PERAN PETUGAS KESEHATAN DALAM MEMPROMOSIKAN
KB KONDOM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA
KECAMATAN MEDAN HELVETIA
TAHUN 2009
OLEH :
SITI AMINAH SIMBOLON NIM. 085102071
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KARYA TULIS ILMIAH, JUNI 2009
SITI AMINAH SIMBOLON NIM. 085102071
PERAN PETUGAS KESEHATAN DALAM MEMPROMOSIKAN KB KONDOM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA KECAMATAN MEDAN HELVETIA
vii + 35 halaman + 10 tabel + 7 lampiran
ABSTRAK
Fakta menunjukkan bahwa di Indonesia partiispasi pria dalam kesehatan reproduksi masih sangat rendah. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, menunjukkan bahwa penggunaan kondom sebagai alat kontrasepsi hanya 1,3 %. Artinya jika dirata-rata maka dari 100.000 orang pria di Indonesia hanya sekitar 2 orang saja yang terlibat dalam kegiatan keluarga berencana. Rendahnya kesadaran akan pentingnya penggunaan kondom bagi kesehatan pribadi, kesehatan keluarga dan kesehatan masyarakat, juga merupakan kendala dalam mengatasi kehamilan yang tidak terencana dan penularan penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh hubungan seksual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya peran petugas kesehatan dalam mempromosikan dan memberikan pelayanan keluarga berencana khususnya kondom di masyarakat apakah aktif atau tidak di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan bear sampel sebanyak 94 orang yang terdiri dari dokter 16 orang, bidan 39 orang dan perawat 39 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode sampel random sampling. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner tentang peran petugas kesehatan dalam mempromosikan KB kondom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 16 responden dokter seluruhnya tidak ada yang dikategorikan aktif dalam mempromosikan KB kondom, sedangkan bidan dari 39 responden hanya 7 orang (18%) saja yang dikategorikan aktif melakukan promosi KB kondom dan perawat dari 39 responden hanya 5 orang (13%) yang dikategorikan aktif melakukan promosi KB kondom. Dari hasil penelitian ini diharapkan ada penelitian lanjutan tentang apa yang menyebabkan peran petugas kesehatan sangat kurang bahkan tidak aktif dalam mempromosikan KB Kondom padahal saat ini kondom tidak hanya dikenal sebagai alat kontrasepsi tetapi juga dapat berfungsi untuk perlindungan terhadap penyakit AIDS.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Peran Petugas Kesehatan Dalam Mempromosikan KB Kondom di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Medan Tahun 2009”. Dalam penyelesaikan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mengalami kesulitan, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Chairuddin Lubis DTM, SpA (K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Gontar A. Siregar, SpPD – KGEH selaku Dekan FK USU
3. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK selaku ketua program studi DIV Bidan Pendidik FK USU.
4. dr. Juliandi Harahap, MA selaku dosen pembimbing dalam penulisan karya tulis ilmiah ini yang telah banyak memberikan petunjuk dan saran-saran.
5. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi DIV bidan Pendidik FK USU.
7. Orangtua dan suami tercinta yang telah memberikan kasih sayang, dorongan moril maupun material serta doa kepada penulis untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
8. Teman-teman DIV yang tidak dapat saya tuliskan seluruhnya, yang telah memberikan bantuan dan dukungan menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
9. Semua pihak yang mendukung, membantu, dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan bimbingan dari pembaca yang dapat membangun kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Juni 2009
DAFTAR ISI
BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
A. Hasil Penelitian ... 23
B. Pembahasan ... 33
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ... 36
A. Kesimpulan ... 36
B. Saran ... 36
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Profesi ... 23
Tabel 5.2. Karakteristik Responden Dokter ... 24
Tabel 5.3. Karakteristik Responden Bidan ... 25
Tabel 5.4. Karakteristik Responden Perawat ... 26
Tabel 5.5. Distribusi Kategori Peran Dokter Dalam Mempromosikan KB Kondom Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2009 ... 27
Tabel 5.6. Peran Dokter Dalam Mempromosikan KB Kondom Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Tahun 2009 ... 28
Tabel 5.7. Distribusi Kategori Peran Bidan Dalam Mempromosikan KB Kondom Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2009 ... 29
Tabel 5.8. Peran Bidan Dalam Mempromosikan KB Kondom Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Tahun 2009 ... 30
Tabel 5.9. Distribusi Kategori Peran Perawat Dalam Mempromosikan KB Kondom Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2009 ... 32
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2. Kuesioner Penelitian
Lampiran 3. Content Validity
Lampiran 4. Surat Izin Melakukan Penelitian
Lampiran 5. Surat Balasan Dari Puskesmas Helvetia Medan Lampiran 6. Master Data
PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KARYA TULIS ILMIAH, JUNI 2009
SITI AMINAH SIMBOLON NIM. 085102071
PERAN PETUGAS KESEHATAN DALAM MEMPROMOSIKAN KB KONDOM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA KECAMATAN MEDAN HELVETIA
vii + 35 halaman + 10 tabel + 7 lampiran
ABSTRAK
Fakta menunjukkan bahwa di Indonesia partiispasi pria dalam kesehatan reproduksi masih sangat rendah. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, menunjukkan bahwa penggunaan kondom sebagai alat kontrasepsi hanya 1,3 %. Artinya jika dirata-rata maka dari 100.000 orang pria di Indonesia hanya sekitar 2 orang saja yang terlibat dalam kegiatan keluarga berencana. Rendahnya kesadaran akan pentingnya penggunaan kondom bagi kesehatan pribadi, kesehatan keluarga dan kesehatan masyarakat, juga merupakan kendala dalam mengatasi kehamilan yang tidak terencana dan penularan penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh hubungan seksual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya peran petugas kesehatan dalam mempromosikan dan memberikan pelayanan keluarga berencana khususnya kondom di masyarakat apakah aktif atau tidak di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan bear sampel sebanyak 94 orang yang terdiri dari dokter 16 orang, bidan 39 orang dan perawat 39 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode sampel random sampling. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner tentang peran petugas kesehatan dalam mempromosikan KB kondom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 16 responden dokter seluruhnya tidak ada yang dikategorikan aktif dalam mempromosikan KB kondom, sedangkan bidan dari 39 responden hanya 7 orang (18%) saja yang dikategorikan aktif melakukan promosi KB kondom dan perawat dari 39 responden hanya 5 orang (13%) yang dikategorikan aktif melakukan promosi KB kondom. Dari hasil penelitian ini diharapkan ada penelitian lanjutan tentang apa yang menyebabkan peran petugas kesehatan sangat kurang bahkan tidak aktif dalam mempromosikan KB Kondom padahal saat ini kondom tidak hanya dikenal sebagai alat kontrasepsi tetapi juga dapat berfungsi untuk perlindungan terhadap penyakit AIDS.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan “keluarga berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggungjawab harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saifuddin, 2003).
Pencegahan dan penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu alasan diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Program keluarga berencana dapat menurunkan angka kematian ibu dalam beberapa cara yaitu keluarga berencana dapat menyebabkan penurunan jumlah kelahiran, karena setiap kehamilan yang berkaitan dengan beberapa resiko dengan sendirinya dapat dihindari. Keluarga berencana juga dapat mengurangi kehamilan yang tidak tepat waktunya misalnya kehamilan pada wanita yang sangat muda dan pada wanita yang sudah tua. KB membantu menurunkan jumlah kehamilan yang tidak diinginkan karena kehamilan yang tidak diinginkan selalu menjadi ancaman bagi kesehatan wanita (World Health Organization, 2007).
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Melalui badan inilah program-program keluarga berencana dilaksanakan di tiap daerah-daerah di Indonesia baik di pedesaan maupun di kota-kota di seluruh Indonesia yang kegiatannya dilaksanakan oleh petugas-petugas kesehatan yang bekerjasama dengan masyarakat (Hartanto, 2004). Sebagai petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana kepada masyarakat tentu harus memperkenalkan atau mempromosikan beberapa metode – metode daripada kontrasepsi. Pada masa ini kondom yang merupakan kontrasepsi pria yang telah lama dikenal, kembali mendapatkan perhatian baru, baik dalam bidang keluarga berencana maupun bidang lain. Kondom tidak hanya dapat mencegah kehamilan, tetapi juga dapat mencegah Penyakit Hubungan Seksual (PHS) termasuk HIV/AIDS (Saifuddin, 2003).
Kita ketahui belakangan ini penggunaan kondom memang lebih dipromosikan penggunaannya sebagai alat pencegah terhadap penyakit menular hubungan seksual. Tetapi dalam melihat keadaan ekonomi masyarakat kita sekarang ini kondom dapat menjadi salah satu pilihan utama untuk penggunaannya sebagai alat kontrasepsi khususnya bagi masyarakat ekonomi rendah harganya yang murah dan dapat dibeli secara umum yang sudah pasti terjangkau oleh masyarakat. Untuk itu peneliti ingin mengetahui bagaimana sebenarnya peran petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana khususnya kontrasepsi kondom. Mengapa penggunaannya di masyarakat masih sangat sedikit.
B. Masalah Penelitian
Masih sedikitnya masyarakat yang menggunakan kondom sebagai alat kontrasepsi sehingga peneliti ingin mengetahui bagaimana peran petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana khususnya tentang kontrasepsi kondom.
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi praktek pelayanan
Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh petugas kesehatan dan kader-kader kesehatan dalam mempromosikan kontrasepsi kondom.
2. Bagi pendidikan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi mahasiswa tentang peran petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana khususnya kondom.
3. Bagi peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Peran Petugas Kesehatan 1. Pengertian
Peran adalah suatu yang diharapkan dari seseorang dalam situasi sosial tertentu agar memenuhi harapan. (Setiadi, 2008). Peran petugas kesehatan adalah suatu kegiatan yang diharapkan dari seorang petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
2. Beberapa peran petugas kesehatan yang biasa dilakukan dalam mempromosikan KB Kondom.
a. Penyuluhan
Penyuluhan tentang kontrasepsi kondom dapat diberikan kepada masyarakat secara kelompok ataupun individu yang biasanya bersifat mempengaruhi masyarakat agar mau melaksanakan apa yang disampaikan dan diharapkan oleh petugas yang memberi penyuluhan.
b. Konseling KB
memahami manfaat dari alat kontrasepsi yang digunakan sehingga peserta mengetahui alasan menggunakan dan cara menggunakannya.
c. Ceramah
Kegiatan ceramah ini biasanya dilaksanakan secara kelompok misalnya di perwiritan/pengajian atau di lembaga-lembaga masyarakat seperti karang taruna.
d. Tanya jawab
Kegiatan ini bisa juga dilakukan pada saat penyuluhan, konseling, dan ceramah. Tetapi dapat juga dilaksanakan oleh petugas kesehatan bila petugas kesehatan tersebut secara khusus melakukan acara tanya jawab dengan satu topik atau judul tanpa harus terlebih dahulu melakukan penyuluhan, konseling, dan ceramah.
e. Pelayanan KB kondom
Pelayanan KB kondom dapat dilakukan di tempat tugas seperti puskesmas, rumah sakit, dan praktek atau klinik pribadi/swasta.
B. Promosi KB Kondom 1. Pengertian
Kita ketahui partisipasi pria dalam kesehatan reproduksi masih sangat rendah terutama dalam pemakaian kontrasepsi kondom. Untuk mengatasi hal tersebut tentu sangat dibutuhkan partisipasi masyarakat dan para petugas kesehatan di daerah maupun di kota. Peran petugas kesehatan dalam mempromosikan KB kondom masih sangat diharapkan. Dan dalam mempromosikan pun petugas kesehatan hendaklah melakukan strategi agar masyarakat tertarik dan mau menjadi akseptor KB Kondom.
Beberapa strategi yang dapat digunakan oleh petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan KB Kondom adalah :
b. Melakukan suatu komunikasi, informasi dan Edukasi (KIE) yang pokok dan berfokus pada jarak kelahiran dan waktu kelahiran sebagai alat ukur kesehatan yang penting untuk ibu dan anak. Akan sangat penting untuk mentargetkan kegiatan KIE di tingkat komunitas dan dengan melibatkan kaum pria.
c. Pelatihan terhadap pemberi pelayanan kesehatan harus mencakup tidak hanya aspek teknik dan manajerial kontrasepsi, tetapi juga keterampilan komunikasi interpersonal dan konseling yang tepat.
e. Perlindungan terhadap AIDS dan penyakit menular seksual melalui penggunaan kondom harus ditekankan.
f. Remaja laki-laki dan perempuan harus diberi pendidikan tentang masalah yang berkaitan dengan reproduksi, seksualitas manusia, dan anjuran untuk tidak menikah, dan hamil di usia muda. Konseling untuk remaja melalui organisasi pemuda dan wanita juga merupakan strategi yang efektif
C. Kondom 1. Pengertian
Kondom adalah selubung lateks tipis yang menutupi penis yang sedang ereksi dan mencegah semen masuk ke dalam vagina (Wulansari, 2007). Sedangkan menurut Saifuddin (2003), kondom merupakan selubung / sarung karet yang terbuat dari berabgai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Menurut Everret (2008) kondom merupakan bentuk kontrasepsi yang mudah didapat serta memungkinkan pria berbagai dan mengambil tanggung jawab untuk mencegah kehamilan.
2. Sejarah Kondom
sering menimbulkan iritasi pada liang senggama. Tabel kondom menyebabkan kurang nikmat saat dipakai. Selanjutnya kondom dibuat dari karet untuk pertama kali di Jepang dan dengan berbagai perkembangan sehingga mencapai bentuk seperti saat ini. Ujung kondom dibuat agak menonjol sebagai tempat untuk menampung sperma saat mencapai organsme, sehingga tidak tumpah. Untuk menjamin keberhasilan kondom diberikan pelicin yang mengandung spermisida sehingga sperma banyak mengalami kematian.
Bila diperhitungkan maka kondom lebih banyak keuntungannya dibandingkan dengan kerugiannya, apalagi dalam situasi penyakit hubungan seksual yang makin mengancam pada saat ini.
Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah penyakit hubungan seksual termasuk HIV/AIDS. Sehingga disebut berfungsi ganda. Cara kerjanya menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi wanita.
3. Keuntungan dan Kerugian KB kondom a. Keuntungan
1) Sangat efektif sebagai alat kontrasepsi bila digunakan dengan benar. 2) Tidak menganggu produksi ASI bagi ibu yang menyusui
3) Memberi perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan seksual termasuk HIV/AIDS
4) Tidak memerlukan pemeriksaan medis atau pengawasan yang ketat 5) Murah dan dapat dibeli secara umum
6) Metode sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda 7) Pria ikut secara aktif dalam program keluarga berencana.
b. Kerugian
1) Angka kegagalan relatif tinggi
2) Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seksual guna memasang kondom.
3) Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati, dan terus menerus pada setiap senggama.
4) Beberapa wanita dapat alergi terhadap bahan karet kondom sehingga menimbulkan keputihan dan iritasi.
4. Indikasi dan Kontra Indikasi KB kondom a. Indikasi
2) Pria
c) Pria yang mempunyai sensifitas terhadap sekret wanita d) Pria yang mengalami ejakulasi prematur
3) Wanita
b) Wanita yang menderita vaginitis, termasuk yang dalam pengobatan c) Kontraindikasi terhadap kontrasepsi oral dan IUD, sedangkan
pemasangan diafragma atau kap serviks secara anatomis atau psikologis tidak memungkinkan.
d) Gagal memakai kontrasepsi oral secara benar/tepat 4) Pasangan pria dan wanita
a) Pengendalian dari pihak pria lebih diutamakan b) Menderita penyakit kelamin
c) Metode sementara sebelum menggunakan kontrasepsi oral atau IUD
b. Kontra Indikasi
Kondom tidak digunakan oleh pria dengan ereksi yang tidak baik atau gangguan ereksi. Tidak digunakan juga bagi pasangan yang alergi terhadap karet atau lubrikan dari kondom tersebut.
5. Efek Samping KB Kondom
D. Beberapa penjelasan bagi akseptor KB kondom
Akseptor tidak memerlukan atau membutuhkan anamnese atau pemeriksaan khusus untuk pemakaian kondom, tetapi mereka perlu diberi penjelasan lisan atau instruksi tertulis. Penjelasan lisan ataupun instruksi tertulis yang sangat penting disampaikan oleh petugas kesehatan kepada akseptor yaitu tentang syarat-syarat kontrasepsi:
b. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya c. Efek samping yang merugikan tidak ada d. Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan e. Tidak menganggu hubungan persetubuhan
f. Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas g. Dapat diterima oleh pasangan suami isteri
h. Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat selama pemakaiannya.
i. Cara penggunaan sederhana
j. Informasi cara penggunaan KB kondom
1. Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual
2. Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan spermida ke dalam kondom.
3. Jangan menggunaakn gigi, pisau atau benda tajam lainnya pada saat membuka kemasan.
5. Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma pada bagian ujungnya, maka saat memakai, longgarkan sedikit bagian ujungnya agar tidak terjadi robekan pada saat ejakulasi.
6. Kondom di lepas sebelum penis melembek
7. Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga kondom tidak terlepas pada saat penis dicabut dan lepaskan kondom di luar vagina agar tidak terjadi tumpahan cairan sperma di sekitar vagina.
8. Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai 9. Buang kondom bekas pakai pada saat yang aman
10. Sediakan kondom dalam jumlah cukup di rumah dan jangan disimpan di tempat yang panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom menjadi rusak atau robek saat digunakan.
11. Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom tampak rapuh / kusut.
12. Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral atau pelumas dari bahan Petrolatum karena akan segera merusak kondom.
E. Kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan KB Kondom a. Penyediaan KB kondom
frekuensi hubungan seksual, jarak dari klinik / tempat pelayanan dan permintaan khusus. Kondom yang diberikan pada akseptor harus terjamin mutunya dan petugas kesehatan harus mengetahui jenis dan spesifikasi dari kondom yang disalurkan dan sudah melalui pengkajian mutu. Kalau ada keraguan tentang mutu kondom sebaiknya jangan diberikan, kalau terpaksa diberikan sebaiknya dipakai bersama-sama dengan spermisida.
b. Pelayanan kunjungan ulang
Saat akseptor datang pada kunjungan ulang harus dinyatakan kalau ada masalah dalam penggunaan kondom dan kepuasan akseptor dalam menggunakannya. Kalau masalah timbul karena kekurangtahuan dalam cara penggunaan sebaiknya informasi diulang kembali kepada akseptor. Kalau masalah menyangkut ketidaknyamanan dan kejemuan dalam menggunakan kondom sebaiknya dianjurkan untuk memilih metode kontrasepsi lainnya. Penanganan efek samping dan masalah kesehatan lainnya lihat pada tabel.
Efek Samping atau masalah Penangan
- Kondom rusak atau
diperkirakan bocor (sebelum berhubungan)
- Buang dan pakai kondom baru atau pakai spermisida digabung kondom
- Kondom bocor atau dicurigai ada curahan di vagina saat berhubungan.
Efek Samping atau masalah Penangan
- Dicurigai adanya reaksi alergi - Jika keluhan menetap sesudah berhubungan dan tidak ada gejala PHS bantu akseptor untuk memilih metode lain.
- Mengurangi kenikmatan
hubungan seksual
- Jika penurunan kepekaan tidak bisa ditolelir biarpun dengan kondom yang lebih tipis, anjurkan pemakaian metode lain
F. Kondisi yang perlu dipertimbangkan untuk seleksi penggunaan kondom dapat dilihat pada tabel berikut ini :
KONDOM
Sesuai untuk pria Tidak sesuai untuk pria - Ingin berpartisipasi dalam
program KB
- Ingin segera mendapatkan alat kontrasepsi
- Ingin kontrasepsi sementara - Ingin kontrasepsi tambahan
- Mempunyai pasangan yang beresiko tinggi apabila terjadi kehamilan.
- Alergi terhadap bahan dasar kondom
KONDOM
Sesuai untuk pria Tidak sesuai untuk pria
- Hanya ingin menggunakan kontrasepsi jika akan berhubungan.
- Beresiko tinggi tertular / menularkan Penyakit Hubungan Seksual (PHS).
- Tidak mau terganggu dengan berbagai persiapan untuk melakukan hubungan seksual.
- Tidak peduli berbagai
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah landasan berpikir bagi seorang peneliti dalam memandang permasalahan penelitiannya atau model yang menggambarkan kemampuan peneliti dalam merangkumkan atau menyusun landasan teoritis penelitiannya (Zaluchu, 2005).
Adapun kerangka konsep penelitian tentang peran petugas kesehatan dalam mempromosikan KB kondom adalah sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
B. Defenisi Operasional
1. Peran Petugas Kesehatan
Peran petugas kesehatan dalam mempromosikan KB kondom adalah sesuatu yang diharapkan untuk dilakukan oleh seseorang petugas kesehatan yang bertujuan untuk menimbulkan perhatian dan minat orang lain terhadap penggunaan kontrasepsi kondom.
Peran petugas kesehatan dalam mempromosikan KB Kondom
Alat ukur : kuesioner Cara ukur : angket tertutup Skala ukur : ordinal
Skala hasil :
- Kategori aktif, apabila responden menjawab pertanyaan dengan “ya” 76%-100% dengan skor 8-11.
- Kategori kurang aktif, apabila responden menjawab pertanyaan dengan “ya” 56% - 75% dengan skor 6-7.
- Kategori tidak aktif, apabila responden menjawab pertanyaan dengan “ya” >55% dengan skor 0-5.
2. Kontrasepsi kondom
Merupakan salah satu metode dari beberapa jenis metode kontrasepsi yang dikenal dengan metode barier pada pria.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui bagaimana sebenarnya peran petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana khususnya kontrasepsi kondom di Kecamatan Medan Helvetia.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah petugas kesehatan yang terdiri dari bidan, perawat dan dokter yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas Helvetia Medan dan memberikan pelayanan KB di tempat petugas dan praktek swasta yang berjumlah 124 orang.
2. Sampel
N n =
1 + N (d2) Keterangan :
N = besar populasi n = besar sampel
d = tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0,05). 124
n =
1 + 124 (0,052) 124 n =
1 + 124 (0,0025) 124
n =
1 + 0,31 124 n =
1,31 n = 94
Berdasarkan teknik pengambilan sampel di atas maka jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 94 orang.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
dilakukan penelitian tentang pengguna KB kondom dan akseptor KB kondom jumlahnya sangat sedikit.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai pada bulan September 2008 sampai dengan Juni 2009 yang dimulai dari pengajuan judul, pembagian pembimbing, menyelesaikan proposal, ujian proposal, perbaikan proposal, mengajukan izin lokasi, pengumpulan data, pengolahan data, membuat laporan, ujian KTI, perbaikan KTI dan penjilidan/penggandaan.
D. Pertimbangan Etik
Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan kepada ketua pelaksana Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Sumatera Utara, dan mengajukan permohonan izin kepada kepala puskesmas Helvetia di Kecamatan Medan Helvetia, sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan.
Kepada responden, peneliti menjelaskan manfaat dan tujuan penelitian serta memberitahukan bahwa tidak ada pengaruh negatif yang akan terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembaran kuesioner tersebut. Data-data yang diperoleh akan digunakan semata-mata demi perkembangan ilmu pengetahuan.
E. Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu yang mengacu kepada teori dan kerangka konsep. Kuesioner yang dibuat berisikan pertanyaan tentang kegiatan-kegiatan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kontrasepsi kondom di masyarakat
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti dengan menggunakan kuesioner terhadap responden. Setelah diberi penjelasan tentang cara pengisian kuesioner, kuesioner diisi langsung oleh responden saat itu juga dan setelah kuesioner selesai diisi kemudian dikumpulkan kembali dan bila terdapat kesalahan pengisian dan kekurangan data maka diperbaiki dan dilengkapi dengan melakukan pendataan ulang.
G. Analisis Data
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang peran petugas kesehatan dalam mempromosikan KB Kondom di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kotamadya Medan. Penyajian data hasil meliputi deskriptif karakteristik responden dan data deskriptif peran petugas kesehatan dalam mempromosikan KB kondom dengan jumlah responden 94 orang, maka diperoleh hasil.
1. Karakteristik responden
Responden atau sampel pada penelitian ini adalah petugas kesehatan yang berada di wilayah kerja puskesmas Helvetia yang meliputi dokter, bidan, dan perawat yang berjumlah 94 orang yang terdiri dari dokter berjumlah 16 orang, bidan 39 orang dan perawat 39 orang. Karakteristik responden berdasarkan profesi, umur dan jenis kelamin secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.1.
Karakteristik Responden Berdasarkan Profesi
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat dari 94 responden minoritas profesinya dokter yaitu sebanyak 16 orang (17%), sedangkan untuk bidan ada sebanyak 39 orang (41,5%) dan perawat sebanyak 39 orang (41,5%).
Tabel 5.2.
Karakteristik Responden Dokter
No. Variabel Frekuensi (N) Persentase (%)
Tabel 5.3.
Karakteristik Responden Bidan
No. Variabel Frekuensi (N) Persentase (%)
Tabel 5.4.
Karakteristik Responden Perawat
No. Variabel Frekuensi (N) Persentase (%)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 39 responden perawat mayoritas responden berada pada kelompok umur 20-30 tahun yaitu sebanyak 24 orang (61,54%), dan minoritas berada di kelompok umur 41-50 tahun yaitu sebanyak 2 orang (5,13%), Untuk jenis kelamin dapat dilihat bahwa dari 39 responden perawat mayoritas berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 23 orang (58,97%) dan minoritas laki-laki yaitu sebanyak 16 orang (41,03%).
2. Peran dokter dalam mempromosikan KB Kondom di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2009
tanya-jawab dan pelayanan KB kondom. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan responden dokter dinyatakan tidak aktif dalam mempromosikan KB Kondom. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.5
Distribusi Kategori Peran Dokter Dalam Mempromosikan KB Kondom Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia
Tahun 2009 Peran dokter Dalam
Mempromosikan KB Kondom
Frekuensi (N) Persentase (%) - Aktif
- Kurang Aktif - Tidak aktif
0 0 16
0,00 0,00 1,00
Jumlah 16 100
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 16 responden dokter keseluruhan atau 100% dinyatakan tidak aktif.
Tabel 5.6
Peran Dokter Dalam Mempromosikan KB Kondom Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Tahun 2009
No. Peran Dokter Ya % Tidak %
Pernah penyuluhan tentang kondom Pernah konseling tentang kondom
Mengajak PUS menjadi akseptor KB Kondom Pernah ceramah tentang kondom
Pernah sosialisasi tentang kondom Promosi Kondom dengan poster Memberikan kondom gratis
Demonstrasi penggunaan KB Kondom Pelayanan KB Kondom
Kunjungan rumah untuk promosi KB Kondom Membentuk kelompok khusus akseptor KB Kondom
Sementara itu jawaban terbanyak hanya 62,50% responden yang memberi jawaban “Ya” yaitu mengajak pasangan usia subur untuk menjadi akseptor KB kondom.
3. Peran Bidan Dalam Mempromosikan KB Kondom Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2009
Bidan adalah petugas kesehatan yang lebih banyak berhadapan dengan kesehatan ibu dan anak. Sebelum hamil, masa kehamilan dan melahirkan bahkan setelah melahirkan para ibu biasanya akan selalu melakukan pemeriksaan kesehatan kepada bidan. Seharusnya bidan lebih dapat melakukan pelayanan KB dan promosi KB Kondom melalui penyuluhan, ceramah, konseling KB dan sosialisasi tentang KB Kondom.
Penelitian peran bidan dalam mempromosikan KB Kondom juga masih terlihat sangat kurang yang mana hanya sebagian kecil saja yang tergolong aktif, hal ini secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.7
Distribusi Kategori Peran Bidan Dalam Mempromosikan KB Kondom Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia
Tahun 2009 Peran bidan Dalam
Mempromosikan KB Kondom
Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa 39 responden bidan lebih banyak yang tidak aktif yaitu sebanyak 51% responden, kurang aktif sebanyak 31% dan yang aktif hanya 18%.
Peran bidan yang dinilai berdasarkan dari 11 pertanyaan yang diajukan pada 39 responden dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.8
Peran Bidan Dalam Mempromosikan KB Kondom Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Tahun 2009
No. Peran Bidan Ya % Tidak %
Pernah penyuluhan tentang kondom Pernah konseling tentang kondom
Mengajak PUS menjadi akseptor KB Kondom Pernah ceramah tentang kondom
Pernah sosialisasi tentang kondom Promosi Kondom dengan poster Memberikan kondom gratis
Demonstrasi penggunaan KB Kondom Pelayanan KB Kondom
Kunjungan rumah untuk promosi KB Kondom Membentuk Kelompok khusus akseptor KB Kondom
dinding ruang praktek saja sudah merupakan kegiatan promosi kondom tanpa harus kita melakukan penyuluhan atau ceramah.
Demikian juga dengan pelayanan KB kondom hanya 41,03% yang melakukanna padahal pelayanan KB Kondom dapat diberikan secara gratis bila kita melakukan kerjasama dengan instansi pemerintah atau BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional). Sementara itu jawaban terbanyak hanya 87,18% responden menjawab “Ya” atau mengajak pasangan usia subur untuk menjadi akseptor KB Kondom.
4. Peran Perawat Dalam Mempromosikan KB Kondom Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2009
Perawat juga merupakan petugas kesehatan yang sangat dekat dengan masyarakat sebab biasanya bila masyarakat mengalami sakit sebelum mendapatkan pengobatan dari dokter masyarakat memiliki kebiasaan berobat dulu ke bidan atau perawat. Peran perawat dalam mempromosikan KB Kondom sama seperti dokter dan bidan yaitu melalui penyuluhan, ceramah, konseling KB, dan sosialisasi tentang Kondom.
Tabel 5.9
Distribusi Kategori Peran Perawat Dalam Mempromosikan KB Kondom Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia
Tahun 2009 Peran Perawat Dalam
Mempromosikan KB Kondom
Frekuensi (N) Persentase (%) - Aktif
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 39 responden perawat lebih banyak berperan tidak aktif yaitu sebanyak 87% responden, dan peran kurang aktif sama sekali tidak ada tetapi ada yang berperan aktif sebanyak 13% responden.
Peran perawat yang dinilai berdasarkan dari 11 pertanyaan yang diajukan kepada 39 orang responden dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 5.10
Peran Perawat Dalam Mempromosikan KB Kondom Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Tahun 2009.
No. Peran Perawat Ya % Tidak %
Pernah penyuluhan tentang kondom Pernah konseling tentang kondom
Mengajak PUS menjadi akseptor KB Kondom Pernah ceramah tentang kondom
Pernah sosialisasi tentang kondom Promosi Kondom dengan poster Memberikan kondom gratis
Demonstrasi penggunaan KB Kondom Pelayanan KB Kondom
Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa lebih banyak responden melakukan pemberian kondom secara gratis yaitu 58,97% dari pada melakukan penyuluhan, ceramah ataupun konseling tentang KB kondom. Sedangkan untuk mempromosikan KB Kondom dengan menggunakan poster atau iklan hanya 12,82% dan untuk melakukan promosi KB kondom serta membentuk kelompok khusus bagi akseptor KB kondom sama sekali tidak ada.
B. Pembahasan
1. Peran dokter dalam mempromosikan KB Kondom.
Berdasarkan distribusi kategori peran dokter dalam mempromosikan KB kondom di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia bahwa dari 16 responden dokter tidak ada yang aktif dalam melakukan promosi KB kondom. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti :
a. Kesibukan dokter yang tidak hanya bekerja pada satu tempat
b. Pasien yang datang berobat kebanyakan yang menderita sakit bukan yang menginginkan pelayanan KB.
Faktor – faktor tersebut di atas mungkin saja mempengaruhi peran dokter dalam mempromosikan KB kondom menjadi tidak aktif. Karena kesibukan dokter sehari-hari dalam menangani pasien-pasien saja sudah menghabiskan waktu bahkan untuk istirahat saja pun kurang.
2. Peran bidan dalam mempromosikan KB Kondom
3. Peran Perawat Dalam Mempromosikan KB Kondom
Berdasarkan distribusi kategori peran perawat dalam mempromosikan KB Kondom di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia menunjukkan bahwa dari 39 responden perawat juga hanya 5 orang (13%) yang aktif. Ini juga masih sangat sedikit jumlahnya dibandingkan dengan jumlah responden.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah dilakukan pada bab V, kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Peran petugas kesehatan seperti dokter, bidan dan perawat tidak maksimal dalam melakukan promosi pemakaian kondom.
2. Dari hasil pengisian kuisioner terlihat masing-masing profesi lebih banyak dikategorikan tidak aktif dimana dokter yang aktif tidak ada dari 16 responden, bidan yang aktif 7 orang dari 39 responden dan perawat yang aktif hanya 5 orang dari 39 responden.
3. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa peran petugas kesehatan berupa penyuluhan, konseling KB, ceramah, tanya jawab dan pelayanan KB kondom hanya dilakukan oleh 12 orang responden (12,76%) yang tergolong aktif.
B. Saran
1. Peran petugas kesehatan seperti dokter, bidan dan perawat supaya dimaksimalkan mengingat kondom adalah salah satu alat KB yang efektif dan sebagai salah satu cara untuk mencegah penyakit kelamin dan AIDS.
dalam tugasnya bidan lebih banyak memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan anak..
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut apa yang menyebabkan peran petugas kesehatan sangat kurang dalam mempromosikan kondom.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. __________, S. 2003. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.
Asnah, dkk, 2008, Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah, Program D-IV Bidan Pendidik. Medan.
BKKBN, 1998, Paket Pelatihan Pendidikan Keluarga Berencana, BKKBN, Jakarta. ______. 2002. Bahan Pembelajaran Peningkatan Partisipasi Pria Dalam KB dan
Kesehatan Reproduksi, BKKBN, Jakarta.
Everret, S. 2008. Kontrasepsi dan Kesehatan Reproduksi, EGC, Jakarta
Hartanto. 2004, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Hidayat, A. Azis A., 2007, Metode Penelitian Kebidanan, Salemba Medika, Jakarta. Mahmudah, 2006, Pedoman Praktis Safe Motherhood, EGC, Jakarta.
Manuaba, I.B.G. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Arcan, Jakarta. Mochtar, R, 2005, Sinopsis Obstetri, EGC, Jakarta,
Novianti, 2007, Pekan Kondom Nasional 2007, http://www.aidsindonesia.or.id, diakeses tanggal 06 September 2008.
Notoatmodjo, S., 2005, Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Nurul, 2008, Mengupas Peran Laki-laki pada Keluarga Berencana, http://web.g-help.or.id,diakses tanggal 23 September 2008.
Prayitno, 2004, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Rineka Cipta, Jakarta.
Saifuddin, Abdul Bari, 2003, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Bina Pustaka, Jakarta.
Samin, A. 2008, Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Universitas Sumatera Utara. Medan.
Setiadi, 2008, Keperawatan Keluarga, EGC, Jakarta,
Wulansari, P, 2007, Ragam Metode Kontrasepsi, EGC, Jakarta.
KUESIONER PENELITIAN
PERAN PETUGAS KESEHATAN DALAM MEMPROMOSIKAN KB KONDOM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA
KECAMATAN MEDAN HELVETIA TAHUN 2009
A. Petunjuk
1. Bacalah terlebih dahulu kuesioner penelitian ini dengan seksama. 2. Jawablah pertanyaan sesuai dengan apa yang saudara pernah lakukan
3. Berilah tanda () pada salah satu pilihan jawaban yang sesuai dengan pendapat anda.
B. Identitas Responden 1. Nomor Responden :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin : 4. Pekerjaan :
Kuesioner Penelitian
No. Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah saudara pernah melakukan penyuluhan tentang kontrasepsi kondom di wilayah kerja anda dalam waktu 3 (tiga) bulan terakhir ini ? bila pernah sebanyak ….. kali 2 Apakah saudara pernah melakukan konseling tentang
kondom di lingkungan saudara dalam waktu 3 (tiga) bulan terakhir ini ?
No. Pertanyaan Ya Tidak usia subur untuk menjadi akseptor KB kondom di tempat
praktek atau klinik saudara dalam waktu 3 (tiga) bulan terakhir ini ?
4 Apakah saudara pernah melakukan ceramah tentang kondom di lingkungan saudara, misalnya di perwiritan atau di lembaga-lembaga masyarakat ?
5 Apakah saudara pernah mengadakan sosialisasi atau tanya jawab tentang kondom di lingkungan saudara dalam 3 (tiga) bulan terakhir ini ?
6 Apakah saudara pernah mempromosikan KB kondom dengan menggunakan poster atau iklan di wilayah kerja anda dalam waktu 3 (tiga) bulan terakhir ?
7 Apakah saudara pernah melakukan pemberian kondom secara gratis pada masyarakat di wilayah kerja anda pada waktu 3 (tiga) bulan terakhir ?
8 Apakah saudara pernah mendemonstrasikan cara penggunaan KB kondom di tempat praktek atau klinik saudara ?
9 Apakah saudara pernah memberikan pelayanan KB kondom di praktek atau klinik saudara ? bila pernah dalam 1 minggu sebanyak …. kali
10 Apakah saudara pernah melakukan kunjungan rumah untuk mempromosikan KB kondom di lingkungan saudara ?
No. No. Umur Jenis Jumlah ITEM PERTANYAAN PERAN PETUGAS KESEHATAN
93 93 30 p Perawat 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 8
Tidak aktif