowati, Tingkat Tanggung Jawab Siswa SMP Negeri 1 Sidoarjo Setelah Penerapan Building Learning Power (BLP), Jurnal Kajian Moral dan Kewarganegaraan, 3:3, (2015), hlm. 1242
8
Nova Rina .NR. – Lamijan Hadi Susarno, Pengaruh Penerapan Building Learning Power (BLP) terhadap Perilaku Akademik Di SMP Negeri 1 Sidoarjo, Jurnal Pendidikan, (2009), hlm. 14
9 Dasim Budimansyah, Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter, (Bandung: Widya
Aksara Press, 2012), hlm. 43
10 Ibid
4
pelajaran. Penanaman nilai karakter esensinya adalah meta nilai dari setiap mata pelajaran.
Salah satu pengembangan karakter ini dapat dilakukan dalam pembelajaran matematika di kelas. Dengan pembelajaran matematika ini banyak karakter baik yang dapat tumbuh, hal ini bisa terwujud jika pembelajaran disajikan dengan cara yang tepat. Kegiatan pembelajaran matematika harus mengandung kegiatan yang dapat merangsang karakter analitis, keberanian, kehati-hatian, kecerdikan, keberanian, keingintahuan, kreativitas, kritis, bersifat yakin, kerajinan, keyakinan, sportif, inovatif, kecermatan, keuletan, suka memecahkan masalah, dan kepercayaan diri. Sehingga peserta didik nantinya dapat mengimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Oleh karena itu peneliti ingin mengkaji strategi
pembelajaran BLP untuk menumbuhkan nilai karakter siswa dalam pembelajaran matematika. Dalam hal ini penelitian akan dilakukan di salah satu sekolah yang telah menerapkan BLP sebagai sistem pada sekolah tersebut. Salah satu sekolah yang telah menerapkan program BLP adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) Insan Cendekia Mandiri. SMP Insan Cendekia Mandiri beralamat di Jl. Raya Sarirogo No. 1 Sidoarjo dan beroperasi dengan dukungan penuh dari Yayasan Yatim Mandiri. SMP Insan Cendekia Mandiri melaksanakan pendidikan yang menitik beratkan pada pembinaan ke-Islaman, kepemimpinan, dan prestasi akademik peserta didik. Selain itu SMP ini memadukan gabungan Kurikulum Diknas dan Kurikulum Khas SMP Insan Cendekia Mandiri sehingga dapat
menghasilkan lulusan terdidik, mandiri dan berwawasan
internasional. SMP Insan Cendekia Mandiri didirikan pada tahun 2012 dan telah menerapkan program BLP sejak akhir tahun 2016 hingga sekarang yaitu sekitar kurang lebih satu setengah tahun. Saat ini SMP Insan Cendekia Mandiri memiliki 11 (sebelas) kelas yang terdiri atas: kelas VII sebanyak 4 (empat) kelas, kelas VIII sebanyak 4 (empat) kelas, dan kelas IX sebanyak 3 (tiga) kelas serta memiliki 25 (dua puluh lima) tenaga pendidik (guru) yang berkompeten di bidangnya. Setiap kelas rata-rata berisi 30 peserta didik.
Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan kegiatan analisis
penerapan Building Learning Power dalam sekolah, khususnya
5
Mandiri dalam kegiatan pembelajaran matematika pada peserta didik kelas VII dan VIII di SMPN Insan Cendekia Mandiri yang bertujuan untuk dapat mengetahui pengaruh penerapan BLP dalam menumbuhkan nilai karakter peserta didik.
Bertolak dari uraian di atas, peneliti merasa perlu untuk
mengadakan penelitian tentang “Analisis Penerapan Startegi
Pembelajaran Building Learning Power (BLP) untuk Menumbuhkan Nilai Karakter Siswa dalam Pembelajaran Matematika di SMP Insan Cendekia Mandiri (Boarding School).”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan, antara lain:
1. Bagaimana perencanaan strategi pembelajaran Building
Learning Power untuk menumbuhkan nilai karakter dalam
pembelajaran matematika di SMP Insan Cendekia Mandiri
(Boarding School)?
2. Bagaimana pelaksanaan strategi pembelajaran Building
Learning Power untuk menumbuhkan nilai karakter dalam
pembelajaran matematika di SMP Insan Cendekia Mandiri
(Boarding School)?
3. Bagaimana sistem evaluasi dalam strategi pembelajaran
Building Learning Power untuk menumbuhkan nilai karakter
dalam pembelajaran matematika di SMP Insan Cendekia
Mandiri (Boarding School)?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan perencanaan strategi pembelajaran Building
Learning Power untuk menumbuhkan nilai karakter dalam
pembelajaran matematika di SMP Insan Cendekia Mandiri
(Boarding School).
2. Mendeskripsikan pelaksanaan strategi pembelajaran Building
Learning Power untuk menumbuhkan nilai karakter dalam
pembelajaran matematika di SMP Insan Cendekia Mandiri
(Boarding School).
3. Mendeskripsikan sistem evaluasi dalam strategi pembelajaran
6
dalam pembelajaran matematika di SMP Insan Cendekia Mandiri (Boarding School).
D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas maka diharapkan hasil penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi sekolah yang diteliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan gambaran mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan sistem evaluasi dalam pembelajaran matematika yang
menggunakan strategi pembelajaran Building Learning Power
(BLP) untuk menumbuhkan nilai karakter siswa. Gambaran
tersebut diharapkan bisa dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi pihak sekolah dalam mengambil kebijakan
menyangkut strategi pembelajaran Building Learning Power
(BLP) untuk menumbuhkan nilai karakter dalam
pembelajaran matematika.
2. Bagi guru-guru matematika
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi tambahan mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan sistem evaluasi dalam pembelajaran matematika yang menggunakan strategi pembelajaran
Building Learning Power (BLP) untuk menumbuhkan nilai
karakter siswa. Informasi tersebut diharapkan bisa dijadikan sebagai umpan balik dalam merefleksi ketrampilan mereka dalam mengelola pembelajaran matematika menggunakan strategi pembelajaran Building Learning Power (BLP) untuk menumbuhkan nilai karakter siswa.
3. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan dalam menganalisis strategi
pembelajaran Building Learning Power (BLP) untuk
menumbuhkan nilai karakter siswa dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pijakan untuk mempersiapkan diri menjadi guru yang profesional.
7
E. Batasan Penelitian
Batasan Penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini dilakukan di sekolah yang telah menerapkan
strategi pembelajaran Building Learning Power (BLP) yaitu
SMP Insan Cendekia Mandiri (Boarding School) Sarirogo,
Sidoarjo.
2. Karena penelitian ini hanya menganalisis penerapan strategi
pembelajaran Building Learning Power (BLP) untuk
menumbuhkan nilai karakter siswa dalam pembelajaran
matematika di SMP Insan Cendekia Mandiri (Boarding
School), maka peneliti hanya mengamati dari standar proses
dan standar penilaian yang dilengkapi dengan observasi
pelaksanaan pembelajaran matematika yang telah
menerapkan strategi pembelajaran Building Learning Power
(BLP) di SMP Insan Cendekia Mandiri (Boarding School).
3. Peserta didik yang diteliti hanya kelas VII dan kelas VIII
karena strategi pembelajaran Building Learning Power (BLP)
diterapkan secara menyeluruh pada tahun ajaran baru 2016/2017.
4. Guru matematika yang mengajar di SMP Insan Cendekia
Mandiri (Boarding School) ada 3 orang, namun yang diteliti hanya yang mengajar di kelas VII dan VIII saja sebanyak 2 orang. Perangkat pembelajaran yang diteliti hanya terbatas pada mata pelajaran matematika semester genap di kelas VII dan VIII saja, meliputi: Silabus dan RPP.
F. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel merupakan penjelasan dari setiap kata sesuai judul penelitian. Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam mengartikan maksud dari judul tersebut. Adapun definisi operasional variabel sebagai berikut:
1. Analisis adalah suatu aktivitas yang memuat sejumlah
kegiatan seperti mengurai, membedakan, memilah sesuatu permasalahan-permasalahan yang muncul
dalam penerapan Building Learning Power (BLP)
dalam menumbuhkan nilai karakter siswa melalui pembelajaran matematika di SMP Insan Cendekia
8
dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari kaitannya dan ditafsirkan maknanya.
2. Penerapan adalah sebagai suatu tindakan
mempraktekkan strategi pembelajaran Building
Learning Power (BLP) untuk dapat menumbuhkan
nilai karakter pada pembelajaran matematika pada suatu lembaga pendidikan sekolah menengah pertama (SMP).
3. Analisis penerapan merupakan suatu proses
penjabaran strategi pembelajaran Building Learning
Power (BLP) secara umum menuju ke penerapan
strategi pembelajaran Building Learning Power (BLP)
secara khusus yang tersusun secara logis dan sistematis dengan tersususnnya gambaran penerapan
strategi pembelajaran Building Learning Power (BLP)
secara khusus dari yang paling awal hingga akhir.
4. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru atau peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
5. Strategi pembelajaran Building Learning Power (BLP)
merupakan suatu strategi pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan pelajar agar dapat belajar dengan baik secara nyata yang dapat mengajarkan
pembentukan karakter yaitu Resilience (Ketangguhan),
Resourcefulness (Kecerdasan), Reflectiveness
(Kecerdikan), dan Reciprocity (Kesantunan) dalam
belajar.
6. Nilai dalam penelitian ini adalah bukan benda
konkret, bukan fakta, tidak hanya sekadar soal penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, yang disenangi dan tidak disenangi namun dalam hal ini kaitannya suatu hal yang berfungsi untuk
mengarahkan, mengendalikan dan menentukan
perilaku seseorang, seseorang yang dimaksud adalah peserta didik.
7. Karakter adalah sifat khas yang terpatri pada diri
seseorang, diwujudkan melalui nilai-nilai moral yang baik maupun buruk yang kemudian diwujudkan
9
menjadi ciri khas seseorang yang terbentuk dalam kehidupan sehari-hari.
8. Nilai Karakter adalah sikap dan perilaku yang
didasarkan pada norma dan nilai yang berlaku dimasyarakat, yang mencakup karakter berakhlak (tertib, peduli, santun), kreatif (disiplin, dan daya juang), serta berprestasi.
9. Pembelajaran Matematika merupakan pembentukan
pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan yang dapat bersinergis dengan nilai-nilai karakter.
10. Perencanaan adalah proses mempersiapkan
kegiatan-kegiatan secara sistematis sesuai dengan strategi
pembelajaran Building Learning Power (BLP) yang
akan dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
11. Pelaksanaan adalah proses yang diatur sedemikian
rupa sesuai dengan langkah - langkah strategi
pembelajaran Building Learning Power (BLP) agar
pelaksanaan mencapai hasil yang diharapkan.
12. Sistem Evaluasi adalah suatu sistem penilaian yang
dilakukan untuk mengetahui perubahan sikap peserta didik dalam menerima, memahami dan menalar bahan studi yang diberikan sesuai dengan kurikulum dan
silabus yang berlaku yang dilakukan ketika
BAB II KAJIAN TEORI A. Analisis
Analisis berasal dari kata serapan bahasa Inggris analyze
yang berarti memisah-misahkan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, analisis diartikan sebagai bentuk penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkara dan sebagainya).1
Dari kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan analisis meliputi:
1. Analisis Pendahuluan atau Persiapan
Analisis pendahuluan atau persiapan ini merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang diperlukan ketika melakukan tindakan di lapangan. Hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini yaitu mencakup latar belakang sekolah, alasan pemakaian sistem, penyusunan rencana pembelajaran, maupun latar belakang kompetensi peserta didik.
2. Analisis Proses atau Tindakan
Analisis proses atau tindakan dilakukan saat praktik pembelajaran dilaksanakan. Hal-hal yang perlu diamati dalam proses ini adalah respon peserta didik saat pembelajaran berlangsung. Pedoman dalam melakukan analisis proses atau tindakan ini adalah rencana pembelajaran yang telah dibuat oleh guru.
3. Analisis Akhir
Analisis akhir dilakukan setelah pelaksanaan
pembelajaran dan merupakan simpulan terhadap proses perencanaan sampai pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung. Analisis akhir ini bertujuan untuk memberikan masukan atau solusi terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung. Selanjutnya hal ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana pembelajaran berikutnya.
1 Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: CV. Widya
11
Adapun analisis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kegiatan pengamatan lapangan dengan mengidentifikasi
permasalahan-permasalahan yang muncul dalam penerapan
Building Learning Power (BLP) dalam menumbuhkan nilai
karakter siswa melalui pembelajaran matematika di SMP Insan
Cendekia Mandiri (Boarding School).
B. Strategi Pembelajaran
Hamdani menyatakan secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi
untuk sampai pada tujuan.2 Tujuan pembelajaran sendiri terangkum
dalam standar kompetensi yang telah ditentukan oleh guru sebelum melakukan kegiatan belajar megajar. Upaya yang dilakukan dalam mencapai tujuan ini tentunya mencakup segala aktivitas yang akan dilakukan terkait perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi tindakan.
Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesa, disebutkan bahwa strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus atau yang diinginkan.3 Sebagai sebuah sistem perencanaan, strategi memiliki peranan penting dalam menentukan tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu pemilihan strategi pembelajaran yang tepat oleh setiap guru menjadi hal yang mutlak untuk dilaksanakan.
Adapun ciri-ciri strategi menurut Stoner dan Sirait adalah sebagai berikut:4
1. Wawasan Waktu
Meliputi cakrawala waktu yang jauh ke depan, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut dan waktu yang diperlukan untuk mengamati dampaknya.
2. Dampak
Walupun hasil akhir dengan mengikuti strategi tertentu tidak langsung terlihat untuk jangka waktu yang lama, dampak akhir akan sangat berarti.
2 Hamdani, Strategi Belajar-Mengajar, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011), hlm. 18 3 Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: CV. Widya
Karya, 2006), hlm. 500
4
12
3. Pemusatan Upaya
Sebuah strategi yang efektif biasanya mengharuskan pemusatan kegiatan, upaya, atau perhatian terhadap rentang sasaran yang sempit.
4. Pola Keputusan
Kebanyakan strategi mensyaratkan bahwa sederetan keputusan tertentu harus diambil sepanjang waktu. Keputusan-keputusan tersebut harus saling menunjang, artinya mengikuti pola yang konsisten.
5. Peresapan
Sebuah strategi mencakup suatu spektrum kegiatan yang luas mulai dari proses alokasi sumber daya sampai dengan kegiatan operasi harian. Selain itu, adanya konsistensi sepanjang waktu dalam kegiatan-kegiatan ini mengharuskan semua tingkatan organisasi bertindak secara naluri dengan cara-cara yang akan memperkuat strategi.
Menurut Dick dan Carey menyebutkan bahwa terdapat 5
komponen strategi pembelajaran, yaitu:5
1. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan yang disampaikan secara menarik akan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Cara guru memperkenalkan materi
pelajaran hendaknya melalui contoh ilustrasi
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan menumbuhkan kesadaran pada diri peserta didik mengenai manfaat belajar. Dalam kegiatan ini setidaknya guru menyampaikan dua hal penting.
Pertama, tujuan pembelajaran khusus yang diharapkan.
Kedua, apersepsi berupa kegiatan yang menunjukkan
keterkaitan antara materi sebelumnya dengan materi baru yang akan dipelajari.
5 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatifdan efektif, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), Cet. IV, hlm. 3-7
13
2. Penyampaian Informasi
Penyampaian materi merupakan kegiatan inti dalam proses pembelajaran. Dalam penyampaian materi ini, guru berpedoman pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik.
3. Partisipasi Peserta Didik
Berdasarkan prinsip student centred, peserta didik
merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Dalam hal
ini dikenal istilah active learning yang maknanya
bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
4. Tes
Pelaksanaan tes biasanya dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran. Serangkaian tes umum yang dilakukan oleh guru ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian
tujuan pembelajaran dan tingkat penguasaan
keterampilan belajar peserta didik.
5. Kegiatan Lanjutan
Kegiatan lanjutan atau sering yang disebut dengan flow
up hendaknya dilakukan oleh setiap guru. Tindak lanjut
ini bisa berupa remedial bagi peserta didik yang belum tuntas, atau pengayaan setelah semuanya dinyatakan tuntas.
C. Tinjauan Tentang Building Learning Power (BLP)
Building Learning Power (BLP) adalah membantu anak
muda untuk menjadi peserta didik yang lebih baik, baik disekolah
maupun diluar sekolah. Building Learning Power (BLP) dalam
artian sempit adalah tentang menciptakan budaya di kelas dan dalam artian lebih luasnya adalah menciptakan budaya di sekolah, yang secara sistematis menumbuhkan kebiasaan dan sikap yang memungkinkan orang muda untuk menjadi peserta didik yang lebih baik, dapat menghadapi kesulitan dan ketidakpastian dengan tenang, percaya diri dan kreatif.6
6 TLO Limited, Building Learning Power, diakses dari
14
Peserta didik yang lebih percaya diri akan kemampuan belajar mereka sendiri akan belajar lebih cepat dan lebih baik. Peserta didik lebih berkonsentrasi, berpikir lebih keras dan menemukan cara belajar yang menyenangkan. Dengan demikian peserta didik akan lebih baik dalam tes dan kegiatan eksternal mereka, dan mereka akan lebih mudah dan lebih memuaskan ketika diajarkan.
Membangun kekuatan belajar adalah tentang
mempersiapkan anak muda yang lebih baik untuk menjalani masa depan yang tidak pasti. Sekolah saat ini perlu diajarkan agar tidak hanya mementingkan hasil ujian saja tetapi untuk pembelajaran peserta didik seumur hidup. Untuk berkembang di abad ke-21, tidak cukup lulus dari sekolah hanya dengan mendapatkan sertifikat ujian. Peserta didik perlu belajar bagaimana bersikap ulet, cakap, imajinatif, logis, disiplin diri, sadar diri, kolaboratif dan ingin tahu.7
Sekolah yang berkembang saat ini telah belajar merintis cara mengambil ambisi ini dengan sangat serius. Membangun kekuatan pembelajaran untuk mengetahui bagaimana mendapatkan hasil yang lebih baik yang dapat berkontribusi pada pengembangan kehidupan nyata peserta didik. Hal ini diperuntukkan bagi guru, pelatih guru, orang tua dan siapa saja yang terlibat dalam pendidikan formal dan informal.
Dalam model inti, ada dua kerangka kerja utama yang dapat
membangun kekuatan belajar.8 Yang pertama adalah gambaran
yang koheren tentang karakteristik bernilai tinggi yang penting dari pelajar yang kuat. Yang kedua adalah peta bagaimana guru dapat membangun dan penyusun disposisi dari pelajar yang kuat. Dua kerangka kerja membangun kekuatan belajar adalah sebagai berikut:
1. Building Learning Power (BLP) dalam Konsep
Salah satu peneliti di bidang pengembangan potensi dasar manusia (Prof. Guy Claxton, dari University of
7
TLO Limited, Building Learning Power, diakses dari
https://www.buildinglearningpower.com/about/, pada tanggal 2 April 2018
8 TLO Limited, Building Learning Power, diakses dari
https://www.buildinglearningpower.com/about/whats-different-about-a-learning-powered-school/, pada tanggal 2 April 2018
15
Winchester, Inggris) berkesimpulan bahwa dalam diri setiap anak ada potensi besar yang siap untuk dikembangkan yang diberi nama kapasitas belajar (learning power). Membangun kapasitas belajar dapat dilakukan dengan cara memberikan pengalaman belajar berkualitas, sehingga kegiatannya disebut
dengan membangun kapasitas belajar (building learning
power).9
Building Learning Power (BLP) tidak mengklaim
sebagai teori kekuatan belajar yang komprehensif. Melainkan bertujuan untuk menjadi alat pragmatis yang menggambarkan beberapa bahan kekuatan belajar dan memberikan dasar untuk diskusi.10 Banyak sekolah yang memanfaatkan kerangka ini
telah mengembangkan dan menyesuaikannya dengan
sejumlah cara kreatif. Kerangka BLP dalam membangun kekuatan belajar diambil dari analogi seorang pelatih
kebugaran gym yang digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Peta Pikiran Kekuatan Belajar11
9 Guy Claxton, dkk, The Learning Powered School, (Bristol: TLO Limited, 2011), hlm. 1 10
TLO Limited, Building Learning Power, diakses dari
https://www.buildinglearningpower.com/about/whats-different-about-a-learning-powered-school/, pada tanggal 2 April 2018
11 TLO Limited, Building Learning Power, diakses dari
https://www.buildinglearningpower.com/about/whats-different-about-a-learning-powered-school/, pada tanggal 2 April 2018
16
Building Learning Power (BLP) adalah suatu konsep
atau suatu kerangka untuk meningkatkan kemampuan peserta didik agar dapat belajar dengan baik dan secara nyata. Pengertian belajar dalam kontek BLP adalah penyesuaian diri terhadap situasi baru dimanapun peserta didik berada.
Pada intinya BLP mempunyai 4 aspek bagi peserta didik yang “baik” dalam belajar. Empat kapasitas belajar atau yang biasa disingkat dengan 4R tersebut adalah: Resilience (ketangguhan), Resourcefulness (kecerdasan), Reflectiveness
(kecerdikan), dan Recyprocity (kemandirian dan kerjasama).12
Berikut ini penjelasan empat komponen dalam membangun kapasitas belajar dari BLP:13
Ketangguhan
Mengandung konsep tentang kondisi pelajar yang siap, rela dan mampu terus belajar. Ketangguhan disusun oleh empat komponen : tekun, mengelola gangguan, perhatian, usaha keras, ciri ini secara sederhana menuju ke suatu kemampuan peserta didik untuk memahami bahwa sesuatu tidak datang dengan mudah dan bahwa suatu kesulitan pada umumnya berhadiah sukses pada akhirnya.
Membangun ketangguhan dilakukan dengan cara:
1) Mengembangkan spontanitas yang harus dilakukan
jika mendapat ancaman.
2) Memperkuat bahwa telah berusaha keras itu tidak
sama dengan kemampuan yang kurang.
3) Membuat tugas-tugas yang melibatkan tantangan
dan sedikit perjuangan.
4) Membantu peserta didik agar merasa enjoy dalam
belajar.
5) Mengajak peserta didik memetakan
hambatan-hambatan yang mereka hadapi dalam belajar.
12 Margono, Penduan Pelatihan Membangun Kapasitas Belajar, (Sidoarjo: LPSE Press,
2016), hlm. 4
13
17
Kecerdasan
Mengandung konsep tentang kondisi peserta didik yang siap, rela dan mampu belajar dalam cara yang berbeda.
Kecerdasan tersusun oleh lima komponen :
keingintahuan, membuat hubungan, imajinasi,
penalaran, sumber daya.
Membangun kecerdasandilakukan dengan cara:
1) Mengenali dan memberi hadiah untuk pertanyaan
dan jawaban yang baik.
2) Menganjurkan menggunakan ungkapan-ungkapan
seperti “Bagaimana bisa...”; “Bagaimana jika...”; “Bagaimana mungkin...”.
3) Mengembangkan akivitas-aktivitas yang
membutuhkan penggunaan jaringan sumber belajar dan strategi.
4) Menggunakan bahasa “bisa jadi...”.
5) Membuat skenario untuk peserta didik agar dapat
memvisualisasikan dan mengulanginya. Kecerdikan
Mengandung konsep tentang kondisi pelajar yang siap, rela dan mampu menjadi lebih strategis dalam belajar.
Kecerdikan tersusun oleh empat komponen :
perencanaan, meninjau ulang, menyaring, meta belajar.
Membangun kecerdikandilakukan dengan cara:
1) Mendorong peserta didik mengantisipasi rintangan
dan halangan.
2) Membuat sebuah peta belajar untuk memaparkan
target dan kemajuan peserta didik sebagai pembelajar.
3) Mendorong peserta didik membuat kriteria dan
memeriksa pekerjaan mereka sendiri.
4) Berlatih menemukan kunci dari sebuah pelajaran
atau pengalaman.
5) Mengatur waktu untuk membuat catatan belajar.
Kemandirian
Mengandung konsep tentang kondisi peserta didik yang siap, rela dan mampu belajar sendiri atau dengan orang lain. Pelajar yang baik mempunyai kemampuan untuk mendengarkan, mengambil giliran, dan memahami sudut
18
pandang orang lain. Kemandirian tersusun oleh empat komponen: saling ketergantungan, kerja sama, empati dan mendengarkan, peniruan.
Membangun kemandiriandilakukan dengan cara:
Membuat peserta didik mengembangkan
kode-kode kepemimpinan untuk kerja kelompok / grup
Membagi kelas menjadi tim riset
Melatih peserta didik tentang seni mendengarkan
yang baik
Berdiskusi bagaimana kita belajar dari kemampuan
dan ide orang lain.
Penerapan Building Learning Power (BLP) ke dalam
tindakan tidak cukup sekedar hanya ingin tahu, suatu yang cepat dapat memperbaiki/menentukan, atau suatu keajaiban
yang dapat menyelesaikan berbagai kesulitan dan
permasalahan yang ada.14 Hal tersebut membutuhkan
perjalanan panjang yang dimulai dengan beberapa langkah kecil yang mampu untuk menggeser cara dasar berfikir para guru, cara mereka memberikan pembelajaran kepada peserta didik, serta keseluruhan etos dan hidup dari suatu sekolah.
Para guru harus melakukan banyak upaya dalam rangka menciptakan sesuatu yang membedakan dalam kegiatan pembelajaran seperti menciptakan kultur kelas mereka sendiri. Sebagian dari hal ini merupakan hasil dari berbagai pilihan secara langsung sebagai contoh apakah untuk menempatkan para peserta didik dalam bekerja kelompok perlu digolongkan, atau membiarkan mereka untuk memilih mitra kerja mereka sendiri. Orang lain boleh mencerminkan lebih sedikit kebiasaan berkomunikasi ataupun reaksi emosional. Bagaimana reaksi mereka terhadap jawaban yang salah ataupun gangguan yang tidak sopan. Terlepas dari semua aspek dan gaya guru ini, dari beberapa hal itu ada yang
berbenturan dengan pengembangan pelajaran dengan
menggerakkan lebih dari yang lain. Para guru dapat
14 Nova Rina .NR. – Lamijan Hadi Susarno, Pengaruh Penerapan Building Learning Power (BLP) terhadap Perilaku Akademik Di SMP Negeri 1 Sidoarjo, Jurnal Pendidikan, (2009), hlm. 6
19
mempromosikan kekuatan belajar melalui:15 (1) apa yang
mereka tegaskan dengan cara menghargai dan mendiskusikan pada keseluruhan kelas; (2) bagaimana cara mereka bertemu dengan menggolongkan dan individu tentang prestasi dan pelajaran mereka; (3) aktivitas yang mereka pilih; dan (4) apa yang mereka modelkan sendiri tentang pelajaran. Kita sebut
empat kategori umum ini dengan: menjelaskan ,
mengomentari, mengarang dan pemodelan.
2. Building Learning Power (BLP) dalam Praktik Pembelajaran
Pengajaran untuk kapasitas belajar berangkat dari suatu kepastian bahwa BLP harus ada didalam pikiran para guru, ketika guru harus menjelaskan tentang pendekatan kepada para peseerta didik, merencanakan aktivitas peserta
didik, menafsirkan capaian peserta didik, dan
mempertunjukkan empat kapasitas belajar atau yang biasa disebut dengan 4R di dalam hidup mereka sendiri.16 Suatu pertanyaan penting guru adalah “Bagaimana aku membantu mengembangkan kecerdikan, kemampuan refleksi dan kesantunan dari para peserta didikku dengan menjelaskan, mengomentari, mengorkestra dan pemodelan?" Pada intinya suatu kerangka berfikir bagaimana guru dapat secara baik berkomunikasi, mendiskusikan, mendorong, membujuk, menekankan, menyediakan, memimpin, mengatur dan akhirnya memberi pengajaran para peserta didik mereka bagaimana cara membangun kapasitas belajar mereka. Proses
ini disusun dari empat persyaratan: menjelaskan,
mengomentari, mengorkestra, dan pemodelan.17 Hal ini dapat
dilihat pada gambar berikut:
15 Nova Rina .NR. – Lamijan Hadi Susarno, Pengaruh Penerapan Building Learning Power (BLP) terhadap Perilaku Akademik Di SMP Negeri 1 Sidoarjo, Jurnal Pendidikan, (2009), hlm. 6
16 Margono, Penduan Pelatihan Membangun Kapasitas Belajar, (Sidoarjo: LPSE Press,
2016), hlm. 10
17 Ibid
20
Gambar 2.2
Menciptakan Lingkungan Belajar (Enabling Environments)18
Menurut Professor Guy Claxton menjelaskan bahwa 4 (empat) persyaratan tentang pengajaran untuk kapasitas belajar, sebagai berikut:19
a. Menjelaskan, menyampaikan kepada para peserta didik secara langsung dan dengan tegas tentang kapasitas belajar. Kegiatan menjelaskan ada empat hal yang dapat dilakukan: 1) Memberitahu, para peserta didik harus mengetahui apa
kapasitas belajar. Para peserta didik harus mengetahui apa yang dimaksudkan oleh guru tentang nilai-nilai.
2) Mengingatkan, guru harus selalu mengingatkan kepada peserta didik tentang apa BLP dan apa yang menjadi prioritas.
3) Mendiskusikan, guru yang baik mendorong peserta didiknya untuk mendiskusikan BLP, intisarinya dan mempertanyakannya.
4) Pelatihan, seperti halnya menjelaskan dan mendiskusikan BLP, guru adalah wajah untuk isyarat manfaat, teknik dan tips yang mereka lakukan untuk para peserta didik. b. Mengomentari, menyampaikan pesan tentang kapasitas
belajar melalui pembicaraan informal dan evaluasi informal
18 TLO Limited, Building Learning Power, diakses dari
https://www.buildinglearningpower.com/about/whats-different-about-a-learning-powered-school/, pada tanggal 2 April 2018
19 Margono, Penduan Pelatihan Membangun Kapasitas Belajar, (Sidoarjo: LPSE Press,
21
serta formal. Kegiatan mengomentari ada empat hal yang dapat dilakukan:
1) Menyentuh, setelah para peserta didik menghadapi tantangan dan berminat melakukan kegiatan, guru BLP saling berhubungan dengan mereka bersama-sama, mengomentari tidak hanya pada hasil tetapi pada metode dan proses pelajaran mereka.
2) Menjawab, bagaimana para guru bereaksi terhadap pertanyaan, gagasan dan usul yang yang diajukan peserta didik tentang pengaruh pengembangan kapasitas belajar dengan mantap, guru harus secara penuh menyambut kontribusi dan pertanyaan peserta didik.
3) Evaluasi, suatu isyarat bagi seorang peserta didik bahwa mereka sedang berjuang oleh karena suatu ketiadaan kemampuan dan kamu mungkin juga menertawakan untuk mencoba.
4) Menelusuri jejak, semacam penilaian kumulatif yang mendorong kepercayaan dan komunikasi dengan sesama di mana peserta didik dapat melihat bahwa ia sudah lebih baik.
c. Mengorkestra, pemilihan aktivitas dan mengatur lingkungan. Kegiatan mengorkestra ada empat hal yang dapat dilakukan: 1) Pemilihan, ini mempunyai dua aspek. Pemilihan topik
untuk memberi pengajaran dan merancang aktivitas sesuai dengan topik yang diajarkan.
2) Penyusunan, seperti halnya sebagai peserta didik yang baik, guru BLP meyakinkan bahwa para peserta didik menghargai niat di balik aktivitas yang mereka berikan. 3) Menentukan target, para peserta didik mungkin
memutuskan dengan para guru membantu ke arah fokus berikutnya untuk meningkatkan disposisi dan ketrampilan mereka di dalam masing-masing dari 4R. Guru BLP dapat membantu peserta didik untuk mengingat-ingat target mereka dengan berbagai cara.
4) Pengaturan, bagian ini tentang pembentukan lingkungan kelas. Lakukan gambaran dan pesan yang menguatkan perhatian dengan kapsitas belajar. Mengatur tempat duduk yang mendorong beragam interaksi dalam kegiatan pembelajaran yang sesuai.
22
d. Pemodelan, menunjukkan apa maknanya menjadi seorang peserta didik yang efektif. Kegiatan pemodelan ada empat hal yang dapat dilakukan:
1) Bereaksi, bagaimana guru merespon ketika hal yang tidak diduga terjadi di dalam kelas banyak peserta didik berbincang tentang kapasitas belajar para guru.
2) Pelajaran dengan tegas, ini mengacu pada kemampuan guru dalam memberikan model atau gambaran kepada para peserta didik semacam memproses pikiran dan emosional bahwa pelajar itu berhasil, pada umumnya dengan diam-diam. Peluang belajar dengan tegas dapat disajikan kepada seserta didik dalam konteks bereaksi terhadap peristiwa yang tidak diduga ketika terjadi pada peserta didik.
3) Demonstrasi, salah satu permasalahan dari sekolah yang konvensional bahwa menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik adalah dengan cara yang tidak menarik, tidak dapat menjawab ketidakpastian dan perbedaan paham, serta menekan kegiatan percobaan.
4) Berbagi, guru harus menunjukkan ciri humanis mereka. Sekali guru mulai berpikir tentang pelajaran sebagai hal kehidupan nyata yang berkesinambungan dan tidak hanya sesuatu yang memerlukan guru, buku dan kelas, mereka menemukan tidak ada kekurangan tentang sesuatu yang mungkin mereka perbincangkan.
Dari penjelasan diatas tentang Building Learning Power
(BLP) dalam konsep dan praktik maka dapat dirangkum dalam tabel berikut:20
Tabel 2.1
Building Learning Power (BLP) dalam Konsep dan Praktik
No Komponen Kapasitas Belajar Cara Membangun Kapasitas Belajar Contoh Kapasitas Belajar Siswa Kerangka Empat (4) R 1 Resilience Penyera Menjelaska n Resilience Suka Membangun Keuletan
20 TLO Limited, Building Learning Power, diakses dari
23 pan Mengelo la ganggua n Perhatia n Tekun Menginfor masikan Mengingat kan Mendiskus ikan Melatih tantanga n Tidak takut menemu i sesuatu yang sulit Mengal ami kegembi raan /asyik dalam belajar Membu at deskrips i dan observa si yang akurat Menini malis hambata n Tekun mengha dapi sesuatu meskipu n sulit Mengemba ngkan spontanitas apa yang harus dilakukan jika mendapat ancaman Memper kuat bahwa telah berusaha keras itu tidak sama dengan kemampuan yang kurang Membuat tugas-tugas yang melibatkan tantangan dan sedikit perjuangan Membantu siswa bagaimana merasa enjoy dalam belajar Mengajak siswa memetakan hambatan-hambatan apa yang
24 mereka hadapi dalam belajar 2 Resourcef ulness Bertanya Memban gun Hubunga n Berimag inasi Penalara n Sumber daya Mengatur / Menyusun Memilih Membuat kerangka Menentuk an target Mengatur Resourcef ulness Ingin mencoba kemung kinan-kemung kinan Suka mendapa tkan sesuatu dari dasar. Suka melihat bagaima na sesuatu pas/ cocok Logis dan sistemati s Membua t jaringan sumber belajar paling banyak Senang berimagi nasi Membangun kecerdasan Mengenali dan memberi hadiah untuk pertanyaan dan jawaban yang baik Menganjurk an mengguna kan ungkapan-ungkapan seperti „Bagaimana bisa..‟ „Bagaimana jika…‟ „Bagaimana mungkin…‟ Mengemban gkan aktivitas-aktivitas yang membutuhk an penggunaan njaringan sumber belajar dan strategi
25 Menggunak an bahasa „bisa jadi…‟ Membuat skenario untuk siswa guna memvisulisa sikan dan mengulangi nya 3 Reflective ness Merenca na kan Merevisi Menyari ng Meta Learning Mengoment ari Mendoron g Mengura ngi Mengeval uasi Mengawas i Reflective ness Memilih apa yang perlu dilakuka n Suka mengorg anisasika n pekerjaa n mereka Memerik sa /mengec ek untuk meyakin kan bahwa pekerjaa n ada pada jalurnya Mengant isipasi blockade dan Membangun Reflectiveness Mendorong siswa mengantisip asi rintangan dan halangan Membuat sebuah peta belajar untuk memaparka n target dan kemajuan siswa sebagai pembelajar Mendorong siswa membuat kriteria dan memeriksa pekerjaan mereka sendiri Berlatih
26 rintanga n menemukan kunci … dari sebuah pelajaran atau pengalaman Mengatur waktu untuk membuat catanan belajar 4 Reciprocit y Saling ketergan tungan Kolabor asi Empati dan mendeng ar kan Meniruk an Pemodelan Bereaksi Belajar Keras Medemon strasikan Berbagi Reciprocit y Bekerjas ama dengan baik Memelih ara ide sendiri dalam grup Mengeta hui kapan belajar sendiri dan kapan belajar dengan yang lain. Berbagi ide dan informas i Menemp atkan Membangun Reciprocity Membuat siswa mengemban gkan kode-kode kepemimpin an untuk kerja kelompok / grup Membagi kelas mejadi tim riset Melatih siswa seni mendengark an yang baik Berdiskusi bagaimana kita belajar dari kemampuan dan ide orang lain.
27 diri pada situasi orang lain (peduli) Belajar cara orang lain melakuk an sesuatu
Berdasarkan tabel di atas untuk menumbuhkan kapasitas belajar peserta didik maka kapasitas belajar Resilience dapat
dilakukan dengan cara menjelaskan, Resourcefulnes dapat
dilakukan dengan cara mengatur atau menyusun kegiatan
pembelajaran, Reflectiveness dapat dilakukan dengan cara
mengomentari kegiatan peserta didik, dan Reciprocity dapat
dilakukan dengancara pemodelan.
D. Nilai
Kaelan menjelaskan nilai pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri.21 Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia Edisi Baru nilai merupakan harga dalam arti tafsiran, kadar mutu.22 Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan nilai sebagai sesuatu yang berguna, berharga, berkualitas, dan dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Nilai menjelaskan sesuatu yang abstrak, bukan benda konkrit yang dapat dilihat secara langsung. Dengan demikian untuk mendeteksi sebuah nilai harus melalui pemaknaan terhadap kenyataan lain berupa tindakan, tingkah laku, pola pikir dan sikap seseorang atau sekelompok orang. Nilai difungsikan untuk
mengarahkan, mengendalikan, dan menentukan kelakuan
21 Kaelan, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), hlm. 87
22 Hanjoyo Bono Nimpuno dkk, Kamus Bahasa Indonesia Edisi Baru. (JakartaBarat:
28
seseorang, karena nilai dijadikan standar perilaku. Perilaku seseorang dikatakan baik atau positif jika sesuai dengan nilai yang dipercaya atau diterapkan pada lingkungan tersebut.
E. Karakter
Kata karakter berasal dari bahasa Yunani to mark yang
berarti menandai dan memfokuskan pada bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan.23 Dirjen Pendidikan Agama Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia
mengemukakan bahwa character diartikan sebagai ciri pribadi
yang melekat dan dapat diidentifikasi pada perilaku individu yang bersifat unik.24 Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa karakter merupakan suatu keadaan jiwa yang dimiliki oleh manusia itu sendiri yang kemudian menjadi dasar untuk membedakan setiap masing-masing individu. karakter bersifat unik, artinya karakter yang dimiliki setiap individu berbeda dengan individu lainnya.
Karakter menjadikan seseorang mempunyai ciri khas dalam melakukan suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan dalam kesehariannya. Karakter merupakan sesuatu yang sangat penting bagi tercapainya tujuan hidup. Karakter merupakan dorongan pilihan untuk menentukan yang terbaik dalam hidup. Sebagai bangsa Indonesia setiap dorongan pilihan itu harus dilandasi oleh Pancasila. Sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh dari seseorang.25
F. Menumbuhkan Nilai Karakter
Proses menumbuhkan nilai karakter kepada siswa adalah dengan cara mengajak mengembangkan unsur kognitif (pikiran, pengetahuan, kesadaran), unsur afektif (perasaan), dan unsur
psikomotor (perilaku).26 Pendidikan karakter senada dengan tujuan
pendidikan nasional. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menerangkan bahwa pendidikan
23
Pupuh Fathurrohman, dkk, Pengembangan Pendidikan Karakter, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2013), hlm. 16
24 Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm 4 25Ibid, hlm. 5
26 Mansur Muslich, Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,
29
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Daniel Goleman27 menyebutkan bahwa pendidikan karakter
merupakan pendidikan nilai yang mencakup sembilan nilai dasar yang saling terkait, yaitu: 1) Responsibility (tanggung jawab), 2)
Respect (rasa hormat), 3) Fairness (keadilan), 4) Courage
(keberanian), 5) Honestly (kejujuran), 6) Citizenship (rasa
kebangsaan), 7) Self-discipline (disiplin diri), 8) Caring (peduli), dan 9) Perseverance (ketekunan).
Pendidikan yang berhasil menginternalisasikan kesembilan nilai dasar tersebut dalam diri peserta didik maka akan terbentuk pribadi yang berkarakter dan berwatak. Pendidikan semacam ini sebaiknya dimulai dari lingkungan keluarga, dikembangkan di lembaga pendidikan sekolah dan diterapkan secara nyata dalam masyarakat. Goleman menyatakan bahwa pendidikan karakter sangat penting bagi keberhasilan hidup seseorang. 80% keberhasilan seseorang ditentukan oleh karakternya (kecerdasan emosial, sosial, dan spiritual) dan hanya 20% ditentukan oleh kecerdasan intelektualnya. Lebih lanjut, Sutarjo mengemukakan bahwa bagi bangsa Indonesia nilai-nilai yang akan dapat memberi karakter khas Indonesia tidak lain adalah nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai religiusitas, humanitas, nasionalitas, demokratis, dan berkeadilan sosial.
Peran program pendidikan karakter adalah untuk
membangun dan melengkapi nilai-nilai yang telah mulai tumbuh dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat, dan membantu anak untuk merefleksikan, membangun kepekaan serta menerapkan
pengembangan nilai-nilai yang dimiliki anak tersebut.28
27Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter Konstruktivisme dan VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012), hlm. 79-81
28 Samsuri, Pendidikan Karakter Warga Negara, (Yogyakarta: Diandra Pustaka Indonesia,
30
Menurut Kemendinas dalam Buku Pedoman Sekolah Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dari beberapa sumber, yaitu Agama, Pancasila, Budaya, dan Tujuan Pendidikan Nasional. Berdasarkan keempat sumber nilai tersebut, maka teridentifikasi 18 nilai karakter berikut ini:29
Tabel 2.2
Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
No Nilai Deskripsi
1 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, Toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5 Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya.
6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam
29 Kemendiknas, Pengembangan Pendidikan dan Karakter Bangsa, (Jakarta, 2010). Hlm
31
menyelesaikan tugas-tugas.
8 Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak
yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9 Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10 Semangat
Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11 Cinta Tanah Air Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12 Menghargai
Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendrng dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13 Bersahabat/
Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa
senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14 Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15 Gemar
Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
16 Peduli
Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
17 Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
32
18 Tanggung
Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Dari delapan belas (18) nilai dan karakter yang tersebut di atas dalam penelitian ini hanya meneliti tiga belas (13) nilai dan karakter yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, madiri, rasa ingin tahu, bersahabat/komunikasi, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Nilai Karakter yang diteliti akan terangkum dalam empat komponen BLP dari Guy Claxton dan akan menumbuhkan nilai karakter yaitu: Resilience/ Ketangguhan (tekun, mengelola gangguan, perhatian secara detail,
usaha keras), Resourcefulness/ Kecerdasan (keingintahuan,
membuat hubungan, imajinasi, penalaran, dan sumber daya),
Reflektiveness/ Kecerdikan (perencanaan, meninjau ulang,
menyaring, dan meta belajar), Reciprocity/ Kemandirian (saling ketergantungan, kerja sama, empati dan mendengarkan, peniruan). G. Pembelajaran Matematika Dalam Membangun Karakter
Pembelajaran sebagaimana didefinisikan oleh Oemar Hamalik merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, internal material fasilitas dan prosedur
yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.30
Pembelajaran secara umum adalah suatu proses belajar mengajar. Sama halnya dengan belajar, mengajar pada hakikatnya juga suatu proses yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan/bantuan kepada peserta didik dalam melakukan proses belajar.31
30 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), hlm.
57
31 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, cet. 3 (Bandung: Sinar Baru
33
Perlu dipahami pula bahwa aktivitas belajar ditekankan pada terjadinya perubahan tingkah laku manusia, sehingga belajar cenderung melakukan aktivitas. Belajar berdasar aktivitas secara umum jauh lebih efektif daripada yang didasarkan presentasi atau ceramah karena peserta didik tidak sepenuhnya terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran. Menurut Dave Maler, gerakan fisik dapat meningkatkan proses mental peserta didik sebab otak manusia yang terlibat dalam dalam gerakan tubuh (korteks motor) terletak tepat di sebelah bagian otak yang digunakan untuk berpikir dan memecahkan masalah. Oleh karena itu, menghalangi gerakan tubuh berarti menghalangi pikiran untuk berfungsi secara maksimal, sebab melibatkan kecerdasan terpadu manusia
sepenuhnya.32 Kegiatan belajar dalam proses pembelajaran
merupakan subsistem yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain secara fungsional, sebagaimana firman Allah dalam Alqur‟an surat An-Nahl ayat 78 berikut:
ََربَصْبلأاَو ََعْمَّسلا َُمُكَل ََلَعَجَو بًئْيَش ََنىُمَلْعَت لا َْمُكِتبَهَّمُأ َِنىُطُب َْهِم َْمُكَجَر ْخَأَُ َّاللََّو ََنوُرُكْشَت َْمُكَّلَعَل ََةَدِئْفلأاَو “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan daya nalar agar kamu bersyukur.” (Q.S An-Nahl: 78)
Definisi lain terkait belajar menurut Sholeh Abdul Aziz:33 ث دحي تقببس ةربح يلع ارطب ملعتملا هه ذ ىهرييغتيف ملعت بوا
ادجدج ارييغت بهيف “Belajar adalah suatu perubahan pada diri orang yang belajar karena pengalaman lama, kemudian terjadilah perubahan yang baru.”
Menurut Amin Suyitno, pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta
32
Dave Maier, The Accelerated Learning Hand Book, terj. Rahmani Astuti, (Bandung: Kaifa,
2003), cet. III, hlm. 90-91
33 Sholeh Abdul Aziz, Abdul Majid, Attarbiyah Waturuqu Al-Tadris, Juz 1, (Mekka :
Darul