• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK SOL SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DI PT. TRI TUNGGAL BANGUN SEJAHTERA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK SOL SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DI PT. TRI TUNGGAL BANGUN SEJAHTERA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS

PRODUK SOL SEPATU DENGAN

MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DI

PT. TRI TUNGGAL BANGUN SEJAHTERA

David Soefran

Muhammad Zuhca

Octaria Mulyawati

Januar Nasution

Bina Nusantara University, Jakarta Jalan Kebon Jeruk Raya Nomor 27, Jakarta Barat

021-53400660

ABSTRAK

PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera adalah perusahaan yang bergerak di industri

sol sepatu di daerah Tangerang. Barang yang diproduksi adalah berdasarkan pesanan

industri-industri sepatu besar di Indonesia. Produk sol sepatu yang dihasilkan

nantinya akan digunakan sebagai part/bagian dari proses produksi sepatu sebagai sol

sepatu perusahaan pemesan. Sol sepatu yang menjadi hasil produksinya menuntut

adanya peningkatan kualitas secara terus-menerus.

Dari hasil penelitian di lapangan,

didapatkan bahwa tingkat kecacatan selama proses produksi bulan September 2011

hingga Oktober 2011 adalah sebesar 5,19%. Tingkat kecacatan yang tertinggi ada

pada jenis mentah, di mana hal tersebut disebabkan karena proses cetak

menggunakan mesin press yang kurang benar. Usulan perbaikan yang dilakukan

adalah dengan memberikan SOP. SOP adalah serangkaian instruksi kerja yang

dijabarkan seumum mungkin agar dapat menjadi acuan karyawan dalam bekerja.

Dengan menempelkan SOP pada mesin press, tingkat kecacatan dapat berkurang

sekitar 2,04% menjadi 3,15%. Untuk mempertahakan angka tersebut maka harus

dilakukan perbaikan kualitas secara terus-menerus termasuk dengan tetap

menempelkan SOP pada mesin press dan terhadap jenis cacat lainnya.

(2)

ABSTRACT

PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera is a company engaged in the shoe sole industry

in Tangerang. Manufactured goods is based on the order of footwear industries in

Indonesia. Shoe sole product produced will be used as a part / section of the shoe as a

shoe sole production enterprise customer. Soles of shoes are a result of its production

requires an increase in quality on an ongoing basis. From the results of research in

the field, it was found that the degree of disability during the production month of

September 2011 to October 2011 amounted to 5.19%. The highest level of defect is on

pressing process using a pressing machine that is less true. The proposed repair to be

done is to provide SOP. SOP is a set of work instructions may be described as common

in order to be a reference to employees in the work. SOP on a machine with glue press,

the defect rate can be reduced by about 2.04% to 3.15%. To retain these figures it must

be done to improve quality continuously, including the SOP remains stuck in the

machine press and to other types of defects.

(3)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera adalah perusahaan yang bergerak di industri sol sepatu di daerah kota Tangerang. PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera telah berdiri sejak tahun 1990, akan tetapi pada kenyataannya masih terdapat produk yang memiliki kualitas cacat atau belum memenuhi standar kualitas yang ada. Barang yang diproduksi adalah berdasarkan pesanan industri-industri sepatu besar di Indonesia. Produk out-sol sepatu yang dihasilkan nantinya akan digunakan sebagai part/bagian dari proses produksi sepatu sebagai sol sepatu perusahaan pemesan. Out-sol sepatu yang menjadi hasil produksinya menuntut adanya peningkatan kualitas secara terus-menerus.

Sesuai dengan standar PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera dikatakan bahwa berkualitas apabila hasil out-sol yang diproduksi mulus tanpa cacat dan pewarnaan yang tepat. Produk yang cacat tentunya menjadi suatu kerugian bagi perusahaan karena mengakibatkan terjadinya pemborosan dalam produksi, terlebih apabila produk yang rusak (cacat) tersebut jumlahnya melebihi batas toleransi yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa dari data jumlah produksi yang dihasilkan perusahaan masih terdapat produk cacat yang jumlahnya cukup tinggi. Berdasarkan data hasil produksi bulan September 2011 hingga Oktober 2011, hasil produksinya masih memiliki tingkat kecacatan hasil produksi yang lebih dari 5% dari total jumlah out-sol yang diproduksi. Jumlah total produk cacat adalah sebesar 5,19%. Dengan demikian artinya bahwa program pengendalian kualitas produksi out-sol yang diterapkan PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera masih belum optimal sehingga harus dilakukan tindakan analisa terhadap upaya pengendalian kualitas yang diterapkan oleh PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera dan mencari sebab dari terjadinya kecacatan serta mencari solusi perbaikan dengan menggunakan alat bantu statistik sehingga persentase produk cacat dapat menjadi lebih rendah dari yang sebelumnya.

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah yang akan ditulis, yaitu:

1. Apakah produk out-sol berada di dalam batas pengendali statistikal?

2. Bagaimana tingkat kecacatan produk out-sol sepatu di PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera? 3. Jenis kecacatan apa saja yang terjadi pada produk out-sol sepatu di PT. Tri Tunggal Bangun

Sejahtera?

4. Jenis kecacatan apa yang paling dominan pada produk out-sol sepatu di PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera?

5. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab kecacatan dominan pada produk out-sol sepatu di PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera?

6. Bagaimana cara untuk memperbaiki dan mencegah kecacatan yang terjadi pada pembuatan out-sol?

Ruang Lingkup Pembahasan

Karena permasalahan-permasalahan yang ada dalam perusahaan sangat luas, dan agar pembahasan permasalahan bisa lebih terarah maka akan ditentukan batasan masalah yang akan di ulas. Adapun batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penelitian hanya dilakukan pada proses pembuatan out-sol sepatu. 2. Proses produksi dilakukan dengan normal ketika penelitian dilakukan.

3. Faktor - faktor lingkungan yang berpengaruh berada pada kondisi yang tetap, termasuk faktor manusia yang bekerja.

4. Data yang digunakan adalah data produksi selama bulan September 2011 hingga Oktober 2011.

5. Metode yang digunakan adalah metode pengendalian kualitas seven tools. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penulisan karya ilmiah ini adalah: 1. Mengetahui tingkat kecacatan produk sol sepatu di PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera.

2. Mengetahui jenis kecacatan yang paling dominan terjadi pada produk sol sepatu di PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera.

3. Mengetahui faktor-faktor apa yang menjadi penyebab kecacatan produk sol sepatu di PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera.

(4)

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi perusahaan

Sebagai masukan dan sumbangan pikiran untuk menganalisis tentang kualitas produk akhir yang dihasilkan (sol sepatu) dan dalam menentukan kebijakan pengendalian kualitas produksi agar dicapai produk sol berkualitas yang sesuai dengan standar.

2. Bagi penulis

a) Untuk memperoleh gambaran secara langsung tentang pelaksanaan pengawasan proses produksi dan pengawasan kualitas produk akhir yang dilakukan secara nyata oleh perusahaan.

b) Untuk menambah dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh khususnya bidang manajemen produksi dan operasi tentang pengendalian kualitas.

3. Bagi pihak lain

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan acuan dasar bagi peneliti atau pihak - pihak lain dalam melakukan penelitian yang sejenis.

METODE PENELITIAN

Secara rinci, langkah-langkah penelitian yang tertuang dalam diagram alir dapat dijelaskan sebagai berikut:

• Observasi Lapangan

Observasi lapangan dilakukan langsung di PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera. Observasi lapangan dilakukan meliputi kegiatan pengamatan di lantai produksi sol sepatu untuk mengidentifikasikan masalah yang terjadi di dalam perusahaan.

• Identifikasi Masalah

Dari data yang terkumpul dapat ditentukan masalah yang sedang terjadi di perusahaan, yaitu banyaknya jumlah produk sol yang cacat. Hal ini kemungkinan terjadi karena pengendalian kualitas yang telah diterapkan masih belum dapat berjalan efektif. Banyaknya jumlah produk yang cacat dapat mempengaruhi hasil produksi yang akan dicapai, hal ini tentu saja akan sangat berpengaruh bagi perusahaan untuk menghasilkan produk-produk yang berkualitas baik dalam menghadapi ketatnya persaingan industri tanah air.

• Tujuan Penelitian

Bertujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang permasalahan kualitas yang timbul pada produk sol sepatu di PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera dan berusaha untuk mengurangi kesalahan/cacat yang ada dengan mengunakan metode Seven Tools.

• Studi Pustaka

Pada tahap ini dilakukan studi pustaka berupa buku, informasi yang diperoleh melalui internet mengenai 7 (tujuh) metoda pengendalian kualitas dan memilih mana yang paling cocok digunakan dalam penelitian tersebut. Langkah ini dilakukan sebagai landasan dalam penentuan data yang perlu diambil, metoda pengolahan yang bisa digunakan serta analisisnya.

• Pengumpulan Data

Berikutnya adalah mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk kemudian akan diolah menggunakan metode yang telah dipelajari di awal sebelum melakukan penelitian. Data tersebut adalah data jumlah produk sol sepatu yang cacat selama periode produksi bulan September 2011 sampai dengan bulan Oktober 2011. Setelah data terkumpul, maka akan dilakukan uji kecukupan data, apabila data tidak mencukupi maka akan dilakukan penambahan data yang ada, yang kemudian akan diuji lagi kecukupannya sampai bisa lulus uji kecukupan data. Uji kecukupan data menggunakan rumus:

N1≤ N, maka data telah cukup.

• Pengolahan Data

Setelah data berhasil dikumpulkan, semuanya akan diolah sesuai dengan studi pustaka yang telah dipelajari di awal menggunakan metode Seven Tools. Hasil yang akan diperoleh dari tahapan pengolahan data ini adalah jumlah kerusakan/cacat yang terjadi pada proses produksi sol sepatu dan juga penyebab-penyebab terjadinya kerusakan/cacat tersebut.

• Pembahasan dan Analisa Hasil

Berdasarkan data yang telah diolah, langkah berikutnya adalah membahas hasilnya dan menganalisa secara mendalam mengenai masalah yang muncul. Beberapa hal akan dianalisa antara lain jenis kerusakan/cacat yang muncul dan penyebab terjadinya kerusakan/cacat tersebut. Metode

(5)

yang akan digunakan adalah analisis deskriptif. Output dari pembahasan ini adalah mendapatkan sebab-sebab yang paling sering menjadi penyebab terjadinya kerusakan/cacat.

• Kesimpulan dan Saran

Setelah hasil pembahasan dibuat, langkah berikutnya adalah membuat serangkaian kesimpulan yang bisa diambil dari hasil penelitian. Kesimpulan tersebut akan menjadi hasil akhir dari penelitian yang dilakukan. Selain itu juga akan diberikan saran atas kesimpulan yang didapat agar untuk ke depannya masalah tersebut dapat dihindari.

HASIL DAN BAHASAN

Pada tahapan ini semua data yang telah didapatkan sebelumnya akan terlebih dahulu dilakukan perhitungan uji kecukupan data. Apabila sudah dinyatakan cukup, maka dilanjutkan dengan melakukan perhitungan menggunakan metode seven tools atau tujuh alat teknik pengendalian stastisikal, yaitu; check sheet, peta kendali (dalam hal ini adalah peta kontrol p), diagram pareto, histogram, run chart, diagram tebar (scatter diagram), dan diagram sebab-akibat. Nantinya hasil perhitungan yang didapat dari masing-masing metode alat teknik pengendalian stastisikal ini dilakukan analisis dari setiap permasalahan yang timbul.

Setelah semua data dianalisis dengan menggunakan metode seven tools atau tujuh alat teknik pengendalian statistikal, maka akan dilakukan pembahasan lebih dalam mengenai diagram sebab-akibat yang menunjukan penyebab-penyebab dari terjadinya kecacatan produk out-sol.

Faktor-faktor yang dinyatakan menjadi penyebab utama permasalahan tersebut selanjutnya akan dilakukan tindakan perbaikan yang hanya terfokus pada faktor penyebab utama permasalahan tersebut yakni dilakukannya usulan tindakan perbaikan yang hanya terfokus pada faktor penyebab utama permasalahan.

Dengan dibuatnya check sheet untuk proses pembuatan out-sol, nantinya diharapkan dapat diketahui karakteristik kualitas atau Critical to Quality (CTQ) yang menjadi atribut-atribut yang sangat penting untuk diperhatikan. Hasil check sheet ini dapat dijadikan analisis pareto, di mana data kemudian akan diurutkan dari yang terbesar sampai dengan yang terkecil. Karakteristik kualitas (CTQ) yang ditetapkan oleh PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera dalam penentuan pengendalian kualitas out-sol antara lain adalah sebagai berikut:

1. Kurang angin

Terdapat gelembung pada permukaan sol. Hal ini disebabkan pada saat out-sol dicetak, angin yang ada di adonan karet belum dibuang semua.

2. Kurang isi

Hasil out-sol terlalu tipis. Jumlah berat adonan karet yang dicetak kurang dari takaran yang diharuskan.

3. Oversize - tebal

Hasil out-sol terlalu tebal. Jumlah berat adonan karet yang dicetak melebihi takaran yang diharuskan.

4. Mentah

Hasil out-sol lembek dan tidak keras. Hal ini bisa disebabkan karena adonan yang melebihi takaran atau suhu pada saat dicetak kurang panas (berada di bawah 145° C).

5. Keriting

Hasil out-sol yang bergelombang yang disebabkan karena pressing machine kurang menekan pada saat mencetak atau bisa juga.

6. Sobek atau menempel

Hasil produk out-sol menempel pada cetakan di pressing machine sehingga menyebabkan sobek pada saat diangkat.

Dari penjabaran di atas, terlihat bahwa jumlah karakteristik kualitas (CTQ) yang berpengaruh terhadap kualitas dari produk out-sol adalah 6 karakteristik kualitas (CTQ).

Peta kontrol p digunakan untuk mengukur proporsi ketidaksesuaian (cacat/defect) dari barang dalam kelompok yang sedang diamati. Dalam hal ini kelompok yang sedang diamati adalah proses pembuatan out-sol periode September 2011 hingga Oktober 2011 di PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera.

(6)

Gambar 1 Grafik Peta Kontrol P Jumlah Unit Cacat

Dari gambar peta kontrol p yang telah di-plot atau ditebar yang ditunjukan pada gambar di atas terlihat bahwa sudah tidak terdapat data yang berada di luar batas pengendalian statistikal, keseluruhan data pada proses ini sudah berada di dalam batas pengendali atas maupun batas pengendali bawah. Dari hasil pengamatan peta kontrol p, maka data pada proses ini telah dinyatakan stabil.

Gambar 2 Diagram Pareto CTQ Pembuatan Out-sol

Diagram pareto di atas memperlihatkan secara jelas bahwa CTQ atau karakteristik kualitas yang terbanyak menghasilkan produk cacat selama periode September 2011 hingga Oktober 2011 ada pada cacat dengan jenis mentah yakni sebanyak 238 pasang unit atau sebesar 42,7 persen. Kemudian diikuti cacat dengan jenis kurang angin sebanyak 214 pasang unit atau sebesar 38,4 persen. Berikutnya adalah jenis cacat keriting sebanyak 29 pasang unit atau sebesar 5,2 persen, sobek/menempel sebanyak 28 pasang unit atau 5 persen, kurang isi sebanyak 26 pasang unit atau sebesar 4,7 persen. Untuk jenis cacat lain-lain (other) adalah jenis cacat oversize – tebal dengan jumlah cacat sebesar 23 unit pasang atau 4,1 persen.

(7)

Gambar 3 Diagram Tebar (Scatter Diagram) Jumlah Unit Cacat dengan Jumlah Cacat Mentah pada Proses Pembuatan Out-sol

Gambar di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara banyaknya jumlah proses pembuatan out-sol yang cacat dengan jenis cacat mentah selama periode September 2011-Oktober 2011. Dari gambar tersebut juga terlihat bahwa diagram tebar dari dua variabel di atas mempunyai hubungan yang bersifat positif atau berkolerasi positif.

Hal ini menunjukkan bahwa di mana nilai-nilai yang besar dari variabel x yaitu jumlah unit cacat pada proses pembuatan out-sol, berhubungan dengan nilai y yaitu jumlah cacat mentah pada periode September 2011-Oktober 2011. Serta nilai yang kecil dari variabel x berhubungan dengan nilai-nilai yang kecil dari variabel y.

Setelah mengetahui bahwa jumlah cacat mentah mempunyai hubungan yang positif dengan jumlah cacat pada proses out-sol, langkah selanjutnya adalah dengan menentukan seberapa kuatkah hubungan kedua variabel tersebut. Perhitungan analisis korelasi sederhana dapat mengetahui seberapa kuatkah/eratkah hubungan positif antara kedua variabel tersebut.

Faktor-faktor yang menjadi penyebab dari jenis cacat mentah: 1. Faktor Manusia

Faktor yang menyebabkan cacat mentah pada proses pembuatan out-sol salah satunya adalah faktor manusia. Kurangnya pelatihan untuk para pekerja yang menyebabkan kurangnya keahlian sumber daya manusia atau kurangnya keahlian operator/pekerja dapat mempengaruhi kecacatan dalam proses pembuatan out-sol tersebut. Kecacatan yang terjadi pada proses pembuatan out-sol dari faktor manusia juga dapat disebabkan karena tidak adanya prosedur pencetakan out-sol pada mesin press sehingga para operator melakukan pekerjaannya berdasarkan kebiasaan, bukan pada prosedur yang seharusnya.

2. Faktor Material

Faktor material juga mempengaruhi kecacatan mentah pada proses pembuatan out-sol ini. Material yang terlalu tebal (mol yang terlalu berat) saat pencetakan akan menyebabkan bahan menjadi mentah atau matang tidak sempurna.

3. Faktor Metode

Faktor selanjutnya yang menyebabkan cacat mentah pada proses pembuatan out-sol tersebut adalah metode. Metode kerja yang tidak tepat adalah pengaturan suhu yang tidak sesuai. Pengaturan suhu yang kurang dari 145° C, sehingga bahan baku bisa menjadi mentah. Selain itu, operator yang tidak mengetahui dengan jelas mengenai instruksi atau cara kerja yang seharusnya juga dapat menyebabkan bahan baku menjadi mentah. Ini disebabkan karena cara pengolahan yang salah oleh operator.

4. Faktor Mesin

Kondisi mesin yang sudah tua dapat mempengaruhi kecacatan dalam proses pembuatan out-sol. Mesin yang sudah tua terkadang tidak dapat bekerja dengan baik. Pengaturan suhu yang tidak sesuai adalah faktor utama terjadinya kecacatan mentah pada proses pembuatan out-sol. Suhu yang terlalu rendah atau tidak sesuai dengan ketentuan standar dapat membuat bahan baku menjadi tidak matang atau mentah. Mesin yang tidak terawat juga dapat mempengaruhi kecacatan pada proses pembuatan out-sol tersebut, sehingga bisa saja dalam proses pembuatan out-sol mesin menjadi rusak dan bahan baku yang sedang diproses menjadi tidak matang.

5. Faktor Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja yang temperaturnya tidak panas, sehingga membuat lingkungan kerja terasa panas, dan para operator/pekerja tidak dapat bekerja dengan baik. Sirkulasi udara yang kurang dapat menyebabkan kurangnya sirkulasi udara, sehingga uap atau asap hasil proses pembuatan

(8)

out-sol itu sangat terasa sehingga para operator harus menggunakan masker agar uap atau asap hasil proses pembuatan out-sol itu tidak terhirup oleh operator/pekerja. Selain itu suara mesin yang terlalu bising juga dapat membuat operator/pekerja kurang konsentrasi dalam melakukan pekerjaannya.

Usulan Perbaikan

Usulan perbaikan yang dilakukan untuk perbaikan adalah dengan menggunakan metode SOP. Metode SOP yang digunakan adalah penggunaan SOP mengenai cara pengoperasian mesin press dan tabel aturan berat bahan yang akan melalui proses cetak pada saat di mesin press, di mana SOP ini berisi angka-angka aturan berat untuk masing-masing ukuran sol yang hendak dicetak. SOP tabel berat yang dibuat ada 2 jenis, tergantung dari tipe sol yang akan diproduksi. Dengan membuat SOP yang ditempelkan pada masing-masing mesin, operator diharapkan dapat meningkatkan ketelitian dalam menimbang berat karet yang akan dicetak. Timbangan juga sudah disediakan di dekat operator agar berat dapat lebih akurat. Berat yang tidak sesuai akan menyebabkan oversize.

Hasil Usulan Perbaikan

Gambar 4 Diagram Pareto CTQ Hasil Simulasi Perbaikan

Dari hasil pengamatan simulasi usulan pebaikan dengan menggunakan metode SOP, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jenis defect atau cacat, sebelum menggunakan SOP, defect atau cacat yang didapat adalah sebesar 5,19%, sedangkan setelah menggunakan SOP, defect atau cacat menjadi 3,15%. Sehingga penurunan defect atau cacat dari hasil simulasi usulan perbaikan kedua adalah sebesar 2,04%. Metode SOP ini merupakan instruksi bobot dari karet yang perlu diperhatikan dalam mencetak sol. SOP yang telah dibuat ditempelkan pada setiap mesin, karena dengan menempelkan SOP tersebut, setiap operator dapat melakukan pekerjaan sesuai standar yang ada dan kemudian menimbang terlebih dahulu, sehingga berat karet yang akan dicetak sesuai dengan instruksi yang ada, fokus, dan bekerja dengan teliti, dan memudahkan pekerja dalam menimbang karena tidak perlu mengingat terlalu banyak aturan berat karet yang harus dicetak, sehingga jenis defect atau cacat yang terjadi juga akan berkurang. Kondisi pada saat dilakukannya simulasi tidak berbeda jauh dengan kondisi pada saat dilakukannya pengumpulan data. Secara sistem, di PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera tidak terjadi banyak perubahan. Rata-rata total hasil produksi pada saat pengumpulan data dan pada saat dilakukannya simulasi relatif sama, proses pembuatan out-sol pada saat pengumpulan data dan pada saat dilakukannya simulasi masih dilakukan dengan cara atau proses yang sama, proses pembuatannya masih dilakukan di area lingkungan yang sama, dan termasuk juga dengan para pekerjanya yang rata-rata masih dengan pekerja yang sama pada saat pengumpulan data dan pada saat dilakukannya simulasi (tidak terjadi banyak pergantian pekerja).

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

(9)

1.

Produk out-sol sepatu yang diproduksi oleh PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera masih berada di dalam batas pengendalian statistikal. Hal ini ditunjukan dengan data pengamatan pada peta kontrol p yang berada di dalam batas pengendalian statistikal.

2.

Tingkat kecacatan produk out-sol sepatu di PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera yang diproduksi selama periode bulan September 2011 hingga bulan Oktober 2011 adalah sebesar 5,19%.

3.

Jenis kecacatan yang terjadi pada produk out-sol sepatu di PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera antara lain mentah, kurang angin, keriting, sobek atau menempel, kurang isi, dan terlalu tebal (oversize).

4.

Jenis kecacatan yang paling dominan atau paling sering terjadi pada produk out-sol sepatu di PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera adalah jenis cacat mentah yang prosesnya terjadi pada saat pencetakan menggunakan mesin press.

5.

Faktor-faktor yang menjadi penyebab kecacatan dominan pada produk out-sol sepatu di PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera:

Kurang angin

Mentah

Oversize

Keriting

Sobek/Menempel

6.

Cara untuk memperbaiki dan mencegah kecacatan yang terjadi pada pembuatan out-sol adalah dengan membuat SOP untuk proses pressing di mesin press. Cara tersebut sudah disimulasikan di lantai produksi. Pembuatan SOP untuk mesin press terbukti dapat mengurangi tingkat kecacatan pembuatan out-sol sepatu hingga 2,04%.

Saran yang dapat diberikan antara lain adalah:

1.

Berikan training pada karyawan baru hingga benar-benar dinyatakan layak untuk melakukan proses press.

2.

Memasang SOP yang telah dibuat pada setiap mesin press dengan sosialisasi yang jelas mengenai isi dari SOP tersebut, langkah-langkah yang ada dijelaskan secara detail oleh supervisor.

3.

Berikan job description yang jelas untuk masing-masing karyawan sesuai dengan porsinya, sehingga setiap karyawan dapat mengetahui dengan jelas apa saja yang harus dikerjakan dan apa saja yang menjadi tanggung jawabnya.

4.

Dengan adanya sistem yang terstruktur, terdeteksi, maka karyawan yang bekerja bisa melakukan pekerjaannya dengan lebih produktif, barang atau produk yang dihasilkan akan semakin banyak sehingga harga modalnya juga dapat lebih murah.

5.

Buat peraturan tertulis yang jelas bagi para karyawan baik yang terkait secara langsung dengan proses produksi maupun yang tidak. Hal ini dilakukan agar para karyawan terbiasa bekerja secara teratur dan sesuai dengan prosedur yang ada.

6.

Jelaskan dengan detail manfaat apa saja yang akan didapatkan karyawan apabila hasil kerjanya memuaskan (jumlah produk cacat sekecil mungkin). Berikan reward atau penghargaan bagi karyawan yang patuh pada peraturan tersebut. Bonus atau penghargaan dapat diberikan kepada para karyawan dengan hasil produksi yang dapat mencapai target. Bonus dapat diberikan secara tahunan.

7.

Adanya sanksi berupa peringatan lisan maupun tertulis bagi para karyawan yang melanggar aturan. Sanksi tersebut disarankan bukan untuk menghukum karyawan, melainkan untuk memberikan efek jera agar tidak diulangi kembali.

REFERENSI

Besterfield, D. H. (2009). Quality Control (8th edition.). New Jersey: Pearson Prentice Hall. Gasperz, Vincent. (2006). Total Quality Management. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Manghani, Kishu. (2011). Quality assurance: Importance of systems and standard operating procedures, www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3088954/, 20 Agustus 2012.

Montgomery, D. C. (2009). Statistical Quality Control: a modern introduction (6th Edition ed.). Wiley. Munizu, Musran. (2009). Critical Total Quality Management In Manufacturing Companies: A study In Makasar.

Sowiński, Bartosz. (2012). No Room for Complacency - NG2 Group, http://www.manufacturing-journal.net/index.php/component/content/article/ 91-consumer-goods/ 368-ng2-group, Manufacturing Journal, 3 Mei 2012.

(10)

Wahyu Ariani, D. (2004). Pengendalian Kualitas Statistik. Yogyakarta: Andi.

RIWAYAT PENULIS

David Soefran lahir di kota Cirebon pada 13 Agustus 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang teknik industri pada 2012.

Muhammad Zuhca lahir di kota Jakarta pada 13 November 1988. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang teknik industri pada 2012.

Octaria Muliyawati lahir di kota Jakarta pada 8 Oktober 1988. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang teknik industri pada 2012.

Gambar

Gambar 1 Grafik Peta Kontrol P Jumlah Unit Cacat
Gambar 3 Diagram Tebar (Scatter Diagram) Jumlah Unit Cacat dengan Jumlah Cacat Mentah pada  Proses Pembuatan Out-sol
Gambar 4 Diagram Pareto CTQ Hasil Simulasi Perbaikan

Referensi

Dokumen terkait

GUTI ( GUTI (Globally Unique Temporary Identity  Globally Unique Temporary Identity  ) di gunakan ) di gunakan kurang lebih hanya untuk menyembunyikan identitas

• Tidak press adalah keadaan buku dimana buku mengalami kecacatan karena proses pengeleman yang kurang banyak pada bagian cover, yang menimbulkan bagian yang dilem tidak siku. •

Setelah dilakukan analisa menggunakan metode logika fuzzy mamdani di dapatkan nilai evaluasi kinerja pelayanan perawat sebesar 84,9 yang merupakan keanggotaan

Meskipun hepatopankreas (organ asal endoderm) bukan merupakan organ target infeksi virus ini, namun pada organ ini dapat pula ditemukan infeksi WSSV yang

Kebijakan dan kinerja kelembagaan minapolitan juga diharapkan dapat mendukung terjadinya proses integrasi pasar yang dapat mencerminkan adanya keterkaitan antar wilayah

Saya senang sekali membuat proyek itu karena saya bisa belajar banyak informasi tentang Indonesia, kalau misalnya ada tempat-tempat menarik, makanan yang terkenal, tari

Dalam kasus lainnya, karyawan dapat dikatakan memiliki motivasi sangat rendah jika karyawan ingin mendapatkan imbalan (valence tinggi), namun ia tidak yakin bahwa

Setelah melakukan analisis data defect dengan menggunakan beberapa alat yang ada dalam seven tools, dilakukan pengecekan kaizen 5s yang bertujuan untuk mengetahui nilai dari