• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING

HERY SURYANTO DAN SUROSO

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung

ABSTRAK

Dalam mengusahakan tanaman lada (Piper nigrum L) banyak menghadapi kendala antara lain rendahnya produktivitas dan pendapatan usahatani lada. Salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani lada dapat dilakukan dengan usaha lain yang sinergis dengan budidaya lada antara lain dengan integrasi ternak kambing. Sehubungan hal tersebut di lakukan kajian teknik budidaya lada integrasi ternak kambing. Ternak kambing selain penghasil pupuk kandang juga memberikan tambahan pendapatan petani. Pengkajian dilakukan di daerah sentra tanaman lada di Kec. Abung Tinggi, Kab. Lampung Utara. Pengkajian dilakukan menggunakan dua perlakuan yaitu (1) teknik budidaya lada integrasi ternak kambing dan (2) budidaya lada cara petani tanpa ternak kambing. Teknik budidaya lada yang diterapkan adalah konservasi lahan, pemupukan berimbang menggunakan kotoran ternak, pemangkasan penegak, bebokor dan pengendalian OPT, sedangkan teknologi budidaya kambing menggunakan jenis PE, kandang panggung, hijauan pakan dari kebun lada dan suplemen pakan blok. Budidaya lada integrasi ternak kambing dapat meningkatkan nilai tambah pendapatan petani lada. Budidaya lada integrasi ternak kambing diperlukan biaya penerapan teknologi budidaya lada Rp. 3.760.000,- /ha/tahun, pembelian 5 ekor ternak kambing Rp.1.800.000 dan biaya pemeliharaan 5 ekor kambing Rp. 227.448,- /tahun. Nilai hasil usahatani lada integrasi ternak kambing dari tanaman lada Rp. 6.660.000 /ha/tahun, produksi pupuk kandang Rp. 572.400/tahun dan ternak kambing Rp. 3.550.000/tahun. Total nilai hasil usahatani lada integrasi ternak kambing Rp.10.782.400/tahun sedangkan cara petani Rp. 2.925.000 /ha/tahun. Nilai tambahan pendapatan usahatani lada integrasi ternak kambing dari lada Rp. 2.900.000,-/ha/tahun dan dari 5 ekor ternak kambing Rp. 2.094.952,-/tahun. Total nilai tambahan pendapatan petani dari usahatani lada integrasi ternak kambing Rp. 4.994.952,-/tahun sedangkan cara petani Rp. 1.335.000 /ha/tahun. Dengan usahatani lada integrasi ternak kambing nilai tambahan pendapatan petani lebih banyak dan petani memperoleh pupuk organik cukup untuk tanaman lada di banding cara tradisional tanpa integrasi ternak kambing.

Kata kunci : usahatani, pendapatan., P. nigrum, kambing, produktivitas.

PENDAHULUAN

Lada merupakan komoditas eksport tanaman perkebunan rakyat yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Tanaman lada sebagian besar diusahakan oleh petani dalam bentuk perkebunan kecil dengan padat tenaga. Pengusahaan tanaman lada sebagian besar masih dilakukan secara tradisional dengan produktivitas hasil yang masih tergolong rendah. Salah satu daerah utama penghasil lada hitam di Indonesia adalah Lampung. Selama ini kontribusi Lampung secara nasional terhadap rata-rata luas areal 34,7 %, produksi 36,4 % dan ekspor 41,4 % dari total nasional selama tahun 1990-2002 (Suprapto dkk, 2004).

Pengusahaan tanaman lada di Lampung melibatkan 45.918 kk petani dengan rata-rata produktivitas dari tahun 1990-2002 masih tergolong rendah hanya 603 kg per hektar disbanding dengan rata –rata nasional yang mencapai 800 kg per hektar. Luas areal tanaman lada di Lampung dari tahun 1990-2002 cenderung meningkat dari 43.858 ha pada tahun 1990 menjadi 63.808 ha pada tahun 2002, sementara produksi fluktuatif cenderung menurun dari 26.201 ton pada tahun 1990 menjadi 27.926 ton pada tahun 2002 dengan rata-rata produksi 22.518 ton dan

(2)

volume ekspor 18.484 ton per tahun dengan nilai devisa mencapai rata-rata US $ 41,887 juta per tahun (Disbun Propinsi Lampung, 2002).

Di Lampung, tanaman lada pada awalnya diusahakan di Lampung Selatan, saat ini telah berkembang di beberapa Kabupaten di Lampung, sementara luas areal lada di Lampung Selatan mulai berkurang (Wahid, 1996). Budidaya lada di lakukan secara tradisional sesuai pengalaman petani, tanaman lada menggunakan penegak hidup Glyrisidia, Dadap atau Kapok, bahan tanaman lada dari stek sulur gantung, tanaman lada jarang dipupuk, pengendalian gulma dengan penyiangan bersih, pengendalian hama dan penyakit jarang dilakukan dan produktivitasnya tergolong rendah, sementara dengan pemeliharaan yang baik produktivitasnya masih dapat ditingkatkan sampai 1.500 – 2.600 kg/ha per tahun (Murni dan Zaubin, 1997).

Kendala dalam mengusahakan lada adalah rendahnya produktivitas dan pendapatan usahatani lada. Hal tersebut karena petani lada pada umumnya hanya mengandalkan satu komoditas lada sebagai sebagai usahataninya, integrasi dengan ternak belum banyak dilakukan, sementara produksi dan harga lada relatif rendah sehinggga pendapatan usahatani lada kurang memberikan nilai tambah terhadap petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan ternak kambing dapat dilakukan di kawasan kebun lada (Silalahi dkk, 2003). Sehubungan dengan hal tersebut maka disampaikan teknik budidaya lada dengan ternak kambing agar usahatani lada dapat memberikan nilai tamah pendapatan petani optimal.

MATERI DAN METODE

Pengkajian dilakukan di lahan petani di daerah sentra produksi lada Kecamatan Abung Tinggi, Kabupaten Lampung Utara. Propinsi Lampung. Kegiatan pengkajian melibatkan peneliti, penyuluh, PPL dan KCD (kepala cabang dinas) dan petani lada yang diharapkan dapat mempercepat adopsi teknologi yang dikaji. Pengkajian usahatani lada di lakukan di kebun lada produksi milik petani yang perlu di lakukan rehabilitasi.

Pengkajian dilakukan secara berpasangan, tiap petani kooperator menerapkan dua perlakuan yaitu (1) budidaya lada dengan ternak kambing dan (2) Cara petani . (1) Petani kooperator penerapan budidaya lada dengan berternak kambing sebanyak 4 orang, masing-masing petani menerapkan teknologi budidaya lada seluas 0,25 ha dengan jumlah ternak kambing PE tiap petani 4 ekor betina umur 7-8 bulan (dara) dan satu ekor jantan umur 8-9 bulan (bakalan). Budidaya lada yang diterapkan adalah rehabilitasi dengan penyulaman tanaman, pemangkasan dua kali per tahun, pemupukan berimbang dengan dosis pupuk organik sebanyak 5-10 kg/tanaman dan pupuk NPK sebanyak 200-500 gr / tanaman, konservasi kebun, bebokor, pengendalian hama dan penyakit, sedangkan budidaya ternak kambing yang diterapkan adalah kandang panggung, jenis PE, pakan hijau dari kebun lada berupa tanaman

Arachis pintoi, daun Glirisidia, rumput alami dan lantoro, suplemen pakan blok dari komposisi molasses 30 %, urea 3 %, garam (Na Cl) 15 %, premix mineral 3 %, dedak padi 23 %, semen (PC) 23 %, pengeras PC 0.5 % dan air 2,5 %. Sebagai pembanding adalah (2) cara petani dengan teknologi budidaya lada tradisional sesuai kemampuan dan pengetahuan petani, tanaman lada tidak dipupuk, penyulaman terbatas, penyiangan bersih, tidak ada integrasi ternak kambing, pengendalian hama dan penyakit tidak dilakukan. Parameter yang diamati meliputi aspek produksi dan aspek ekonomi.

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Propinsi Lampung merupakan salah satu daerah utama penghasil lada hitam nasional, memiliki kondisi agroklimat sesuai syarat tumbuh lada dan kondisi sosial budaya masyarakatnya secara turun temurun telah mengenal budidaya tanaman lada (Wahid, 1996). Petani menerapkan budidaya lada secara tradisional sesuai pengalaman dan pengetahuan petani, penegak lada menggunakan tajar hidup, pemangkasan penegak lada terbatas, pengendalian hama dan penyakit tidak dilakukan, pengendalian gulma dengan penyiangan bersih, penyulaman tanaman lada menggunakan sulur gantung dan tanaman lada jarang dipupuk. Pupuk kompos dilapang sangat terbatas, petani lada jarang memelihara ternak sebagai sumber pupuk organik dan tambahan pendapatan petani lada.

Keragaan usahatani lada cara petani dengan teknologi tradisional menunjukkan produktivitas 325,9 kg per hektar dengan nilai tambah pendapatan petani Rp. 2.225.800,- per hektar/ tahun, pada saat harga lada Rp.12.000 /kg. Pengelolaan usahatani lada cara petani ini memerlukan biaya Rp.1.685.000,- per hektar/tahun dengan nilai hasil Rp. 3.910.800/ha/tahun (Tabel 1). Produktivitas usahatani lada petani tersebut masih tergolong rendah, kerena dengan pemeliharaan tanaman lada yang baik produktivitas lada masih dapat ditingkatkan mencapai 1.500–2.600 kg/ha/tahun ( Murni dan Zaubin 1997 ).

Tabel 1. Nilai hasil budidaya lada sebelum dan setelah penerapan teknologi dan cara petani Nilai biaya dan hasil produksi lada (Rp)

{P RI VA TE }N o Parameter Pengamatan Sebelum penerapan teknologi

Satu tahun setelah pen erapan teknologi

1 2 3 4 5 Penerapan teknologi

Produktivitas lada (kg/ha) Biaya Produksi (Rp.) Nilai Hasil Produksi (Rp.) Nilai tambah petani (Rp.) Harga lada (Rp.) 325,9 1.685.000 3.910.800 2.225.800 12.000 444 3.760. 000 6.660.000 2.900.000 15.000 1 2 3 4 5 Cara petani

Produktivitas lada (kg/ha) Biaya Produksi (Rp.) Nilai Hasil Produksi (Rp.) Nilai tambah petani (Rp.) Harga lada (Rp. 325,9 1.685.000 3.910.800 2.225.800 12.000 195 1690.000 2.925.000 1.235.000 15.000 Satu tahun setelah penerapan teknologi budidaya produktivitas lada meningkat dari 325,9 kg menjadi 444 kg per hektar/tahun dibanding cara petani yang produktivitasnya cenderung menurun dari 325,9 kg menjadi 195 kg per hektar/tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan penerapan teknologi masih dapat mempertahankan tingkat produktivitas lada yang baik. Nilai hasil penerapan teknologi budidaya lada mencapai Rp 6.660.000/ha/tahun menunjukkan lebih baik dibanding cara petani sebesar Rp. 2.925.000 /ha/tahun pada saat harga

(4)

lada Rp.15.000 / kg. Biaya usahatani lada dengan penerapan teknologi lebih tinggi yaitu Rp. 3.760.000 /ha/tahun dibanding cara petani Rp.1690.000 /ha /tahun. Perbedaan biaya produksi dan produksi lada pada penerapan teknologi dan cara petani memberikan dampak pada nilai tambah pendapatan usahatani lada. Nilai tambah pendapatan usahatani lada dengan penerapan teknologi budidaya Rp, 2.900.000/ha/tahun sedangkan cara petani Rp. 1.235.000/ha/tahun. Dari hasil analisa pendapatan usahatani lada berdasarkan perbandingan nilai hasil produksi lada dengan biaya produksi antara penerapan teknologi budidaya lada dengan cara petani berturut-turut adalah R/C ratio 1,77 dan 1,73. (Tabel 1).

Tabel 2. Pendapatan usahatani ternak kambing PE selama 12 bulan

Volume/Produksi / Nilai input dan out put ternak kambing (Rp) {PR IV AT E } No Parameter Pengamatan vol(HOK/st/kg/e kor Harga satuan (Rp.) Total Nilai (Rp.) A. 1 2 B. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 C. 12 13 14 D. 15. 16.

Budidaya ternak kambing

Nilai kambing betina (dara ) Nilai kambing jantan (bakalan)

Modal kambing / petani

{PRIVATE }Peningkatan berat badan kambing (kg /ekor/hari)

Nilai penambahan berat badan (Rp/ekor/hari) Jumlah anak selama 12 bulan (Jan s/d.Des.2002) Berat sisa pakan ( kg/ekor/hari)

Berat kotoran kambing (kg/ekor/hari) Konsumsi hijauan pakan ( kg/ekor/hari)

Berat sisa pakan dan kotoran kambing (kg/ekor/hari) Biaya pemeliharaan kambing (Rp/ekor/hari) Nilai tambah sisa pakan & kotoran (Rp./ekor/hari)

Perkembangan modal ternak kambing/petani

Nilai kambing betina/petani (4 ekor induk) (Rp) Nilai kambing jantan (1 ekor dewasa) (Rp.) Nilai anak kambing (Rp)

Total nilai kambing selama satu tahun

Produksi pupuk kandang / tahun ( 5 ekor) Nilai pupuk kandang / tahun ( 5 ekor)

4 ekor 1 ekor 0,067 kg 0,067 kg 4 ekor 1.02 kg 0,57 kg 5,98 kg 1,59 kg 1 ekor 1,59 kg 4 ekor 1 ekor 4 ekor 2.862 kg 2.862 kg 300.000 600.000 Rp.15.000 Rp.631,8 Rp.200 Rp.600.000 Rp.750.000 Rp.100.000 Rp.200 1.200.000 600.000 1.800.000 1005 1.02 0.57 5.98 1.59 631,8 318 2.400.000 750.000 400.000 3.550.000 572.400

Petani lada sekaligus kooperator ternak kambing sejak diperkenalkan teknologi usahatani lada integrasi ternak kambing peminatnya meningkat dari 4 orang menjadi 9 orang, hal ini karena integrasi ternak kambing memberikan nilai tambah pendapatan dan ternak kambing mudah dipelihara petani, karena hijauan pakan cukup tersedia dilingkungan kebun lada cukup tersedia. Memelihara ternak kambing PE di lingkungan kebun lada sebanyak empat ekor induk dan satu ekor jantan menghasilkan pupuk kandang dari sisa pakan dan kotoran kambing 2,862 kg per tahun, dengan harga pupuk kandang Rp.200 / kg maka tambahan pendapatan dari pupuk kandang kambing Rp.572.400/ tahun. Ternak kambing dengan diberi tambahan pakan suplemen blok dan hijauan pakan dari kebun lada (daun Glirisidia, sisa bebokor penutup tanah

Arachis pintoi, rumput-rumputan dan lantoro) pertumbuhan berat badan kambing rata-rata 67 gr/ekor/hari. Dengan harga daging Rp.15.000 per berat badan kambing maka nilai pendapatan dari tambahan berat badan kambing setara Rp.1005 /ekor /hari. Kambing PE sebanyak empat

(5)

ekor betina umur 7-8 bulan (dara) dan satu ekor jantan umur 8-9 bulan (bakalan) selama 12 bulan menghasilkan anak 4 ekor. Dengan harga anak kambing dilokasi Rp.100.000/ekor maka pendapatan petani dari anak kambing Rp.400.000 / tahun (Tabel 2).

Usahatani lada dengan integrasi ternak kambing memberikan tambahan pendapatan lebih tinggi dibanding cara petani dengan satu komoditas usahatani lada. Rehabilitasi kebun lada produksi dengan integrasi ternak kambing sebanyak empat ekor betina umur 7-8 bulan (dara) dan satu ekor jantan umur 8-9 bulan (bakalan) selama 12 bulan diperlukan total biaya Rp.5.787.448 terdiri atas rehabilitasi tanaman lada Rp. 3.760.000,- /ha/tahun, biaya pemeliharaan 5 ekor kambing Rp. 227.448,- /tahun dan pembelian 5 ekor ternak kambing Rp.1.800.000, sedangkan cara petani hanya diperlukan biaya Rp.1.690.000,- /ha/tahun (Tabel 3).

Tabel 3. Analisa Pendapatan Usahatani lada dengan integrasi ternak kambing {PR

IVA TE } No

Parameter Pengamatan (input) dan (out put)

usahatani lada integrasi ternak kambing Integrasi ternak Usahatani lada kambing Cara petani 1 2 3 4

Biaya penerapan teknologi (input)

Biaya budidaya lada integrasi kambing /th (Rp.) Nilai hasil budidaya lada integrasi kambing/th (Rp) Nilai tambah budidaya lada integrasi kambing / th(Rp) B/C ratio (Rp. 10.832.400 / Rp. 5.987.448) 5.787.448 10.782.400 4.994.952 1,86 1.690.000 2.925.000 1.335.000 1.73 Nilai hasil penerapan teknologi usahatani lada integrasi ternak kambing selama 12 bulan sebanyak Rp.10.782.400/tahun terdiri dari budidaya lada Rp. 6.660.000 /ha/tahun, produksi pupuk kandang Rp. 572.400/tahun dan ternak kambing Rp. 3.550.000/tahun sedangkan cara petani hanya Rp. 2.925.000 /ha/tahun. Nilai tambahan pendapatan usahatani lada integrasi ternak kambing sebanyak Rp. 4.994.952,-/tahun terdiri dari budidaya lada Rp. 2.900.000,- /ha/tahun dan 5 ekor ternak kambing Rp. 2.094.952,-/tahun, sedangkan usahatani lada tradisional (cara petani) tanpa integrasi kambing Rp. 1.335.000 /ha/tahun.

KESIMPULAN

Usahatani lada integrasi ternak kambing setelah satu tahun penerapan teknologi dapat meningkatkan produksi dari 325,9 kg menjadi 444 kg per hektar/tahun sedangkan cara petani produktivitas relatif stabil rendah dari 325,9 kg menjadi 195 kg per hektar/tahun. Dengan usahatani lada integrasi ternak kambing diperlukan biaya penerapan teknologi budidaya lada Rp. 3.760.000,- /ha/tahun, pembelian 5 ekor ternak kambing Rp.1.800.000 dan biaya pemeliharaan 5 ekor kambing Rp. 227.448,- /tahun. Nilai hasil usahatani lada integrasi ternak kambing dari tanaman lada Rp. 6.660.000 /ha/tahun, produksi pupuk kandang Rp. 572.400/tahun dan ternak kambing Rp. 3.550.000/tahun. Total nilai hasil usahatani lada integrasi ternak kambing Rp.10.782.400/tahun sedangkan cara petani Rp. 2.925.000 /ha/tahun. Nilai tambahan pendapatan usahatani lada integrasi ternak kambing dari lada Rp. 2.900.000,-/ha/tahun dan dari 5 ekor ternak kambing Rp. 2.094.952,-/tahun. Total nilai tambahan pendapatan petani dari usahatani lada integrasi ternak kambing Rp. 4.994.952,-/tahun sedangkan cara petani Rp. 1.335.000 /ha/tahun.

(6)

Dengan usahatani lada integrasi ternak kambing nilai tambahan pendapatan petani lebih banyak dan petani memperoleh pupuk organik cukup untuk tanaman lada di banding cara tradisional tanpa integrasi ternak kambing.

DAFTAR BACAAN

Dinas Perkebunan Propinsi Lampung. 2002. Statistik Perkebunan Prop. Lampung

Murni, A.M dan R. Zaubin. 1997. Pengaruh dosis dan komposisi hara NPKMg terhadap produksi lada di Lampung Utara. Jurn. Littri. 2 (6): 266-272.

Wahid. P. 1996. Sejarah perkembangan dan daerah penyebarannya. Monograf tanaman lada. Balitro Bogor. Hal.1-11.

Suprapto., A.M. Murni., R. Kasim., R. Asnawi., Rr. Ernawai., Slameto., Soerahman., M.Silalahi., A. Prabowo., J. Hendra. 2004. Teknologi Budidaya Lada Sehat. Makalah seminar sehari teknologi budidaya lada di BPTP Lampung 8 Januari 2004.

Silalahi, M.,Suprapto dan Soerahman. 2003. Pengembangan Ternak Kambing Di Kawasan Perkebunan Lada dan Kopi Rakyat.Jurnal Teknologi Pertanian Lampung. Vol 1(1). hal 80-86.

Gambar

Tabel 1. Nilai hasil budidaya lada sebelum dan setelah penerapan teknologi dan cara petani  Nilai biaya dan hasil  produksi lada  (Rp) {P RI VA TE  }N o  Parameter Pengamatan   Sebelum penerapan teknologi
Tabel 2. Pendapatan usahatani ternak kambing  PE selama 12 bulan
Tabel 3. Analisa Pendapatan Usahatani lada dengan integrasi ternak kambing  {PR

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian mutu cookies santang (Table 1) terlihat bahwaperlakuan A dan B untuk kadar air masing-masing 2,24 % dan 2,10%, tidak terjadi perbedaan yang

Penelitian hasil perbaikan dimaksud tidak perlu dilakukan apabila pasangan calon yang di dukung oleh partai politik atau gabungan partai politik tidak ada

Jika di kemudian hari terbukti melakukan kecurangan/penyimpangan baik dalam pelaksanaan kerja magang maupun penulisan laporan kerja magang, maka saya bersedia menerima sanksi

model pembelajaran konvensional dengan bahan ajar IPA terpadu tipe Shared dan kelas eksperimen sebanyak 29 siswa diberikan perlakuan pembelajaran Model STAD dengan

Konsentrasi protein inhibitor semakin menurun dengan meningkatnya volume bufer yang digunakan untuk pengenceran.Perendaman dengan inhibitor katepsin dari ikan patin

1) Pembangunan Postur Pertahanan Negaradengan prinsip defensif aktif dalam rangka menjamin kepentingan nasional baik pertahanan militer, meliputi pembangunan

Hal-hal apakah yang penting yang harus kita ketahui tentang dunia di sekitar kita, gereja dan kehidupan pribadi setiap orang kristen yang telibat dalam pelayanan untuk berdoa

Preffer (1994:349) dan Upton (1995:78) menyatakan bahwa kesuksesan suatu perusahaan dalam menghadapi persaingan pasar ditentukan oleh human capital, bukan physical capital,