• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Seni Rupa Dan Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah Seni Rupa Dan Indonesia"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

S

EJARAH

S

ENI RUPA

I

NDONESIA

(2)

Secara umum Perkembangan Seni Rupa Indonesia

dibagi dalam 4 periode:

1. Periode Prasejarah

2. Periode – Hindu/Budha

3. Periode Islam

(3)

1. PERIODE PRASEJARAH

Unsur-unsur / pengaruh kebudayaan Hindu/Buddha, Islam dan

Barat belum sampai di kepulauan Nusantara.

Memiliki ciri budaya yang paling tua dan murni.

Benda-benda bersejarah (yang kemudian diketegorikan

sebagai karya seni rupa) pada periode ini tidak jauh berbeda

dengan bentuk karya seni rupa dari kebudayaan prasejarah

dibelahan dunia lainnya.

Pola kehidupan dan sistem kepercayaan masyarakat yang

hidup pada masa itu sangat mempengaruhi bentuk-bentuk

karya seni yang dihasilkannya.

Benda-benda prasejarah yang kemudian dikategorikan

sebagai karya seni ini umumnya memiliki nilai magis atau

dibuat dengan landasan keyakinan terhadap kekuatan

tertentu yang ada diluar manusia. (animisme dan

dinamisme).

(4)

Berdasarkan jenisnya benda-benda (karya)

seni rupa prasejarah ini dapat dikategorikan

sebagai berikut:

A. Bangunan Megalitik

B. Seni Patung/Arca

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

2. PERIODE – HINDU/BUDHA

Periode Hindu-Buddha pada

perkembangan seni rupa di

Nusantara sering pula disebut

sebagai era seni rupa Klasik.

Pengaruh yang datang

(12)
(13)

Secara positif sekitar abad V dapat

dikatakan kebudayaan India telah

masuk dan berasimilasi dengan

kebudayaan Nusantara.

Pengaruh kebudayaan Hindu dan

Buddha ini pengaruhnya meluas

diseluruh kepulauan Nusantara kecuali

di sebagian wilayah Indonesia Timur.

Periode ini berlangsung antara abad V

(14)
(15)

Benda-benda yang dikategorikan karya

seni rupa peninggalan dari zaman ini

diantaranya seni arsitektur, seni patung/

arca, seni relief dan benda-benda kriya.

Seni Arsitektur mendominasi karya seni

rupa peninggalan zaman ini terutama

bangunan-bangunan sakral seperti candi.

Beberapa diantaranya sangat terkenal

(16)

Seperti halnya zaman presejarah, pola

kehidupan dan sistem kepercayaan

masyarakat yang hidup pada masa itu sangat

mempengaruhi bentuk-bentuk karya seni

yang dihasilkannya.

Benda-benda prasejarah yang kemudian

dikategorikan sebagai karya seni ini

umumnya memiliki nilai sakral atau dibuat

dengan landasan keyakinan terhadap Hindu

dan Buddha atau penghormatan terhadap

penguasa yang dianggap titisan atau

(17)

Berdasarkan jenisnya

benda-benda (karya) seni rupa yang

berkembang pada zaman

Hindu-Buddha ini dapat dikategorikan

sebagai berikut:

a. Seni Arsitektur

b. Seni Relief

(18)

3. PERIODE ISLAM

3. PERIODE ISLAM

Kebudayaan Islam telah masuk

ke kepulauan Nusantara sejak

abad VII

Di Nusantara, kekuasaan politik

yang dipengaruhi kebudayaan

Islam baru muncul sekitar abad

XIII.

Kebudayaan Islam telah masuk

ke kepulauan Nusantara sejak

abad VII

Di Nusantara, kekuasaan politik

(19)

Asimilasi dan Akulturasi

Pada perkembangannya di

Nusantara, kebudayaan Islam ini

bahkan berasimilasi dengan

kebudayaan masyarakat setempat

yang sudah dipengaruhi terlebih

dahulu oleh kebudayaan Hindu dan

Buddha.

Proses asimilasi dan akulturasi ini

bahkan memperkaya khasanah seni

budaya Nusantara.

Pada perkembangannya di

Nusantara, kebudayaan Islam ini

bahkan berasimilasi dengan

kebudayaan masyarakat setempat

yang sudah dipengaruhi terlebih

dahulu oleh kebudayaan Hindu dan

Buddha.

Proses asimilasi dan akulturasi ini

(20)

Seni Arsitektur

Seni Arsitektur peninggalan zaman ini terutama

diantaranya bangunan-bangunan sakral seperti masjid

dan makam serta bangunan profan seperti istana.

Karya bangunan mengadaptasi kebudayaan Hindu dan

Buddha serta dipengaruhi pula dengan bentuk-bentuk

bangunan asli daerah.

Sifat dari kebudayaan Islam yang dibawa dan

berkembang di kepulauan Nusantara ini menyebabkan

munculnya berbagai ragam bentuk mesjid diberbagai

daerah di Nusantara.

Berdirinya mesjid agung dilingkungan pusat

pemerintahan pada setiap daerah di Indonesia

merupakan pengaruh dari sistem pemerintahan yang

di wariskan kebudayaan Islam di Indonesia.

Seni Arsitektur peninggalan zaman ini terutama

diantaranya bangunan-bangunan sakral seperti masjid

dan makam serta bangunan profan seperti istana.

Karya bangunan mengadaptasi kebudayaan Hindu dan

Buddha serta dipengaruhi pula dengan bentuk-bentuk

bangunan asli daerah.

Sifat dari kebudayaan Islam yang dibawa dan

berkembang di kepulauan Nusantara ini menyebabkan

munculnya berbagai ragam bentuk mesjid diberbagai

daerah di Nusantara.

Berdirinya mesjid agung dilingkungan pusat

pemerintahan pada setiap daerah di Indonesia

(21)

Ciri-ciri

Seperti halnya zaman sebelumnya, pola kehidupan dan sistem kepercayaan masyarakat yang hidup pada masa itu sangat mempengaruhi bentuk-bentuk karya seni yang dihasilkannya.

Benda-benda budaya yang kemudian dikategorikan sebagai karya seni yang berkembang pada zaman ini tidak hanya yang memiliki nilai sakral atau dibuat dengan landasan keyakinan terhadap

agama atau penghormatan terhadap penguasa. Banyak benda-benda profan di buat untuk keperluan sehari-hari.

Keyakinan untuk tidak menggambarkan mahluk hidup pada

kebudayaan Islam menyebabkan seni lukis dan patung tidak terlalu berkembang. Kondisi ini justru menyebabkan seni relief dan ukir serta seni ornamentik yang berlandaskan tulisan kaligraf

berkembang pesat.

Benda-benda kriya seperti Batik, wayang, dan benda-benda pusaka berkembang pada masa ini merupakan perpaduan antara

kebudayaan Islam dengan kebudayaan sebelumnya (Hindu-Buddha) dan dengan kepercayaan masyarakat setempat.

Seperti halnya zaman sebelumnya, pola kehidupan dan sistem kepercayaan masyarakat yang hidup pada masa itu sangat mempengaruhi bentuk-bentuk karya seni yang dihasilkannya.

Benda-benda budaya yang kemudian dikategorikan sebagai karya seni yang berkembang pada zaman ini tidak hanya yang memiliki nilai sakral atau dibuat dengan landasan keyakinan terhadap

agama atau penghormatan terhadap penguasa. Banyak benda-benda profan di buat untuk keperluan sehari-hari.

Keyakinan untuk tidak menggambarkan mahluk hidup pada

kebudayaan Islam menyebabkan seni lukis dan patung tidak terlalu berkembang. Kondisi ini justru menyebabkan seni relief dan ukir serta seni ornamentik yang berlandaskan tulisan kaligraf

berkembang pesat.

Benda-benda kriya seperti Batik, wayang, dan benda-benda pusaka berkembang pada masa ini merupakan perpaduan antara

(22)

Jenis Karya

Berdasarkan jenisnya

benda-benda (karya) seni rupa yang

berkembang pada zaman Islam ini

dapat dikategorikan sebagai

berikut:

a. Seni Arsitektur (seni bangunan)

b. Seni Kriya

c. Seni Kaligraf

Berdasarkan jenisnya

benda-benda (karya) seni rupa yang

berkembang pada zaman Islam ini

dapat dikategorikan sebagai

berikut:

a. Seni Arsitektur (seni bangunan)

b. Seni Kriya

(23)

4. PERIODE SENI RUPA BARU

Berbeda dari zaman-zaman sebelumnya,

ekspresi dalam karya seni rupa baru memiliki

fungsi tidak semata-mata untuk kepentingan

rituil. Walaupun tetap memiliki fungsi untuk

mengisi bathin manusia, karya seni rupa baru

Indonesia atau Nusantara ini cenderung

berkembang mengikuti arah perkembangan

seni rupa Modern di Barat (Eropa).

Kategorisasi karya seni rupa Baru di

Nusantara ini seperti juga perkembangannya

di Eropa merujuk pada karya seni lukis dan

patung.

Berbeda dari zaman-zaman sebelumnya,

ekspresi dalam karya seni rupa baru memiliki

fungsi tidak semata-mata untuk kepentingan

rituil. Walaupun tetap memiliki fungsi untuk

mengisi bathin manusia, karya seni rupa baru

Indonesia atau Nusantara ini cenderung

berkembang mengikuti arah perkembangan

seni rupa Modern di Barat (Eropa).

Kategorisasi karya seni rupa Baru di

(24)

Perkembangan seni rupa baru

di Nusantara

Perkembangan seni rupa baru

di Nusantara

1.Masa Perintisan Raden Saleh

(1817-1880)

2.Masa Indonesia Molek ( Indie

Mooi )

3.Masa (setelah berdirinya)

PERSAGI

4.Masa Pendudukan Jepang

5.Masa Setelah Kemerdekaan

6.Masa Pendidikan Formal

1.Masa Perintisan Raden Saleh

(1817-1880)

2.Masa Indonesia Molek ( Indie

Mooi )

3.Masa (setelah berdirinya)

PERSAGI

4.Masa Pendudukan Jepang

(25)

1. Masa Perintisan Raden

Saleh

1. Masa Perintisan Raden

Saleh

Periode ini dinamai sesuai dengan nama tokoh

perupa pada masa itu yaitu Raden Saleh Syarif

Bustaman yang dilahirkan di Terbaya, Semarang

tahun 1807 dan wafat di Bogor pada tahun 1880.

Raden Saleh dianggap sebagai bapak seni rupa

Modern Indonesia karena beliau dianggap orang

Indonesia pertama yang mendapat pendidikan

dan berkarya seni rupa Modern. Raden saleh

menguasai teknik melukis realistis naturalistis

yang sangat mendetail sebagai warisan tradisi

seni lukis Renaisan Eropa pada masa itu.

Periode ini dinamai sesuai dengan nama tokoh

(26)
(27)
(28)

2. Masa Indonesia Molek atau

Mooi Indie”.

2. Masa Indonesia Molek atau

Mooi Indie”.

Lebih dari setengah abad setelah meninggalnya Raden Saleh, barulah dikenal pelukis-pelukis pribumi seperti Abdullah

Suryosubroto putra dari dokter Wahidin Sudirohusodo pendiri “Boedi Utomo”, Wakidi, dan Pringadi. Ciri khas karya pada periode ini sesuai dengan namanya, menggambarkan

pemandangan alam Nusantara yang indah. Gagasan melukiskan pemandangan alam yang indah ini tidak hadir begitu saja, tetapi dipengaruhi konsumen seni lukis pada masa itu yang

menggemari lukisan pemandangan alam Nusantara. Ciri yang menyimpang dari masa itu adalah yang dilakukan oleh Basuki Abdullah putra dari Abdullah Suryosubroto yang melukis objek manusia, hal yang beru dilakukan lagi oleh pelukis pribumi sejak era Raden Saleh. Pada masa ini pula dikenal Rudolf Bonet,

pelukis asal Nederland yang banyak berjasa mengilhami pelukis dan seniman tradisional Bali, memberikan warna modern pada karya-karya seni rupa Bali.

Lebih dari setengah abad setelah meninggalnya Raden Saleh, barulah dikenal pelukis-pelukis pribumi seperti Abdullah

Suryosubroto putra dari dokter Wahidin Sudirohusodo pendiri “Boedi Utomo”, Wakidi, dan Pringadi. Ciri khas karya pada periode ini sesuai dengan namanya, menggambarkan

pemandangan alam Nusantara yang indah. Gagasan melukiskan pemandangan alam yang indah ini tidak hadir begitu saja, tetapi dipengaruhi konsumen seni lukis pada masa itu yang

menggemari lukisan pemandangan alam Nusantara. Ciri yang menyimpang dari masa itu adalah yang dilakukan oleh Basuki Abdullah putra dari Abdullah Suryosubroto yang melukis objek manusia, hal yang beru dilakukan lagi oleh pelukis pribumi sejak era Raden Saleh. Pada masa ini pula dikenal Rudolf Bonet,

(29)
(30)
(31)
(32)
(33)

3. Masa (setelah berdirinya)

PERSAGI

3. Masa (setelah berdirinya)

PERSAGI

Periode PERSAGI adalah masa dalam perkembangan

seni lukis Indonesia yang ditandai dengan berdirinya

perkumpulan Persatuan Ahli Gambar Indonesia pada

tanggal 23 Oktober 1938 yang didirikan oleh Agus

Djaya dan Sudjojono. Berbeda dengan masa

sebelumnya, era pelukis PERSAGI ini seperti juga

pengaruh perkembangan seni rupa di Eropa lebih

bersifat individual dengan menonjolkan ekspresi

seniman secara pribadi. Penggambaran objeknya tidak

lagi melulu melukiskan keindahan dengan gaya realis

naturalis, tetapi cenderung impresif dan ekspresif.

Pada masa ini mulai dikenal pelukis perempuan

seperti Maryati Afandi dan Suleha Angkama.

Periode PERSAGI adalah masa dalam perkembangan

seni lukis Indonesia yang ditandai dengan berdirinya

perkumpulan Persatuan Ahli Gambar Indonesia pada

tanggal 23 Oktober 1938 yang didirikan oleh Agus

Djaya dan Sudjojono. Berbeda dengan masa

sebelumnya, era pelukis PERSAGI ini seperti juga

pengaruh perkembangan seni rupa di Eropa lebih

bersifat individual dengan menonjolkan ekspresi

seniman secara pribadi. Penggambaran objeknya tidak

lagi melulu melukiskan keindahan dengan gaya realis

naturalis, tetapi cenderung impresif dan ekspresif.

Pada masa ini mulai dikenal pelukis perempuan

(34)
(35)

Laki-laki Bali dan Ayam Jago,

1958, Agus Djaja S., cat

(36)
(37)
(38)

4. Masa Pendudukan Jepang

1942-1945.

4. Masa Pendudukan Jepang

1942-1945.

Sesuai dengan namanya, periode ini menunjukkan perkembangan atau aktivitas seni rupa di Indonesia sejak pendudukan Jepang di tahun 1942 hingga Proklamasi Kemerdekaan pada tahun 1945. Walaupun masa pendudukan Jepang ini relatif hanya sebentar,

tetapi kesempatan yang diberikan pemerintah Pendudukan Jepang terhadap perkembangan kesenian di Indonesia cukup memberikan dorongan bagi para seniman Indonesia. Salah satu dukungan

tersebut diantaranya dengan memberikan fasilitas kegiatan melukis dan pameran bagi seniman-seniman Indonesia yang diwadahi oleh Bagian Seni Rupa kantor Keimin Bunka Shidoso (Pusat Kebudayaan). Pada msa inilah dikenal nama-nama pelukis seperti Otto Djaja, Henk Ngantung, Hendra Gunawan, Afandi, Barli Sasmitawinata, Muchtar Apin, Trubus dsb. Dari sekian nama tersebut, Afandi menjadi salah satu pelukis yang paling menonjol, karya-karyanya tidak saja diakui di Indonesia tetapi juga diakui di Eropa sebagai salah satu karya ekspresionis terbaik dunia.

Sesuai dengan namanya, periode ini menunjukkan perkembangan atau aktivitas seni rupa di Indonesia sejak pendudukan Jepang di tahun 1942 hingga Proklamasi Kemerdekaan pada tahun 1945. Walaupun masa pendudukan Jepang ini relatif hanya sebentar,

tetapi kesempatan yang diberikan pemerintah Pendudukan Jepang terhadap perkembangan kesenian di Indonesia cukup memberikan dorongan bagi para seniman Indonesia. Salah satu dukungan

(39)
(40)
(41)

5. Masa setelah Kemerdekaan

(pendirian sanggar-sanggar 1945-1950)

5. Masa setelah Kemerdekaan

(pendirian sanggar-sanggar 1945-1950)

Periode pendirian sanggar-sanggar ini ditandai terutama karena

momentum Proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kebebasan yang dihirup bangsa ini setelah melepaskan dari dari

penjajahan Belanda dan Jepang sedikit banyak berpengaruh terhadap semangat untuk mendirikan sanggar-sanggar seni

rupa di berbagai daerah di Indonesia seperti di Padang, Medan, Ujung Pandang, Bandung, Yogyakarta, Surakarta, Madiun,

Surabaya dan Jakarta. Corak dan gaya lukisan yang dihasilkan seniman pada periode ini cukup bervariasi, warna-warna tradisi (motif-motif dekoratif) yang bersumber dari kebudayaan lokal juga mewarnai bentuk dan gaya lukisan yang dihasilkan

seniman pada masa ini. Salah satu tema yang cukup menonjol adalah tema-tema perjuangan. Hal tersebut tidaklah

mengherankan karena situasi dan kondisi setelah tahun 1945 memaksa bangsa Indonesia menghadapi perang revolusi fsik hingga tahun 1949.

Periode pendirian sanggar-sanggar ini ditandai terutama karena

momentum Proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kebebasan yang dihirup bangsa ini setelah melepaskan dari dari

penjajahan Belanda dan Jepang sedikit banyak berpengaruh terhadap semangat untuk mendirikan sanggar-sanggar seni

rupa di berbagai daerah di Indonesia seperti di Padang, Medan, Ujung Pandang, Bandung, Yogyakarta, Surakarta, Madiun,

Surabaya dan Jakarta. Corak dan gaya lukisan yang dihasilkan seniman pada periode ini cukup bervariasi, warna-warna tradisi (motif-motif dekoratif) yang bersumber dari kebudayaan lokal juga mewarnai bentuk dan gaya lukisan yang dihasilkan

seniman pada masa ini. Salah satu tema yang cukup menonjol adalah tema-tema perjuangan. Hal tersebut tidaklah

(42)
(43)

43

(44)
(45)
(46)

6. Masa Pendidikan Formal

(setelah tahun 1950)

6. Masa Pendidikan Formal

(setelah tahun 1950)

Periode ini kerap juga disebut sebagai periode pendidikan

formal seni rupa. Pada periode ini peran sanggar digantikan

oleh berdirinya perguruan tinggi seni rupa seperti ASRI di

Yogyakarta dan Departemen Seni Rupa di Sekolah Tinggi

Teknik Bandung yang sekarang dikenal dengan nama

Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung.

Berdirinya lembaga-lembaga pendidikan formil dalam bidang

seni rupa ini semakin memperkokoh perkembangan seni rupa

Modern di Indonesia. Perkembangan ini semakin diperkuat

dengan berdirinya lembaga-lembaga pendidikan guru seni

rupa (Jurusan Pendidikan Seni Rupa) di seluruh IKIP di

Indonesia. Melalui lembaga-lembaga pendidikan formil ini

konsep dan teknik berkarya seni rupa Modern dipelajari dan

dimasyarakatkan termasuk mengembangkan jenis-jenis seni

rupa lainnya seperti seni patung dan seni grafs.

Periode ini kerap juga disebut sebagai periode pendidikan

formal seni rupa. Pada periode ini peran sanggar digantikan

oleh berdirinya perguruan tinggi seni rupa seperti ASRI di

Yogyakarta dan Departemen Seni Rupa di Sekolah Tinggi

Teknik Bandung yang sekarang dikenal dengan nama

Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung.

Berdirinya lembaga-lembaga pendidikan formil dalam bidang

seni rupa ini semakin memperkokoh perkembangan seni rupa

Modern di Indonesia. Perkembangan ini semakin diperkuat

dengan berdirinya lembaga-lembaga pendidikan guru seni

rupa (Jurusan Pendidikan Seni Rupa) di seluruh IKIP di

(47)
(48)

Beratapkan Langit dan

Bumi Amparan, AD

Pirous,(QS. Al

(49)
(50)
(51)

7. Masa Seni Rupa Baru

Indonesia

7. Masa Seni Rupa Baru

Indonesia

Para perupa akademis dari beberapa perguruan tinggi seni rupa di Yogyakarta dan Bandung mendeklarasikan gerakan seni rupa baru yang menentang kemapanan pakem dan konsep seni modern yang sudah berakar kuat dalam kurikulum pendidikan tinggi seni rupa di Indonesia. Para perupa ini juga menentang dominasi seniman atau perupa senior dalam peta seni rupa Indonesia yang dianggap

kurang memberikan tempat bagi para perupa yang lebih junior seperti keikut sertaan seniman dalam event-event internasional mewakili Indonesia yang diwakili oleh seniman tertentu saja. Para perupa muda ini juga mempertanyakan kecenderungan dominasi karya seni lukis diatas karya-karya seni rupa lainnya. Dalam salah satu kegiatan pameran yang bertajuk Gerakan Seni Rupa Baru, para perupa muda ini menampilkan berbagai bentuk karya seni

rupa yang “menyimpang” dari bentuk karya seni rupa sebelumnya. Mereka menggunakan berbagai medium yang tidak lazim

digunakan dalam berkarya seni seperti penggunaan benda-benda keperluan sehari-hari.

Para perupa akademis dari beberapa perguruan tinggi seni rupa di

Yogyakarta dan Bandung mendeklarasikan gerakan seni rupa baru yang menentang kemapanan pakem dan konsep seni modern yang sudah berakar kuat dalam kurikulum pendidikan tinggi seni rupa di Indonesia. Para perupa ini juga menentang dominasi seniman atau perupa senior dalam peta seni rupa Indonesia yang dianggap

kurang memberikan tempat bagi para perupa yang lebih junior seperti keikut sertaan seniman dalam event-event internasional mewakili Indonesia yang diwakili oleh seniman tertentu saja. Para perupa muda ini juga mempertanyakan kecenderungan dominasi karya seni lukis diatas karya-karya seni rupa lainnya. Dalam salah satu kegiatan pameran yang bertajuk Gerakan Seni Rupa Baru, para perupa muda ini menampilkan berbagai bentuk karya seni

rupa yang “menyimpang” dari bentuk karya seni rupa sebelumnya. Mereka menggunakan berbagai medium yang tidak lazim

(52)

Perkembangan ini sebenarnya tidak terjadi begitu

saja, perkembangan seni rupa pasca modernisme di

Eropa dan Amerika diduga mempengaruhi pemikiran

dan konsep para perupa muda ini. Gerakan seni rupa

Postmodern yang kemudian lebih dikenal dengan

sebutan “Seni Rupa Kontemporer” ini selanjutnya

mewarnai karya-karya seni rupa di Indonesia.

Walaupun kurikulum pendidikan tinggi seni rupa

hingga saat ini belum mengadaptasi jenis kesenian

ini, tetapi sebagai sebuah fenomena yang mendunia,

gerakan seni rupa Kontemporer telah menjadi

bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan

seni rupa di Indonesia. Seni rupa Kontemporer tidak

lagi mengenal penggolongan jenis karya seni rupa

seperti seni lukis, seni patung atau seni grafs. Para

penganut gerakan ini cenderung menggolongkan

jenis karya seni rupa pada dimensi kebentukannya

saja seperti karya seni dua dimensi, tiga dimensi

atau multi dimensi. Salah satu keunikan yang

merupakan perkembangan termutakhir seni rupa

Kontemporer di Indonesia adalah digunakannya

teknologi informasi dan komunikasi sebagai medium

berkarya seni, sesuatu yang tidak mungkin ada pada

periode atau masa-masa sebelumnya. Pada periode

terakhir ini kita menjumpai bentuk-bentuk karya seni

Perkembangan ini sebenarnya tidak terjadi begitu

saja, perkembangan seni rupa pasca modernisme di

Eropa dan Amerika diduga mempengaruhi pemikiran

dan konsep para perupa muda ini. Gerakan seni rupa

Postmodern yang kemudian lebih dikenal dengan

sebutan “Seni Rupa Kontemporer” ini selanjutnya

mewarnai karya-karya seni rupa di Indonesia.

Walaupun kurikulum pendidikan tinggi seni rupa

hingga saat ini belum mengadaptasi jenis kesenian

ini, tetapi sebagai sebuah fenomena yang mendunia,

gerakan seni rupa Kontemporer telah menjadi

bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan

seni rupa di Indonesia. Seni rupa Kontemporer tidak

lagi mengenal penggolongan jenis karya seni rupa

seperti seni lukis, seni patung atau seni grafs. Para

penganut gerakan ini cenderung menggolongkan

jenis karya seni rupa pada dimensi kebentukannya

saja seperti karya seni dua dimensi, tiga dimensi

atau multi dimensi. Salah satu keunikan yang

merupakan perkembangan termutakhir seni rupa

Kontemporer di Indonesia adalah digunakannya

teknologi informasi dan komunikasi sebagai medium

berkarya seni, sesuatu yang tidak mungkin ada pada

periode atau masa-masa sebelumnya. Pada periode

terakhir ini kita menjumpai bentuk-bentuk karya seni

(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)

Rangkuman

Perkembangan tema dan gaya pada karya seni rupa

Nusantara telah mencapai periode seni klasik yang

dapat kita saksikan pada berbagai macam benda

kerajinan dan bangunan tradisional. Seni klasik di

sini artinya seni yang dianggap telah mencapai mutu

tinggi (puncak). Zaman seni rupa Indonesia-Hindu

seringkali disebut oleh para ahli sejarah seni rupa

sebagai masa seni rupa Klasik di Indonesia.

Perhatikan bagaimana mutu bangunan-bangunan

bersejarah berikut hiasannya di Nusantara. Karya

seni rupa Nusantara klasik lainnya yang juga

dianggap bernilai tinggi adalah seni wayang (wayang

kulit, wayang golek). Perhatikan, di mana letak

perbedaan gaya wayang golek dengan wayang kulit.

Perhatikan juga bagaimana kekhasan watak-watak

tokoh digambarkan secara mengagumkan. Amatilah

tema apa yang ada pada ukiran Toraja, patung

Asmat, Tanimbar atau Bali. Masih banyak

peninggalan karya seni Nusantara yang dapat

(60)

Pada zaman yang lebih kemudian, gaya dan

aliran dalam seni rupa Nusantara dipengaruhi

perkembangan seni di Eropa. Contoh, karya

senirupawan Raden Saleh menganut aliran

Romantisme, karena ia berguru ke Eropa yang

pada waktu itu aliran Romantisme di sana

sedang populer. Setelah masa kekosongan

perkembangan (Raden Saleh tidak mempunyai

murid yang dapat melanjutkan perkembangan

seni), muncullah para pelukis pribumi seperti

Pringadie, Abdoellah Sr., Basoeki Abdullah,

yang menganut aliran Naturalisme, Sudjojono,

tokoh yang tergolong beraliran Realisme, dan

Afandi yang beraliran Ekspresionisme.

Selanjutnya berbagai aliran bermunculan

(61)

Perkembangan paling akhir dalam dunia seni rupa di

Indonesia adalah munculnya gerakan seni rupa

Kontemporer. Gerakan yang diawali sejak

kemunculan “Gerakan Seni Rupa Baru” pada

pertengahan tujuhpuluhan ini kerap menggunakan/

memadukan berbagai medium dalam berkarya,

memadukan berbagai cabang seni (musik dan gerak)

serta menggunakan pula teknologi

informasi/komunikasi seperti televisi, video dan

komputer (web art) sebagai basis karya-karyanya.

Penganut gerakan ini tidak lagi menggunakan

batasan-batasan (penggolongan) seni seperti seni

lukis, patung, grafs atau pembagian seni murni dan

seni pakai. Pembagian yang dikenal atau lazim

digunakan kelompok ini hanyalah seni rupa dua

dimensi dan tiga dimensi. Gerakan seni rupa

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan II ( PPL II ) yang dalam jurusan Bimbingan dan Konseling sering disebut dengan Praktik Lapangan Bimbingan dan Konseling (

Praktik Pengalaman lapangan (PPL) merupakan suatu kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan materi yang

Kompetensi Inti (KI) pada Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai kopetensi inti kurikulum 2013 pendidikan anak usia

Gabungkan 2 buah katrol besar dan pasangkan pengait beban diantara kedua katrol tersebut serta pasangkan pula sebuah steker perangkai pada salah satu katrol (lihat Gambar 1.2)3.

menggeliat macam ni…(sambil mengayakan kembali) semuanya akan menjadi lebih baik.. Orang Tua I : Sungguh

In the midst of the rapid flow of social changes due to modernization, the indigenous community of Kasepuhan Banten Kidul are still able to maintain and

PPL adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa Universitas Negeri Semarang, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

The objective of the study is to measure the effectiveness of using direct method in teaching reading at the tenth grade students of SMA Muhammadiyah 1 Palangka Raya..