• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN INDONESIA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan penemuan-penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dll. Tujuan utama mereka adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui inovasi dan kreativitas. Keuntungan dan kekayaan bukan tujuan utama. Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti (Kasmir, 2007 :18)

Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda antar para ahli / sumber acuan dengan titik berat perhatian atau penekanan yang berbeda-beda, diantaranya adalah penciptaan organisasi baru (Gartner, 1988), menjalankan kombinasi (kegiatan) yang baru (Schumpeter, 1934), ekplorasi berbagai peluang (Kirzner, 1973), menghadapi ketidakpastian (Knight, 1921), dan mendapatkan secara bersama faktor-faktor produksi(Say, 1803).

(2)

Selain itu, seorang wirausahawan menjalankan peranan manajerial dalam kegiatannya, tetapi manajemen rutin pada operasi yang sedang berjalan tidak digolongkan sebagai kewirausahaan. Seorang individu mungkin menunjukkan fungsi kewirausahaan ketika membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajerial tanpa menjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan bisa bersifat sementara atau kondisional.

Kesimpulan lain dari kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul resiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya, serta menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi. Istilah wirausaha muncul kemudian setelah dan sebagai padanan wiraswasta yang sejak awal sebagian orang masih kurang cocok dengan kata swasta. Persepsi tentangwirausaha sama dengan wiraswasta sebagai padanan entrepreneur. Perbedaannya adalah penekanan pada kemandirian (swasta), pada wiraswasta, dan pada usaha (bisnis) pada wirausaha. Istilah wirausaha kini makin banyak digunakan orang terutama karena memang penekanan pada segi bisnisnya. Walaupun demikian mengingat tantangan yang dihadapi oleh generasi muda pada saat ini banyak pada bidang lapangan kerja, maka pendidikan wiraswasta mengarah untuk survival dan kemandirian seharusnya lebih ditonjolkan.

(3)

agar lebih memiliki kecerdasan finansial (FQ) maka yang lebih tepat adalah pendidikan wirausaha. Karena kedua aspek itu sama pentingnya, maka pendidikan yang diberikan sekarang lebih cenderung kedua aspek itu dengan menggunakan kata wirausaha. Persepsi wirausaha kini mencakup baik aspek finansial maupun personal, sosial, dan profesional (Soesarsono, 2002 : 48)

Pengembangan kewirausahaan yang dimasyarakatkan secara menyeluruh ke semua lapisan termasuk ke semua instansi baik pemerintah maupun swasta telah berlangsung hingga sekarang. Pelaksanaan program tersebut secara resmi tertuang dalam Instruksi Presiden No.IV Tahun 1995

Mengacu pada program tersebut, sebagaoi generasi muda perlu kiranya untuk menyambut dan melaksanakannya. Hal ini juga termotivasi dengan keadaan bangsa Indonesia sejak berbagai krisis (khususnya bidang ekonomi) sejak tahun 1997 hingga kini kita masih dihadapkan berbagai masalah. Pasar global yang kini telah berlangsung dengan penerapan AFTA ( Asian Free Trade Area ) 2003 juga menjadi perhatian kita bersama, karena mau atau tidak mau, siap atau tidak siap kita harus mengikuti era tersebut.

Kenyataan menunjukkan bahwa sejak krisis ekonomi melanda bangsa Indonesia hingga kini belum menunjukkan perubahan yang berarti, dampaknya pada bertambahnya PHK ( Pemutusan Hubungan Kerja ).

Di sisi lain lulusan Perguruan Tinggi hingga kini belum sepenuhnya terserap dalam lapangan kerja, hal ini berdampak pada banyaknya jumlah pengangguran. Lulusan Perguruan Tinggi sekarang ini harus bersedia bersaing mencari pekerjaan sendiri atau menciptakan peluang kerja bagi dirinya ataupun untuk orang lain.

(4)

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka pengembangan kewirausahaan perlu ditanamkan kepada generasi muda, karena dengan pengembangan jiwa kewirausahaan ini mereka diharapkan berperan sebagai :

1. Pendukung lajunya pembangunan bangsa baik secara fisik maupun non fisik

2. Insan yang berpendidikan, diharapkan sebagai penggerak / motivator dan bertanggung jawab terhadap kemajuan suatu pengetahuan, teknologi dan seni khususnya pengetahuan di bidang kewirausahaan / kemandirian

3. Suri tauladan sebagai praktisi di bidang kewirausahaan yang memiliki pendidikan tinggi, karena selama ini masyarakat kita yang menjadi praktisi di bidang kewirausahaan pada umumnya memiliki pendidikan yang rendah.

4. Sebagai lulusan perguruan tinggi diharapkan tidak sebagai insan pencari kerja, tetapi menciptakan lapangan pekerjaan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas maka penulis dapat mengambil kesimpulan berupa permasalahan yang akan dibahas. Permasalahan itu sebagai berikut :

1. Bagaimana pemahaman penulis tentang konsep dasar dari kewirausahaan ?

(5)

C. TUJUAN

Adapun tujuan yang inigin dicapai dalam penyusunan makalah ini, adalah sebagai berikut :

1. Menambah pengetahuan penulis tentang konsep dasar dari kewirausahaan.

2. Menambah wawasan tentang kewirausahaan, kewiraswastaan, entrepreneurship.

3. Mengetahui ciri – ciri dan kiat menjadi seorang wirausahawan yang berhasil.

4. Meningkatkan rasa tanggung jawab penulis dengan itikad terhadap tugas yang dibebankan kepada mahasiswa.

5. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah kewirausahaan.

D. MANFAAT

Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penyusunan makalah ini yaitu :

1. Dapat menambah wawasan penulis mengenai kewirausahaan, kewiraswastaan, dan entrepreneurship

2. Sebagai wahana untuk melatih penulis dalam membuat makalah tentang kewirausahaan

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. URGENSI PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN

1. Urgensi Pengembangan Kewirausahaan dan Pendidikan Kewirausahaan bagi Bangsa Indonesia

Melihat pengertian dan teori kewirausahaan dikaitkan dengan keadaan dan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini dan saat-saat mendatang dalam rangka mensukseskan tujuan nasional mencerdaskan dan mensejahterakan kehidupan yang saat ini jumlahnya melebihi 200 juta penduduk dengan lokasi yang tersebar lebih dari seribu pulau ini, pastilah merupakan tantangan yang tidak kecil dan harus dihadapi secara tepat dan sistematis.

Bagaimana pentingnya pengembangan kewirausahaan dan pendidikan kewirausahaan bagi bangsa Indonesia kiranya dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Indonesia di awal abad 21 dilihat dari segi jumlah penduduk telah menjadi negara terbesar kelima di dunia, dengan sebagian besar penduduknya adalah angkatan kerja, dan sebagian dari jumlah itu adalah tenaga muda alumni Perguruan Tinggi. Jumlah penduduk yang besar tersebut bisa saja merupakan potensi apabila berkualitas baik, tetapi apabila tidak jumlah penduduk yang besar itu akan menambah bertanya beban pembangunan. b. Menurut penelitian, tampaknya ada korelasi antara jumlah penduduk yang

berkewirausahaan dan tingkat kemakmuran suatu masyarakat. Negara yang maju memiliki wirausahawan lebih dari 6% jumlah penduduk, sedang jumlah wirausahawan Indonesia menurut penelitian tahun 1982 belum mencapai 0,5%.

(7)

atau suku bangsa, atau lamanya kemerdekaan yang telah dialami, tetapi adalah terletak pada kualitas manusianya.

Selain itu, terdapat uraian bahwa bangsa Indonesia menilai pengembangan entrepreneurship (kewirausahaan) adalah kunci kemajuan. Hal itu dinilai karena itulah cara mengurangi jumlah pengangguran, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan keterpurukan ekonomis, serta meningkatkan harkat sebagai bangsa yang mandiri dan bermartabat. Dengan kecilnya jumlah entrepreneur, kewirausahaan menjadi keharusan. Dialah kunci kemajuan. Dunia membutuhkan solusi masalah yang bisa mewujudkan impian jadi kenyataan, dilandasi ambisi dan keberanian mengambil risiko secara cerdas.

2. Urgensi Pengembangan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi Program pengembangan jiwa kewirausahaan telah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesiapada bulan Juli 1995. Setelah itu diluncurkan berbagai program rintisan pengembangan jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa. Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), KKN-Usaha dan Cooperative Education (Co-op) yang diluncurkan beberapa saat setelah pencanangan Presiden tersebut, telah banyak menghasilkan alumni yang terbukti lebih kompetitif di dunia kerja. Hasil-hasil karya invosi mahasiswa melalui PKM potensial tersebut ditindaklanjuti secara komersial menjadi sebuah embrio bisnis berbasis IlmuPengetahuan, Teknologi dan Seni (Ipteks).

Program rintisan yang telah di uji cobakan di beberapa perguruan tinggi antara lain sebagai berikut :

a. Kuliah Kewirausahaan Secara Terstruktur

(8)

jurusan / prodi yang ada. Komitmen dan dukungan top leader di PT sangat dibutuhkan untuk mewujudkan hal ini.

b. Kuliah Kerja Nyata Usaha

Mahasiswa sebagai calon wirausahawan masih perlu dibekali kemampuan, keterampilan, keahlianmanajemen, adopsi inovasi teknotogi, keahlian mengelola keuangan / modal maupun keahlian pemasaran melalui pengalaman langsung dalam dunia usaha. KKN yang diaplikasi pada kegiatan usaha UKM ini, akan sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk lebih mengenal praktik kewirausahaan secara langsung. Sayangnya uji coba program ini tidak berlanjut pada desiminasi konsep penyelenggaraannya.

c. Klinik Konsultasi Bisnis dan Penempatan Kerja (Job-Placement Center )

Program yang sudah berjalan melalui bantuan US-AID dan HEDS di Wilayah Indonesia Barat akan terus dikembangkan ke perguruan tinggi lain. Konsultasi Bisnis dan Penempatan Kerja (KBPK) yang dikembangkan dari Pusat Konsultasi bagi pengusaha kecil dan menengah merupakan salah satu kegiatan yang dapat memberikan pelayanan kepada alumni Perguruan Tinggi yang beminat menjadi pengusaha baru, atau pengusaha kecil yang telah berkecimpung dalam dunia usaha. KBPK mendidik staf pengajar memperoleh pengalaman praktis dalam dunia usaha dengan cara memberikan konsultasi kepada pengusaha kecil dan menengah. KBKP juga membuka akses untuk sumberdaya bahan baku, pasar,sumber daya keuangan, sumber daya informasi, serta membangun jaringan kerja untuk meningkatkan sinergi antar pengusaha kecil dan menengah. Program ini tidak sepenuhnya berlanjut karena alasan sumber daya manusia yang relatif terbatas.

d. Magang Kewirausahaan

(9)

Program Magang Kewirausahaan merupakan kegiatan mahasiswa untuk memperoleh pengalaman kerja praktis pada usaha kecil dan menengah termasuk melakukan identifikasi permasalahan, analisis dan penyelesaian permasalahan dan manajemen, pemasaran, serta teknologi. Magang Kewirausahaan adalah kegiatan di mana mahasiswa benar-benar bekerja sebagai tenaga kerja di usaha kecil atau menengah. Magang juga menciptakan keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara Perguruan Tinggi dengan usaha kecil menengah. Di samping itu, Staf pengajar yang menjadi pembimbing mahasiswa memperoleh manfaat dalam hal pengalaman praktis wirausaha dan akses kepada kalangan usaha kecil dan menengah. Sayangnya program ini tidak berlanjut. Dana dan komitmen Ketua Jurusan sebagai salah satu penyebabnya. e. Karya Alternatif Mahasiswa atau Program Kreativitas Mahasiswa

(10)

untuk membekalinya dengan keterampilan menghasilkan produk dan pengetahuan tentang bisnis rintisan.

f. Inkubator Wirausaha Baru

Program inkubator di beberapa perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta yang bekerjasama dengan Kantor Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha kecil, akan dikembangkan tidak hanya bagi pengusaha kecil, industri kecil atau koperasi, tetapi juga mengikut sertakan mahasiswa /alumni dalam penciptaan wirausaha baru.

Inkubator Wirausaha Baru adalah suatu fasilitas yang dikelola oleh sejumlah staf terbatas dan menawarkan suatu paket terpadu kepada pengusaha atau mahasiswa dan alumni dengan biaya terjangkau selama jangka waktu tertentu (2–3 tahun). Paket terpadu tersebut meliputi :

1) Sarana fisik atau gedung, dan fasilitas kantor yang dapat dipakai Bersama 2) Kesempatan akses dan pembentukan jaringan kerja dengan jasa

pendukung teknologi dan bisnis : sumber daya teknologi dan informasi, sumber daya bahan baku, sumber daya keuangan

3) Pelayanan konsultasi yang meliputi aspek teknologi, manajemen, dan pemasaran

4) Pembentukan jaringan kerja antar pengusaha

(11)

bisnis rill melalui fasilitasi start-up bussines. Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) dimaksudkan untuk memfasilitasi para mahasiswa yang mempunyai minat dan bakat entrepreneurship untukmemulai berwirausaha dengan basis ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang sedang dipelajarinya. Tujuannya membentuk softskill agar mahasiswa berperilaku sesuai karakter wirausaha.

Fasilitas yang diberikan meliputi pendidikan dan pelatihan kewirausahaan magang, penyusunan rencana bisnis, dukungan permodalan dan pendampingan usaha. Program ini diharapkan mampu mendukung pencapaian visi-misi pemerintah dalam mewujudkan kemandirian bangsa melalui penciptaan lapangan kerja dan pemberdayaan UKM.

Prosedur operasional standar dari Program Mahasiswa Wirausaha meliputi persiapan program, pembekalan dalam bentuk Diklat kewirausahaan,magang ke UKM, dan penyusunan business plan, pendampingan dalam hal star-up business dan business establishmen, dan Monev

(12)

Mencermati program-program sebagaimana diurai di atas, pemerintah dan pimpinan PT mempunyai peran penting dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan mahasiswa. Namun secara operasional terdapat terdapat 3 (tiga) unsur penting yang menjadi kunci keberhasilan pengembangan jiwa kewirausahaan di perguruan tinggi adalah mahasiswa, kurikulum, dosen pembina kewirausahaan.

Agar sistem budaya kewirausahaan ini dapat dibumikan di perguruan tinggi, maka perlu dilakukan mapping potensi dan permasalahan di sekitar ketiga unsur tersebut.

a. Unsur Mahasiswa

Di perguruan tinggi, dunia kewirausahaan masih dipandang sebelah mata oleh sebagian mahasiswa dan juga dosen. Banyak potensi dan peluang yang semestinya bisa dimanfaat mahasiswa untuk kepentingan pembelajaran dan pembumian sistem budaya kewirausahaan ini, namun sayangnya belum dimanfaatkan sepenuhnya. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas untuk menanamkam jiwa kewirausahaan pada mahasiswa.

Hasil penelitian mengatakan bahwa ada 3 faktor dominan dalam memotivasi sarjana menjadi wirausahawan yaitu faktor kesempatan, faktor kebebasan,dan faktor kepuasan hidup (Sutabri, 2008). Ketiga faktor itulah yang membuat mereka menjadi wirausahawan. Penelitian ini sangat membantu pihak perguruan tinggi dalam memberikan informasi kepada para mahasiswanya, bahwa menjadi wirausahawan akan mendapatkan beberapa kesempatan, kebebasan dan kepuasan hidup.

(13)

Motivasi yang cukup, memicu keberanian mahasiswa untuk mulai mencoba berpengalaman di bidang kewirausahaan. Dengan semakin banyaknya mahasiswa memulai usaha sejak masa kuliah, maka besar kemungkinan setelah lulus akan melanjutkan usaha yang sudah dirintisnya. Sehingga bisa membuka lapangan kerja dan diharapkan dapat ikut mengurangi jumlah pengangguran.

Beberapa program rintisan pengembangan jiwa kewirausahaan bagi mahasiswa yang saat ini perlu dilanjutkan dengan modifikasi tertentu antara lain Sebagai berikut :

1) Mahasiswa wajib mengikuti kuliah kewirausahaan secara terstruktur, yang dilakukan secara menyeluruh di setiap jurusan atau Prodi. Kendala pembina mata kuliah Kewirausahaan dapat diatasi dengan membentuk Team Teaching.

2) Pada tahap awal, separuh dari mahasiswa yang memprogramkan KKN diberi kesempatan untuk mengambil program KKN-Magang Usaha. Pada tahap selanjutnya, jumlah dapat ditingkatkan sesuai dengan hasil evaluasi. KKN-Magang Usaha ini merupakan perpaduan antara KKN dan magang kewirausahaan. Untuk itu program dirancang dengan baik, dilakukan pembekalan (Diklat, pengenalan kasus usaha), pendampingan,dan Monev).

3) Mahasiswa diberi kesempatan membantu Klinik Konsultasi Bisnis dan Penempatan Kerja (JobPlacement Center) untuk media belajar bagi mahasiswa.

(14)

asosiasi berbagai badan asosiasi bisnis, instruktur, dosen atau guru bisnis, biro konsultan bisnis, dan sejenisnya.

5) Mengembangkan koperasi mahasiswa. Model yang dikelola dengan menggunakan pendekatan profesionalisme yang sekaligus berfungsi sebagai tempat pembelajaran kewirausahaan.

6) Mahasiswa mengembangkan berbagai kerjasama dengan pihak eksternal dan alumni yang berhasil dalam bidang kewirausahaan.

7) Perguruan Tinggi mendirikan Inkubator Wirausaha yang pengelolaannya dilakukan oleh orang profesional yang berfungsi pula sebagai laboratorium / pusat kajian bisnis. Mahasiswa dapat memanfaatkan fasilitas pusat bisnis ini untuk pembelajaran kewirausahaan.

b. Unsur Kurikulum

Unsur kedua yang menjadi kunci keberhasilan pengembangan kewirausahaan adalah kurikulum yang diberlakukan di suatu Perguruan Tinggi. Kurikulum di desain sedemikian rupa untuk dijadikan acuan dalam penyelenggaraan perkuliahan mahasiswa.

(15)

permintaan mahasiswa pada mata kuliah kewirausahaan yang terus meningkat.

Pada umumnya di perguruan tinggi yang ada di tanah air menyelenggarakan mata kuliah kewirausahaan, walaupun intensitas dan proporsinya mungkin berbeda satu dengan lainnya. Berdasarkan pengamatan di beberapa PTN didapati suatu kesimpulan bahwa tidak semua jurusan menyajikan mata kuliah atau pendidikan kewirausahaan sebagai mata kuliah yang berdiri sendiri. Fakta lain, jurusan-jurusan yang menyajikan mata kuliah/pendidikan kewirausahaan,substansi materi yang disajikan dalam mata kuliah kewirausahaan relatif telah memadai (Siswoyo, 2008).

Beberapa ketua jurusan yang tidak menyajikan mata kuliah Kewirausahaan baik sebagai mata kuliah yang berdiri sendiri maupun ditempelkan pada beberapa mata kuliah yang relevan, diperoleh alasan sebagai berikut :

1) Jumlah SKS yang tersedia dirasakan tidak memadai lagi untuk ditambahkan mata kuliah diluar target kurikulum.

2) Belum diperoleh dukungan dari dewan dosen dengan alasan yang belum jelas, untuk memasukkan mata kuliah kewirausahaan. Namun sebagai wacana, banyak di antara ketua jurusan yang ingin menyajikan mata kuliah kewirausahaan di masa mendatang.

3) Penyajian mata kuliah Kewirausahaan dititipkan pada mata kuliah yang relevan, namun porsi substansi content-nya masih relatif kecil/terbatas.

(16)

5) Terkendala oleh staf pengajar yang tidak atau kurang mempunyai kompetensi yang memadai untuk mengajarkan atau membina mata kuliah kewirausahaan.

Berdasarkan alasan para Kajur di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak semua jurusan sepakat memasukkan kewirausahaan dalam kurikulumnya. Kewirausahaan dianggap bukan sebagai sesuatu yang perlu dibekalkan pada mahasiswa. Selain tidak sejalan dengan kompetensi bidang ilmu yang ditargetkan,kendala kompetensi dosen pengajar atau Pembina kewirausahaan menjadi alasan yang utama.

Untuk itu, perlu dilakukan berbagai upaya yang sungguh-sungguh untuk menelaah kembali kebijakan pencantuman mata kuliah kewirausahaan ini dalam kurikulum jurusan yang ada di PT, dan mengesampingkan pemikiran ”relevansi latar keilmuan”. Artinya, pencatuman mata kuliah kewirausahaan tidak perlu mempermasalahkan koherensi substansi mata kuliah kewirausahaan dengan bidang ilmu utama yang diemban jurusan.

Pimpinan perguruan tinggi diharapkan ikut memotivasi jajarannya, agar pengetahuan, wawasan dan ketrampilan mahasiswa di bidang kewirausahaan dapat ditingkatkan tanpa mempermasalahkan keselarasannya dengan kompetensi keilmuan yang diampu mahasiswa. Hal ini menjadi penting ketika daya serap lulusan PT terhadap kompetensi yang diampu relatif kecil, dan ke depan diprediksi akan semakin kecil.

c. Unsur Dosen Pembina Kewirausahaan

(17)

dibandingkan dengan ranah pengetahuan. Untuk mewujudkannya, biasanya terkendala oleh keberadaan kompetensi dosen yang menguasai praktik kewirausahaan.

Pengembangan jiwa kewirausahaan seorang dosen, hakikatnya berlangsung secara alamiah. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu akan bertindak rasional. Tindakan rasional ini diwujudkan dalam bentuk pilihan alternatif yang berujung pada perhitungan untung rugi. Perhitungan untung rugi merupakan tindakan ekonomi yang berorientasi pada penerapan prinsip ekonomi. Jadi, setiap individu pada dasarnya telah mengembangkan jiwa kewirausahaan. Namun, jika ingin memerankan dirinya sebagai pembina kewirausahaan, tidak cukup dengan mengandalkan perilaku alamiah tersebut. Namun seorang dosen harus membekali dirinya dengan berbagai pengetahunan dan ketrampilan bi bidang kewirausahaan.

Pengembangan jiwa kewirausahaan dosen dapat dilakukan melalui hal-hal sebagai berikut :

1) Kewirausahaan dosen dibangun di atas keilmuan atau disiplin yang diampunya selama ini. Latar keilmuan yang diampu tidak dimarginalkan,bahkan keduanya merupakan satu kesatuan yang saling bersinergi. Diperlukan pemahaman yang sungguh-sungguh agar keduanya dapat saling diintegrasikan. Misalnya, seorang ahli biologi dapat memanfaatkan keilmuannya untuk mencari peluang-peluang bisnis yang dapat memberikan value bidang biologi pada konsumen yang dibidiknya

(18)

Centre (UCEC) guna menciptakan tamatan Perguruan Tinggi yang siap memasuki lapangan kerja.

3) Unsur instrumen yang terdiri dari fakultas / jurusan,Lemlit dan LPM senantiasa menciptakan suatu tatanan dan arahan agar dosen dalam melaksanakan tridarma perguruan tinggi senantiasa memanfaatkan peluang usaha berdasar aktivitas tridarma yang dilaksanakan. Misalnya, karya penelitian tidak berakhir dengan dibuatnya laporan, namun selalu memikirkan pemanfaatan karya tersebut untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan orang lain. Sehingga karya penelitian tersebut dapat menghasilkan peluang memperoleh pendapatan. Demikian juga, untuk kegiatan pendidikan dan pengajaran, maupun pengabdian pada masyarakat yang dapat memanfaatkan hasil temuannya untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan.

(19)

Gambar 2. Model Pengembangan Jiwa Kewirausahaan 3. Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan ( PKMK )

a. Pengertian Latar Belakang dan Hasil yang Diharapkan

Telah diketahui bahwa DIKTI pada beberapa tahun yang lalu hingga kini melancarkan berbagai program pengembangan penalaran dan keilmuan untuk merangsang pertumbuhan mahasiswa dalam persiapan menjadi sarjana yang mandiri, profesional dan bermanfaat bagi nusa dan bangsa. Beberapa program tersebut antara lain adalah LKIP ( Lomba Karya Inovatif Produktif ), LKTI ( Lomba Karya Tulis Ilmiah ), Karya Alternatif Mahasiswa (KAM)

PKM Kewirausahaan (PKMK) merupakan kreativitas penciptaan ketrampilan berwirausaha dan berorientasi pada profit, umumnya didahului oleh survai pasar, karena relevansinya yang tinggi terhadap terbukanya peluang perolehan profit bagi mahasiswa. Perlu ditegaskan di sini bahwa penciptaan ketrampilan berusaha yang dimaksud adalah untuk mahasiswa pengusul PKMK, begitu juga pelaku aktivitas usaha/bisnis yang didanai dalam PKMK adalah kelompok mahasiswa pengusul PKMK. Kelompok mahasiswa pengusul sebagai wirausahawan baru bisa menjalin kerja sama dengan kelompok masyarakat produktif, namun dana PKMK tidak dimaksudkan untuk membantu peningkatan ekonomi kelompok masyarakat tertentu. Dalam PKMK sama sekali tidak diijinkan dilakukannya penelitian/percobaan untuk mencari temuan.

(20)

demikian, diharapkan dapat dihasilkan produk yang menjadi landasan selanjutnya bagi para mahasiswa untuk berkarya kreatif di masyarakat setelah lulus sebagai sarjana. Oleh karena itu, hasil Program Kreativitas Mahasiswa inilah dimungkinkan dapat diusulkan ke Program studi atau Fakultas masing masing sebagai pelaksana sebagai karya tugas akhir.

Tujuan penyelenggaraan Program Kreativitas Mahasiswa untuk meningkatkan iklim akademik yang kreatif, inovatif, visioner, solutif dan mandiri. Meningkatkan mutu peserta didik (mahasiswa) di Perguruan Tinggi agar kelak dapat menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademis danatau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan meyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian serta memperkaya budaya nasional. PKM mencakup 7 (tujuh) bidang yang masing -masing memiliki tujuan spesifik.

Hasil yang diharapkan dari program ini antara lain :

1) Kegiatan kreatif yang dilakukan oleh mahasiswa yang sesuai dengan minat dan bakat masing masing, baik terkait dengan bidang profesi maupun yang lain.

2) Temuan kreatif dari para mahasiswa yang dapat menunjang pelaksanaan pembangunan di lingkungan kampus, perkotaan dan pedesaan

3) Calon pemimpin bangsa yang kreatif

b. Sistematika dan Penjelasan Usulan Program

Sistematika dan penjelasan penulisan usulan program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) sebagai berikut : 1) Judul Program

Judul kegiatan PKMK hendaklah singkat dan spesifik, tetapi cukup jelas memberi gambaran mengenai kegiatan PKMK yang diusulkan.

(21)

Khusus PKMK, uraikan proses dalam mengidentifikasi peluang usaha. Gambarkan secara kuantitatif potret, profil dan kondisi khalayak sasaran yang akan dilibatkan dalam kegiatan PKMK. Gambarkan pula kondisi yang mengarah pada kebutuhan komoditas atau dasar penetapan komoditas. Perlu dijelaskan situasi dan motivasi mahasiswa untuk melaksanakan program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan. Jika perlu lakukan sebelum merencanakan PKMK dengan penelitian awal atau survei pasar tentang kebutuhan pasar secara kuantitatif. Uraikan pula pola penetapan dosen pembimbing dan institusi pelaksana.

3) Perumusan Masalah

Rumusan masalah mengacu pada usaha yang prospektif, tidak banyak saingan dan diterima di pasar

4) Tujuan Program

Nyatakan tujuan secara spesifik yang ingin diraih melalui kegiatan PKMK khususnya terkait pada ketrampilan berwirausaha mahasiswa berbasis sains, seni , dan teknologi

5) Luaran yang Diharapkan

Serasikan target luaran kegiatan PKMK dengan pilihan jenis produk yang akan dihasilkan, dan uraikan dengan baik mengapa pilihan target luaran ditetapkan seperti itu.

6) Kegunaan program

Jelaskan manfaat kegiatan secara luas, tunjukkan bahwa produk komoditas memberikan dampak ekonomis yang signifikan dan memberikan nilai tambah dari sisi IPTEK.

7) Metodologi Pelaksanaan Program

(22)

Jelaskan pola pendistribusian jenis ketrampilan yang dilatihkan, apakah setiap mahasiswa atau kelompok akan dibekali ketrampilan spesifik ataukah jenis ketrampilan yang sama diberikan kepada seluruh mahasiswa pelaksana PKMK.

Serasikan seluruh jenis kegiatan yang akan dilakukan dengan batasan waktu pelaksanaan yang diijinkan.

8) Jadwal Kegiatan Program

Jelaskan secara rinci mengenai rencana persiapan pelaksanaan (termasuk pelaksanaan seleksi calon peserta), pelaksanaan dan evaluasi PKMK serta jadwal keseluruhan (tentative).

9) Nama dan Biodata

Tunjukkan masing – masing biodata ini antara lain berisi : a) Nama

b) NIM

c) Program studi / jurusan

d) Jenjang Pendidikan : Diploma / Strata 1 e) Tempat / tanggal lahir

f) Kualifikasi bidang keilmuan

g) Riwayat singkat yang bersangkut paut dengan aktivitas wirausaha dari keluarga pelaksana PKMK, jika tidak ada sejarah wirausaha yang dituliskan, silahkan dikosongkan (berlaku untuk Ketua dan anggota calon peserta PKMK)

10) Biaya

Jumlah dana untuk 1 kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan ini maksimal Rp. 6.000.000,00 yang alokasi penggunaannya sebagai berikut :

a) Pengadaan bahan habis pakai b) Peralatan penunjang

(23)

d) Dokumentasi

e) Lain lain : konsumsi, pembuatan laporan, sewa tempat, pameran, dan sebagainya

11) Lampiran

Berisi antara lain : gambar produk ( foto ), rencana kerja sama dengan mitra usaha, mitra sumber dana dan sebagainya.

B. ISTILAH KEWIRAUSAHAAN, KEWIRASWASTAAN , DAN ENTREPRENEURSHIP

Istilah kewirausahaan mulai dipopulerkan tahun 1990-an. Saat-saat sebelumnya yang banyak digunakan adalah istilah kewiraswastaan dan entrepreneurship. Istilah kewirausahaan dianggap lebih cenderung untuk dipadankan dengan istilah entrepreneurship daripada istilah kewiraswastaan yang lebih cenderung diartikan bersangkutan dengan kepengusahaan bisnis serta segala aktivitas yang non pemerintah. Namun demikian dalam praktek sampai saat ini ketiga istilah itu sering dipakai secara bergantian, yang satu seolah-olah sebagai padanan bagi yang lain. 1. Pengertian Harafiah

Kewirausahaan berasal dari kata wirausaha diberi awalan ke dan akhiran an yang bersifat membuat kata benda wirausaha mempunyai pengertian abstrak, yaitu hal-hal yang bersangkutan dengan wirausaha. Lebih lanjut bila wira diartikan sebagai berani dan usaha diartikan sebagai kegiatan bisnis yang komersial maupun non bisnis dan non komersial, maka kewirausahaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan keberanian seseorang untuk melaksanakan sesuatu kegiatan bisnis/ non bisnis (cara mandiri).

2. Menurut Frank Knight (1921)

(24)

wirausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti pengarahan dan pengawasan.

3. Penrose (1963)

Mengidentifikasi kegiatan kewirausahaan yang mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan.

4. Harvey Leibenstein (1968, 1979)

Kewirausahaan mencakup kegiatan kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.

5. Menurut hasil Simposium Nasional Kewirausahaan 7-8 Februari 1995 di Jakarta

Kewirausahaan adalah kesatuan terpadu dari semangat, nialai-nilai dan prinsip serta sikap, kiat, seni, dan tindakan nyata yang sangat perlu, tepat dan unggul dalam menangani dan mengembangkan perusahaan atau kegiatan lain yang mengarah pada pelayanan terbaik kepada pelanggan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan termasuk masyarakat, bangsa, dan negara.

Pengertian ini kemudian diakomodasi dan dimantapkan dalam Inpres No.4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan, dengan kalimat sebagai berikut:

Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.

(25)

semata) tapi juga kegiatan yang tidak komersial sejauh dilakukan dengan semangat, sikap atau perilaku yang tepat dan unggul untuk meningkatkan efisiensi dalam arti seluas-luasnya dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik kepada semua pihak yang berkepentingan (langganan dalam arti luas, termasuk masyarakat, bangsa, dan negara).

6. Pengertian entrepreneur dan entrepreneurship

Dalam lingkungan bisnis yang sangat kompetitif kesuksesan sangat bergantung dari entrepreneurship. Entrepreneurship menurut Edvarson, 1994 (dalam Makalah Wahid Ciptono,1999) adalah sebuah kata yang digunakan untuk menjelaskan perilaku-perilaku pemikiran strategis dan berani mengambil resiko yang akan memberikan hasil peluang bagi individu dan organisasi.

(Entrepreneurship is behavior that is dynamic, risk taking, reactive and growth oriented, entrepreneurship is a person who is willing to take action to pursue opportunities in situations other view as problem or threats).

Ciri-ciri seorang entrepreneur menurut Edvardson adalah sebagai berikut:

a) Internal locus of control (memiliki sikap/ketetapan hati) b) High energy level (bersemangat tinggi)

c) High need for achievemant (motivasi berprestasi tinggi)

d) Tolerance for ambiguity (dapat memahami perbedaan pendapat) e) Self confidence (percaya diri)

f) Action oriented (berorientasi tindakan)

(26)

membuka toko kelontong, atau bisnis yang dijalankan oleh dirinya sendiri juga merupakan seorang entrepreneur.

Entrepreneurship adalah pengembangan perilaku kewirausahaan dalam lingkup internal organisasi yang lebih besar dalam bentuk perusahaan korporat). Entrepreneurship muncul karena kebutuhan perusahaan untuk mengembengakan Strategy Busines Unit (SBU) dalam rangka meningkatkan Competitive advantage-nya. Apabila masing-masing SBU berhasil meningkatkan competitive advantage-nya, maka secara otomatis perusahaan korporasi akan mampu meningkatkan parenting advantage.

C. CIRI CIRI WIRAUSAHAWAN YANG BERHASIL

1. Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang harus dilakukan oleh pengusaha tersebut.

2. Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan. 3. Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi

yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.

4. Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.

(27)

merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.

6. Bertanggung jawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang. Tanggung jawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak. 7. Komitmen pada berbagai pihak.

8. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak. Hubungan baik yang perlu dijalankan, antara lain kepada: para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.

D. TEORI KEWIRAUSAHAAN

Menurut A. Pakerti, berwirausaha senantiasa melibatkan dua unsur pokok, yaitu soal peluang dan soal kemampuan menggapi peluang. Hal ini dituangkan dalam teori:

1. Teori Ekonomi

Menyatakan bahwa wirausaha itu akan muncul dan berkembang kalau ada peluang ekonomi. Misalnya ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi dimasa depan merupakan peluang usaha. Disamping kebutuhan ekonomi, kemajuan teknologi juga membuka peluang usaha.

2. Teori Sosiologi

(28)

Kelompok yang makin direndahkan kedudukan sosialnya makin besar kecenderungan kewirausahaannya.

3. Teori psikologis

Perintis teori psikologi adalah David Mc Cleland, ia menalarkan adanya hubungan antara perilaku kewirausahaan dengan kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement atau nAch). Selanjutnya secara empiris ia menemukan korelasi positif antara kuatnya nAch dan perilaku wirausaha yang berhasil. nAch terbentuk pada masa kanak-kanak dan antaranya ditentukan oleh bacaan untuk Sekolah Dasar. Ini berarti itu harus ditanamkan sejak dini. Namun motif berprestasi bisa ditingkatkan melalui latihan pada orang dewasa.

4. Teori Perilaku

Wesper memandang perilaku wirausaha sebagai kerja. Ia menyimpulkan bahwa keberhasilan seseorang wirausaha tergantung dari :

a. Pilihan tempat kerjanya sebelum mulai sebagai wira usaha b. Pilihan bidang usahanya, kerjasama dengan orang lain c. Kepiawaian dalam mengamalkan manajemen yang tepat

Ducker memandang kewirausahaan sebagai perilaku, bukan sebagai sifat kepribadian. Kewirausahaan adalah praktek kerja yang bertumpu pada konsep dan teori, bukan intuisi. Karena itu kewirausahaan dapat dipelajari dan dikuasai secara sistematik dan terencana. Ia menyarankan tiga macam unsur perilaku untuk mendukung berhasilnya praktek kewirausahaan :

a. Inovasi bertujuan b. Manajemen-wirausaha c. Strategi-wirausaha

(29)

perubahan yang terjadi disekitar kita secara sistematis. Ini menyangkut kepekaan dan ketrampilan diagnostik, dua macam kemampuan yang bisa dipelajari lewat latihan.

Orang yang mendirikan perusahaan harus tahu manajemen dan cara mengamalkannya. Manajemen kewirausahaan mengutamakan empat hal :

a. Fokus dasar

b. Antisipasi kebutuhan keuangan

c. Menyiapkan dan menyusun tim manajemen puncak, jauh sebelum diperlukan

d. Penentuan peran di pendiri dalam hubungannya dengan orang lain. Strategi wirausaha yang diperlukan untuk menempatkan diri dalam pasar :

a. Pemimpin yang dominan dalam pasar b. Imitasi kreatif

c. Monopoli dengan produk atau jasa yang sangat khusus

(30)

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

Setelah memperhatikan uraian tersebut maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi.

Kewirausahaan adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan selalu berorientasi kepada pelanggan atau dapat juga diartikan sebagai semua tindakan dari seseorang yang mampu memberikan nilai terhadap tugas dan tanggung jawabnya.

Selain itu, terdapat pula ciri - ciri seorang wirausahawan yang berhasil dalam menjalankan usahanya. Adapun ciri - ciri tersebut antara lain adalah memiliki visi dan tujuan yang jelas, inisiatif dan selalu proaktif, berorientasi pada prestasi, berani mengambil risiko, kerja keras, bertanggung jawab, komitmen pada berbagai pihak, serta mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak.

B. SARAN

1. Saran bagi penulis

Sebaiknya penulis lebih meningkatkan wawasan mengenai kewirausahaan. Sehingga, penulis sebagai generasi muda sekarang ini, setelah lulus dari ranah perkuliahan, tidak hanya menjalankan profesi sesuai jurusan yang diampu saja, namun juga dapat menciptakan usaha dan lapangan pekerjaan bagi orang lain.

2. Saran bagi masyarakat

(31)
(32)

DAFTAR PUSTAKA http://edukasi.kompas.com/read/2010/04/09/11340991/ urgensi.pendidikan.kewirausahaan (11:34 WIB)

Panduan Pengelolaan Program Hibah DP2M Ditjen Dikti – Edisi VII

Siswoyo, B.B. 2009. Kewirausahaan dalam Kajian Dunia Akademik. FE UM.

https://anangfirmansyahblog.files.wordpress.com/2012/09/teori-kewirausahaan.pdf ( September 2012 )

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/

196210011991021-YOYON_BAHTIAR_IRIANTO/Modul-1-Konsep_Kewirausahaan.pdf

Gambar

Gambar 1. Model Program Mahasiswa Wirausaha

Referensi

Dokumen terkait

Seperti yang telah disebutkan, sesungguhnya sudah ada beberapa Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) antara Kementerian Pertanian, Kementerian Kehutanan dan sejumlah

Menjelang Tahun 1978, yaitu sebelum diterbitkannya Ketetapan Menteri Agama mengenai Susunan dan Tata Kerja Persekolahan di lingkungan Departemen Agama yang meliputi

Anggapan bahwa ketidakmampuan keluarga memiliki anak adalah kesalahan dari pihak istri (baik di zaman kuno maupun yang terjadi sampai saat ini, meskipun kemajuan

Persiapan itu wajib dilakukan karena pelaksanaan pelatihan daring ( distance learning ) dengan melibatkan peserta yang banyak akan berdampak pada besarnya bandwith

Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan lembaran Negara

Menurut syaiful bahri Djamaroh, sarana prasarana mempunyai arti penting dalam pendidikan, terutama sistem full day school karena apabila suatu sekolah tidak

Perintah zoom dapat anda ketikkan pada command line dengan huruf Z kemudian enter. untuk melihat seluruh gambar yang sudah digambar. Untuk melihat gambar dengan menentukan pusat

Berdasarkan teori yang dikeluarkan oleh Imam Al-Ghazali, beliau telah mencadangkan penggunaan dinar emas kerana nilai emas adalah lebih stabil, namun beliau tidak