• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam upacara religi hampir setiap suku bangsa di dunia. Demikian halnya juga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dalam upacara religi hampir setiap suku bangsa di dunia. Demikian halnya juga"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Peralatan musik tradisional pada umumnya mencakup seluruh instrumen yang diperlukan dalam mengiringi tari, teater, dan musik. Alat musik atau bunyi-bunyian merupakan salah satu unsur penting untuk menambah suasana keramat dalam upacara religi hampir setiap suku bangsa di dunia. Demikian halnya juga dengan suku Simalungun, peralatan musik tradisional berperan penting dalam upacara religi dan adat yakni untuk mengiringi tortor (tari tradisional), menghidupkan suasana upacara (membangkitkan semangat) maupun untuk mengiringi doding (lagu tradisional).

Musik tentu tidak lepas dari alat pendukungnya, yaitu alat musik. Dalam tulisan ini, penulis lebih terfokus kepada alat musik Sordam, Dimana alat musik Sordam saat ini sudah sangat jarang untuk digunakan. Dikatakan alat musik yang sudah sangat jarang untuk digunakan, karena alat musik Sordam tersebut sudah sulit untuk ditemukan dan pemasarannya pun tidak seperti pemasaran alat musik modern. Dikarenakan pembuatan alat musik Sordam menggunakan bambu khusus yang tidak mudah untuk ditemukan pada saat ini.

Pada Zaman Dahulu, Sordam dimainkan secara individu (solo instrumen) yang berfungsi untuk memuaskan perasaan pribadi, menghibur diri sendiri, mengungkapkan rasa rindu kepada orang yang dikasihi, dan untuk mengungkapkan perasaan kepada seorang gadis yang dicintai, dimana si pria tidak

(2)

berani mengungkapkan secara langsung perasaan cintanya kepada si wanita, dan dalam acara memanggil roh (Tonduy).1

Menurut Bapak J. Badu Purba Siboro bahwa bambu yang digunakan untuk membuat Sordam adalah bambu parapat dan bambu ultot. Dikarenakan bambu tersebut ruasnya lebih panjang dan berdiameter kecil.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan narasumber Bapak J. Badu Purba Siboro, beliau mengatakan bahwa bunyi yang dihasilkan oleh Sordam tersebut menggambarkan kesedihan dan ratapan pribadi. Dan pada zaman dahulu, Sordam tidak boleh dimainkan di sembarangan tempat dan biasanya dimainkan jauh dari tempat keramaian. Sordam hanya dapat dimainkan di pegunungan, di ladang, Karena masyarakat Simalungun masih mempercayai alat musik Sordam itu sebagai pembawa penderitaan. Hal ini dikarenakan Alat musik Sordam masih mempunyai suatu kekuatan magic dan ritual- ritual khusus seperti mencari roh yang hilang dan pengobatan dan pada umumnya Sordam hanya boleh ditiup oleh orang dewasa dan orangtua.

Pada saat ini sudah mulai sedikit ditemukan masyarakat Simalungun yang bisa memainkan serta membuat alat musik Sordam Simalungun. Menurut penulis, hal itu terjadi dikarenakan pengaruh globalisasi dan kurangnya minat atau kemauan masyarakat Simalungun untuk memainkan alat musik Sordam Simalungun dan juga sudah jarang ditemukan seniman yang bisa membuat alat musik Sordam Simalungun ini, jadi keberadaan Sordam Simalungun ini dikalangan masyarakat Simalungun pun sedikit.

1

Tonduy adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan. Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan

(3)

Alat musik Sordam digolongkan dalam klasifikasi aerophone,2 yang memiliki lima lubang nada, satu lubang hembusan, satu lubang yang disebut tuhak lingga3

Cara memainkan Sordam yaitu ditiup dari ujung ruas bambu yang terbuka (end blown flute). Cara meniupnya yaitu posisi mulut dengan posisi ujung sisi Sordam berada pada samping bibir dan udara yang masuk harus sedikit dan sisanya keluar melalui sisi lingkaran tiupan Sordam.

, lubang keluaran udara. Alat musik Sordam ini hanya bisa memainkan lagu yang dikenal dengan Doding Ranto Alim yang mana biasanya lagu-lagu yang dimainkan sebagai gambaran kesedihan (ratapan) dan ungkapan perasaan pribadi.

4

2

Aerophone adalah alat musik yang menggunakan udara sebagai penggetar utama bunyi.

3

Tuhak lingga adalah sebuah lubang yang mengeluarkan bunyi parau sehingga suara yang dihasilkan terdengar lebih sedih seperti sedang terisak-isak dan disayat. (wawancara penulis dengan Informan Bapak J. Badu Purba Siboro).

4

Hasil wawancara penulis dengan dua informan yaitu Bapak J. Badu Purba Siboro di Desa Lestari Indah pada tanggal 6 Maret 2015 dan Bapak Rosul Damanik di Desa Sarimatondang pada tanggal 13 Maret 2015.

Berdasarkan hasil wawancara penulis kepada Bapak J. Badu Purba Siboro, beliau mengatakan ada teknik yang terdapat pada saat memainkan Sordam Simalungun yaitu teknik mangulus. Teknik mangulus ini disebut dalam istilah Etnomusikologi ialah circular breathing yang artinya sirkulasi udara tidak berhenti atau udara yang dikeluarkan terus-menerus tanpa putus-putus. Inilah salah satu teknik yang penting untuk dipelajari dan dikuasai, teknik ini juga yang dipelajari oleh Bapak J. Badu Purba Siboro ketika baru memulai belajar Sordam Simalungun.

Pada tulisan ini penulis akan menggunakan tentang teknik permainan Sordam dengan menggunakan Tablature. Tablature menggambarkan tentang nada pada alat musik, sehingga diketahui nada apa yang dihasilkan alat musik tersebut.

(4)

Alasan ini jugalah yang mendorong penulis untuk membahas tentang kajian organologis alat musik Sordam etnis Simalungun. Selain itu secara etnis penulis juga adalah suku Batak, dan sudah menjadi tanggungjawab saya sebagai salah satu masyarakat didalamnya untuk tetap menjaga nilai- nilai budayanya.

Tulisan ini dimaksudkan untuk melihat apa yang menjadi kajian organalogis alat musik sordam yaitu bagaimana cara pembuatan serta fungsinya dalam masyarakat Simalungun untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarakat.

Dari beberapa latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti dan menuliskannya dalam sebuah tulisan ilmiah dengan judul:

“ KAJIAN ORGANOLOGIS SORDAM BUATAN BAPAK J. BADU PURBA SIBORO DI DESA LESTARI INDAH KECAMATAN SIANTAR, KABUPATEN SIMALUNGUN.”

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan sebelumnya, pokok permasalahan yang menjadi topik bahasan dalam tulisan ini yaitu :

1. Bagaimana proses dan teknik pembuatan Sordam Simalungun yang dilakukan Bapak J. Badu Purba Siboro?

2. Bagaimana teknik memainkan Sordam Simalungun?

3. Bagaimana Penggunaan dan Fungsi Sordam Simalungun pada masyarakat Simalungun?

(5)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penulis meneliti terhadap Sordam Simalungun yaitu:

1. Untuk mengetahui proses dan teknik pembuatan Sordam Simalungun oleh Bapak J. Badu Purba Siboro.

2. Untuk mengetahui teknik permainan Sordam Simalungun.

3. Untuk mengetahui Penggunaan dan Fungsi Sordam Simalungun pada masyarakat Simalungun.

1.3.2 Manfaat penelitian

Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menambah informasi dan pengetahuan tentang kebudayaan Simalungun. Selain hal tersebut, manfaat lain yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah:

1. Sebagai dokumentasi untuk menambah referensi mengenai musik

Simalungun di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat maupun para musisi/ seniman Batak yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran kesenian musik sesuai dengan kebutuhannya.

3. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni dalam bidang Etnomusikologi.

(6)

1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep

Konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. Kalau masalahnya dan kerangka teoritisnya sudah jelas biasanya sudah diketahui pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian dan suatu konsep sebenarnya adalah defenisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala. Seperti yang didefenisikan oleh Robert K. Merton yang mengatakan Konsep merupakan defenisi dari apa yang perlu diamati, Konsep menentukan antara variabel-variabel mana kita ingin menentukan adanya hubungan empiris. (Merton, 1963:89).

Dalam perhatian Etnomusikologi, bahwa kajian Etnomusikologi tidak hanya berhubungan dengan musikal, aspek sosial, konteks budaya, psikologis dan estetika, melainkan juga paling sedikit ada enam aspek yang menjadi perhatiannya. Salah satu diantaranya adalah materi kebudayaan musikal (musical materials culture), (Merriam, 1964:45).

Sementara Organologi merupakan bagian dari Etnomusikologi yang meliputi semua aspek, diantaranya adalah ukuran dan bentuk fisiknya termasuk pola hias/ ornamentasi, bahan dan prinsip pembuatannya, metode dan teknik memainkan, bunyi dan wilayah nada yang dihasilkan, serta aspek sosial budaya yang berkaitan dengan alat musik tersebut.

Seperti yang dikemukakan oleh Mantle Hood (1982:124) bahwa organologi yang digunakan adalah berhubungan dengan alat musik itu sendiri. Menurut beliau organologi adalah ilmu pengetahuan alat musik, yang tidak hanya meliputi sejarah dan deskipsi alat musik, akan tetapi sama pentingnya dengan ilmu

(7)

pengetahuan dari alat musik itu sendiri antara lain : teknik pertunjukan, fungsi musikal, dekoratif, dan variasi sosial budaya. Dari uraian tersebut, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pengertian Kajian Organologis adalah suatu penyelidikan yang mendalam untuk mempelajari tentang instrumen musik baik mencakup aspek sejarahnya maupun deskripsi alat musik itu sendiri tanpa mengenyampingkan aspek- aspek budaya dari alat musik itu sendiri.

Sordam Simalungun merupakan alat musik tiup yang termasuk dalam klasifikasi aerophone yang sejenis dengan Flute, alat musik yang berfungsi sebagai pembawa melodi dalam penggunaanya. Masyarakat Simalungun mengelompokkan alat musik Sordam ke dalam kelompok alat musik yang dimainkan secara tunggal (solo instrument).

1.4.2 Teori

Teori adalah sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematik dalam gejala sosial maupun natura yang ingin diteliti. Teori merupakan abstraksi dari pengertian atau hubungan dari proporsi atau dalil, Menurut Kerlinger (1973) teori adalah sebuah set konsep atau construct yang berhubungan satu dengan yang lainnya, dimana suatu set dari proporsi yang mengandung suatu pandangan sistematis dari fenomena.

Sebagai landasan berfikir dalam melihat suatu permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis mempergunakan teori-teori yang relevan, yang sesuai untuk permasalahan tersebut.

Sordam Simalungun adalah instrumen musik aerophone dimana udara adalah penggetar utama untuk menghasilkan bunyi pada Sordam. Oleh karena itu

(8)

dalam pengklasifikasian alat musik tersebut, penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Curt Sach dan Hornbostel 1961.

Dalam tulisan ini untuk membahas pendeskripsian alat musik, penulis mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Kashima Susumu, (1978:174) terjemahan Rizaldi Siagian dalam laporan APTA (Asia Performing Traditional Art), bahwa studi musik dapat dibagi kedalam dua kelompok sudut pandang yang mendasar, yaitu studi struktural dan studi fungsional. Studi strukrural berkaitan dengan observasi (pengamatan), pengukuran, perekaman, atau bentuk pencatatan, ukuran besar kecil, konstruksi serta bahan-bahan yang dipakai untuk pembuatan alat musik tersebut. Kemudian studi fungsional memperhatikan fungsi dari alat-alat atau komponen yang memproduksi (menghasilkan) suara, antara lain membuat pengukuran dan pencatatan terhadap metode memainkan alat musik tersebut, metode pelarasan dan keras lembutnya suara (loudness) bunyi, nada, warna nada dan kualitas suara yang dihasilkan oleh alat musik tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis menggolongkan proses dan teknik pembuatan Sordam Simalungun yang dilakukan oleh Bapak J. Badu Purba Siboro kedalam Studi Struktural dan Studi Fungsional.

Teori lain yang digunakan penulis untuk mendukung Penggunaan dan Fungsi Sordam Simalungun adalah teori yang dikemukakan oleh Alan P. Meriam

(1964 : 223- 226) dalam bukunya The Antropology Of Music. Penggunaan (Use) musik meliputi bagaimana musik itu digunakan. Sedangkan, Fungsi (Function) musik berkaitan dengan penggunaan musik tersebut.

Fungsi musik tersebut ada sepuluh yaitu:

(9)

2. The Function of entertainment (Fungsi sebagai sarana hiburan) 3. The Function of communication (Fungsi sebagai sarana komunikasi) 4. The Function of symbolic representation ( Fungsi perlambangan) 5. The Function of physical response (Fungsi sebagai reaksi jasmani) 6. The Function of enforcing conformity to social norms (Fungsi yang

berkaitan dengan norma-norma sosial)

7. Function of validation of social institutions and religious rituals (Fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara agama)

8. The Function of contribution to the continuity and stability of culture (Fungsi sebagai kesinambungan budaya)

9. The Function of emotional (Fungsi sebagai pengungkapan emosional) 10.The Function of contribution the integration of society (Fungsi sebagai

pengintegrasian masyarakat)

Berkaitan dengan Sordam, penulis mengemukakan beberapa fungsi dari teori di atas yang berhubungan dengan penggunaan dan fungsi, diantaranya yaitu: Fungsi sebagai pengungkapan emosional, Fungsi sebagai sarana hiburan, Fungsi sebagai sarana komunikasi, Fungsi sebagai rekasi jasmani, Fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara keagamaan (ritual).

Membicarakan musik tentunya tidak lengkap apabila tidak membicarakanya dalam konteks kebudayaan. Musik bukanlah sebuah unsur kebudayaan yang berdiri sendiri, tetapi selalu berkaitan erat dengan aspek fungsi sosial dan historisnya. Musik adalah bagian dari kebudayaan yang dapat mencerminkan aspek sosial kemasyarakatan. Dikatakan seperti itu, karena musik mampu mengekspresikan berbagai hal yang terjadi dalam sistem sosial dan mempunyai

(10)

fungsi yang sangat luas. Misalnya musik diadakan untuk menghibur penguasa di istana, untuk upacara pernikahan, untuk upacara yang bersifat ritual, hiburan dan lain-lain tergantung kepada konteks penyajian dan jenis musik yang dibutuhkan.

Menurut Herkovits (1964: 217-218), penggunaan musik dapat dibagi menjadi lima kategori unsur-unsur budaya yaitu : Kebudayaan Material, Kelembagaan Sosial, Hubungan Manusia dengan Alam, Estetika, dan bahasa. Berdasarkan kelima kategori tersebut, penggunaan Sordam Simalungun dalam konteks unsur-unsur budaya dapat diuraikan kedalam tiga kategori di atas yaitu: Kebudayaan Material, Hubungan Manusia dengan Alam, dan Estetika.

1.5 Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis adalah metode penelitian kualitatif dan metode kuantitatif menurut A Muri Yusuf. Penelitian Kuantitatif ialah penelitian yang memandang tingkah laku manusia dan realitas sosial : objektif dan dapat diukur. Oleh karena itu, penggunaan penelitian kuantitatif dengan instrumen yang valid dan variable serta analisis yang sesuai dan tepat meyebabkan hasil penelitian yang dicapai tidak menyimpang dari kondisi yang sesungguhnya. Hal itu ditopang oleh pemilihan masalah, identifikasi dan perumusan masalah yang akurat.

Penelitian Kualitatif ialah para peneliti mencari makna, pemahaman, pengertian, tentang suatu fenomena, kejadian maupun kehidupan manusia dengan terlibat langsung atau tidak langsung dalam penelitian yang diteliti. Dalam hal ini, peneliti bukan mengumpulkan data sekali jadi atau sekaligus dan kemudian mengelolahnya, melainkan tahap demi tahap dan makna disimpulkan selama proses berlangsung dari awal sampai akhir penelitian.

(11)

Untuk mendukung metode penelitian tersebut, penulis menggunakan metode ilmu Etnomusikologi yang terdiri dari dua disiplin, yaitu: disiplin lapangan (field dicipline) dan disiplin laboratorium (laboratory dicipline). Hasil dari kedua metode ini kemudian digabungkan menjadi satu hasil akhir (a final study), (Merriam, 1964: 37). Untuk memperoleh data dan keterangan yang dibutuhkan dalam tulisan ini, penulis menggunakan Metode Pengumpulan Data, yaitu : studi kepustakaan, studi lapangan, observasi, wawancara, perekaman dan kerja laboratorium.

Dan data yang diperoleh berdasarkan dari sumber data yang tepat melalui kata-kata dan selebihnya adalah kata tambahan seperti dokumen ataupun bahan lainnya berupa sumber data tertulis, foto, dan rekaman.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Sebelum melakukan penelitian ke lokasi penelitian, penulis terlebih dahulu mengadakan studi pustaka. Penulis membaca buku-buku dengan penelitian dan juga tulisan ilmiah dan catatan yang berhubungan dengan objek penelitian. Karena teknologi semakin maju, dan banyak tulisan ilmiah dimasukkan ke dalam website, penulis juga mencari informasi dari internet. Studi pustaka ini diperlukan untuk melihat teori-teori dan konsep-konsep yang sesuai untuk mendukung penelitian ini.

Adapun buku yang menjadi sumber referensi penulis adalah sebagai berikut: 1. Department of Education and Culture Directorate General of

Culture North Sumatera Government Museum, “The Simalungunese Traditional Musical Instruments”. Tulisan ini

(12)

membahas tentang alat-alat musik yang ada pada masyarakat Simalungun dengan spesifikasi yang membahas tentang organologi alat musiknya dan juga peranannya bagi masyarakat Simalungun.

2. Bruno Nettl, “Theory and Method in Ethnomusicology”. Tulisan

ini membahas tentang apa itu etnomusikologi baik itu kajian etnomusikologi, metode dalam etnomusikologi, teori dalam etnomusikologi, pemahaman tentang etnomusikologi, maupu n pembahasan tentang etnomusikologi. Di dalam buku ini juga memberikan contoh-contoh pengalaman para etnomusikolog selama pengalamannya di lapangan penelitian.

3. “Sejarah Etnis Simalungun”, Tulisan ini membantu penulis dalam menjelaskan tentang sumber sejarah Simalungun serta hal-hal yang berhubungan tentang objek penelitian penulis.

1.5.2 Studi Lapangan

Studi Lapangan (field work) menyangkut setiap upaya yang dilakukan dilapangan, meliputi: perekaman musik, pemotretan, observasi, wawancara, pendokumentasian audio visual, dll. Dalam hal ini, Studi Lapangan menuntut keahlian khusus untuk menguasai teknik-teknik dan keahlian menyeleksi narasumber dan mendekati para informan, sebab di zaman sekarang sudah jarang di jumpai para informan yang mampu memberikan informasi yang sebenarnya.

Penulis melakukan penelitian mulai bulan Februari 2015, di Desa Lestari Indah Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun.

(13)

1.5.2.1 Observasi

Observasi atau pengamatan adalah salah satu metode dalam pengumpulan data saat membuat sebuah karya tulis ilmiah. bahwa observasi adalah pengamatan dan juga pencatatan sistematik atas unsur-unsur yang muncul dalam suatu gejala atau gejala-gejala yang muncul dalam suatu objek penelitian. Hasil dari observasi tersebut akan dilaporkan dalam suatu laporan yang tersusun secara sistematis mengikuti aturan yang berlaku.

Penulis melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian yang berada di Desa Lestari Indah Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun untuk memperoleh informasi yang akurat untuk keperluan dalam penulisan. Penulis melakukan wawancara kepada beberapa informan yang mengetahui jelas tentang Sordam dan mengajukan beberapa pertanyaan yang diyakini mendukung proses penulisan.

1.5.2.2 Wawancara

Wawancara adalah salah satu teknik yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang kejadian yang tidak dapat diamati secara langsung. Penulis berpedoman pada metode wawancara yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1985:139) ada tiga wawancara, yaitu wawancara berfokus (focused interview), wawancara bebas (free interview), dan wawancara sambil lalu (casual interview). Teknik wawancara yang dilakukan penulis adalah wawancara berfokus (focused interview) dan wawancara bebas (free interview). Sebelum melakukan wawancara, penulis terlebih dahulu menetapkan kepada siapa wawancara itu dilakukan, lalu menyiapkan pokok-pokok masalah yang menjadi bahan

(14)

pembicaraan, kemudian melangsungkan wawancara, hasilnya ditulis dalam catatan lapangan.

Pada wawancara berfokus, pertanyaan berpusat pada aspek pokok permasalahan. Dan untuk menghindari informan jenuh dalam wawancara tersebut maka penulis juga melakukan wawancara bebas yaitu tidak berpusat pada suatu pokok permasalahan saja tetapi pertanyaan beralih sesuatu hal lain. Walaupun demikian, pertanyaan yang di ajukan lebih bersifat bebas, tidak hanya berpusat pada pokok permasalahan tetapi pertanyaan dapat beralih pada permasalahan lain dengan tujuan untuk memperoleh data yang beraneka ragam, namun tidak menyimpang dari objek permasalahan.

1.5.2.3 Perekaman

Untuk merekam permaianan alat musik Sordam Simalugun, penulis menggunakan rekaman suara (voice recorder) dan disamping itu penulis juga mengumpulkan keterangan-keterangan menggunakan catatan untuk mencatat hal-hal yang bersangkutan dengan masalah-masalah yang relevan dengan objek permasalahan. Dan data-data yang dibutuhkan dicatat penulis sewaktu penulis berada di lapangan.

1.5.3 Kerja Laboratorium

Semua data yang diperoleh dilapangan diolah dalam kerja laboratorium, dengan pendekatan Etnomusikologi. Data tersebut diklasifikasikan dan disusun melalui proses teknik-teknik penulisan ilmiah. Data-data berupa gambar diteliti sesuai dengan ukuran dan disusun sesuai ukuran yang telah ditentukan. (Merriam

(15)

1964:89). Dan jika data yang dirasa masih kurang lengkap maka penulis melengkapinya dengan menjumpai informan kunci atau mencari bahan dari buku yang mendukung penulisan ini. Semua data yang sudah diklasifikasikan kemudian diolah berdasarkan teori-teori yang digunakan, setelah itu penulis memodifikasi serta mengembangkannya ke dalam lima bab. Kemudian semua data diperiksa ulang untuk memperhatikan jika masih ada data yang perlu ditambah atau dikurangi.

1.6 Lokasi Penelitian

Sebagai lokasi penelitian, penulis memilih di Desa Lestari Indah Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun. Karena berdasarkan dari segi wilayah, Lokasi penelitian merupakan wilayah yang mayoritas penduduknya adalah suku Simalungun.

Alasan lain juga adalah dari segi tempat, Desa Lestari Indah Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun tidak terlalu jauh dan tidak terlalu sulit untuk dijangkau. Untuk sampai ke lokasi penelitian, dibutuhkan waktu 25-30 menit perjalanan melalui kendaraan umum.

Adapun lokasi penelitian dalam mengumpulkan data untuk tulisan ini adalah di rumah Bapak J. Badu Purba Siboro yang berlokasi di desa Lestari Indah, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun. Namun untuk mendukung informasi mengenai Sordam Simalungun tersebut, penulis juga mengumpulkan data-data maupun informasi dari orang-orang yang mengetahui tentang alat musik tersebut dan tokoh-tokoh masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Variasi metode KNN ini melakukan penentuan kelas dari data objek baru tidak dengan cara melakukan voting mayoritas kelas pada K tetangga terdekat, melainkan

Peserta didik diminta untuk membuat problem statement dengan memberikan pertanyaan tentang ASEAN dan guru mengarahkan pada pertanyaan yang sesuai dengan

RA NG K UMA N Rekod merupakan informasi terekam dalam bentuk apa pun (kertas, berkas komputer, film dan lainnya) yang tercipta, disimpan dan dipelihara oleh organisasi dalam

Berdasarkan dari hasil pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan pada data dan audio hasil rekaman tentang Analisis Deiksis di Sekolah disimpulkan yang mengandung

Setiap data pada ETS Tiket yang sudah diberikan oleh karyawan dan telah diverifikasi oleh petugas (teknisi) akan masuk dalam proses penanganan masalah melalui

Hasil pengujian halaman papan permainan No Komponen Antarmuka Indikator Keberhasilan Hasil 1 Tombol buat mulai Jendela halaman papan permainan akan terbuka Sesuai 2

Penya jian Ceramah materi pembelajaran tentang ralat Random dan ralat Sistematis serta ralat kombinasi Ceramah materi tentang perambatan ralat Mahasiswa memperhatikan yang

Langkah pertama yang dilakukan dalam pembuatan indeks adalah menyeleksi artikel pada surat kabar yang ada di Perpustakaan Universitas Dharma Andalas. Surat