• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IX.2 SEMESTER GENAP SMP PGRI BATANGHARI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IX.2 SEMESTER GENAP SMP PGRI BATANGHARI TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IX.2 SEMESTER GENAP

SMP PGRI 2 BATANGHARI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ( SKRIPSI)

Oleh:

Maisyaroh

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IX.2 SEMESTER GENAP

SMP PGRI BATANGHARI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh: Maisyaroh

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu mengenai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran diskusi. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk menganalisis peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran diskusi pada pelajaran IPS di kelas IX.2 SMP PGRI Batanghari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan observasi. Hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran diskusi pada pelajaran IPS di kelas IX.2 SMP PGRI Batanghari selalu mengalami peningkatan untuk setiap siklusnya.

(3)
(4)
(5)

DAFTAR ISI

(6)

A. Hasil Penelitian ... 56

1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 56

2. Hasil Penelitian ... 58

a. Siklus I ... 58

b. Siklus II ... 64

c. Siklus III ... 69

3. Deskripsi Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran ... 75

B. Pembahasan Penelitian ... 78

1. Kreativitas Belajar Siswa ... 78

2. Hasil Belajar ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan ... 83

b. Saran ... 84

(7)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memerlukan guru dan murid karena salah satu unsur dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang merupakan dua bentuk kegiatan yang tidak dapat dipisahkan antar satu dengan lainnya. Selain itu sekolah sebagai salah satu unsur dalam dunia pendidikan saat ini sedang mengalami perhatian dari berbagai pihak, karena pendidikan sangat diperlukan oleh masyarakat dalam menghadapi kehidupan yang sangat kompleks, dimana pendidikan saat ini terus berbenah diri menemukan cara yang terbaik untuk mencapai hasil yang sesuai dengan tuntutan masyarakat.

(8)

Siswa secara langsung maupun tidak langsung melalui materi pembelajaran sebagaimana yang ditetapkan dalam kurikulum.

Pembelajaran yang bermakna akan membawa Siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh Siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuanya sendiri. Proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan Siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam proses pembelajaran tersebut.

Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok dalam proses pendidikan di sekolah. Proses yang dialami oleh siswa yang ditandai dengan terjadinya perubahan prilaku dalam diri siswa baik dalam aspek kognitif, afektif ataupun psikomotor yang tercermin dalam proses belajar siswa, sehingga berhasil tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam hal ini sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan yang memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, didalamnya berlangsung proses belajar mengajar yang merupakan kegiatan penting mendasar dalam pendidikan.

(9)

3

kemampuan guru serta sarana pembelajaran, diharapkan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan menjadi berkualitas dan menghasilkan output atau lulusan yang baik.

Kegiatan belajar sehari-hari ditemukanya adanya kebiasaan belajar Siswa yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain: Siswa kurang semangat dan menyia-nyiakan kesempatan belajar, Siswa kurang berminat dalam membaca dan ada beberapa Siswa yang bersekolah hanya untuk bergengsi. Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat merugikan dirinya sendiri, untuk sebagian kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh ketidak mengertian Siswa pada arti belajar bagi dirinya sendiri.

(10)

Faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari dalam individu seperti kecerdasan, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan. Sedangkan faktor eksternal adalah semua faktor yang bersumber dari luar seperti lingkungan. Lingkungan ini terdiri dari tiga, yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Linkungan keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Lingkungan sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan Siswa, relasi Siswa dengan Siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah dan lain-lain. Sedangkan lingkungan masyarakat, media masa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Hasil belajar Siswa kelas IX.2 pada mata pelajaran IPS Terpadu dilihat dari kategori ketuntasan belajar yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah adalah 67 dapat disajikan dalam Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Hasil Ulangan Harian IPS Terpadu Siswa kelas IX.2 SMP PGRI 2 Batanghari Semester Genap tahun Pelajaran 2012/2013

(11)

5

di SMP PGRI 2 Batanghari banyak yang kurang termotivasi dan kurang aktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah dan Iain (1995:128) menyatakan

bahwa “apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65%, dikuasai

maka presentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong

rendah”.

(12)

Berdasarkan pengalaman peneliti selama mengajar di kelas IX.2 SMP PGRI 2 Batanghari masih banyak siswa yang mempunyai aktivitas dan perhatian yang rendah selama pembelajaran berlangsung. Hal ini tampak dari sedikitnya jumlah siswa yang aktif bertanya mengenai materi yang relevan yang diajarkan oleh guru, mengganggu teman, keluar masuk kelas, melamun atau ngantuk pada saat guru menerangkan pelajaran, Sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas di kelas IX.2 SMP PGRI 2 Batanghari masih rendah.

Dipilih metode pembelajaran diskusikarena metode pembelajaran ini memberi kesempatan pada Siswa untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain dan akan menambah variasi model pembelajaran yang lebih menarik, menyenangkan, meningkatkan aktivitas dan kerjasama Siswa. Metode pembelajaran diskusi ini mudah diterapkan pada semua mata pelajaran termasuk IPS (Lie, 2004).

(13)

7

Tabel 3. Hasil Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Kriteria Jumlah Siswa Persentase (%)

Siswa yang aktif 10 28,15

Siswa yang belum aktif 25 71,43

Jumlah 35 100

Berdasarkan Tabel 3 di atas, dapat dilihat siswa yang aktif sebanyak 10 siswa dari 35 siswa (28,15%) dan siswa yang belum aktif sebanyak 25 siswa dari 35 siswa (71,43%). Hasil pengamatan tersebut, dapat dinyatakan bahwa tingkat aktivitas siswa masih rendah.

Berdasarkan uraian di atas dapat dianalisis bahwa diperlukan metode atau model yang melibatkan Siswa secara aktif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka

permasalahan yang hendak diangkat adalah “Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar IPS Terpadu Melalui Metode Pembelajaran Diskusi Pada Siswa Kelas IX.2 SMP PGRI 2 Batanghari Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah telah diuraikan di atas, maka penelitian ini dapat di identifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1. Rendahnya hasil belajar Siswa pada pelajaran IPS Terpadu.

2. Guru masih menggunakan metode belajar dengan ceramah, proses pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher center).

(14)

4. Kurangnya sarana pembelajaran di sekolah yang dapat mendukung berlangsungnya proses pembelajaran.

C.Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya permasalahan yang terjadi dalam hal proses belajar di SMP PGRI 2 Batanghari yang sangat luas dan agar dalam pembahasan tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang ingin dipecahkan dan diteliti, maka perlu adanya batasan masalah bahwa yang dianalisis adalah upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar Siswa melalui metode pembelajaran diskusi pada siswa kelas IX.2 SMP PGRI 2 Batanghari Tahun Pelajaran 2012/2013.

D.Rumusan Masalah

Masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPS Terpadu Siswa kelas IX.2 SMP PGRI 2 Batanghari Tahun Pelajaran 2012/2013. Sehhubungan dengan masalah tersebut maka lingkup penelitian ini adalah memperbaiki kualitas pembelajaran IPS guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS Terpadu.

Berdasarkan masalah dan lingkup penelitian ini, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut.

(15)

9

2. Apakah ada peningkatan hasil belajar dengan menggunakan metode pembelajaran diskusi pada pelajaran IPS Terpadu Siswa kelas IX.2 SMP PGRI 2 Batanghari Tahun Pelajaran 2012/2013.

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui peningkatan aktivitas belajar Siswa dalam pembelajaran IPS

Terpadu dengan menggunakan metode pembelajaran diskusi pada Siswa kelas IX.2 SMP PGRI 2 Batanghari Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Mengetahui peningkatan hasil belajar IPS Terpadu dengan menggunakan metode pembelajaran diskusi pada Siswa kelas IX.2 SMP PGRI 2 Batanghari Tahun Pelajaran 2012/2013.

F. Manfaat atau Kegunaan Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini secara umum adalah untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran IPS Terpadu di SMP PGRI 2 Batanghari. Secara khusus dapat diuraikan manfaat hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a) Kontribusi positif bagi guru-guru mata pelajaran IPS tentang alternatif strategi pembelajaran yang lain yaitu pembelajaran dengan metode diskusi yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

(16)

2. Secara Praktis

Penelitian ini secara praktis dapat memperbaiki proses pembelajaran di kelas untuk mempermudah siswa memahami meteri pelajaran IPS yang disampaikan sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa lebih baik

G. Ruang Lingkup Penelitian 1. Objek Penelitian

Penerapan metode diskusi untuk mengetahui aktivitas dan hasil Belajar IPS.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas IX.2 yang diajarkan menggunakan metode diskusi.

3. Wilayah Penelitian

SMP PGRI 2 Batanghari Tahun Pelajaran 2012/ 2013.

4. Waktu Penelitian

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A.Tinjauan Pustaka

1. Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu- ilmu sosial seperti: Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Politik, Hukum, dan Budaya. IPS dirumuskan atas dasar realita dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang- cabang ilmu-ilmu sosial (Suyatna, 2008: 64).

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah suatu bidang studi yang rumit karena luasnya ruang lingkup dan merupakan gabungan sejumlah disiplin ilmu seperti Ekonomi, Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan apa yang disebut

dengan “sipil” perlu ditekankan (Fajar, 2009: 31).

(18)

Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Science) atau yang sering disingkat dengan IPS adalah ilmu yang membahas hubungan antar manusia sebagai makhluk sosial (Ibrahim dan Hidayat, 2003: 35). Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai disiplin operasional yang efektif dan memperhatikan studi tentang manusia di masyarakat dalam situasi global saat ini dapat memainkan peran yang sangat penting. Namun demikian berdasarkan keberadaannya dalam mengajarkan ilmu sosial didominasi oleh proses belajar dengan menggunakan buku teks (Fajar, 2009: 32).

Karakteristik mata pelajaran IPS SMP/ MTS antara lain sebagai berikut.

1. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum, dan politik, kewarganegaraan, sosiologi bahkan bidang, humaniora, pendidikan dan agama.

2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan ilmu sosial yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik.

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

4. Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan adaptasi, dan pengelolaan lingkungan.

5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan (Suyatna, 2008: 65).

(19)

13

suatu mata pelajaran menjadi wahana dan alat bagi siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.

1. Siapa diri saya ditengah atau dihadapan orang laian dan masyarakat? 2. Pada masyarakat apa saya berada?

3. Persyartan- persyaratan apa yang diperlukan diri saya untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa?

4. Apakah artinya menjadi anggota masyarakat bangsa dan dunia?

5. Bagaimanakah kehidupan manusia dan masyarakat berubah dari waktu ke waktu berikutnya? (Fajar, 2009: 105).

IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu- ilmu sosial: Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Politik, Antropologi, Filsafat, dan Psikologi Sosial (Suyatna, 2008: 64). Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berdasarkan Kurikulum 2004 mengalami perubahan nama atau sebutan yakni menjadi mata pelajaran Pengetahuan sosial (PS) untuk pendidikan dasar dan ilmu-ilmu sosial untuk pendidikan menengah (Fajar, 2009: 104).

2. Metode Diskusi

(20)

Diskusi adalah percakapan ilmiah yang berisikan pertukaran pendapat, pemunculan ide-ide serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu untuk mencari kebenaran. Banyak masalah yang terjadi di lingkungan murid yang memerlukan pembahasan oleh lebih dari seorang saja, yakni terutama masalah-masalah yang memerlukan kerjasama dan musyawarah. (Trianto, 2010:175).

Jika demikian musyawarah atau diskusi jalan pemecahan yang memberi kemungkinan mendapatkan penyelesaian yang terbaik. Metode diskusi dalam proses mengajardan belajar berarti metode mengemukakan pendapat dalam musyawarah untuk mufakat. Dengan demikian inti dari pengertian diskusi adalah meeting of minds. Didalam memecahkan masalah diperlukan bermacam-macam jawaban. Dari jawaban tersebut dipilihkan satu jawaban yang lebih logis dan lebih tepat dan mempunyai argumentasi yang kuat, yang menolak jawaban yang mepunyai argumentasi lemah. Memang dalam diskusi untuk memperoleh pertemuan pendapat diperlukan pembahasan yang didukung oleh argumentasi, argumentasi kontra argumentasi.

Selama ini banyak guru yang merasa keberatan untuk menggunakan metode diskusi dalam proses pembelajaran. Keberatan itu biasanya timbul dari asumsi sebagai berikut.

1. Diskusi merupakan metode yang sulit diprediksi hasilnya oleh karena interaksi antar siswa muncul secara spontan, sehingga hasil dan arah diskusi sulit ditentukan

(21)

15

persiapan yang matang kejadian semacam itu bisa dihindari (Trianto, 2010:178).

Dilihat dari pengorganisasian materi pembelajaran, ada perbedaan yang sangat prinsip dibandingkan dengan metode sebelumnya, yaitu ceramah dan demonstrasi. Kalau metode ceramah dan demonstrasi materi pelajaran sudah diorganisir sedemikian rupa sehingga guru tinggal menyampaikannya, maka pada metode ini bahan atau materi pembelajaran tidak diorganisir sebelumnya serta tidak disajikan secara langsung kepada siswa, matari pembelajaran.ditemukan dan diorganisir oleh siswa sendiri, karena tujuan utama metode ini bukan hanya sekadar hasil belajar, tetapi yang lebih penting adalah proses belajar.

(22)

1. Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi

Ada beberapa kelebihan metode diskusi, manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar sebagai berikut.

a. Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.

b. Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.

c. Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Di samping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain (Trianto, 2010:179).

Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya sebagai berikut.

1. Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.

2. Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.

3. Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.

4. Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran (Darmadi, 2009: 6).

2. Jenis-jenis Diskusi

(23)

17

a. Diskusi Kelas

Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini sebagai berikut.

1) Guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya siapa yang akan menjadi moderator, siapa yang menjadi penulis.

2) Sumber masalah (guru, siswa, atau ahli tertentu dari luar) memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama 10-15 menit 3) Siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan setelah

mendaftar pada moderator.

4) Sumber masalah memberi tanggapan. 5) Moderator menyimpulkan hasil diskusi b. Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi - bagi ke dalam submasalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya. c. Simposium

Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa. Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya.

d. Diskusi Panel

Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang di hadapan audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam diskusi panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan hanya sekadar peninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu, agar diskusi panel efektif perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan metode penugasan. Siswa disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.

3. Langkah - langkah Melaksanakan Diskusi

(24)

a. Langkah Persiapan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di antaranya:

1. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus.

2. Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

3. Menetapkan masalah yang akan dibahas.

4. Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala

fasilitasnya, petugas - petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus, manakala diperlukan (Trianto, 2010: 181). b. Pelaksanaan Diskusi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi sebagai berikut.

1. Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran diskusi.

2. Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.

3. Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memerhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya.

4. Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.

5. Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus (Trianto, 2010: 181).

c. Menutup Diskusi

(25)

19

a) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.

b) Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya (Trianto, 2010: 182).

3. Aktivitas Belajar

Salah satu faktor yang penting dalam proses pendidikan adalah belajar. Dengan belajar manusia akan dapat meningkatkan kemampuanya baik dibidang pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang dapat bermanfaat bagi dirinya dalam masyarakat. Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikhis dan fisik yang saling bekerjasama secara terpadu dan komprehensif integral. Sejalan dengan itu, belajar dapat dipahami sebagai berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian. Hal ini sesuai dengan pendapat Roestyah dalam Wiarsana (2003: 5) “belajar adalah suatu proses untuk memperoleh modifikasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Belajar adalah pengetahuan keterampilan yang diperoleh dari

intruksi”.

Proses dalam belajar dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan

yang dikemukakan oleh Hamalik (2004:171) yang menyatakan “pengajaran

yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan siswa belajar

(26)

Aktivitas belajar tiedak hanya mencatat dan mendengar seperti lazimnya terdapat pada pengajaran tradisional. Pengajaran modern tidak menolak seluruhnya pendapat tersebut namun menitikberatkan pada aktivitas atau keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran akan menumbuhkan kegiatan dalam belajar sendiri. Aktivitas belajar diartikan sebagai pengembangan diri melalui pengalaman bertumpu pada kemampuan diri belajar dibawah bimbingan tenaga pengajar. Menurut (Sadirman, A.M. 2006:99) “tidak ada

belajar kalau tidak ada aktivitas”.

Belajar tidak terjadi secara kebetulan tetapi belajar merupakan suatu proses atau aktivitas pemikiran maupun aktivitas fisik, sebagai suatu proses dalam belajar dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Menurut Jarome Bruner dalam Trianto (2009: 38) belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang lebih baik.

Selain dari usaha yang dilakukan oleh siswa, peran serta guru sangat dibutuhkan agar selama proses pembelajaran aktivitas siswa meningkat, yaitu dengan cara memberikan arahan-arahan dan selanjutnya secara bertahap siswa melakukan kegiatan secara mandiri dengan penuh kesadaran akan pentingnya

belajar. Menurut Winkel dalam Wiyarsana (2003:6) “aktivitas belajar adalah

suatu kegiatan yang direncanakan dan disadari untuk mencapai suatu kegiatan tujuan belajar yaitu perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan pada siswa

(27)

21

manusia dengan belajar dapat merubah tingkah laku, pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap yang diperoleh dan aktivitas mental dan berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya.

Menurut Paul D. Dieriech dalam Hamalik (2001 : 172), aktivitas belajar dapat digolongkan menjadi delapan jenis :

1) Visual Activities, misalnya: membaca, memperhatikan gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2) Oral Activities, masalnya: mengemukakan suatu fakta, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, mamberi saran, mengemukan pendapat.

3) Listening Activities, misalnya: mendengarkan penyajian bahan, percakapan, diskusi, musik dan pidato.

4) Writing Activities, misalnya: menulis cerita, karangan, laporan dan angket.

5) Drawing Activities, antara lain: menggambar, membuat grafik, chart, peta, diagram.

6) Motor Activities, seperti: melakukan percoban, membuat kontruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, berternak.

7) Mental Activities, seperti: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

8) Emotional Activities, misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Menurut Momes (2001:36), terdapat indikator terhadap aktivitas yang relevan dalam pembelajaran meliputi sebagai berikut.

1. Interaksi anak dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (PBM) dalam kelompok meliputi kegiatan berdiskusi dan bekerjasama dalam menyelesaikan maslah

2. Keberanian anak dalam bertanya/mengemukakan pendpat.

3. Partisipasi anak dalam Proses Belajar Mengajar (melihat dan aktif dalam diskusi).

4. Motivasi dan kegairahan anak dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (menyelesaikan tugas dan aktif dalam memecahkan masalah).

(28)

Prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku dan tindakan yang dialami oleh siswa itu sendiri. Dimyati dan Mudjiono (2002: 7) menyatakan bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.

Belajar merupakan bagian dari aktivitas. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja. Aktivitas belajar harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Seiring dengan itu, Djamarah (2006: 67) menyatakan bahwa “belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh

anak didik lebih tahan lama tersimpan didalam benak anak didik”.

Menurut Sardiman, A.M. (2006: 100) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik (jasmani) maupun mental (rohani). Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus saling terkait. Oleh karenanya Ahmad Rohani (2004: 6) menjelaskan bahwa belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis.

(29)

23

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Chatarina, dkk, 2004: 4). Perolehan aspek-aspek perilaku tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar.

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sudjana 2009: 3). Pada dasarnya kemampuan kognitif merupakan hasil belajar, sebagaimana diketahui bahwa hasil belajar merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan pengaruh lingkungan (Sunarto 2009: 11).

Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam mengikuti program pengajaran pada waktu tertentu dalam bentuk nilai (Depdikbud, 2007: 140). Hasil belajar siswa adalah akumulasi nilai pada raport. Bermacam-macam prestasi diantaranya adalah: prestasi baik, prestasi cukup, prestasi kurang. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam prestasi belajar antara lain: faktor individu, faktor lingkungan belajar, dan faktor materi pembelajaran. Beberapa cara untuk menentukan hasil belajar dengan menggunakan tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan atau keterampilan proses.

Bertitik tolak dari berbagai pandangan sejumlah ahli mengenai belajar, maka

konsep belajar selalu menunjukan kepada “suatu proses perubahan perilaku

(30)

suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Bukti bahwa seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersbut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Perubahan tingkah laku tersebut merupakan hasil belajar. Salah satu cara untuk melihat hasil belajar adalah dengan melakukan evaluasi.

Menurut Bloom dalam Daryanto (2009 : 14) menyatakan Evaluasi adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataan terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa. Sedangkan, menurut Dimyati dan Mudjiono (2009 : 200) menyatakan Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan dan atau pengukuran hasil belajar.

Menurut Muchtar Buchori dalam Sari (2007 : 15) mengemukakan bahwa tujuan khusus evaluasi ada dua, yaitu:

a. untuk mengetahui kemajuan belajar siswa selama jangka waktu tertentu b. untuk mengetahui tingkat efisien metede-metode pendidikan yang

digunakan selama jangka waktu tertentu.

(31)

25

skala hurup, angka, kata atau simbol. Setiap proses pembelajaran akan terdapat hasil nyata yang dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar seseorang, artinya merupakan hasil yanag telah dicapai dari yang dilakukan atau dikerjakan. Dari sudut pandang guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaliasi hasil belajar dan dari sudut pandang siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar. Abdurrahman dalam Sari (2007 : 10)

menyatakan bahwa “belajar merupakan proses seseorang individu yang

berupaya mencapai tujuan belajar atau yang disebut hasil belajar, yaitu suatu

bentuk perubahan prilaku yang relatif menetap”.

Menurut Arikonto (2006 : 10) dalam Sari (2007 : 10) secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

1. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor biologis dan faktor psikiologis, yang dikategorikan sebagai faktor biologis antara lain: usia, kematangan, dan kesehatan, sedangkan yang dikategorikan sebagai faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat, dan kebiasaan belajar. 2. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang diklasifikasikan

menjadi dua, yaitu faktor manusia (human) dan faktor non-manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik.

(32)

Hasil belajar IPS merupakan hasil belajar yang dicapai siswa dalam pelajaran IPS selama siswa mampu memahami konsep-konsep, prinsip-prinsip serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari setelah siswa mempelajari kompetensi dasar yang diajarkan. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa, diperlukan pengukuran hasil belajar yaitu melalui suatu tes dan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu.

Untuk menumbuhkan motivasi belajar dalam rangka untuk meraih prestasi, dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Menumbuhkan keyakinan dan percaya diri bahwa seseorang dapat

melaksanakan tugas atau belajar dengan baik, dan keyakinan tersebut akan mampu berkembang bila ada upaya yang bersungguh-sungguh.

2. Dalam melaksanakan tugas atau belajar untuk mencapai prestasi dilakukan dengan rasa ikhlas dan senang, serta mempunyai tujuan yang jelas.

3. Antara tujuan yang ingin dicapai dan keberhasilan yang dicapai pada diri seseorang ada keterkaitanya (Hamalik, 2001: 55).

(33)

27

Menurut B.S Bloom (dalam Chatarina, dkk, 2004:6) untuk mendapatkan hasil belajar kognitif seseorang memiliki 6 (enam) tingkatan kognitif, sebagai berikut.

1. Pengetahuan (knowlage), yaitu sebagai perilaku mengingat atau menggali informasi (materi pembelajarn) yang telah dicapai sebelumnya,

2. Pemahaman (comprehention), yaitu sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi pembelajaran. Hal ini ditunjukan melalui penerjemahan materi pembelajaran,

3. Penerapan (application), yaitu penerapan yang mengacu pada kemampuan menggunakan pembelajaran yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan konkrit. Ini mencakup penerapan hal-hal seperti aturan, metode, konsep, prinsip-prinsip, dalil dan teori,

4. Analisis (analysis), yaitu mengacu pada kemampuan memecahkan materi ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. Hal ini mencakup identifikasi bagian-bagian, analisis antar bagian, dan mengenali prinsip-prinsip pengorganisasian,

5. Sintesis (synthesis), yaitu mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru. Hal ini mencakup komunikasi yang unik (tema atau percakapan), perencanaan operasional (proposal), atau seperangkat hubungan yang abstrak (skema untuk mengklasifikasi informasi),

6. Penilaian (evaluation), yaitu mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi pembelajaran untuk tujuan tertentu.

Menurut R.M. Gagne, hasil belajar pada proses belajar ditentukan oleh 5 (lima) faktor, diantaranya sebagai berikut.

1. Informasi Verbal (Verbal Information)

Yang dimaksud adalah pengetahuan awal/dasar yang memiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan dan tulisan. Apabila siswa hendak belajar/menerima pelajaran suatu pokok bahasan, maka pengetahuan awal sebelum pokok bahasan diberikan siswa harus sudah menguasai.

2. Kemahiran Intelektual (Intelektual Skill)

Yang dimaksud adalah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya dalam bentuk suatu representasi. Intelektual atau kecerdasan bila dikembangkan dapat berupa Intellegence Quiotion (IQ),

(34)

tingkat pengendalian diri, IS berhubungan dengan tingkat keyakinan kepada Tuhan.

3. Strategi kognitif (pengaturan kegiatan kognitif) merupakan aktivitas mentalnya sendiri, sedangkan ruang gerak kemahiran intelektual adalah representensi dalam kesadaran terhadap lingkungan hidup dan diri sendiri. Strategi kognitif mencakup, penggunaan konsep dan kaidah yang telah dimiliki, terutama bila sedang menghadapi suatu problem,

4. Keterampilan Motorik (Motor Skill)

Yang dimaksud adalah kemampuan melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmaniah dalam urutan tertentu yang terkodinir dan terpadu. Cirri khas dari keterampilan motorik adalah otomatisme, yaitu rangkaian gerak-gerik berlangsung secara teratur dan berjalan secara lancar dan luwes tanpa banyak dibutuhkan refleksi tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa diikuti gerak-gerik tertentu.

5. Sikap (Attitude)

Kecenderungan menerima atau menolakl suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu serta berguna/berharga atau tidak sering dinyatakan sebagai suatu sikap dan hal bila dimungkinkan adanya berbagai tindakan. Misalnya, seorang siswa harus mengambil tindakan/keputusan, apakah belajar untuk menghadapi ujian, atau nonton film dengan temanya pada waktu yang sama (Suharsono, 2009: 96).

Penialaian hasil belajar merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dari kegiatan perencanaan mengajar dan pelaksanaan belajar mengajar. Guru hendaknya dapat menyelesaikan masalah pembelajaranya melalui kegiatan nyata dikelasnya. Kegiatan nyata ditunjukan untuk meningkatkan suatu proses dan hasil pembelajaranya yang dilaksanakan secara professional (Suharjo, dalam Suharsimi Arikunto, dkk: 2006: 55).

Dimyati dan mudjiono (2006:3) menyatakan bahwa:

“Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar.

(35)

29

Hasil belajar pada suatu sisi adalah terkait dengan tindak guru, suatu pencapaian tujuan pembelajaran. Pada sisi lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2 yaitu dampak pengajaran dan pengiring. Kedua dampak tersebut sangat berguna bagi guru dan juga siswa. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti nilai dalam mengerjakan latihan atau ulangan, nilai dalam rapor, nilai dalam ijazah. Sedangkan dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain. Oleh karena itu hasil belajar yang berkualitas bukan sekedar ketercapaian menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan target kurikulum, tetapi dapat diukur dari perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang terjadi pada siswa.

Tercapainya suatu tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang telah diperoleh siswa. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang diperoleh siswa mengalami peningkatan. Penilaian hasil belajar merupakan suatu kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhsilan siswa dalam mencapai tujuanyang telah ditetapkan (Dimyati dalam Dwi Ariyanti, 2006).

Selanjutnya pendapat Syaiful Sagala (2003:57) mengatakan bahwa agar peserta didik dapat berhasil belajar diperlukan persyaratan tertentu antara lain seperti dikemukakan berikut ini.

1. Kemampuan yang berfikir tinggi bagi para siswa, hal ini ditandai dengan berfikir kritis, logis, sistematis, dan objektif (Scolastic Aptitude Test).

(36)

3. Bakat dan minat yang khusus para siswa dapat dikembangkan sesuai dengan potensinya (Differensial Aptitude Test)

4. Menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran di sekolah yang menjadi lanjutanya (Achievement Test) dan sebagainya.

Sehubungan dengan itu, adapun hasil pengajaran itu dikatakan betul-betul baik, apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa. 2. Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik, pengetahuan proses

belajar-mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan mempengaruhi.

Uraian-uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa adalah hasil atau perubahan yang positif yang dicapai dari proses belajar baik secara kognitif, afektif, dan psikomotorik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Namun, pada penelitian ini peneliti menekankan hasil belajar dari segi kognitif yaitu hasil dari tes formatif yang diberikan selama pembelajaran untuk setiap akhir siklus.

B.Kerangka Pikir

(37)

31

nyata.dengan pembelajaran aktif ini, pesrta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik.

Metode pembelajaran diskusi yaitu, guru menjelaskan materi sebagai pengantar, kemudian guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan materi yang diberikan. Kemudian setiap kelompok diminta untuk melakukan presentasi secara suka rela. Dan kelompok mengirimkan anggota mereka untuk membagikan hasil diskusi kelompok mereka. Kemudian kembali pada keadaan semula dan materi diakhiri dengan membuat kesimpulan yang dipandu oleh guru.

Pada dasarnya model pembelajaran apapun lebih mudah diterapkan pada siswa yang memiliki tingkat aktivitas, intelegensi dan motivasi yang tinggi. Pada motode pembelajaran diskusi dimana peserta didik diberikan kebebasan untuk mengutarakan pendapat, maka yang terjadi ialah siswa yang memiliki aktivitas lebihlah yang akan mendominasi kelas itu.

Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat di gambarkan paradigma penelitian ini sebagai berikut.

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Metode Pembelajaran

Diskusi

Aktivitas Belajar Meningkat

(38)

C.Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Ada peningkatan aktivitas belajar setelah menggunakan model pembelajaran diskusi pada siswa kelas IX.2 SMP PGRI 2 Batanghari Tahun Pelajaran 2012/2013.

(39)

III. METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas IX.1 di SMP PGRI 2 Batanghari mulai bulan Januari sampai dengan Februari 2012.

B.Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IX.1 di SMP PGRI 2 Batanghari Tahun Pelajaran 2012/2013, yang berjumlah 35 siswa terdiri dari 15 orang siswa laki-laki dan 20 orang perempuan. Guru membagi siswa dalam kelompok berlima dan memberikan tugas kepada semua kelompok, setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri. Siswa berdiskusi dengan rekan dalam kelompok, setiap siswa memberikan kontribusi berfikir sesuai dengan kemampuannya masing-masing dalam kelompok. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berlima.

C.Faktor Yang Diteliti

(40)

1. Aktivitas belajar siswa pada saat proses pebelajaran berlangsung. 2. Hasil belajar IPS siswa dilihat dai tes pada setiap akhir siklus.

D.Rencana Tindakan

Model penelitin tindak kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang dibebankan oleh Ellot Aronson dan Robert E. Salvin model penelitian ini direncanakan terbagi menjadi 3 siklus atau putaran dimana setiap siklus terdiri dari 4 komponen yang meliputi:

1. Perencanaan (Planing)

Perencanaan adalah langkah yang akan dilakukan oleh guru ketika akan memulai tindakannya. Guru menyusun sebuah rencana kegiatan misalnya: a) apa yang harus dilakukan oleh siswa, b) kapan dan berapa lama dilakukan, c) dimana dilakukan, d) jika diperlukan peralatan atau sarana, wujudnya apa, e) jika sudah selesai, apa tindakan selanjutnya.

2. Tindakan (acting)

Tindakan atau pelaksanaan adalah implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat. Guru harus memperhatikan hal-hal yang sebagai berikut: a) apakah ada kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan, b) apakah proses tindakan yang dilakukan siswa cukup lancar, c) bagaimanakah situasi proses tindakan, d) apakah siswa melaksanakan dengan bersemangat, e) bagaimanakah hasil keseluruhan dan tindakan.

3. Observasi (observating)

(41)

35

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

Pergantian siklus dilakukan pada setiap berakhirnya satu sub pokok bahasan.

Rangkaian rencana penelitian tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Perencanaan

Pelaksanaan Siklus I

Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

Siklus II Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan

Siklus III

Pengamatan

Refleksi Pelaksanaan

Hasil Akhir Perencanaan

(42)

Untuk memperjelas gambar 2. di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Siklus I

- Perencanaan

Dalam perencanaan meliputi beberapa kegiatan untuk persiapan pembelajaran antara lain sebagai berikut.

1. Merencanakan strategi yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar akuntansi. 2. Menyusun RPP sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD) sesuai dengan materi yang akan diajarkan. 3. Menyiapkan materi yang akan diajarkan.

4. Menyiapkan soal dan media sebagai penunjang pembelajaran. - Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan, peran peneliti sebagai berikut.

a. Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan mengabsen siswa.

b. Memberikan apersepsi sesuai dengan materi yang akan di ajarkan. c. Memberikan motivasi mengenai materi pembelajaran yang akan

disampaikan.

d. Menyampaikan materi pembelajaran, setelah menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan indikator dan tujuan, maka guru menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan.

(43)

37

f. Masing-masing kelompok mempresentasikan tugasnya disepan kelas, sedangkan kelompok lain menanggapinya.

g. Siswa yang lain boleh mengajukan pertanyaan, kritik dan saran sebagai umpan balik dalam diskusi.

h. Setelah selesai diskusi guru menyimpulkan materi yang sudah diajarkan.

- Pengamatan

Setelah pelaksanaan tindakan dilaksanakan, peneliti melakukan pengamatan secara menyeluruh terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan instrument pengumpulan data yang telah dibuat. Selain itu juga mengamati kendalan apa saja yang dihadapi ketika pelaksanaan tindakan dengan menggunakan metode diskusi.

- Refleksi

Kegiatan ini merupakan kegiatan terakhir dari beberapa rangkaian kegiatan sebelumnya. Refleksi merupakan kegiatan terakhir dalam rangkaian rencana tindakan untuk mengingat kembali kekurangan dan kendala yang di hadapi dalam pelaksanaan tindakan. Sehingga akan menjadi bahan perbaikan untuk siklus II.

b. Sikus II

(44)

ini tidak jauh berbeda pada rencana tindakan pada siklus I, mungkin ada beberapa hal yang perlu dioptimalkan lagi. Penjabaran rangkain rencana tindakan siklus II sebagai berikut.

- Perencanaan

Dalam perencanaan meliputi beberapa kegiatan untuk persiapan pembelajaran antara lain sebagai berikut.

1. Merencanakan strategi yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar akuntansi. 2. Menyusun RPP sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD) sesuai dengan materi yang akan diajarkan. 3. Menyiapkan materi yang akan diajarkan.

4. Menyiapkan soal dan media sebagai penunjang pembelajaran. - Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan, peran peneliti sebagai berikut.

a. Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan mengabsen siswa

b. Memberikan apersepsi sesuai dengan materi yang akan di ajarkan. c. Memberikan motivasi mengenai materi pembelajaran yang akan

disampaikan.

d. Menyampaikan materi pembelajaran, setelah menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan indikator dan tujuan, maka guru menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan.

(45)

39

f. Masing-masing kelompok mempresentasikan tugasnya disepan kelas, sedangkan kelompok lain menanggapinya.

g. Siswa yang lain boleh mengajukan pertanyaan, kritik dan saran sebagai umpan balik dalam diskusi.

h. Setelah selesai diskusi guru menyimpulkan materi yang sudah diajarkan.

- Pengamatan

Setelah pelaksanaan tindakan dilaksanakan, peneliti melakukan pengamatan secara menyeluruh terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan instrument pengumpulan data yang telah dibuat. Selain itu juga mengamati kendalan apa saja yang dihadapi ketika pelaksanaan tindakan dengan menggunakan metode diskusi.

- Refleksi

Kegiatan ini merupakan kegiatan terakhir dari beberapa rangkaian kegiatan sebelumnya. Refleksi merupakan kegiatan terakhir dalam rangkaian rencana tindakan untuk mengingat kembali kekurangan dan kendala yang di hadapi dalam pelaksanaan tindakan. Sehingga akan menjadi bahan perbaikan untuk siklus III.

c. Siklus III

(46)

- Perencanaan

Dalam perencanaan meliputi beberapa kegiatan untuk persiapan pembelajaran antara lain:

a. Merencanakan strategi yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar akuntansi. b. Menyusun RPP sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD) sesuai dengan materi yang akan diajarkan. c. Menyiapkan materi yang akan diajarkan.

d. Menyiapkan soal dan media sebagai penunjang pembelajaran. - Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan, peran peneliti adalah:

a. Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan mengabsen siswa,

b. Memberikan apersepsi sesuai dengan materi yang akan di ajarkan c. Memberikan motivasi mengenai materi pembelajaran yang akan

disampaikan

d. Menyampaikan materi pembelajaran, setelah menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan indikator dan tujuan, maka guru menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan,

e. Guru membagi siswa atas beberapa kelompok

(47)

41

g. Siswa yang lain boleh mengajukan pertanyaan, kritik dan saran sebagai umpan balik dalam diskusi.

h. Setelah selesai diskusi guru menyimpulkan materi yang sudah diajarkan.

- Pengamatan

Setelah pelaksanaan tindakan dilaksanakan, peneliti melakukan pengamatan secara menyeluruh terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan instrument pengumpulan data yang telah dibuat. Selain itu juga mengamati kendalan apa saja yang dihadapi ketika pelaksanaan tindakan dengan menggunakan metode Diskusi.

- Refleksi

(48)

E.Data Penelitian

Data penelitian ini terdiri dari:

a. Data siswa, yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, terjadi di dalam kelas pada setiap siklus.

b. Data hasil belajar siswa, yaitu data yang diperoleh dari hasil belajar berupa nilai tes yang diberikan setiap akhir siklus.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui catatan lapangan dan tes, a. Observasi

Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran selama penelitian sebagai upaya untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan.

b. Tes

Tes dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah diberikan metode pembelajaran diskusi. Nilai diambil dari tes yang dilakukan pada setiap akhir siklus pembelajaran.

G.Instrumen Penelitian

(49)

43

Tabel.3 Data untuk melihat aktivitas dalam pembelajaran

No.

Kegiatan yang relevan dalam proses pembelajaran diberi tanda ceklist (√) 1. Mendengar atau memperhatikan penjelasan guru

2. Membaca buku atau menulis materi yang diajarkan 3. Bekerja sama dalam kelompok

4. Mempresentasikan hasil kelompok

5. Berdiskusi atau bertanya dengan guru atau antar siswa 6. Tidak bermain-main dan mengobrol

Kegiatan yang tidak relevan antara lain:

1. Tidak memperhatikan penjelasan guru 2. Tidak menulis atau tidak mencatat 3. Mengantuk

4. Tidak bertanya dengan guru atau antar siswa 5. Mengobrol

(50)

Instrument penelitian yang berupa perangkat tes, yang diberikan kepada siswa pada akhir setiap siklus untuk mengukur dan mengetahui hasil belajar siswa pada pelajaran IPS Terpadu.

a. Uji Validitas

Pengujian validasi tiap butir instrument menggunakan analis item, yaitu mengkorelasi skor tiap buti dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Dalam memberi interprestasi terhadap koefisien korelasi, item yang mempunyai korelasi positif dengan korelasi yang tinggi menunjukan bahwa item tersebut tidak tinggi pula. Syarat minimal yang di anggap memenuhi yaitu syarat dengan n = 20 jika r = 0,444 dengan ά = 0,05. Uji validitas menurut Arikunto ( 2006 : 79 ) menggunakan rumus korelasi biserial :

γ pbi = Mp –Mt / Si √p / q

keterangan :

γ pbi = Koefisien korelasi biserial

Mp = Rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari validitasnya. Mt = Rerator skor total

Si = Standar deviasi dari skor total P = Proporsi siswa menjawab benar Q = Proporsi siswa menjawab salah

(51)

45

Setelah peneliti melakukan uji tes pada siklus I, siklus II dan III. Maka diperoleha hasil analisis butir soal sebagai berikut.

Tabel 4. Uji Validitas Butir Soal Siklus I (Hasil Terlampir) No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 9,10, 12,17 dengan nilai r hitung < r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,444. Untuk soal yang tidak valid, maka peneliti memperbaiki soal tersebut.

(52)

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 1,5,9,20 dengan nilai r hitung < r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,444. Untuk soal yang tidak valid, maka peneliti memperbaiki soal tersebut.

(53)

47

Setelah melakukan uji Siklus II dengan jumlah 20 item soal dan terdapat 5 butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 4,10,11,16,20 dengan nilai r hitung < r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,444. Untuk soal yang tidak valid, maka peneliti memperbaiki soal tersebut.

b. Uji Realibilitas

Reabilitas atau tingkat ketetapan ( consistensi atau keajegan ) adalah tingkat kemampuan intrumen untuk mengumpulkan data secara tetap dari sekelompok individu. Instrumen yang memiliki tingkat reabilitas tinggi cenderung menghasilkan data yang sama tentang suatu variabel unsur – unsurnya, jika diulang pada waktu berbeda pada kelompok individu yang sama menurut Hadari dalam Merlinda ( 1992 : 190 ).

Pengukuran reabilitas instrumen menurut Arikunto ( 2006 : 101 ) dilakukan dengan menggunakan rumus :

K – R.20. Perhitungan dilkukan secara manual. Berikut ini adalah rumus K – R.20.

R11 = ( k/k – 1 ) ( S² - ∑pq / S² ) Keterangan :

R11 = Reabilitas secara keseluruhan

P = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan benar

Q = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan salah ( q = 1 –p )

∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = Banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

(54)

a. Antara 0,800-1,000 : sangat tinggi b. Antara 0,600-0,800 : tinggi

c. Antara 0,400-0,600 : sedang d. Antara 0,200-0,400 : rendah

e. Antara 0,000-0,200 : sangat rendah (Suharsimi Arikunto, 2009:75)

Berdasarkan uji siklus yang sudah dilakukan diperoleh reliabilitas soal pada siklus I yaitu 0,46, pada siklus II diperoleh 0,64 dan pada siklus III diperolah 0,71. Hasil ini kemudian dibandingkan dengan kriteria tingkat reliabilitas. Dari hasil perbandingan dengan kriteria tersebut, maka dinyatakan bahwa tingkat reliabilitas dari instrumen siklus I tergolong sedang, siklus II tergolong tinggi dan siklus III tergolong tinggi. (Hasil terlampir)

c. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukan mudahnya atau sukarnya suatu soal tersebut disebut dengan indeks kesukaran.

(55)

49

Tingkat kesukaran dapat dicari dengan rumus : P= B / JS

Keterangan :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut Arikunto (2006 : 208) ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklafikasikan sebagai berikut :

- Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar - Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang - Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah

Tabel 7. Tingkat kesukaran soal siklus I, Siklus II dan Siklus III (Hasil Terlampir)

SIKLUS I

No. Soal Kesukaran soal Kategori

(56)

d. Daya Beda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan yang tinggi) dengan siswa yang bodoh (kemampuan rendah) angka yang menunjukan besarnya daya pembeda tersebut disebut indeks diskriminasi disingkat D. Daya pembeda berkisar antara 0,00 sampai 1,00 sama halnya dengan indeks kesukaran namun bedanya pada indeks diskriminasi ini ada tanda negatif. Negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika suatu soal terbalik menunjukan kualitas tes yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Suatu soal yang dapat dijawab oleh siswa yang pandai maupun siswa yang bodoh maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda, demikian juga apa bila soal tersebut tidak dapat dijawab benar oleh seluruh siswa pandai maupun siswa baik, maka soal tersebut tidak mempunyai daya beda sehingga soal tersebut tidak baik digunakan untuk tes. Suatu soal yang baik adalah yang dapat dijawab benar oleh siswa yang pandai saja.

Seluruh kelompok tes akan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :

(57)

51

tersebut mempunyai nilai D = 0,00 karena tidak mempunyai daya beda sama sekali.

Untuk menentukan indeks diskriminasi digunakan rumus : D = BA / JA – BB / JB = PA – PB

Dimana :

D = Daya pembeda

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab salah PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab salah Klasifikasi daya pembeda

D = 0,00 – 0,20 = Jelek D = 0,21 – 0,40 = Cukup D = 0,41 – 0,70 = Baik D = 0,71 – 1,00 = Baik Sekali

Negatif, Semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negative sebaiknya dibuang saja. Arikunto ( 2006 : 213 ).

Tabel 8. Hasil Analisis Daya Beda (Hasil Terlampir)

SIKLUS I

No. Soal Daya Pembeda Kategori

(58)

H.Analisis Data

1. Analisis data aktivitas siswa

Analisis data jumlah aktivitas siswa dilakukan dengan membagi dalam beberapa kelompok. Setiap siswa diamati aktivitasnya secara klasikal dalam setiap pertemuan dengan member tanda ceklis pada lembar observasi yang telah diadakan,

Setelah observasi lalu dihitung jumlah aktivitas yang telah dilakukan, kemudian dipresentasikan. Data pada setiap siklus diolah menjadi presentase aktivitas siswa. Seorang siswa dikategorikan aktif minimal 61% dari jenis kegiatan yang telah dilakukan, kemudian dipresentasekan. Hal ini sesuai dengan kriteria Arikunto (1992:17) yaitu:

a. Antara 81%-100% adalah aktivitas siswa sangat baik b. Antara61%-80% adalah aktivitas siswa yang baik c. Antara 41%-60% adalah aktivitas siswa cukup d. Antara 21%-40% adalah aktivitas siswa kurang e. Antara 0%-20% adalah aktivitas siswa kurang sekali

Jika lebih dari 61%-80% aktivitas yang dilakukan, maka siswa tersebut sudah termasuk siswa yang aktif. Dapat dilakukan perhitungan persentase keaktifan siswa dengan rumus:

%� =��� � %

(59)

53

%A = persentase jumlah siswa yang aktif Na = jumlah siswa yang aktif

N = jumlah siswa keseluruhan

2. Analisis data hasil belajar siswa

Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual diambil rata-rata tes formatif yang diberikan pada setiapa akhir siklus.

I. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini sebagai berikut.

1. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran meningkat dari siklus ke siklus

(60)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Metode diskusi dapat meningkatkan aktivitas siswa secara keseluruhan yang berjumlah 35 siswa, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya aktivitas belajar siswa dan hanya tersisa beberapa orang saja yang tidak aktif. Jadi metode diskusi dapat membuat seluruh siswa terlihat secara penuh dalam pembelajaran dan peranan guru hanya sebagai sebatas pembimbing dalam meluruskan

masalah, tetapi tidak terlihat langsung didalam kegiatan belajar. Disini siswa dibiarkan bebas berdiskusi, bekerjasama dan saling menunjang, berbagai tugas dan berkomunikasi antara sesama anggota kelompok untuk mengemukakan pendapat.

(61)

84

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, dalam penelitian ini ada beberapa saran yang dipertimbangkan dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS di kelas IX.2 SMP PGRI Batanghari adalah sebagai berikut:

1. Hendaknya guru mengenalkan dan melatih keterampilan proses kooperatif sebelum atau selama pembelajaran. Agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep. Serta siswa dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.

2. Siswa hendaknya diberi wawasan atau tekanan untuk tidak sering alpa atau tidak masuk sekolah, karena hal ini akan sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Selain itu siswa hendaknya dituntut untuk menguasai sejumlah

informasi yang berkaitan dengan materi pelajaran, sehingga di dalam kelompok siswa tidak bingung untuk mendiskusikan materi baginya, lebih dari pada itu siswa akan mampu mengembangkan kalimat dan potensinya secara mandiri. Diharapkan kemudian hari siswa tidak hanya berkembang intelektualnya saja tetapi mampu meningkatkan seluruh pribadi siswa termasuk sikap mental yang dimiliki.

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Ani, Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi belajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi(2010), Penelitian Tindakan, Yogyakarta: Aditya Media. Arikunto, Suharsimi, Prof. Suharjono, Prof. Supardi (2009), Penelitian Tindakan

Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.

Dimyati, Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.

Rineka cipta. Jakarta

http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/metode-diskusi.html

http://nesaci.com/metode-diskusi-dalam-proses-belajar-di-sekolah/

Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning. Mempraktikan Learning di ruang-ruang kelas. Gramedia. Jakarta

Nasution, S. 2005. Berbagai pendekatan dalam proses belajar dan mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Sugiono (2009), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:Alfabeta. Sujana, 1996. Metode Statistik. Tarsito. Bandung.

Gambar

Tabel 3. Hasil Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Gambar.2 proses penelitian tindakan
Tabel.3 Data untuk melihat aktivitas dalam pembelajaran
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah Persepsi stakeholder terhadap sumberdaya ikan tuna dan perkembangan teknologi usaha penangkapan tuna di

Virtual reality adalah teknologi yang membuat orang seolah-olah dapat berinteraksi dengn lingkungannya dan melihat dari sisi tiga dimensi dengan nyata dengan komputer, dan

R Dengan Masalah Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif Karena Hipertensi Di Desa Wlahar Wetan Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas ” ini dapat terlaksana.. Sebagai rasa

Universitas

Hasil dari penelitian ini adalah urutan proses (tahap-tahap) pembuatan roti sampai dengan pengedalian mutu yaitu: Tahapan proses produksi roti Nusa Indah Bakery; Cara

Adapun tujuan dari Peraturan Daerah ini ialah untuk memberikan landasan atau payung hukum yang kuat untuk penyelenggaraan Izin Mendirikan Bangunan, dimana Perturan Daerah ini

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan : bagaimana kepuasan pasien pada kualitas pelayanan keperawatan di ruang rawat

Tiga Pilar Sejaht era Food Tbk.. Ultra Jaya