• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN ORIF LA DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN ORIF LA DAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi

Tulang-tulang lengan diantaranya : - Skapula

- Klavikula - Humerus - Ulnaris

- Ossa Karpalia - Ossa Metakarpalia - Phalanges

Tulang radius dan ulna :

Radius adalah tulang pada sisi luar dari lengan bawah memiliki ujung proksimal dengan :

- Kaput, berarti kulasi dengan capitulum humerus - Humerus

- Tuberositas, tempat melekatnya tendon dari otot bisep

Korpus, tempat berbagai otot fleksor dan ekstensor melekat, bagian distal, dengan procesus styloideus meruncing dan permukaan artikular bagian distal ulnalis.

Ulna adalah tulang panjang pada sisi dalam lengan bawah. Memperlihatkan : bagain proksimal dengan :

- Olecanon, dengan processus yang runcing terletak di belakang bagian distal humerus.

- Processus coronoideus, processus yang meruncing di depan

- Incisura trochlearis, processus ini merupakan tempat bagian distal numerus dan pada sisi luarnya tempat kaput radius.

Korpus dengan taper tempat otot-otot fleksor dan ekstensor dari lengan bawah dan tangan melekat.

Bagain distal dengan :

- Processus styloideus kecil

(2)

- Permukaan artikular yang dipisahkan dari tulang-tulang pergelangan oleh bantalan kartilago.

Membran interosus selapis jaringan fibrosa, yang melekat ke ujung perbatasan radius dan ulna dan memenuhi celah diantaranya. Hal ini memberikan perlekatan untuk otot-otot baik di depan dan di belakang.

Menurut Long, B.C, fungsi tulang secara umum yaitu :

1) Menahan jaringan tubuh dan memberi bentuk kepada kerangka tubuh. 2) Melindungi organ-organ tubuh (contoh:tengkorak melindungi otak).

3) Untuk pergerakan (otot melekat kepada tulang untuk berkontraksi dan bergerak).

4) Merupakan gudang untuk menyimpan mineral (contoh kalsium dan posfor).

5) Hematopoiesis (tempat pembuatan sel darah merah dalam sum-sum tulang).

B. Definisi

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001). Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang (Doengoes, 2000)

C. Etiologi

Menurut Apley dan Salomon (2000), tulang bersifat relative rapuh namun cukup mempunyai kekuatan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat disebabkan oleh

- Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, kontraksi otot ekstrim.

- Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.

(3)

Menurut Mansjoer (2000), ada empat jenis fraktur antebrachii yang khas beserta penyebabnya yaitu :

1. Fraktur Colles

Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok makan (dinner fork deformity). Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi).

2. Fraktur Smith

Fraktur Smith merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering disebut reverse Colles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi. Garis patahan biasanya transversal, kadang-kadang intraartikular.

3. Fraktur Galeazzi

Fraktur Galeazzi merupakan fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius ulna distal. Saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi.

4. Fraktur Montegia

Fraktur Montegia merupakan fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna proksimal. Terjadi karena trauma langsung.

D. Patofisiologi Jenis fraktur :

1. Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran

2. Fraktur inkomplit, patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.

3. Fraktur tertutup (fraktur simple), tidak menyebabkan robekan kulit.

(4)

terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensi, merupakan yang paling berat.

Penyembuhan/perbaikan fraktur :

(5)

E. Pathway

F. Klasifikasi

Menurut Hardiyani (2000), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris dst). 2. Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :

a. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang).

b. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang).

3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :

a. Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan). b. Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak

(6)

c. Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya).

4. Berdasarkan posisi fragmen :

a. Undisplaced (tidak bergeser) / garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser.

b. Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur 5. Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar :

a. Tertutup

b. Terbuka (adanya perlukaan dikulit).

6. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma : a. Garis patah melintang.

b. Oblik / miring.

c. Spiral / melingkari tulang. d. Kompresi

e. Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya. Missal pada patela.

7. Berdasarkan kedudukan tulangnya : a. Tidak adanya dislokasi.

b. Adanya dislokasi

 At axim : membentuk sudut.

 At lotus : fragmen tulang berjauhan.  At longitudinal : berjauhan memanjang.

 At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek.

G. Manifestasi Klinis

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

(7)

baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.

3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm

4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.

5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.

H. Komplikasi fraktur

- Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring - Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi

dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. - Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.

- Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.

- Shock,

- Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko terjadinya emboli lemakada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai 80 fraktur tahun.

- Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang imobiil dalm waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedil

- Infeksi

(8)

- Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan vasomotor instability.

G. Pemeriksaan penunjang 1. Laboratorium :

Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meengikat di dalam darah.

2. Radiologi :

X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment. Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.

H. Penanganan fraktur

Pada prinsipnya penangganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.

- Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode dalam reduksi adalah reduksi tertutup, traksi dan reduksi terbuka, yang masing-masing di pilih bergantung sifat fraktur

Reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujung saling behubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.

Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.

Reduksi terbuka , dengan pendekatan pembedahan, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi. - Imobilisai fraktur, setelah fraktur di reduksi fragmen tulang harus di

(9)

eksternal atau inernal. Fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinui, pin dan teknik gips atau fiksator eksternal. Fiksasi internal dapat dilakukan implan logam yang berperan sebagai bidai inerna untuk mengimobilisasi fraktur. Pada fraktur femur imobilisasi di butuhkan sesuai lokasi fraktur yaitu intrakapsuler 24 minggu, intra trohanterik 10-12 minggu, batang 18 minggu dan supra kondiler 12-15 minggu.

- Mempertahankan dan mengembalikan fungsi, segala upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak, yaitu ;

 Mempertahankan reduksi dan imobilisasi

 Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakan  Memantau status neurologi.

 Mengontrol kecemasan dan nyeri  Latihan isometrik dan setting otot

 Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari  Kembali keaktivitas secara bertahap.

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur : - Imobilisasi fragmen tulang.

- Kontak frgmen tulang minimal. - Asupan darah yang memadai. - Nutrisi yang baik.

- Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang.

- Hormon-hormon pertumbuhan tiroid, kalsitonin, vitamin D, steroid anabolik.

- Potensial listrik pada patahan tulang.

I. Asuhan Keperawatan secara Teori 1. Pengkajian

a. Identitas pasien

Meliputi tanggal pengkajian, ruangan, nama (inisial), No MR, umur, pekerjaan, agama, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk RS, alasan masuk RS, cara masuk RS, penanggung jawab.

b. Riwayat kesehatan

(10)

Tanyakan juga penyakit yang pernah dialami pasien sebelumnya, riwayat penyakit pasien yang pernah dirawat dirumah sakit serta pengobatan yang pernah didapatkan dan hasilnya. Dan ada tidaknya riwayat DM pada masa lalu yang akan mempengaruhi proses perawatan post operasi.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Tanyakan pada pasien dan atau keluarga tentang keluhan pasien saat ini, biasanya pasien mengalami nyeri pada daerah fraktur, kondisi fisik yang lemah, tidak bisa melakukan banyak aktifitas, mual, muntah, dan nafsu makan menurun.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Tanyakan pada pasien dan atau keluarga mengenai penyakit yang berhubungan dengan yang diderita pasien saat ini dan penyakit herediter/keturunan lainnya (anggota keluarga dengan riwayat penyakit yang sama).

c. Data pola kebiasaan sahari-hari 1) Nutrisi

a) Makanan

Catat pola kebiasaan makan saat sehat dan sakit. Catat diit yang diberikan rumah sakit pada pasien dan jumlahnya. Tanyakan konsumsi diit atau makanan sehari-hari lainnya pada waktu sakit dan bandingkan pada waktu sehat, catat porsi makan yang dihabiskan, keluhan saat makan serta kemandirian dalam pelaksanannya.

b) Minuman

Tanyakan jumlah cairan yang diminum dan ragamnya, bandingkan jumlahnya pada saat sakit dengan sehat. Catat keluhan yang dirasakan pasien dan kemandirian dalam melaksanakannya.

2) Eliminasi a) Miksi

(11)

lain) serta keluhan yang dirasakan selama BAK dan kemandirian dalam melaksanakannya serta alat bantu yang dipakai.

b) Defekasi

Tanyakan frekuensi buang air besar, bandingkan pada keadaan sakit dengan sehat serta catat karakteristik feses(warna, konsistensi dan bau serta temuan lainnya) serta keluhan yang dirasakan selama BAB dan kemandirian dalam melaksanakannya.

d. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum pasien a) Tingkat kesadaran b) Berat badan c) Tinggi badan 2) Kepala

Amati bentuk kepala, adanya hematom/oedema, perlukaan (rinci keadaan luka, luas luka, adanya jahitan, kondisi luka).

a) Rambut : Amati keadaan kulit kepala dan rambut sertakebersihannya dan temuan lain saat melakukan inspeksi. b) Wajah: Amati adanya oedema/hematom, perlukaan

disekitarwajah (rinci keadaan luka, luas luka, adanya jahitan, kondisi luka) dan temuan lain saat melakukan inspeksi.

c) Mata : Amati kesimetrisan kedua mata, reflek cahaya, diameterpupil, kondisi bola mata (sklera, kornea, atau lensa, dll) keadaan kelopak mata dan konjungtiva serta temuan lainya.

d) Hidung : Amati keadaan hidung, adanya perlukaan, keadaanseptum, adanya sekret pada lubang hidung, darah atau obstruksi), adanya pernafasan cuping hidung dan temuan lain saat melakukan inspeksi (rinci keadaan luka, luas luka, adanya jahitan, kondisi luka).

(12)

bibir dan kondisi mukosa bibir serta temuan lain saat melakukan inspeksi.

f) Gigi : Amati kelengkapan gigi, kondisi gigi dan kebersihanserta temuan lain saat melakukan inspeksi.

g) Lidah : Amati letak lidah, warna, kondisi dan kebersihanlidah serta temuan lain saat melakukan inspeksi.

3) Leher

Amati adanya pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar getah bening dileher serta deviasi trakea, adanya luka operasi, pemasangan drain serta temuan lain saat melakukan inspeksi. Lakukan auskultasi pada kelenjar thyroid jika ditemukan pembesaran. Ukur jugularis vena pressure (JVP), tuliskan lengkap dengan satuannya. 4) Dada/thorak

a) Inspeksi : Pengamatan terhadap lokasi pembengkakan, warna kulit pucat, laserasi, kemerahan mungkin timbul pada area terjadinya fraktur adanya spasme otot dan keadaan kulit.

b) Palpasi : Pemeriksaan dengan cara perabaan, yaitu penolakanotot oleh sentuhan kita adalah nyeri tekan, lepas dan sampai batas mana daerah yang sakit biasanya terdapat nyeri tekan pada area fraktur dan didaerah luka insisi.

c) Perkusi : Perkusi biasanya jarang dilakukan pada kasusfraktur.

d) Auskultasi : Periksaan dengan cara mendengarkan gerakanudara melalui struktur merongga atau cairan yang mengakibatkan struktur sulit bergerak. Pada pasian fraktur pemeriksaan ini pada area yang sakit jarang dilakukan.

5) Jantung

a) Inspeksi : Amati ictus cordis.

b) Palpasi : Raba lokasi dirasakan ictus cordis dan kekuatanangkanya.

c) Perkusi : Tentukan batas-batas jantung.

(13)

6) Perut/abdomen

a) Inspeks : Amati adanya pembesaran rongga abdomen,keadaan kulit, luka bekas operasi pemasangan drain dan temuan lain saat melakukan inspeksi.

b) Auskultasi : Dengarkan bunyi bising usus dan catatfrekuensinya dalam 1 menit.

c) Palpasi : Raba ketegangan kulit perut, adanya kemungkinanpembesaran hepar, adanya massa atau cairan. d) Perkusi : Dengarkan bunyi yang dihasikan dari

ketukandirongga abdomen bandingkan dengan bunyi normal. 7) Genitourinaria

Amati keadaan genetalia, kebersihan dan pemasangan kateter serta temuan lain saat melakukan inspeksi.

8) Ekstremitas

Amati adanya bentuk, adanya luka (rinci keadaan luka), oedema, dan pengisian kapiler, suhu bagian akral serta temuan lain saat pemeriksaan.

9) Sistem integument

Amati warna kulit, rasakan suhu kulit, keadaan turgor kulit, adanya luka serta temuan lain saat pemeriksaan.

10) Sistem neurologi (diperiksa lebih rinci jika pasien mengalami penyakit yang berhubungan dengan sistem neurologis)

(14)

J. Diagnosa Keperawatan lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.

 Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan.

 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.

 Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan.

 Kurangi faktor presipitasi nyeri.

 Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis).

 Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..

 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.  Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol

nyeri.

 Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang pemberian analgetik tidak berhasil.

Administrasi analgetik :.

(15)

nyeri muncul.

Memberikan posisi yang nyaman untuk Klien:

 Berikan posisi yang aman untuk pasien dengan meningkatkan obsevasi pasien, beri pengaman tempat tidur

 Periksa sirkulasi periper dan status neurologi  Menilai ROM pasien

 Menilai integritas kulit pasien.

 Libatkan banyak orang dalam memidahkan

 Pertahankan aktivitas perawatan diri secara rutin

 Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.

 Batasi pengunjung bila perlu.

(16)

prosedur

 Gunakan sabun anti miroba untuk mencuci tangan.

 Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan. infus dan dan kateter setiap hari.

 Tingkatkan intake nutrisi dan cairan  berikan antibiotik sesuai program.

 Jelaskan tanda gejala infeksi dan anjurkan u/ segera lapor petugas

 Monitor V/S

Proteksi terhadap infeksi

 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.

 Monitor hitung granulosit dan WBC.  Monitor kerentanan terhadap infeksi..

 Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan.

 Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase.

 Inspeksi kondisi luka, insisi bedah.

 Ambil kultur, dan laporkan bila hasil positip jika perlu

 Dorong istirahat yang cukup.

(17)

fisik

 Kolaborasi dg fisioterapi untuk perencanaan ambulasi

 Latih pasien ROM pasif-aktif sesuai kemampuan

 Ajarkan pasien berpindah tempat secara bertahap

 Evaluasi pasien dalam kemampuan ambulasi

Pendidikan kesehatan

 Klien kooperatif saat dilakukan tindakan

Pendidikan kesehatan : proses penyakit

 Kaji pengetahuan klien.

 Jelaskan proses terjadinya penyakit, tanda gejala serta komplikasi yang mungkin terjadi

 Berikan informasi pada keluarga tentang perkembangan klien.

 Berikan informasi pada klien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan.

 Diskusikan pilihan terapi

 Berikan penjelasan tentang pentingnya ambulasi dini

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis ketiga dalam penelitian dapat diterima, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri dengan motivasi

No Tujuan Strategi Program Kerja Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Indikator Keberhasilan Biaya PIC Keterangan Paroki Swadana Peningkatan kualitas pertemuan bulanan di

Kendala yang ditemukan pada birama 197 atau bagian poco piu mosso dapat diatasi dengan menggunakan latihan stretching vertical dan horizontal secara rutin untuk mendapatkan

Dari penyalahgunaan pada waktu persipan, pemberian dan pembuangan, perawat dan pekerja lainnya mempunyai resiko untuk mendapatkan dampak kemoterapi secara langsung apabila

e.) Dalam kasus kecelakaan lalu-lintas dimana tubuh korban bersentuhan dengan radiator, maka dapat ditemukan luka lecet tekan yang merupakan cetakan dari bentuk radiator

Paleontologi berasal dari bahasa yunani, yaitu paleon yang berarti tua atau yang berkaitan dengan masa lalu ontos berarti kehidupan dan logos yang berarti ilmu atau pembelajaran,

Tanpa knock control, waktu titik pengapian akan diset di titik lambat dari titik momen maksimal, gunanya adalah agar bisa menghasilkan momen di putaran rendah. Apabila batas knocking

a. Peletakan penzoningan pada site yang disesuaikan dengan kebutuhan dari kegiatan Sekolah Mode dengan kondisi lingkungan sekitar, yang menghasilkan pola tatanan