• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETAHANAN NASIONAL DI BIDANG PANGAN EKON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KETAHANAN NASIONAL DI BIDANG PANGAN EKON"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

KETAHANAN NASIONAL DI BIDANG PANGAN,

EKONOMI PERBANKAN DAN INDUSTRI

Dosen Pengampu : Natal Kristiono,S.Pd.,M.H. Disusun Untuk Memenuhi

Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Oleh

1. Dian Dwi Susilowati 7101413059

2. Siti Eva Mutoharoh 7101413060

3. Afida Ulfah 7101413100

4. Efi Lestari 7101413107

5. Della Arny Novera 7101413113

(2)

ABSTRAK

Bangsa Indonesia yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dewasa ini dalam rangka mencapai dan mewujudkan cita-cita nasionalnya, yaitu masyarakat adil makmur, aman dan sejahtera di dalam Negara kesatuan Republik Indonesia, yang merdeka, bersatu berdaulat, berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar tahun 1945.

Salah satu upaya dalam mewujudkan cita-cita tersebut adalah dengan mengkokohkan sistem ketahanan nasional. Pertahanan nasional di bidang ekonomi di Indonesia tergolong masih lemah. Perbaikan dalam bidang pangan, ekonomi perbankan dan industri diperlukan untuk menunjang tumbuh kembangnya ketahanan nasional tersebut. Apalagi di era reformasi dan globalisasi saat ini, membuat Indonesia semakin dilanda masalah yang tak berujung oleh penanganan yang segera dilaksanakan. Oleh karena itu diperlukan cara penanganan yang sistematis, komprehensif-integral serta terencana diikuti dengan semangat reformasi harus diimplemantasikan dalam menyikapi dan merespon persoalan-persoalan ketahanan nasional yang muncul. Selain itu penyusunan berbagai strategi harus dilakukan dan di implementasikan secara nyata.

(3)

PENDAHULUAN

Globalisasi telah menempatkan bangsa dan negara Indonesia pada posisi yang dilematis. Di satu sisi proses globalisasi tersebut telah memberikan kesempatan dan tantangan bagi Bangsa dan Negara Indonesia untuk dapat hidup bergaul dengan masyarakat internasional lebih baik lagi. Dalam hal ini proses tersebut telah merangsang upaya peningkatan daya saing dan kompetisi bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain di berbagai aktivitas kehidupan. Di sisi lain, proses globalisasi tersebut telah memberikan tekanan dan beban yang sangat berat bagi bangsa dan Negara Indonesia untuk dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan masyarakat internasional baru seperti dalam masalah Ketahanan Nasional dibidang Pangan, Ekonomi Perbankan dan Industri.

Keseluruhan persoalan tersebut harus dihadapi dan diselesaikan oleh bangsa Indonesia. Setiap kelalaian dan kegagalan dalam merespon dan menangani persoalan dapat menimbulkan resiko yang serius bagi eksistensi dan keutuhan bangsa dan Negara Republik Indonesia. Mengingat dimensi dari persoalan-persoalan tersebut sangat kompleks dan beragam, maka diperlukan cara penanganan yang sistematis, komprehensif-integral serta terencana. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk merespon perubahan dan mengatasi persoalan-persoalan tersebut adalah dengan melakukan pengkajian terhadap masalah-masalah ketahanan nasional beserta hal-hal yang terkait dengannya secara lebih objektif dan ilmiah.

(4)

Dengan demikian, adanya cara penanganan yang sistematis, komprehensif-integral serta terencana diikuti dengan semangat reformasi harus diimplemantasikan dalam menyikapi dan merespon persoalan-persoalan ketahanan nasional yang muncul di era reformasi dan globalisasi dewasa ini.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Ketahanan Nasional

Ketahanan nasional Indonesia adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi , berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, dalam menggapai dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan baik yang dating dari luar dan dari dalam untuk menjamin identitas, integrasi, kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta perjuangan mencapai tujuan nasional.

Konsepsi ketahanan nasional adalah konsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan terpadu berlandaskan UUD 1945 dan wawasan nusantara dengan kata lain konsepsi ketahanan nasional merupakan pedoman untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangan kekuatan nasional dengan pendekatan kesejahteraan dan keamanan.

Kesejahteraan dapat digambarkan sebagai kemampuan bangsa dalam menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai nasionalnya demi sebesar-besarnya kemakmuran yang adil dam merata, rohaniah, dan jasmaniah. Sedangkan keamanan adalah kemampuan bangsa melindungi nilai-nilai nasional terhadap ancaman dari luar maupun dari dalam.

Landasan Ketahanan Nasional

Landasan ketahanan nasional dapat di bagi menjadi 3 bagian, yaitu adalah : a) Pancasila Landasan Idiil

(5)

Asas-asas Ketahanan nasional

Asas ketahanan nasional adalah tata laku yang disadari nilai-nilai yang tersusun berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan Wawasan Nusantara. Asas-asas tersebut adalah sebagai berikut :

a) Asas kesejahteraan dan keamanan

Asas ini merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan wajib dipenuhi bagi individu maupun masyarakat atau kelompok. Didalam kehidupan nasional berbangsa dan bernegara, unsur kesejahteraan dan keamanan ini biasanya menjadi tolak ukur bagi mantap/tidaknya ketahanan nasional. b) Asas komprehensif/menyeluruh terpadu

Artinya, ketahanan nasioanal mencakup seluruh aspek kehidupan. Aspek-aspek tersebut berkaitan dalam bentuk persatuan dan perpaduan secara selaras, serasi, dan seimbang.

c) Asas kekeluargaan

Asas ini bersikap keadilan, kebersamaan, kesamaan, gotong royong, tenggang rasa dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam hal ini hidup dengan asas kekeluargaan ini diakui adanya perbedaan, dan kenyataan real ini dikembangkan secara serasi dalam kehidupan kemitraan dan dijaga dari konflik yang bersifat merusak/destruktif.

Sifat Ketahanan Nasional

a) Mandiri

Percaya kepada kemampuan dan kekuatan diri sendiri, keuletan dan ketangguhan yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah serta bertumpu pada identitas, integritas dan kepribadian bangsa. Kemandirian merupakan syarat untuk menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dalam perkembangan global.

(6)

Ketahanan nasional dapat meningkat atau menurun tergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan negara serta lingkungan strateginya. Hal ini sesuai dengan hakekat dan pengertian bahwa yang ada di dunia ini selalu berubah dan perubahan itu sendiri senantiasa berubah pula. Upaya peningkatan ketahanan nasional harus senantiasa diorientasikan kemasa depan dan dinamikanya diarahkan untuk pencapaian kondisi kehidupan nasional yang baik.

c) Wibawa

Keberhasilan pembinaan nasional secara berlanjut dan berkesinambungan akan meningkatkan kemampuan dan kekuatan bangsa. Makin tinggi tingkat ketahanan nasional Indonesia berarti makin tinggi daya tangkap yang dimiliki bangsa dan Negara Indonesia.

d) Konsultasi dan kerjasama

Konsultasi dan kerjasama berarti tidak mengutamakan sifat konfrontatif dan antagonis, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata, tetapi lebih bersikap konsultatif dan kerjasama serta saling menghargai.

2. Pangan

Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang bersumber dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah. Pengertian pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. 1

Jenis-jenis pangan dibedakan atas pangan segar dan pangan olahan. Pengertian pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan, yang dapat dikonsumsi langsung atau dijadikan bahan baku pengolahan, yang dapat dikonsumsi langsung atau dijadikan bahan baku pengolahan pangan. Misalnya beras, gandum, segala macam buah, ikan, air segar, dan sebagainya. Sedangkan, pengertian pangan olahan adalah pangan

(7)

atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan. 2

3. Ekonomi Perbankan

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.3

Sedangkan menurut Hasibuan (2005:2), pengertian bank adalah: “Bank adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial assets) serta bermotif profit juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja”. Selain itu Kasmir (2008:2) berpendapat bahwa “Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank lainnya”.

Berdasarkan ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bank adalah usaha yang berbentuk lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana (surplus of fund) dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana (lack of fund), serta memberikan jasa-jasa bank lainnya untuk motif profit juga sosial demi meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

4. Industri

Industri adalah kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan.4 Perindustrian, Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/ atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk

2Anonim.”Pengertian Pangan dan Jenis-Jenis Pangan” dalam

http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-pangan-dan-jenis-jenis-pangan diakses pada 9 mei 2014 pukul 2:32 a.m WIB.

(8)

penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.5 Enam konsep yang berkaitan dengan industri adalah sebagai berikut : 1. Bahan mentah adalah semua bahan yang didapat dari sumber daya alam dan/atau yang diperoleh dari usaha manusia untuk dimanfaatkan lebih lanjut, misalnya kapas untuk inddustri tekstil, batu kapur untuk industri semen, biji besi untuk industri besi dan baja.

2. Bahan baku industri adalah bahan mentah yang diolah atau tidak diolah yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam industri, misalnya lembaran besi atau baja untuk industri pipa, kawat, konstruksi jembatan, seng, tiang telpon, benang adalah kapas yang telah dipintal untuk industri garmen (tekstil), minyak kelapa, bahan baku industri margarine. 3. Barang setengah jadi adalah bahan mentah atau bahan baku yang

telah mengalami satu atau beberapa tahap proses industri yang dapat diproses lebih lanjut menjadi barang jadi, misalnya kain dibuat untuk industri pakaian, kayu olahan untuk industri mebel dan kertas untuk barang-barang cetakan.

4. Barang jadi adalah barang hasil industri yang sudah siap pakai untuk konsumsi akhir ataupun siap pakai sebagai alat produksi, misalnya industri pakaian, mebel, semen, dan bahan bakar.

5. Rancang bangun industri adalah kegiatan industri yang berhubungan dengan perencanaan pendirian industri/pabrik secara keseluruhan atau bagian-bagiannya.

6. Perekayasaan industri adalah kegiatan industri yang berhubungan dengan perancangan dan pembuatan mesin/peralatan pabrik dan peralatan industri lainnya.6

5Menurut UU No. 5 Tahun 1984

6Anonim.”Pengertian Industri dan Perindustrian” dalam

(9)

METODE PENULISAN

1. Jenis Penulisan

Metode yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini adalah metode penulisan deskriptif (descriptive research) dengan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data desriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang diamati, didukung dengan studi literatur atau studi kepustakaan berdasarkan pendalaman kajian pustaka berupa data dan angka, sehingga realitas dapat dipahami dengan baik (Moloeng, 1990:5).

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menjabarkan tentang bagaimana cara penanganan masalah ketahanan pangan di bidang pangan, ekonomi perbankan dan industri yang sistematis, komprehensif-integral serta terencana. Dengan rumusan masalah yang telah tersusun, maka penulis menggunakan pendekatan penulisan secara kualitatif untuk mendapatkan jenis data yang bersifat deskriptif. Lalu, penulis berusaha melakukan eksplorasi data guna menjawab pembahasan masalah yang aplikatif.

2. Teknik dan Prosedur Penulisan

Teknik penulisan dilakukan dengan memahami atau mengeksplorasi beberapa data sehingga mampu memberikan deskripsi tentang masalah yang dianalisis. Sesuai dengan jenis penulisannya, maka teknik penulisan yang berkarakter kualitatif dengan menguraikan, menjabarkan dan merangkai variabel-variabel yang diteliti menjadi sebuah tulisan dalam setiap bagian pembahasan. Prosedur penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:

1. Identifikasi masalah yang ada.

2. Pencarian data dan/atau informasi dari sumber terpercaya. 3. Penyusunan penulisan dirancang secara sistematis dan runtut.

4. Pencarian kajian pustaka atau hasil kajian pustaka yang didukung oleh hasil pengamatan.

5. Karya tulis di analisis-sintesis, kesimpulan dan rekomendasi.

(10)

Jenis data yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan karya tulis ini adalah jenis data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari orang kedua yaitu melalui situs-situs internet, jurnal-jurnal maupuan buku-buku yang membahas tentang keadaan ketahanan pangan di bidang pangan, ekonomi perbankan dan industry.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi literatur dilakukan dengan cara mempelajari dan menganalisis beberapa literatur yang berkaitan dengan pokok permasalahan. Data-data tersebut diperoleh dari beberapa media, baik media cetak maupun media elektronik.Data-data yang telah didapatkan kemudian dipelajari dan didiskusikan dengan orang yang berkompeten pada permasalahan terkait, sehingga memperoleh penguatan argumen dan pemahaman.

Setelah data terkumpul, selanjutnya diikuti dengan kegiatan pengolahan data (data processing). Data yang relevan akan digunakan sebagai rujukan dalam pembahasan. Setelah proses pengolahan data, berikutnya adalah menganalisis data dan menginterpretasikannya. Data hasil analisis tersebut diinterpretasikan atau disimpulkan untuk menjawab keseluruhan masalah yang diteliti. Agar hasil analisis ini memperoleh kebenaran yang ilmiah, maka analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan beberapa tahapan yaitu tahap penyajian bukti atau fakta (skeptik), memperhatikan permasalahan yang relevan (analitik), dan tahap menimbang secara obyektif untuk berpikir logis (kritik). (Narbuko, Achmad, 2004:6).

HASIL DAN PEMBAHASAN

(11)

mampu memecahkan masalah ekonomi yang ada. Beberapa masalah utama yang timbul yaitu lemahnya pertahan nasional di bidang ekonomi salah satunya yaitu tingkat pengangguran dan kemiskinan yang mulai meningkat7.

Tahun 2005 pengangguran mencapai 10,85 juta, 10,55 juta (2006) dan 10,01 juta (2007), sementara kemiskinan 36,20 juta (2005), 39,29 (2006) dan 37,16 (2007).8 Tahun 2008 diperkirakan akan terjadi peningkatan pengangguran dan jumlah penduduk miskin. Perlambatan pertumbuhan ekonomi juga akan meuncul akibat krisis energi dan pangan dunia.

Lemahnya ketahanan nasional juga dipengaruhi oleh rapuhnya struktur ekonomi. Ekonomi Indonesia ternyata masih sangat tergantung dengan kondisi ekonomi luar negeri atau struktur ekonomi footlose. Indikatornya adalah bahan baku, bahan penolong dan teknologi industri domestik adalah impor. Juga hutang luar negeri yang digunakan untuk mengakselerasi kegiatan-kegiatan ekonomi yang relatif tinggi. Dampaknya adalah nilai US$ terhadap Rupiah baik yang disebabkan oleh depresiasi atau devaluasi selalu diikuti oleh inflasi ongkos (cash push inflation). Hal tersebut yang mengakibatkan krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mampu menimbulkan stagflasi yang kemudian memicu krisis multidimensi.

Indonesia dikategorikan sebagai negara high cost recovery yang di sebabkan oleh kualitas sumberdaya manusia, struktur ekonomi, pemerintahan dan birokrasi yang tidak memadai, juga didukung adanya budaya konsumtif dan korupsi oleh masyarakatnya. Pada tahun 2000, 40% dari kelompok penduduk berpendapatan terendah menikmati 20,92%, sedangkan pada 2006 kelompok tersebut hanya menikmati 19,2% dari pertumbuhan ekonomi nasional. Sebaliknya, 20% dari kelompok penduduk terkaya pada tahun 2000 menikmati 41,19% dari pertumbuhan ekonomi nasional dan pada 2006 menikmati 45,72% dari tingkat pertumbuhan nasional.9

Hal tersebut juga konsisten jika dihitung berdasarkan Gini Ratio yang menunjukkan peningkatan dari 0,29 menjadi 0,35. Semakin tingginya kesenjangan pendapatan antar kelompok masyarakat membawa implikasi pada

7Sumber: BPS ( Badan pusat Statistik) 8 Ibid.

(12)

semakin tingginya kesenjangan kemakmuran antar kelompok masyarakat tersebut. Kondisi ini menurunkan kohesi sosial yang bahkan menimbulkan potensi konflik antar kelompok masyarakat.

Berdasarkan uraian tersebut, diperlukan perwujudan ketahanan nasional ekonomi di bidang pangan, ekonomi perbankan dan industri dengan beberapa strategi pembangunan ketahanan nasional. Strategi pertama adalah peningkatan kemandirian, kedua adalah strategi peningkatan daya saing. Strategi peningkatan kemandirian hendaknya dilakukan dengan memberikan prioritas utama pada penguatan faktor-faktor internal yang kita miliki. Atau dengan kata lain strategi yang lebih berorientasi pada resource dan knowledge based, karena walaupun bagaimana strategi pembangunan nasional tetap pada

endowment factor yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sedangkan strategi peningkatan daya saing lebih diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas dari faktor-faktor internal tersebut agar mampu menghasilkan output yang mampu berkompetisi global. Kedua strategi ini akan berhasil jika sebelumnya dibangun kembali semangat nasionalisme dan membangun rasa saling percaya antar stakeholder pembangunan.

Pembangunan ekonomi diarahkan kepada mantapnya ketahanan ekonomi melalui terciptanya iklim usaha yang sehat serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, tersedianya barang dan jasa, terpeliharanya fungsi lingkungan hidup serta meningkatkan daya saing dalam lingkup persaingan global

Ketahanan Nasional Di Bidang Pangan

(13)

memperoleh pangan pada setiap waktu untuk keperluan hidup yang sehat. Sementara pada World Food Summittahun 1996, ketahanan pangan disebut sebagai akses setiap RT atau individu untuk dapat memperoleh pangan pada setiap waktu untuk keperluan hidup yang sehat dengan persyaratan penerimaan pangan sesuai dengan nilai atau budaya setempat (Pambudy, 2002a).

Hingga awal tahun 2000-an, sebelum pemanasan global menjadi suatu isu penting, dunia selalu optimis mengenai ketersediaan pangan. Bahkan waktu itu, FAO memprediksi bahwa untuk 30 tahun ke depan, peningkatan produksi pangan akan lebih besar daripada pertumbuhan penduduk dunia. Peningkatan produksi pangan yang tinggi itu akan terjadi di negara-negara maju. Selain kecukupan pangan, kualitas makanan juga akan membaik. Prediksi ini didasarkan pada data historis selama dekade 80-an hingga 90-an yang menunjukkan peningkatan produksi pangan di dunia rata-rata per tahun mencapai 2,1%, sedangkan laju pertumbuhan penduduk dunia hanya 1,6% per tahun. Memang, untuk periode 2000-2015 laju peningkatan produksi pangan diperkirakan akan menurun menjadi rata-rata 1,6% per tahun, namun ini masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk dunia yang diprediksi 1,2% per tahun. Untuk periode 2015-2030 laju pertumbuhan produksi pangan diprediksikan akan lebih rendah lagi yakni 1,3% per tahun tetapi juga masih lebih tinggi daripada pertumbuhan penduduk dunia sebesar 0,8% per tahun. Juga FAO memprediksi waktu itu bahwa produksi biji-bijian dunia akan meningkat sebesar 1 miliar ton selama 30 tahun ke depan, dari 1,84 miliar ton di tahun 2000 menjadi 2,84 miliar ton di tahun 2030 (Husodo, 2002).

(14)

gula/tebu, dan minyak sawit) tahun 2008 ini akan menembus level yang sangat mengkhawatirkan. Harga seluruh pangan diperkirakan tahun 2008 akan meningkat sampai 75% dibandingkan tahun 2000; beberapa komoditas bahkan harganya diperkirakan akan mengalami kenaikan sampai 200%. Harga jagung akan mencapai rekor tertinggi dalam 11 tahun terakhir, kedelai dalam 35 tahun terakhir, dan gandum sepanjang sejarah.

Sejak Januari 2008 kenaikan harga beras sudah mencapai 141%, bahkan harga beras putih Thailand 100% kualitas B tercatat telah mengalami kenaikan dari 203 dollar AS/ton pada 3 Januari 2004 ke 375 dollar AS/ton pada 3 Januari 2008 dan mencapai 1000 dollar AS/ton pada 24 April 2008.

Sedangkan menurut laporan Bank Dunia per Agustus 2007, harga beras kualitas medium (Thai 25% patah) telah menembus 307 dollar AS per ton, atau Thai patahan 15% di Bangkok dari 178 dollar AS pada tahun 2002 menjadi 324 dollar AS pada bulan November (minggu pertama) 2007. Krisis pangan juga bisa terjadi (atau bahkan sudah melanda) Indonesia.

Data dari Deptan menunjukkan bahwa selama periode 2005-2007, harga dari sejumlah komoditas pangan penting mengalami kenaikan lebih dari 50%. Bahkan harga kedelai naik sekitar 114%. Namun demikian, menurut sejumlah ahli, memang harga pangan cenderung meningkat terus, tetapi krisis pangan di dalam negeri bukan karena stok terbatas melainkan karena akses ke pangan yang terbatas. Misalnya, Bayu Krisnamukti, Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Pertanian dan Kehutanan (dikutip oleh Prabowo, 2008e) menjelaskan sebagai berikut: pada dasarnya ketersediaan pangan di dalam negeri relatif cukup. Per april 2008 suplai karbohidrat baik dalam bentuk beras, singkong, jagung, maupun mbi-umbian 0,5 kilogram per kapitaper hari. Apabila separuh dari suplai karbohidrat itu untuk keperluan industri atau pakan ternak, setidaknya masih tersisa 600 gram per kapita per hari. Padahal, kebutuhan karbohidrat untuk hidup sehat hanya 300 gram per kapita per hari. Namun, suplai yang cukup itu tidak akan berarti apa-apa manakala daya beli masyarakat melemah akibat kenaikan harga pangan yang terus meningkat.

(15)

hasil dari kesalahan kebijakan dari lembaga-lembaga dunia seperti Bank Dunia dan IMF dan juga kesalahan kebijakan dari banyak negara di dunia, termasuk negara-negara yang secara potensi adalah negara besar penghasil beras seperti Indonesia, India dan China dalam dua dekade terakhir. Schutter, misalnya, ketua FAO mengatakan bahwa Bank Dunia dan IMF menyepelekan pentingnya investasi di sektor pertanian dengan mempromosikan kebijakan produksi berorientasi ekspor (Khudori, 2008).

Kedua lembaga ini mendesak agar NSB yang masuk di dalam program bantuan financial mereka menjalankan kebijakan tersebut, yakni menghasilkan komoditas berorientasi ekspor, khususnya manufaktur, selain melaksanakan program penyesuaian structural sebagai syarat utama untuk mendapatkan bantuan keuangan. Kebijakan ini mengabaikan ketahanan pangan.10

Indonesia juga mengalami ketergantungan impor. Pada prinsipnya, impor suatu produk terjadi karena tiga alasan. Pertama, produksi dalam negeri terbatas, sedangkan permintaan domestik tinggi (kelebihan permintaan di pasar domestik). Jadi impor hanya sebagai pelengkap. Hipotesisnya: peningkatan produksi dalam negeri akan mengurangi impor. Keterbatasan produksi dalam negeri tersebut bisa karena dua hal, yakni (a) kapasitas produksi memang terbatas (titik optimum dalam skala ekonomis sudah tercapai), misalnya untuk kasus pertanian, lahan yang tersedia terbatas karena negaranya memang kecil; atau (b) pemakaian kapasitas terpasang masih dibawah 100% karenaberbagai penyebab, bisa karena keterbatasan dana atau kurangnya tenaga kerja. Kedua, impor lebih murah dibandingkan dengan harga dari produk sendiri, yang dikarenakan berbagai factor, seperti ekonomi biaya tinggi atau tingkat efisiensi yang rendah dalam produksi dalam negeri, atau kualitas produk impor lebih baik dengan harga yang relatif sama. Hipotesisnya: peningkatan impor akan mengurangi produksi dalam negeri. Ketiga, dilihat dari sisi neraca perdagangan (atau neraca pembayaran), impor lebih menguntungkan karena produksi dalam negeri

10 Kompas, “Krisis Pangan Global. Buah Kesalahan 20 Tahun Terakhir”, Minggu, 4 Mei

(16)

bisa untuk ekspor dengan asumís harga ekspor dipasar luar negeri lebih tinggi daripada harga impor yang harus dibayar. Ini berlaku bagi produk diferensiasi seperti dalam kasus persaingan monopolistik.

Ketergantungan Indonesia pada impor beras selama ini rasanya lebih dikarenakan produksi dalam negeri yang terbatas, atau yang jelas bukan karena motivasi keuntungan dalam perdagangan luar negeri. Memang, bukan hanya Indonesia, tetapi banyak NSB lainnya yang juga sangat tergantung pada impor untuk kebutuhan pangan mereka, dan ketergantungan tersebut semakin besar jika dibandingkan 10 atau 20 tahun yang lalu.

Menurut data FAO, impor pangan NSB tahun 1995 sekitar 170 juta ton, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 270 juta ton tahun 2030. Sebaliknya, ekspor produk-produk pangan dari NM seperti AS, Kanada, Australia dan UE akan semakin besar,yang oleh FAO diperkirakan akannaik dari 142 juta ton tahun 1995 menjadi 280 juta ton tahun 2030. Dalam hal beras, walaupun masalah impor beras di dalam negeri rame dibicarakan baru sejak terjadinya krisis ekonomi 1997/98, namun sebenarnya ketergantungan Indonesia terhadap impor beras sudah sejak era Orde Baru; bahkan jauh sebelum era tersebut. Berdasarkan analisanya terhadap data FAO (FAOSTAT), Dawe (2008) menunjukkan bahwa memang Indonesia sudah menjadi negara pengimpor beras paling tidak dalam 100 tahun terakhir, dengan pangsa impor beras dalam konsumsi domestik rata-rata 5% dalam seabad yang lalu dan 4% dalam 15 tahun terakhir. Hanya pada tahun-tahun tertentu, Indonesia tidak mengimpor beras. Karena Indonesia adalah sebuah negara kepulauan, dan banyak pulau yang masih relatif terisolasi karena buruknya infrastruktur, maka perlu juga dilihat tingkat ketergantungan impor atau produksi atau kecukupan beras per wilayah (propinsi atau pulau).

(17)

tersebut, yakni adanya perbedaan yang cukup signifikan antar propinsi dalam jumlah produksi ekuivalen beras yang tersedia untuk dikonsumsikan.

Pulau Jawa memiliki banyak ketersediaan beras sebagai hasil dari tingginya volume produksi padidi pulau tersebut, sedangkan propinsi-propinsi di luar Jawa yang juga memiliki banyak persediaan beras adalah Sumatera Utara dan Sulawesi yang ketersediaan ekuivalen beras sekitar 6% hingga 8% dari ketersediaannasional dari hasil produksi dalam negeri. Akan tetapi, data BPS yang dia gunakan itu tidak memberi jawaban pada pertanyaan apakah propinsi-propinsi yang ketersediaan berasnya banyak mengalami kecukupan atau surplus. Untuk mengetahui ini, Natawidjaya juga melihat tingkat kebutuhan konsumsi beras per propinsi yang dihitung dengan memakai data tingkat konsumsi beras per kapita per tahun dikalikan jumlah penduduk per propinsi. Hasilnya menunjukkan bahwa propinsi-propinsi yang mengalami defisit beras lebih banyak terdapat dikawasan timur Indonesia, sedangkan propinsi-propinsi yang mengalami kelebihan beras lebih banyak dari kawasan barat Indonesia, terutama di Jawa Barat.11

Memang sangat ironis melihat kenyataan bahwa Indonesia sebagai sebuah negara agraris besar mengalami masalah ketahanan pangan. Menurut Suyadi (2008), Indonesia saat ini mengalami 2 bentuk krisis pangan, yakni krisis pangan secara berkala dan kronis. Krisis pangan berkala terjadi karena, misalnya, adanya bencana alam, konflik sosial, fluktuasi harga, dll.

Sedangkan jenis krisis pangan kedua tersebut adalah krisis yang terjadi secara berulang-ulang dan terus-menerus. Krisis ini ditengarai adanya akses terbatas terhadap persediaan pangan disertai harga pangan yang melambung tinggi.12 Menurut informasi dari WFP, daerah-daerah di Indonesia yang mengalami krisis pangan kronis adalah Sumatera Utara, Jawa Timur, Jawa Barat, Kalimantan Timur dan sebagian Kalimantan Tengah, Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah,

11 Kompas “Pangan. Stok Bulog Belum Terpenuhi, Indramayu dan Cirebon Surplus Beras”, Rabu, 18 Juni 2008: 22.

(18)

Sulawesi Selatan, Papua Barat, serta Maluku.13 Menurut Suyadi, pada tingkat nasional, Indonesia tidak punya masalah dengan pangan, namun, secara mikro, krisis pangan telah terjadi di tingkat keluarga, terutama di daerah-daerah terpencil, terutama di kelompok masyarakat yang sepenuhnya mengandalkan pertanian untuk hidup.

Untuk memahami kenapa krisis pangan juga melanda sebuah negara agraris besar seperti Indonesia (paling tidak pada tingkat mikro), perlu diketahui terlebih dahulu apa saja faktor-faktor determinan utama ketahanan pangan. Menurut Yustika (2008), dalam kaitan dengan ketahanan pangan, pembicaraan harus dikaitkan dengan masalah pembangunan pedesaan dan sektor pertanian. Pada titik inilah dijumpai realitas bahwa kelembagaan di pedesaan setidaknya dipangku oleh tiga pilar, yaitu kelembagaan penguasaan tanah, kelembagaan hubungan kerja, dan kelembagaan perkreditan. Tanah/lahan masih merupakan aset terpenting bagi penduduk pedesaan untuk menggerakkan kegiatan produksi. Sedangkan relasi kerja akan menentukan proporsi nisbah ekonomi yang akan dibagi kepada para pelaku ekonomi di pedesaan. Terakhir, aspek perkreditan/pembiayaan berperan amat penting sebagai pemicu kegiatan ekonomi di pedesaan. Menurutnya, ketiga pilar/kelembagaan tersebut (atau perubahannya) akan amat menentukan keputusan petani sehingga turut mempengaruhi derajat ketahanan pangan. Pandangan di atas tidak salah, namun bisa dikembangkan, yakni bahwa ketahanan pangan sangat ditentukan tidak hanya oleh tiga pilar tersebutnamun oleh sejumlah faktor berikut: (a) lahan (atau penguasaan tanah menurut Yustika di atas), (b) infrastruktur, (c) teknologi, keahlian dan wawasan, (d) energi, (e) dana (aspek perkreditan menurut Yustika), (f) lingkungan fisik/iklim, (g) relasi kerja (seperti Yustika), dan (h) ketersediaan input lainnya

Merujuk pada UU No 7 tahun 1996 pasal 46, tugas pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan adalah menyelenggarakan, membina, dan mengakomodasikan segala upaya atau kegiatan untuk mewujudkan

13 Seperti yang terjadi di banyak NSB lainnya, seperti Haiti, Bangladesh, Filipina, Meksiko, Nigeria, Kamerun, Somalia, Mauritania, Burkina Faso, Argentina, dan Etiopia (George Kombe Ngolwe,

(19)

cadangan pangan nasional. Bukan hanya itu, pemerintah juga diamanatkan untuk menyediakan, mengadakan dan meyalurkan pangan sehingga terjadi distribusi pangan secara merata.14

Kurangnya pemahaman, penghayatan dan pengamalan ideologi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan mudah terjadinya kerawanan sosial. Kuatnya pengaruh paham-paham dari luar melalui perkembangan IT yang mudah diakses menyebabkan terjadinya pengaruh negatif yang dapat merusak nilai-nilai kehidupan bangsa dan sendi-sendi kemasyarakatan sehingga dengan kurangnya rasa nasionalisme dan kurangnya pemahaman akan agama yang dianut memudahkan masuknya paham-paham radikal. Hal ini dapat menimbulkan berbagai macam kerawanan sosial, tidak terkecuali kerawanan yang menyangkut masalah kebutuhandasar pangan, yang akan berpengaruh terhadap ketahanan pangan nasional.15

Berdasarkan hasil penelitian Food Agriculture Organization (FAO), jumlah penduduk dunia yang menderita kelaparan pada tahun 2010 mencapai 925 juta orang. Situasi ini diperparah dengan semakin berkurangnya investasi di sektor pertanian yang sudah berlangsung selama 20 tahun terakhir. Sementara sektor pertanian menyumbang 70% dari lapangan kerja baik secara langsung maupun tidak langsung (Bustanul Arifin, 7 Juni 2011).

Pangan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak untuk ditindaklanjuti dan memerlukan langkah-langkah penanganan dengan pendekatan yang sistematik, terpadu dan menyeluruh. Upaya-upaya tersebut, harus ditujukan untuk mengurangi beban masyarakat dan memenuhi hak-hak dasar setiap warga negara secara layak, sehingga dapat menjalani dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Mengingat pentingnya pangan untuk keberlanjutan berbangsa dan bernegara, maka seluruh pemangku kepentingan harus mampu menyatukan langkah dan pemikiran serta menempatkan upaya produktivitas pertanian sebagai prioritas utama.

14 Zacky Nouval F, Petaka Politik Pangan di Indonesia: Konfigurasi Kebijakan Pangan yang Tak Memihak Rakyet, ( Malang: Intrans Publishing, 2010), hal. 33-34

(20)

Dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian, Indonesia masih menghadapi berbagai permasalahan. Permasalahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi permasalahan paradigma, produksi, distribusi, konsumsi, koordinasi dan keuangan.

Pemenuhan kebutuhan Pangan bagi setiap warga negara merupakan hak sekaligus kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh Negara. Jika tidak terpenuhi, akan berpengaruh terhadap ketahanan nasional dan berdampak terhadap keutuhan NKRI. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu dilanjutkan langkah-langkah penanganan peningkatan produktivitas pertanian guna mewujudkan ketahanan pangan dalam rangka ketahanan nasional dengan pendekatan yang sistematik, terpadu dan menyeluruh.16

Kebijakan (pemantapan) ketahanan pangan menjadi isu sentral dalam pembangunan serta merupakan fokus utama dalam pembangunan pertanian. Permasalahan utama dalam mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia saat ini terkait dengan adanya fakta bahwa pertumbuhan permintaan pangan yang lebih cepat dari pertumbuhan penyediaannya. Permintaan yang meningkat cepat tersebut merupakan resultante dan peningkatan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, peningkatan daya beli masyarakat, dan perubahan selera. Sementara itu kapasitas produksi pangan nasional pertumbuhannya lambat bahkan stagnan disebabkan olehadanya kompetisi dalam pemanfaatan sumberdaya lahan dan air serta stagnannya pertumbuhan produktivitas lahan dan tenaga kerja pertanian.

Ketidakseimbangan pertumbuhan permintaan dan pertumbuhan kapasitas produksi nasional tersebut mengakibatkan adanya kecenderungan meningkatnya penyediaan pangan nasional yang berasal dari impor. Ketergantungan terhadap pangan impor ini terkait dengan upaya mewujudkan stabilitas penyediaan pangan nasional.17

16 Anonim. 2013. Meningkatkan Produktivitas Pertanian Guna Mewujudkan Ketahan Pangan dalam Rangka Ketahanan Nasional. Direktorat Pengkajian Bidang Ekonomi.Jurnal Kajian LEMHANNAS RI. Edisi 15. Mei 2013.

17 Akhmad Suryana, Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional,

(21)

Ketahanan Nasional Di Bidang Ekonomi Perbankan

Berdasarkan hasil pengawasan, pada akhir tahun 2012 hampir seluruh (98%) bank umum konvensional memperoleh predikat Sehat dan Cukup Sehat atau membaik dibandingkan tahun 2011 (27%). Perkembangan positif juga terjadi pasa bank syariah, jumlahbank yang berperingkat Baik meningkat dari 55% (2011) menjadi 73% (2012). Sementara hasil pengawasan BPR pada tahun 2012 menunjukan komposisi BPR dengan predikat sehat yang tidak mengalami perubahan (84%) dibandingkan dengan tahun sebelumnya.18

Arah kebijakan perbankan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia pada tahun 2012 diarahkan untuk menjaga keseimbangan antara peningkatan daya saing dan memperkuat ketahanan perbankan, dengan tetap mendorong intermediasi bank termasuk memperluas akses masyarakat ke layanan jasa perbankan berbiaya rendah.

Pada Bank Umum Konvensional, selama tahun 2012 Bank Indonesia telah menetapkan arah kebijakan yang dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu (1) Kebijakan untuk meningkatkan daya saing perbankan dan stabilitas sistem keuangan. (2) Kebijakan untuk memperkuat ketahanan perbankan. Kebijakan penguatan ketahanan perbankan dilakukan melalui permodalan dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi kedepan dan antisipasi perubahan siklus bisnis. (3) Kebijakan untuk mendorong peran intermediasi perbankan

Ketahanan Nasional Di Bidang Industri

Secara makro industri kecil Indonesia, dihadapkan pada persaingan yang semakin ketat khususnya dengan meningkatnya jumlah industri besar yang memproduksi barang dan jasa yang sejenis, apalagi didukung oleh Penanaman modal asing (PMA). Jumlah perusahaan PMA tahun 2008 diperkirakan sebesar 19,54 persen atau separuh dari penanaman modal dalam negeri (PMDN). Berdasar lokasinya terkonsentrasi di Pulau Jawa (76.16%), khususnya Jawa Barat yang mencapai 38, 5 %. (BPS 2010). Secara mikro permasalahan usaha kecil dan menegah (UKM) dihadapkan pada permasalahan internal berupa rendahnya

18 Hafidz, Januar dkk. Laporan Pengawasan Perbankan(LPP).Departemen Penelitian Dan

(22)

sumberdaya manusia (kurang trampil, kewirausahaan yang rendah, penguasan teknologi yang kurang, dan kurangnya manajemen dan penguasaan pasar). Permasalahan ini berdampak pada rendahnya produktivitas dan kualitas organisasi bisnis. (Mudrajat, 1996).

Permasalahan utama dibidang organisasi industri adalah bagaimana perusahaan dan pasar akan diorganisir untuk menghasilkan kinerja ekonomi optimal. (optimal economic performance) (Nor Ghani Md. Nor, Zulkifly Osman, Ahmad Zainuddin Abdullah, Chin Yit Jun, 2000)19. Semua aktivitas entitas bisnis berupaya untuk selalu menjaga dan meningkatkan kinerjanya (performance) oleh sebab itu kondisi pesaing harus senantiasa dipantau. Persaingan di pasar yang berbeda akan memerlukan prilaku yang berbeda, karena kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap performance (profitability, efficiency dan progressiveness). (Stepen Martin, 1998)20 Semakin tinggi tingkat persaingan maka semakin kecil profit yang diperoleh, bahkan mungkin akan tidak ada keuntungan jika firms tidak efisien. Dengan mengusahakan agar sumberdaya industri lebih produktif khususnya dalam proses produksi, biaya transport dan kualitas bahan baku yang lebih baik.

Kemudian, untuk kekuatan matra udara, pesawat terbang dari berbagai jenis yang jumlahnya 259 unit, hanya siap 48,65 persen, dan peralatan radar sebanyak 16 unit, hanya siap 50 persen. Dengan wilayah yang sangat luas baik wilayah daratan, laut, maupun udara, kuantitas, kualitas, serta kesiapan operasional alutsista sebesar itu sangat muskil untuk menjaga integritas dan keutuhan wilayah yurisdiksi secara optimal, terlebih lagi bila timbul permasalahan lain yang tidak terduga, seperti bencana alam tsunami dan krisis Ambalat.

Perwujudan kemandirian industri pertahanan dalam negeri merupakan salah satu cita-cita besar Indonesia yang masih belum terwujud. Setiap negara membutuhkan persediaan alat-alat persenjataan sebagai pertahanan negara, baik dalam hal wilayah, kedaulatan, keamanan, dan sebagainya. Hal ini diatur dalam

19 Nor Ghani Md. Nor, Zulkifly Osman, Ahmad Zainuddin Abdullah, Chin Yit Jun, 2000. Trends in the Malaysian Industrial Market Structures, Jurnal Ekonomi Malaysia, 34 (2000), 3-20 20 Stephen Martin, 1993, Industrial Economics; Economic Analisysis & Publik Policy 2Nd

(23)

UU No.16 /2012 mengenai Industri Pertahanan. Begitu pentingnya alat persenjataan bagi Indonesia, tetapi selama ini diketahui bahwa sebagian besar kebutuhan persenjataan dipenuhi dengan cara impor dari luar negeri.

Untuk mewujudkan kemandirian industri pertahanan dalam negeri, harus diciptakan kerjasama dan kesinergisan antara kalangan akademisi sebagai pusat riset teknologi, industri sebagai produsen, pemasok dan perbekalan pendukung, dan TNI sebagai pemakai hasil teknologi tersebut. Kemandirian industri pertahanan nasional ini akan mewujudkan kemampuan menjamin ketersediaan ALUTSISTA sehingga kemandirian pertahanan negara dan keutuhan kedaulatan NKRI akan terjaga. Terdapat tiga hal yang harus dicapai ketika Indonesia sudah "mandiri industri", yakni kemampuan dalam membuat/mengintegrasikan alutsista , kebebasan dalam memilih sumber material/ sistem/teknologi dan ketidak-tergantunganterhadap berbagai ikatan.

KESIMPULAN

Bagi ketahanan nasional, aspek ekonomi juga merupakan hal yang sangat penting karena dengan ekonomi yang stabil akan perpengaruh positif terhadap ketahanan nasional suatu Negara. Perekonomian merupakan salah satu aspek kehidupan nasional yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat, meliputi produksi, distribusi, serta konsumsi barang dan jasa. Usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat secara individu maupun kelompok serta cara-cara yang dilakukan dalam kehidupan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan.

Oleh karena itulah aspek ekonomi sangat berpengaruh karena terlibat langsung dengan masyarakat. Sebagai contoh adalah ketahanan nasional dalam bidang pangan. Dengan ekonomi yang baik tentu saja suatu Negara tidak akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan warga negaranya. Kelaparan tidak akan terjadi dan kemiskinan perlahan dapat berkurang.

(24)

Indonesia akan bertahan menjadi negara yang berdiri dengan kokoh dengan cara menguatkan dan mengkokohkan sistem pertahanan nasinal diberbagai bidang dan dengan cara penanganan yang sistematis, komprehensif-integral serta terencana diikuti dengan semangat reformasi harus diimplemantasikan dalam menyikapi dan merespon persoalan-persoalan ketahanan nasional yang muncul. Sehingga Indonesia dapat memiliki pertahanan nasional yang diharapkan dapat mensejahterakan bangsa dan Negara Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Adebakin M.A, Raimi L. National Security Challengesand Sustainable Economic.

(25)

Hikmat hayder, Utz Mueller and Andrew bartholomaeus.2011.Review of

intolerance reactions to Food and Food Additives. International Food Risk Analysis Journal. Vol.1, No. 2, 23-32.

Cahyo Saparinto & Diana Hidayati. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta: Kanisius.

Susanto, Heboh.2012.Aktualisasi kepemimpinan nasional yang Visioner diBidang Pangan dapat mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional. Lembaga Ketahanan nasional RI.

Sutopo, Indi.2011. Produktivitas dan Ketahanan Bisnis Industry Kecil.Studi Empiris Industri Batik Tulis Trusmi Industrial Plered Regency Cirebon Distrint. Dinamika Keuangan dan Perbankan. November 2011, Hal: 102-112. ISSN : 1979-4878. Universitas Jendral Soedirman.

_____. 2013. Meningkatkan Produktivitas Pertanian Guna Mewujudkan Ketahan Pangan dalam Rangka Ketahanan Nasional. Direktorat Pengkajian Bidang Ekonomi.Jurnal Kajian LEMHANNAS RI. Edisi 15. Mei 2013.

Tambunan, Tulus.2008. Ketahan Pangan di Indonesia (Mengidentifikasi

Beberapa Penyebab). Pusat Studi industry dan UKM. Universitas Trisakti. Agustus 2008.

Jokolelono, Eko.2011. Pangan dan Ketersediaan Pangan.Media Litbang Sulteng IV(2):88-96, Desember 2011.ISSN : 1979-5971

Setiawan, Budi I.2012. Optimalisasi Diversifikasi Pangan guna mewujudkan Ketahanan Pangan Nsional yang Berkelanjutan. Majalah TANNAS Edisi 94-2012

Handewi P.S, Sri H.S dan Gatoet S.H. Prospek Ketahanan pangan Nasional

(Analisis dari Aspek Kemandirian Pangan). Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.Bogor

(26)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37565/4/Chapter%20II.pdf diakses pada 9 mei 2014 pukul 1:32 a.m WIB.

Anonim. Dalam http://www.pasca.ugm.ac.id/v3.0/prodi/id/10 diakses pada 9 mei 2014 pukul 1:39 a.m WIB.

Anonim.”Pengertian dan Fungsi Perbankan” dalam

http://www.kajianpustaka.com/2013/01/pengertian-dan-fungsi

perbankan.html#sthash.29nsCcDQ.dpuf diakses pada 9 mei 2014 pukul 2:32 a.m WIB.

Anonim. Dalam http://www.itb.ac.id/news/4276.xhtml diakses pada 9 mei 2014 pukul 3:32 a.m WIB.

Anonim.”Pengertian Pangan dan Jenis-Jenis Pangan” dalam

http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-pangan-dan-jenis-jenis-pangan diakses pada 9 mei 2014 pukul 2:32 a.m WIB.

Anonim.”Pengertian Industri dan Perindustrian” dalam

http://ghozaliq.com/2013/09/13/pengertian-industri-dan-perindustrian diakses pada

Referensi

Dokumen terkait

Telepon merupakan sarana komunikasi yang sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia. Sarana komunikasi jenis telepon ini tidak hanya mengatasi kendala jarak

komunikasi yang penting dan mempermudah komunikasi jarak jauh. Telepon adalah alat komunikasi lisan yang memudahkan hubungan secara langsung dengan mitra bicara yang jaraknya

Cacing ini mempunyai tubuh yang lunak dan hidup be- bas sebagai fauna dasar (benthic fauna) pada berbagai habitat di dasar laut.. Cacing laut dapat hidup pada perairan dangkal sam-

di urutan ketujuh di Indonesia untuk tingkat kemiskinan pada tahun 2012. Walaupun secara umum dari tahun ke tahun, Aceh telah berhasil menekan angka kemiskinan terutama sejak

Dalam proses penyusunan atau penetapan Perda tentang RDTR Kota Surakarta Kawasan I, sebagai bagian dari sebuah Kebijakan/Rencana/Program (KRP), untuk meyakinkan bahwa

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa memelihara burung itu hukumnya diperbolehkan, termasuk memelihara burung walet meskipun hanya sekedar untuk menikmati

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai rata-rata (mean) tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor sebelum dan sesudah diberikan komunikasi terapeutik

Representasi wacana kolonial dalam buku teks sejarah pendidikan menengah Indonesia selama dan setelah Orde Baru (1975-2013) Hieronymus Purwanta Historia of Education Program