• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran kooperatif tipe course review horay untuk meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa SMP kelas IX

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembelajaran kooperatif tipe course review horay untuk meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa SMP kelas IX"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COURSE REVIEW HORAY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMAIKA

SISWA SMP KELAS IX

Disusun Oleh :

Nama : DARMAN AFFANDI

NIM : 103017027227

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul: “Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Matemaika Siswa SMP kelas IX” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada tanggal 14 Maret 2011 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Matematika.

Jakarta, Maret 2011

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Tanggal Tanda Tangan Maifalinda Fatra, M.Pd

NIP : 19700528 199603 2002 ... ...

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) Otong Suhyanto, M.Si

NIP : 19681104 199903 1001 ... ...

Penguji I

Dr. Kadir, M.Pd

NIP : 19670812 199402 1001 ... ...

Penguji II

Abd. Muin, S.Si., M.Pd

NIP : 1975120 1200604 1003 ... ... Mengetahui:

Dekan,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul: “Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Matemaika Siswa SMP kelas IX” disusun oleh Darman Affandi, Nomor Induk Mahasiswa 103017027227, Jurusan Pendidikan Matematika. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasyah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Fakultas.

Jakarta, Februari 2011

Yang Mengesahkan

Pembimbing I Pembimbing II

(4)

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Darman Affandi NIM : 103017027227

Jurusan : Pendidikan Matematika Angkatan Tahun : 2003 / 2004

Alamat : Jl. Baru GG.1 no. 49. Rt.011/001 Cilincing –Jakarta Utara

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul “Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Matemaika Siswa SMP kelas IX” adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

1. Nama : Drs. H. M. Ali Hamzah, Mpd NIP : 19480323 198203 1001 Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika 2. Nama : Otong Suhyanto, Msi

NIP : 19681104 199903 1001 Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila pernyataan skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, Februari 2011 Yang Menyatakan

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT. Tuhan semesata alam yang menggenggam setiap kehidupan, penyempurna setiap kebahagiaan, tempatku bersandar dan bersyukur atas seluruh nikmat tanpa batas bilangan dan pemurah tanpa limit batasan. Shalawat dan Salam senantiasa menyelimuti Rasulullah Muhammad SAW tercinta beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, do’a, dan kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dra. Maifalinda Fatra, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika yang penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing selama masa perkuliahan.

3. Bpk Otong Suhyanto, M.Si, Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika sekaligus Dosen Pembimbing II yang penuh kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini.

4. Bpk. Drs.H. M. Ali Hamzah, M.Pd, Dosen Pembimbing I yang penuh kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini.

(6)

6. Bpk Drs. Syaiful A’la, Kepala Sekolah SMP Darul Ma’arif Cilincing Jakarta utara yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.

7. Seluruh Staf dan teman-teman dewan guru SMP Darul Ma’arif Cilincing Jakarta utara khususnya ibu Ati Nurfiana selaku Kurikulum serta Bpk. Aris Susanto selaku kolaborator yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian ini.

8. Teristimewa untuk kedua orang tuaku Bapak Maswan (alm.) dan Ibu Mahduriyah yang selalu penulis banggakan yang telah memberikan dukungan secara moril dan materil. Berkat do’a dan hembusan kasih sayang yang tiada hentinya untukku. Semoga Allah membalas kebaikan dan cinta yang mereka berikan kepada penulis.

9. Teristimewa untuk Kakakku Puaris, Mba Sahmina, Mba iin dan kelauarga Bpk. Amiruddin dan ibu Hj. A. Sukin . Untuk keponakanku Iknan diyanto yang telah memberi keceriaan dan senyum indah yang mampu menghilangkan penatku.

10. Sahabat-sahabat sejatiku, di Formad, ical koma, yek irfan, sa’i, amir, Siqqil Arafat, Mukhlis, Nopan, imam dan seluruh penghuni alhusaini. Wabil khusus untuk M. Yudi dan M. Rusdi Terimakasih atas doa, dukungan, bantuan dan kebersamaan selama ini yang kalian berikan pada penulis.

11. Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2003, kelas A dan B. Khususnya Fatkhul Hakim, Lukman dan semuanya. Terima kasih atas kebersamaannya, dukungan, bantuan dan motivasinya. Tiada hal terindah kecuali mengenang masa kita berjuang bersama di kampus.

(7)

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan umumnya. Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin.

Jakarta, Februari 2011

(8)

ABSTRAK

DARMAN AFFANDI (103017027227), “Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Matemaika Siswa SMP

kelas IX” . Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Untuk mengetahui keaktifan siswa dalam belajar matematika melalui metode Course Review Horay. 2) Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review horay dapat meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa-siswi SMP Darul

Ma’arif Kelas IX.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi keaktifan belajar, hasil belajar kelompok, dan wawancara.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dari tiap siklusnya. Hal ini terbukti dari nilai rata-rata keaktifan belajar siswa tiap siklusnya yaitu pada siklus I sebesar 1,65 dengan keaktifan dalam kategori Sedang, dan pada siklus II meningkat menjadi 2,21 dengan keaktifan dalam kategori Baik. Dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay dapat meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay dapat meningkatkan keaktifanbelajar matematika siswa.

(9)

ABSTRACT

DARMAN AFFANDI (103017027227), "Cooperative Learning Course Review Type Horay Matemaika To Improve Student Learning Activity junior class IX." Thesis Department of Mathematics Education, Faculty of Science and Teacher Training Tarbiyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

The purpose of this study is to determine: 1) To determine students' activeness in learning mathematics through the method Horay Review Course. 2) To determine whether the implementation of cooperative learning model horay Review Course type can increase the activity of learning mathematics students of Class IX SMP

Darul Ma’arif.

The method used in research is a Class Action Research (CAR), which consists of 4 stages, namely planning, execution, observation, and reflection. The research instrument used is the observation sheet active learning, group learning outcomes, and interviews.

The results of this study showed significant improvement from each cycle. This is evident from the average value of students' learning activeness of each cycle is on the first cycle of 1.65 with a liveliness in the category of Medium, and on the second cycle increased to 2.21 with a liveliness in the Good category. It can be concluded that Cooperative Learning Course Review Type Horay can enhance mathematics learning activeness.

Research results revealed that the type of Cooperative Learning Course Review Horay can enhance mathematics learning activeness.

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN...viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi Masalah ...4

C. Pembatasan Masalah...4

D. Rumusan Masalah...4

E. Tujuan Penelitian...5

F. Manfaat Penelitian...5

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Landasan Teori ...6

1. Pembelajaran Matematika. ...6

2. Pembelajaran Konvensional...11

3. Keaktifan Belajar Matematika Siswa...13

a. Pentingnya Upaya Guru dalam Mengembangkan Keaktifan Belajar Siswa...16

b. Bentuk Upaya Guru dalam Mengembangkan Keaktifan Belajar Siswa...17

c. Interaksi Pembelajaran Matemtika...21

4. Model Pembelajaran Kooperatif...24

a. Pembelajaran Kooperatif...24

b. Metode Course Review Horay...27

(11)

2). langkah-langkah metode Course Review Horay...28

5. Statistika dan peluang...29

a. Statistika...29

b. Peluang...30

B. Kerangka konseptual...31

C. Hipotesis Tindakan...32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 33

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 34

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

D. Desain Penelitian...34

1.Siklul I ... 34

a. Perencanaan Tindakan...34

b. Pelaksanaan Tindakan...34

c. Observasi...36

d. Refleksi...36

2. Siklus II...36

E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 37

1. Instrumen...37

a. Peneliti...37

b. Lembar Observasi...37

c. Pedoman Wawancara...37

2. Teknik Pengumpulan Data ...38

a. Metode Observasi...38

b. Metode Wawancara...38

c. Dukomentasi...38

F. Teknik Analisis Data ... 38

1. Analisis Data Hasil Observasi...39

(12)

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pra Penelitian Tindakan Kelas...40

B. Hasil Penelitian...41

1. Penelitian Tindakan Kelas Siklus I...42

a. Perencanaan...42

b. Pelaksanaan...42

c. Observasi...47

d. Refleksi...50

2. Penelitian Tindakan Kelas Siklus II...51

a. Perencanaan...51

b. Pelaksanaan...52

c. Observasi...56

d. Refleksi...59

C. Keterbatasan Penelitian...59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...61

B. Saran...62 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data hasil observasi keaktifan belajar matematika siswa kelompok dan Indvidu siklus I.

2. Data hasil observasi keaktifan belajar matematika siswa kelompok dan Indvidu siklus II.

3. Rencana Pembelajaran Siklus I. 4. Rencana Pembelajaran Siklus II. 5. Lembar Kerja Siswa (L K S I). 6. Lembar Kerja Siswa (L K S I I). 7. Lembar Kerja Siswa (L K S III). 8. Lembar Kerja Siswa (L K S IV). 9. Lembar Kerja Siswa (L K S V). 10. Lembar Kerja Siswa (L K S V I). 11. Soal latihan dan soal kompetisi. 12. Surat Ijin Penelitian.

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel I Perbedaan belajar aktif dan pasif ... 15

Tabel 2 Kriteria penentuan penghargaan kelompok ... 36

Tabel 3 Penskoran Aspek Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa ... 38

Tabel 4 Jadwal Pelajaran Matematika Kelas IX-2...42

Tabel 5 Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 42

Tabel 6 hasil rata-rata poin latihan soal kelompok dan kompetisi pada siklus I...48

Tabel 7 Rekapitulasi dan Rata-rata Keaktifan belajar Siswa Persiklus Dan per aspek Pada Siklus I...49

Tabel 8 Refleksi Tindakan Pembelajaran pada Siklus I...51

Tabel 9 Hasil perolehan rata-rata poin latihan soal dan kompetisi siklus II...57

Tabel10 Rekapitulasi dan Rata-rata Keaktifan belajar Siswa Persiklus Dan per aspek Pada Siklus II...58 Tabel11 Data hasil observasi keaktifan belajar matematika siswa kelompok dan Indvidu siklus I ( lampiran )

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Guru mempresentasikan materi... 44

Gambar 2 Siswa-siswi belajar kelompok... 45

Gambar 3 Guru memberikan penghargaan kepada siswa... 48

Gambar 4 Siswa-siswi belajar kelompok... 54

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran berlangsung sebagai suatu proses saling mempengaruhi antara guru dan siswa. Dalam hal ini, kegiatan yang terjadi adalah guru mengajar dan siswa belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Berdasarkan hal tersebut di atas, upaya guru dalam mengembangkan keaktifan belajar siswa sangatlah penting, sebab keaktifan belajar siswa menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan..

Menurut Agus Suprijono: bahwa pembelajarn aktif pada hakikatnya adalah untuk mengarahkan atensi peserta didik terhadap materi yang dipelajarinya. Pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehinngga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Pembelajaran aktif adalah proses belajar yang menumbuhkan dinamka belajar bagi peserta didik. Dinamika untuk mengartikulasikan dunia idenya dan mengkonfrontir ide itu dengan dunia realitas yang dihadapinya.1 Belajar tidak cukup hanya dengan mendengar dan melihat tetapi harus dengan melakukan aktivitas yang lain diantaranya membaca, bertanya, menjawab, berpendapat, mengerjakan tugas, menggambar, mengkomunikasikan, presentasi, diskusi, menyimpulkan, dan memanfaatkan peralatan. Dalam pembelajaran, guru menyajikan permasalahan matematika dan mendorong siswa untuk mengidentifikasi permasalahan, mencari pemecahan, menyimpulkan hasilnya, kemudian mempresentasikannya. Tugas guru sebagai

1Agus Suprijono, “Cooperative Learning teori dan aplikasi PAIKEM”(Pustaka pelajar

(17)

fasilitator dan pembimbing adalah memberikan bantuan dan arahan. Ketika siswa menemukan permasalahan dalam menyelesaikan tugas, selain berinteraksi dengan guru, siswa juga dapat bertanya dan berdiskusi dengan siswa lain.

Siswa dikatakan belajar dengan aktif jika mereka mendominasi aktivitas pembelajaran. Siswa secara aktif mengunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang dipelajari. Aktivitas dalam suatu pembelajaran bukan hanya siswa yang aktif belajar tetapi di lain pihak, guru juga harus mengorganisasi suatu kondisi yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Oleh karena itu, salah satu usaha yang dapat dilakukan guru adalah merencanakan dan menggunakan model pembelajaran yang dapat mengkondisikan siswa agar belajar secara aktif.

Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam kegiatan belajar mengajar yaitu pemilihan metode pembelajaran. Metode pembelajaran sendiri terdiri dari berbagai macam, yang masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sampai sekarang masih banyak siswa yang menganggap bahwa pelajaran matematika sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan, sehingga siswa menjadi kurang termotivasi untuk belajar matematika. Hal ini mungkin terjadi dikarenakan metode mengajar guru yang kurang tepat dan penampilan guru yang kurang simpatik.

(18)

Siswa sebagai subyek didik adalah yang merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.

Course Review Horay adalah salah satu metode pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk ikut aktif dalam belajar matematika. Metode ini merupakan cara belajar-mengajar yang lebih menekankan pada siswa untuk aktif dalam belajar serta pemahaman materi yang diajarkan guru dengan menyelesaikan soal-soal. Dalam aplikasinya metode pembelajaran Course Review Horay tidak hanya menginginkan siswa untuk belajar ketrampilan dan isi akademik. Pembelajaran dengan metode Course Review Horay juga melatih siswa untuk mencapai tujuan-tujuan hubungan sosial yang pada akhirnya mempengaruhiprestasi akademik siswa.

Pembelajaran melalui metode ini dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif yang melahirkan sikap ketergantungan yang positif di antara sesama siswa, penerimaan terhadap perbedaan individu dan mengembangkan ketrampilan bekerjasama antar kelompok. Kondisi seperti ini akan memberikan kontribusi yang cukup berarti untuk membantu siswa yang kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep pada matematika, pada akhirnya setiap siswa dalam kelas dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.

Pada pembelajaran Course Review Horay aktifitas belajar lebih banyak berpusat pada siswa. Dalam hal ini pada proses pembelajaran guru hanya bertindak sebagai penyampai informasi, fasilitator dan pembimbing. Suasana belajar dan interaksi yang menyenangkan membuat siswa lebih menikmati pelajaran sehingga siswa tidak mudah bosan untuk belajar. Hal ini dapat memupuk minat dan perhatian siswa dalam mempelajari matematika, yang pada akhirnya dapat berpengaruh baik terhadap keaktifan belajar siswa.

Peneliti dalam hal ini mengadakan observasi pada siswa-siswi SMP Darul

Ma’arif kelas IX yang merupakan tempat peneliti sendiri mengajar. Berdasar dari

(19)

yang diberikan oleh guru. Mereka hanya menggunakan catatan yang diberikan guru. Setelah selesai mengerjakan tugas, siswa tidak mempresentasikan hasilnya, tetapi hanya dibahas bersama oleh guru. Hal ini dikarenakan siswa tidak ada yang berani mempresentasikan hasil tugas mereka. Berdasar hasil observasi tersebut, siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar sehingga keaktifan belajar siswa perlu ditingkatkan.

Bertolak dari latar belakang di atas, penulis terdorong untuk mengadakan penelitian tentang “Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Matemaika Siswa SMP kelas IX”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan guru matematika dalam menyampaikan pokok bahasan tertentu.

2. Penggunaan metode pembelajaran mempengaruhi keaktifan belajar siswa. 3. Kurangnya partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

4. Siswa kurang memiliki keberanian untuk mempresentasikan hasil tugas mereka.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari terlalu luasnya masalah yang dibahas dan kesalahpahaman, serta demi keefektifan dan keefisienan penelitian ini, maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Metode pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran dengan metode Course Review Horay.

2. Penelitian ini dibatasi pada keaktifan siswa belajar matematika pada pokok bahasan Statistika dan peluang.

D. Rumusan Masalah

(20)

kooperatif tipe Course Review Horay dapat meningkatkan keaktifan belajar

matematika siswa kelas IX SMP Darul Ma’arif pada pokok bahasan Statistika dan

peluang?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui keaktifan siswa dalam belajar matematika melalui metode Course Review Horay.

2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review horay dapat meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa-siswa SMP Darul Ma’arif Kelas IX.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

(21)

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR,

PENELITIAN YANG RELEVAN DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Landasan Teori

1. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran adalah kegiatan yang bertujuan, yaitu membelajarkan siswa. 2 Pembelajaran juga proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siawa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiaatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik.3 Upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi yang optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Juga merupakan suatu pembelajaran.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai “proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”. Kata ini berasal dari kata kerja belajar yang berarti ”berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang

disebabkan oleh pengalaman”. Pengertian belajar adalah, ”proses perubahan

tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman. Skinner, seperti yang dikutip dalam bukunya Educational Psychology: The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Wittig dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan belajar sebagai: “any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience”.

2 Wina, Sanjaya, Strategi Pembelajaran, “Berorientasi Standar Proses Pendidikan”,

(Jakarta: Kencana, 2006), h. 49

(22)

Belajar adalah perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus sepanjang hayat manusia dan sekaligus merupakan suatu keharusan bagi setiap manusia untuk melakukannnya demi maningkatkan bobot dan kualitas hidupnya. Belajar berakar berakar kepada siswa atau peserta didik karena yang bersangkutanlah yang sangat merasa membutuhkan berdasarkan fitrah atau bakat, talent, bawaan dan potensi terpendam yang dimilikinya untuk diwujudkan dalam bentuk dorongan keingintahuan atau curiorcity dan sifat ingin meniru yang kuat yang dimilikinya.4 Belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Kata belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang unuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.5

Beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang dikutip oleh Alisuf Sabri, seperti pendapatnya Hilgard, Harold Spears, James O . Wittaker, dan Silverman:6

1. Menurut Hilgard

”Learning is the process by which an activity originated or is changed through training procedures (wether in the laboratory or in the natural

environment) is distinguished from change by factors not attributable to

training.” (Pembelajaran merupakan sebuah aktifitas yang menghasilkan perubahan karena latihan baik dipengaruhi atau tidak oleh faktor-faktor yang ada )

2. Menurut Harold Spears

”learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.” (Pembelajaran adalah mengamati, membaca, meniru, mendengar, untuk mengikuti perintah)

4

Aminuddin Rasyat, Makalah ini disampaikan di depan forum para pendidik dan guru-guru dari lembaga pemberdayaan masyarakat komunitas maestro 2012, pada tanggal 29 September 2007. td

5

Slameto, Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1995 ), hal. 2

6

(23)

3. Menurut James O. Wittaker

”learning maybe defined as a process by wich behavior originates or is altered through training or experience.” (Pembelajaran didefinisikan sebagai proses tindakan mengubah dari latihan atau pengalaman )

4. Menurut Silverman

”learning is a process in wich past experience or pratice result in relatively permanent changes in individual’s repertory of responses.”changes” in this definition can be desirable or undersirable. ”Experience” and ”practice” mean that the change in responses cannot be result of maturation, ilness, injury, or bodilygrowht. The limitation expressed by ”relatively permanent” means that tentave behavior changes such as the caused by fatigu, drug, or alcoholed, cannot classed as learning.” (Pembelajaran adalah sebuah proses yang terjadi pada masa lalu atau tindakan yang menghasilkan nilai perubahan yang tetap pada setiap manusia)

Secara umum pembelajaran sebagai “upaya orang yang tujuannya

adalah membantu orang untuk belajar”, dan secara lebih terperinci lagi bahwa pembelajaran sebagai seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar yang sifatnya internal. Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan beberapa hal penting yang berkaitan dengan pengertian belajar sebagai berikut:

1. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan

2. Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan perilaku yang sudah ada

3. Perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh belajar dapat berupa perilaku yang baik atau perilaku yang buruk

(24)

berarti dengan pengalaman atau latihan. Jadi perubahan perilaku akibat kematangan atau pertumbuhan fisik itu bukan hasil belajar.

5. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus relatif menetap bukan perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian cepat hilang kembali.

6. Tingkah laku yang mengalami perubahan akibat belajar itu menyangkut semua aspek kepribadian/tingkah laku individu, baik perubahan dalam pengetahuan, kemampuan, ketrampilan, kebiasaan, sikap, dan aspek perilaku lainnya.

7. Belajar itu dalam praktiknya dapat dilakukan disekolah atau diluar sekolah. Belajar disekolah senantiasa diarahkan oleh guru kepada perubahan perilaku yang baik, sedangkan belajar diluar sekolah dilakukan sendiri oleh individu dapat menghasilkan perubahan perilaku yang baik atau buruk.

Setelah dikemukakan pengertian pembelajaran, selanjutnya akan dibahas mengenai pengertian matematika. Istilah Mathematics (Inggris), mathematik (Jerman), mathematique (Prancis), matematiceski (Rusia), atau mathematik (Belanda), berasal dari bahasa latin mathematica yang diambil dari bahasa yunani mathematike yang berhubungan erat dengan sebuah kata yang mengandung arti belajar (berfikir).7 Matematika dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai ilmu bilangan, hubungan antar bilangan dan operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Matematika menurut Kline merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.8 James sebagaimana dikutip oleh Suherman berpendapat

bahwa “matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan

7

Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: IMSTEP UPI, 2003), h. 15

8

(25)

geometri.”9 Sedangkan Johson dan Rising dalam bukunya mengatakan bahwa

“matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang

logik, matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat,

lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.”10

Menurut Reys, matematika merupakan pola tentang hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.11 Sedangkan menurut Lerner matematika selain sebagai bahasa simbolis juga sebagai bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.12 Dari beberapa pengertian matematika yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah cara berpikir dengan bahasa simbolis yang bernalar deduktif dan induktif yang terdiri dari pengetahuan tentang bilangan-bilangan, bentuk, susunan besaran, konsep-konsep yang berhubungan dan terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.

Matematika merupakan ilmu yang dipelajari di semua pendidikan, ada banyak alasan perlunya belajar matematika. Menurut Cockroft ada 6 alasan mengapa matematika perlu dipelajari, yaitu: (1) selalu digunakan dalam segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika, (3) merupakan sarana komununikasi yang kuat, singkat, dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Dengan demikian pembelajaran matematika adalah proses yang harus lebih dulu dirancang oleh guru agar mampu mengorganisir semua komponen dalam belajar matematika dan hendaknya antara komponen yang satu dengan

9

Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung, IMSTEP upi, 2003), h. 16

10

Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung, IMSTEP upi, 2003), h. 17

11

(26)

yang lainnya dapat berinteraksi secara harmonis dengan tujuan untuk menciptakan belajar matematika yang efektif.

2. Pembelajaran Konvensional

Model pembelajaran konvensional merupakan suatu pembelajaran yang kegiatannya meliputi :

1) Guru menerangkan suatu konsep

2) Guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya 3) Guru memberikan soal latihan

4) Siswa menyimak, mengerjakan tugas-tugas serta ulangan atas tes yang diberikan guru.

Selanjutnya Nasution memberikan ciri-ciri pembelajaran konvensional yaitu :

1) Bahan pelajaran disajikan kepada kelompok tanpa memperhatikan siswa secara individual.

2) Kegiatan pembelajaran umumnya berbentuk ceramah, tugas tertulis dan media lainnya menurut pertimbangan guru.

3) Siswa bersifat pasif karena harus mendengarkan penjelasan guru.

4) Dalam kecepatan belajar, siswa harus belajar menurut kecepatan pada umumnya yang ditentukan oleh kecepatan guru mengajar.

5) Keberhasilan belajar umumnya dinilai oleh guru secara subjektif. 6) Hanya sebagian kecil yang menguasai bahan pelajaran secara tuntas. 7) Guru terutama berfungsi sebagai sumber informasi atau pengetahuan.

(27)

1) Preparasi. Guru mempersiapkan (preparasi) bahan selengkapnya secara sistematis an rapi

2) Apersepsi. Guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian anak didik kepada materi yang akan diajarkan 3) Presentasi. Guru menyajikan bahan dengan cara memberikan ceramah atau

menyuruh anak didik membaca bahan yang telah disiapkan dari buku teks tertentu atau yang ditulis guru sendiri

4) Resitasi. Guru bertanya dan anak didik menjawab sesuai dengan bahan yang dipelajari atau anak didik disuruh menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri (resitasi) tentang pokok-pokok masalah yang telah dipelajari, baik yang telah dipelajari secara lisan atau tulisan.

Demikian juga dalam metode drill, dari waktu ke waktu soal yang diberikan adalah soal-soal dengan tipe yang sama dan tidak bervariasi sehingga soal-soal latihan tahun sebelumnya bisa dipakai dan guru tidak perlu membuat lagi yang baru. Dengan menggunakan metode ini materi ini bisa cepat selesai dan informasi yang diberikan lebih banyak daripada model lainnya, serta guru bisa santai karena tidak usah membuat persiapan-persiapan pembelajaran yang rumit. Oleh karena itu metode ini sering dipakai di sekolah-sekolah sampai saat ini. Karena dalam pembelajaran ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi seakan-akan sudah jadi.14

Pembelajaran konvensional sama dengan pembelajaran tradisional yaitu proses pembelajaran matematika dengan menggunakan metode ekspositori. Siswa dalam kelas ini dianggap memiliki kemampuan pada syarat minimal, minat, kepentingan, kecakapan, dan kecepatan belajar yang diasumsikan relatif sama.

Berdasarkan pengertian di atas, dalam proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran konvensional guru menyajikan pengetahuan kepada siswa dalam bentuk yang telah dipersipkan secara rapi,

(28)

sistematis, dan lengkap. Sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur. Tetapi pada strategi pembelajaran konvensional ini dominasi guru banyak berkurang karena tidak terus menerus bicara. Guru berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal pada waktu-waktu yang diperlukan saja. Pada pembelajaran dengan strategi konvensional ini siswa belajar lebih aktif seperti siswa mengerjakan latihan soal sendiri, mungkin juga saling bertanya dan mengerjakannya bersama dengan temannya atau disuruh membuatnya di papan tulis.

Ciri umum strategi pembelajaran konvensional adalah definisi dan teorema disajikan oleh pengajar, contoh soal diberikan oleh pengajar kemudian latihansoal. Secara garis besar, prosedur pelaksanaannya kurang menekankan aktivitas fisik siswa, yang diutamakan adalah aktivitas mental siswa, sehingga banyak orang beranggapan bahwa strategi pembelajaran konvensional menghasilkan belajar menghafal dan kurang efektif belajar bermakna. Secara umum strategi pembelajaran konvensional sama dengan cara mengajar biasa (tradisional), namun di dalam strategi pembelajaran konvensional dominasi guru berkurang, guru tidak terus berbicara, guru hanya menjelaskan pada bagian-bagian yang diperlukan saja.

3. Keaktifan Belajar Matematika Siswa a. Keaktifan Belajar Siwa

(29)

dimaksudkan bahwa pada prose pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.15

Keaktifan belajar Matematika siswa dapat kita lihat dari keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar yang beraneka ragam seperti pada saat siswa mendengarkan ceramah, mendiskusikan, membuat suatu alat, membuat laporan pelaksanaan tugas dan sebagainya. Paul B. Diedrich dalam Oemar Hamalik membagi kegiatan belajar siswa dalam 8 kelompok, yaitu:16

1. Visual activeties (kegiatan-kegiatan visual) seperti membaca, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau

bermain.

2. Oral Activities (kegiatan-kegiatan lisan) seperti mengemukakan suatu fakta, menghubungkan sutu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Listening Activities (kegiatan-kegiatan mendengarkan) seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan sebagainya.

4. Writing activities (kegiatan-kegiatan menulis) seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagaianya.

5. Drawing activities (kegiatan-kegiatan menggambar) seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagaram, pola, dan sebagainya.

6. Motor activities (kegiatan-kegiatan motorik) seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.

7. Mental activities (kegiatan-kegiatan mental) seperti merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil

keputusan, dan sebagainya.

15Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, “Kontruksi Pengembangan Pembelajaran” (PT

Prestasi Pustakaraya), Cet 1, Jakarta 2010. hal.237

16

(30)

8. Emotional activities (kegiatan-kegiatan emosional) seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.

Klasifikasi aktivitas belajar dari Diedrich di atas menunjukkan bahwa aktivitas dalam pembelajaran cukup kompleks dan bervariasi. Aktivitas di sini tidak hanya terbatas pada aktivitas jasmani saja yang dapat secara langsung diamati tetapi juga meliputi aktivitas rohani. Keadaan di mana siswa melaksanakan aktivitas belajar inilah yang disebut keaktifan belajar. Ketika matapelajaran tidak menarik, seringkali siswa jenuh dan membuat mereka tidak dalam belajar. 17 Untuk itu keaktifan siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini disebabkan karena siswa sebagai subjek didik itu sendiri yang melaksanakan belajar, sehingga siswalah yang seharusnya lebih banyak aktif, bukan gurunya. Perbedaan antara belajar aktif dan pasif menurut Bobby De Potter dan Mike Hernacki seperti dikutip oleh Heni Purwanti (2006:25) dapat dilihat pada tabel berikut:

Table 1: perbedaan belajar aktif dan belajar pasif

Aktif Pasif

Belajar apa saja dari setiap situasi Tidak dapat melihat adanya potensi belajar

Menggunakan apa yang dipelajari untuk mendapatkan manfaat atau keuntungan

Mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman belajar

Mengupayakan agar segalanya

terlaksana Membiarkan segalanya terjadi Bersandar pada kehidupan

Menarik diri dari kehidupan

Berdasar dari perbedaan tersebut, seorang siswa aktif dalam belajar jika siswa tersebut dapat belajar dari situasi apapun, siswa dapat menggunakan apa yang dipelajari sehingga apa yang dipelajari tidak sia-sia. Selain itu siswa yang aktif dalam belajar akan melakukan berbagai usaha untuk mencapai tujuannya. Siswa yang aktif tidak akan menarik diri dari kehidupan karena dari kehidupan tersebut siswa dapat belajar banyak hal.

17

(31)

Dalam rangka menumbuhkan keaktifan belajar matematika siswa disamping metode pembelajaran yang tepat, maka peran guru dalam kelas mempunyai peran yang sangat penting yaitu :

a. Pentingnya Upaya Guru dalam Mengembangkan Keaktifan Belajar Siswa Guru merupakan penanggung jawab kegiatan proses pembelajaran di dalam kelas. Sebab gurulah yang langsung memberikan kemungkinan bagi para siswa belajar dengan efektif melalui pembelajaran yang dikelolanya. Dalam konteks ini Nana Sudjana yang dikutip Cece Wijaya dan A. Tabrani mengemukakan bahwa kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun komputer yang paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi kebiasaan dan lain-lain yang merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa guru memegang peranan penting terhadap proses belajar siswa melalui pembelajaran yang dikelolanya. Untuk itu guru perlu menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses interaksi yang baik dengan siswa, agar mereka dapat melakukan berbagai aktivitas belajar dengan efektif. Dalam menciptakan interaksi yang baik diperlukan profesionalisme dan tanggung jawab yang tinggi dari guru dalam usaha untuk membangkitkan serta mengembangkan keaktifan belajar siswa. Sebab segala keaktifan siswa dalam belajar sangat menentukan bagi keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.

Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasatya mengemukakan bahwa “proses belajar

yang bermakna adalah proses belajar yang melibatkan berbagai aktivitas para siswa. Untuk itu guru harus berupaya untuk mengaktifkan kegiatan belajar

mengajar tersebut.”Selanjutnya tingkat keaktifan belajar siswa dalam suatu proses

(32)

didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri.

Agar siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, maka diperlukan berbagai upaya dari guru untuk dapat membangkitkan keaktifan mereka. Sehubungan dengan pentingnya upaya guru dalam membangkitkan keaktifan siswa dalam belajar, R. Ibrahim dan Nana Syaodih mengemukakan bahwa: Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dalam pengajaran siswalah yang menjadi subjek, dialah pelaku kegiatan belajar.

Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka hendaknya guru merencanakan pengajaran, yang menuntut siswa banyak melakukan aktivitas belajar. Hal ini tidak berarti siswa dibebani banyak tugas. Aktivitas atau tugas-tugas yang dikerjakan siswa hendaknya menarik minat siswa, dibutuhkan dalam perkembangannya, serta bermanfaat bagi masa depannya.Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dalam pembelajaran upaya guru dalam mengembangkan keaktifan belajar siswa sangatlah penting. Sebab keaktifan belajar siswa menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan.18

b. Bentuk Upaya Guru dalam Mengembangkan Keaktifan Belajar Siswa Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dalam pembelajaran, siswalah yang menjadi subjek, jadi siswalah yang menjadi pelaku kegiatan belajar. Demikian pula dalam pembelajaran, agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru hendaknya mengondisikan pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Beberapa bentuk upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran adalah di antaranya dengan meningkatkan minat siswa, membangkitkan motivasi siswa, menerapkan prinsip individualitas siswa, serta menggunakan media dalam pembelajaran.

18

(33)

1. Meningkatkan minat siswa, kondisi pembelajaran yang efektif adalah dengan adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa adanya minat seseorang tidak mungkin akan melakukan sesuatu. Siswa yang memiliki minat yang besar terhadap suatu pelajaran akan lebih aktif untuk mempelajarinya dan sebaliknya, siswa akan kurang keaktifannya dalam mempelajari pelajaran yang kurang diminatinya. Oleh karena itu, William Jams, seperti di kemukakan Moh. Uzer Usman, yang melihat bahwa minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. jadi, minat merupakan faktor yang menentukan keterlibatan siswa secaraaktifdalambelajar.

Sementara Syaiful Bahri Djamarah juga mengemukakan upaya-upaya yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan minat siswa dalam belajar yaitu:

a. Membangkitkanadanyasuatukebutuhan.

b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau. c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik. d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

Beberapa hal tersebut di atas menunjukkan bahwa upaya guru dalam mengembangkan minat belajar siswa sangat penting dilakukan agar dia ikut belajar aktif dalam pembelajarannya.

2. Membangkitkan motivasisiswa, setiap perbuatan individu, termasuk perbuatan belajar didorong oleh sesuatu atau beberapa motif. Motif merupakan suatu tenaga yang berada pada diri siswa yang mendorongnya untuk berbuat mencapai suatu tujuan. Sedangkan motivasi menurut Muh.

Uzer Usman adalah “suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong

tingkah lakunya untuk membuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.”

(34)

semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh penuh, gairah atau semangat. Sebaliknya, belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran. Dengan demikian jelaslah bahwa motivasi sangat diperlukan seseorang dalam melakukan aktivitas belajar.

Tugas guru adalah membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau belajar secara aktif. Motivasi belajar siswa dapat timbul dari dalam individu siswa dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya. Motivasi yang timbul dari dalam diri siswa sendiri tanpa ada ajakan atau pengeruh dari orang lain disebut motivasi intrinsik. Sedangkan motivasi yang timbul akibat pengeruh dari luar diri siswa, apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain disebut motivasi ekstrinsik.

Dari hal tersebut jelas bahwa dalam belajar, siswa mesti memiliki motivasi belajar yang tinggi, baik yang berasal dari dalam diri maupun dari luar diri siswa. Beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi siswa dan menjadikannya aktif dalam mengikuti pembelajaran.

3. Menerapkan prinsip individualitas, salah satu masalah utama dalam pembelajaran ialah masalah perbedaan individual. Seorang guru yang menghadapi 40 orang siswa di kelas, sebenarnya bukan hanya menghadapi ciri-ciri satu kelas, tetapi juga menghadapi 40 perangkat ciri-ciri siswa. Tiap orang siswa memiliki pembawaan-pembawaan yang berbeda, dan menerima pengaruh dan perlakukan dari keluarganya yang masing-masing juga berbeda. Dengan demikian adalah wajar apabila setiap siswa memiliki ciri-ciri individu sendiri. Ada siswa yang badannya tinggi kurus, atau pendek gemuk, cekatan atau lambat, kecerdasan tinggi, sedang atau rendah, berbakat dalam beberapa mata pelajaran, tetapi kurang berbakat dalam mata pelajaran tertentu, tabah, ulet atau mudah putus asa, periang atau perenung, bersemangat atau acuh tak acuh, dan sebagainya.

(35)

belajar mereka. Sementara Bloom yang dikutip oleh Moh. Uzer Usman menyatakan bahwa: Jika guru memahami persyaratan kognitif dan ciri-ciri sikap yang diperlukan untuk belajar seperti minat dan konsep diri pada diri siswa-siswanya, dapat diharapkan sebagian besar siswa akan dapat mencapai taraf penguasaan sampai 75% dari yang diajarkan. Oleh sebab itu, hendaknya guru mampu menyesuaikan proses belajar mengajar dengan kebutuhan-kebutuhan siswa secara individual tanpa harus mengajar secara individual. Maka sangat penting bagi guru untuk melayani perbedaan-perbedaan siswa sehingga memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal dalam pembelajaran.

4. Menggunakan media dalam pembelajaran.Media pembelajaran adalah

“segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran,

perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong

terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.” Media pembelajaran

sebagai perantara sumber pesan dengan penerima pesan yang berperan penting dalam proses pembelajaran. Dalam upaya untuk mengembangkan keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran , hendaknya guru dapat menggunakan media dalam pembelajaran , di samping untuk memperjelas materi yang disampaikan juga akan dapat menarik minat siswa.

Media pembelajaran memiliki arti yang cukup penting dalam kegiatan pembelajaran . Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan materi yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan pelajaran yang disampaikan kepada siswa dapat disederhanakan dengan bantuan media. Dengan demikian siswa akan lebih mudah menerima bahan pelajaran dari pada tanpa penggunaan media.

(36)

untuk belajar . Dengan demikian, maka dengan sendirinya keaktifan belajar para siswa dalam kegiatan pemberbelajaran akan meningkat pula.19 c. Interaksi Pembelajaran

Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan penyediaan kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar peserta didik/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku serta kesadaran diri sebagai pribadi.20

Proses belajar mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi yakni sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan peserta didik sebagai subjek pokoknya. Ciri-ciri interaksi belajar mengajar, yakni memiliki tujuan, ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, ditandai dengan adanya aktivitas, ada guru yang berperan sebagai pembimbing, membutuhkan disiplin dan ada batas waktu untuk pencapaian tujuan serta sudah barang tentu perlu adanya kegiatan penilaian. Interaksi belajar mengajar yang baik, khususnya dalam pembelajaran matematika adalah guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar.

Bruner berpendapat bahwa belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Pemahaman terhadap konsep dan struktur suatu materi menjadikan materi itu dipahami secara lebih komprehenshif, peserta didik lebih mudah mengingat materi itu bila yang dipelajari merupakan pola yang berstruktur.

19

http://abangilham.wordpress.com/2009/03/31/pentingnya-upaya-guru-dalam-mengembangkan-keaktifan-belajar-siswa/ diakses agustus 2010, 20:00 WIB

20

(37)

Dalam belajar matematika peserta didik harus berperan aktif. Peran aktif ini dapat terlaksana apabila menggunakan cara belajar yang sesuai, sehingga diharapkan dapat menyebabkan perkembangan potensi intelektualnya, rasa puasnya serta motivasinya. Ini berati ganjaran diperoleh dari dalam. Menurut Bruner, belajar dari luar biasanya mengakobatkan belajar hafalan sehingga pengertian terhadap matematika yang dipelajari sangat minim.

Konsep-konsep matematika dipelajari menurut tahap-tahap bertingkat seperti halnya dengan tahap periode perkembangan intelektualnya. Menurut Hudoyo, tahap-tahap itu adalah:

a. Permainan bebas (Free Play). Permainan bebas adalah tahap belajar konsep yang terdiri dari aktifitas yang tidak terstruktur dan tidak diharapkan yang memungkinkan peserta didik mengadakan eksperimen dan memanipulasi benda-benda konkrit dan abstrak dari unsur-unsur konsep yang dipelajari itu.

b. Permainan yang menggunakan aturan (Games). Di dalam tahap ini peseta didik mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat di dalam konsep (peristiwa-peristiwa).

c. Permainan mencari kesamaan sifat (Searching for communalities). Membantu peserta didik dalam permainan yang menggunakan aturan untuk dapat melihat kesamaan struktur dengan mentranslasikan dari suatu permainan kebentuk permainan yang lain, sedang sifat-sifat abstrak yang diwujudkan dalam permainan itu tetap tidak berubah dengan translasi itu. d. Permainan dengan representasi (Representation). Dalam tahap ini peserta

didik mencari kesamaan sifat dari situasi yang serupa.

e. Permainan dengan simbolisasi (Simbolization). Permainan dengan menggunakan simbol ini merupakan tahap belajar konsep dimana peserta didik perlu merumuskan representasi dari tiap konsep dengan menggunakan simbol matematika.

(38)

Belajar dari luar biasanya mengakibatkan belajar hafalan sehingga pengertian terhadap matematika yang dipelajari sangat minim. Oleh karena itu terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi belajar matematika, yaitu:

a. Peserta didik

Kegagalan atau keberhasilan belajar sangat tergantung kepada peserta didik. Bagaimana sikap dan minat peserta didik terhadap matematika, bagaimana kesiapan dan kemampuan peserta didik untuk mengikuti kegiatan belajar matematika, bagaimana kondisi fisiologis dan psikologis pada saat belajar matematika. Semua itu sangat menentukan tingkat dan keberhasilan proses dan hasil belajar matematika.

b. Pengajar

Faktor lain setelah peserta didik adalah pengajar. Apabila pengajar mempunyai kemampuan yang baik dalam menyampaikan materi matematika, menguasai materi dengan baik, memiliki pengalaman cukup, kepribadian yang disegani peserta didik, dan memiliki motivasi yang selalu disalurkan kepada peserta didik, maka proses belajar matematika akan belajar efektif karena mutu pengajaran yang tinggi, sehingga peserta tidak mengalami kesulitan dalam belajar matematika.

c. Sarana dan prasarana

Saran yang baik diperlukan untuk menunjang proses belajar yang efektif, seperti buku paket, persediaan perpustakaan dan alat bantu belajar sebagai alat penunjang untuk meningkatkan kualitas belajar peserta didik. Selain sarana diperlukan pula prasarana yang mapan, seperti tata ruang yang bagus, sejuk, bersih, dan tempat duduk yang nyaman. Hal ini akan lebih memperlancar terjadinya proses belajar.

d.Penilaian

(39)

belajar matematika atau terus mempertahankan hasil yang diperoleh dengan maksimal.

Matematika merupakan pelajaran yang sangat penting dalam dunia pendidikan, karena mata pelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan bilangan simbol. Matematika juga merupakan dasar dalam menguasai pelajaran lain. Tujuan belajar matematika adalah untuk menpersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan ke depan melalui latihan atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, efektif, dan koefisien. Untuk mencapai hasil belajar matematika, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Cara penyampaian belajar matematika

Untuk menanamkan pemahaman akan konsep matematika perlu model pembelajaran yang baik. Matematika bukan pelajaran yang sulit asalkan metode pembelajaran sesuai, dan guru harus menguasai materi yang diajarkan agar tidak timbul kesalahpahaman persepsi dan bila persepsi pembelajaran matematika terjadi dengan lancar dan disampaikan secara kontinu (bertahap dan berurutan) maka hasil belajar matematika dapat lebih baik.

2. Batas kemampuan siswa dalam menerima pelajaran matematika

Dalam proses belajar mengajar, guru akan menghadapi siswa yang berbeda dalam penyerapan pelajaran, sehingga guru harus mengetahui apakah siswa tersebut termasuk kategori cepat, sedang atau lambat.

4. Model Pembelajaran Kooperatif a. Pembelajaran Kooperatif

Erman Suherman, menyatakan bahwa pembelajarankooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah timuntuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama.21 Menurut Anita Lie, sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam

21

(40)

tugas-tugas terstruktur disebut sebagaisistem “pembelajaran gotong royong” atau pembelajaran kooperatif22. Posamentier secara sederhana menyebutkan cooverative learning atau belajar secara kooperatif adalah penempatan beberapa siswa dalam kelompok kecil dan memberikan mereka sebuah atau beberapa tugas.23 Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dalam kelompok kecil atau tim untuk salingmembantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi dalam menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untukmencapai tujuan bersama dalam pembelajaran. Pengelompokan yang dikembangkan oleh Gabriele Rico adalah suatu cara memilah pemikiran-pemikiran yang saling berkaitan dan menuangkannya.24 kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif dapat memiliki ciri-cirisebagai berikut:

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.Menurut Roger dan David Johson seperti yang dinyatakan oleh Anita Lie, bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajarankooperatif sehingga untuk mencapai hasil yang maksimal perlu diterapkan limaunsur model pembelajaran kooperatif, yaitu:

a) Saling ketergantungan positif, artinya keberhasilan kelompok sangatdipengaruhi oleh usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompokkerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian

22

Anita Lie, Cooperative Learning mempraktikkan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas, (Grasindo) cet. 8, Jakarta 2008, hal. 12

23

Rachmadi Widdiharto, Model-model pembelajaran matematika SMP, disampaikan pada diklat instruktur/pengembang matematika SMP jenjang dasar tanggal 10–23 Oktober 2004.hal. 13

24

(41)

rupa, sehinggasetiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang laindapat mencapai tujuan mereka.

b) Tanggung jawab perseorangan, artinya setiap anggota kelompok harusmelaksanakan tugasnya dengan baik untuk keberhasilan kelompok.

c) Tatap muka, artinya setiap kelompok harus diberikan kesempatan untukbertemu dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan mendorong siswa untukmembentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota kelompoknya. Intidari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, danmengisi kekurangan masing-masing. d) Komunikasi antar anggota, unsur ini menghendaki agar siswa dibekali

denganberbagai ketrampilan berkomunikasi, karena keberhasilan kelompok jugabergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dankemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

e) Evaluasi proses kelompok, guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagikelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja samamereka agar selanjutnya bisa bekerja sama secara efektif. Menurut Muslimin Ibrahim, model pembelajaran kooperatifsetidak-tidaknya mempunyai tiga tujuan pembelajaran.

Tujuan yang pertama yaitu meningkatkan hasil belajar akademik di mana siswa dituntut untuk menyelesaikantugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalammembantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang modelini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapatmeningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yangberhubungan dengan hasil belajar.

(42)

struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu samalain.

Tujuan ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepadasiswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting untukdimiliki di dalam masyarakat di mana kerja orang dewasa sebagian besardilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain.Terdapat enam langkah utama di dalam menggunakan pembelajarankooperatif.

Adapun Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif adalah: 1) Menyampaikan tujuan dan memotivasisiswa

2) Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajarantersebut dan memotivasi siswa belajar.

3) Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswadengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

4) Mengorganisasikan siswa ke dalamkelompok-kelompok belajarGuru menjelaskan kepada siswa bagaimanacaranya membentuk kelompok belajar danmembantu setiap kelompok agarmelakukan transisi secara efisien.

5) Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompokbelajar pada saat mereka mengerjakantugas mereka.

6) Guru mengevaluasi hasil belajar tentangmateri yang telah dipelajari atau masingmasing

7) kelompok mempresentasikan hasilkerjanya. 8) Memberikan penghargaan.

b. Metode Course Review Horay 1. pengertian Course Review Horay

(43)

belajar ketrampilan dan isi akademik. Pembelajaran dengan metode Course Review Horay juga melatih siswa untuk mencapai tujuan-tujuan hubungan sosial yang pada akhirnya mempengaruhi prestasi akademik siswa. Pembelajaran melalui metode ini dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif yang melahirkan sikap ketergantungan yang positif di antara sesama siswa, penerimaan terhadap perbedaan individu dan mengembangkan ketrampilan bekerjasama antar kelompok. Kondisi seperti ini akan memberikan kontribusi yang cukup berarti untuk membantu siswa yang kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep pada matematika, pada akhirnya setiap siswa dalam kelas dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.

Pada pembelajaran Course Review Horay aktifitas belajar lebih banyak berpusat pada siswa. Dalam hal ini pada proses pembelajaran guru hanya bertindak sebagai penyampai informasi, fasilitator dan pembimbing. Suasana belajar dan interaksi yang menyenangkan membuat siswa lebih menikmati pelajaran sehingga siswa tidak mudah bosan untuk belajar

2. langkah-langkah metode Course Review Horay

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Guru mendemontrasikan/menyajikan materi

3. Memberikan kesempatan siswa Tanya jawab

4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan setiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa.

5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban didalam kotak yang nomernya disebutkan guru dan didiskusikan, kalau benar tanda

benar(√ ) dan salah diisi dengan tanda silang (x).

6. Siswa yang sudah mendapat tanda √ vertical atau horizontal, atau diagonal

harus berteriak hore….atau yel-yel lainnya.

7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah hore yang diperoleh. 8. penutup25

25 Agus Suprijono, “Cooperative Learning teori dan aplikasi PAIKEM”

(44)

5. Statistika dan peluang a. Statistika

1. Pengertian populasi

Populasi adalah kumpulan atau sekelompok objek yang akan menjadi penelitian, tentu saja tiap anggota populasi itu harus mempunyai sifat-sifat yang sama.

2. sampel

Sampel merupakan bagia dari populasi, misalkan pada suatu penelitian yang melibatkan poupulasi dalam jumlah yang banyak, tentu akan memakan biaya dan waktu yang banyak pula oleh karena itu, diambil sampel saja sebagai wakil dari populasi.

3. Penyajian data Statistik a. Penyajian data tunggal b. Penyajian data kelompok

4. Mean(rata-ata), Median dan Modus

Mean, Median dan Modus merupakan ukuran pemusatan data dalam statistik yaitu untuk mencari nilai rata-rata, nilai tengah dan angka yang sering muncul pada sebuah data.26

5. Jangkaun data dan Quartil

Jangkauan (rentangan) selisih antara data terbesar dan data terkecil, sedangkan jangkauan interkuartil adalah selisih antara kuartil atas dengan kuartil bawah.

Quartil berarti pengelompokan empat-empat, membagi data yang telah diurutkan menjadi empat bagian sama banyak. Untuk menyatakan quartil digunakan huruf Q, yang terdiri dari Q1, Q2 dan Q3.

6. Menyajikan data Tunggal dalam Tabel dan Diagram. a. Tabel Frekuensi

26

(45)

yaitu dengan mengubah data tunggal menjadi data kelompok yang disusun dalam bentuk tabel, sehingga data yang sangat banyak lebih mudah dimengerti.

b. Histogram (Diagram batang)

Histogram adalah sebuah Grafik yang disajikan dalam bentuk batang dan ukuran lebarnya sama.

c. Poligon Frekuensi (Diagram Garis)

Poligon Frekuensi adalah sebuah grafik yang disajikan berupa garis-garis yang menghubungkan antara titik satu dengan yang lain.

d. Diagram Lingkaran

Diagram lingkaran adalah sebuah grafik yang disajikan dalam bentuk lingkaran dengan terlebih dahulu menghitung besar sudut pusat pada setiap juring lingkaran sebagai penempatan setiap bagian data.

b. Peluang

1. Pengertian Peluang

Jika kita mengetos (melempar undi) mata uang logam maka permukaanmata uang yang akan nampak (muncul) tidak dapat ditentukan sebelumnya. Jadi munculnya salah satu permukaaan merupakan suatu kemungkinan.

2. Pengertian Percobaan, Ruang Sampel, dan Titik Sampel

Untuk memahami masalah ini, mari kita perhatikan dua benda yang ditunjukkan pada Gambar Mata Uang dan Dadu. Jika uang logam kita lempar ke udara dan jatuh maka hasilnya akan muncul

Gambar (G) atau Angka (A). Jika dadu kita gulirkan ke lantai maka hasilnya akan muncul angka 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.

a) Percobaan melempar uang logam

Himpunan dari semua hasil percobaan yang muncul pada melempar uang

logam, yaitu himpunan {G, A}

(46)

Teori yang berkaitan dengan meramalkan sesuatu kejadian disebut teorikemungkinan atau teori peluang atau probabilitas.

Kegiatan melempar uang logam, menggulirkan mata dadu disebut b) Percobaan menggulirkan dadu

 Pada percobaan menggulirkan dadu, ruang sampelnya adalah {1, 2, 3, 4,5, 6}

 Titik sampelnya adalah 1, 2, 3, 4, 5, dan 6

c).Pengertian Tindakan Acak atau Kejadian Acak melalui Beberapa Percobaan Kita tahu bahwa dalam percobaan, misalnya melempar uang berkali-kali secara acak akan muncul gambar atau angka. Tindakan melempar uang berkalikali secara acak disebut tindakan acak. Seringnya muncul gambar atau angka disebut kejadian acak.

3. Menghitung Peluang

a) Menghitung Peluang dengan Pendekatan Frekuensi Nisbi. Daripercobaan melempar mata uang logam sebanyak 50 kali diperoleh muncul angka 20 kali.

Tentukan:

1) frekuensi nisbi muncul angka 2) frekuensi nisbi muncul gambar! Penyelesaian:

Dari hasil percobaan 50 kali lemparan diperoleh: Muncul angka = 1 kali

Muncul gambar = 1 kali

d. Ruang sampel adalah himpunan dari semua hasil yang mungkin muncul dalam suatu percobaan.

e. Titik sampel adalah setiap anggota dari ruang sampel. B. Kerangka Konseptual

(47)

didominasi oleh guru sehingga siswa cenderung pasif. Oleh karena itu, diperlukan usaha perbaikan yang dapat meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa.

Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif menekankan pada interaksi siswa dan kerjasama kelompok. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah tipe Course Review Horay, dimana dalam proses pembelajarannya siswa lebih banyak belajar pada teman sebaya. Siswa dapat saling mengungkapkan ide bersama temannya, melakukan diskusi dan mengerjakan soal bersama, sehingga diharapkan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay dapat meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa.

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay dapat meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa pada pokok bahasan Statistika dan peluang di SMP Darul

Gambar

Gambar 1       Guru mempresentasikan materi...............................................
Table 1: perbedaan belajar aktif dan belajar pasif
Gambar (G) atau Angka (A). Jika dadu kita gulirkan ke lantai maka
Tabel 2 :  Kriteria Penentuan Penghargaan Kelompok
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan desain penelitian yang terdiri empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan

dengan media pohon pintar. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, refleksi, dan evaluasi dengan

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi dengan menggunakan strategi pembelajaran Index Card Match

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus.Setiap siklus memiliki 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan

Dalam PTK tahap penelitian terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu perencanaan terhadap kegiatan

Proses pelaksanaan dalam penelitian ini terdiri dari 4 tahapan yaitu: Perencanaan (planning), Tindakan (acting), Pengamatan (observing) dan Refleksi