III.
METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penyusunan Tugas Akhir (TA) merupakan bagian dari kegiatan Praktik
Kerja Lapang (PKL) yang dilaksanakan selama 2 bulan, dimulai pada tanggal 22
Februari 2016 hingga 22 April 2016. Berlokasi di PT. Indonusa Yudha Perwita,
Dusun Kepuh, Desa Patrol Lor, Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu, Jawa
Barat.
III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Peralatan Kualitas Air
Peralatan yang digunakan untuk mendukung pengamatan kualitas air
selama pelaksanaan Praktik Kerja Lapang (PKL) adalah :
Tabel 4. Peralatan Kualitas Air
No. Nama Alat Kegunaan
1 Kincir Alat penambah oksigen terlarut
2 Pompa air Alat pengisian air
3 pH meter digital Untuk mengetahui nilai pH air tambak 4 YSI DO meter digital Untuk mengetahui kadar oksigen terlarut
pada perairan tambak serta suhu pada tambak
5 Handheld Refraktometer Untuk mengetahui kadar garam (salinitas) pada perairan tambak
6 Botol sample Untuk wadah sample air tambak yang akan dibawa ke laboratorium
7 Pipet Tetes Digunakan untuk mengambil sample air dalam jumlah kecil
8 Wadah sample Wadah kecil dengan volume hingga 10 ml, digunakan sebagai wadah untuk pengukuran Nitrit, Amonia dan Alkalinitas
9 Keranjang Sample Wadah untuk botol sample saat pengambilan sample air
10 Strimin Sebagai penyaring (filter fisika) ukuran 300 mikron, 1mm dan 4 mm
11 Ember Sebagai wadah
12 Skopnet Untuk mengangkat klekap
13 Tambak Wadah budidaya
14 Jala Digunakan saat sampling pertumbuhan
III.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk mendukung pengamatan kualitas air selama
pelaksanaan Praktik Kerja Lapang (PKL) adalah :
Tabel 5. Bahan Untuk Pengukuran Kualitas Air
No Nama Kegunaan
1 Amonia Test-kit Sarana untuk mengecek kadar amonia, nilai yang didapat yaitu TAN (Total Amonia dasar kolam dan overblooming pakan 7 San-O2 Suplai oksigen secara cepat pada kolam atau
tambak, menurunkan akumulasi bahan organik, meningkatkan kualitas air
langsung di lapangan yang mencakup semua kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan kualitas air, selama budidaya berlangsung seperti pengukuran
parameter kualitas air, pengapuran serta pemberian obat-obatan dan probiotik.
III.3.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui studi literatur, arsip – arsip serta
Yang membedakan antara data primer dan sekunder terletak pada metode
pengambilan data. Data primer diperoleh dengan cara terjun langsung ke lapangan
dan dengan melakukan diskusi, sedangkan data sekunder yang diambil adalah data
budidaya yang dilakukan.
III.4 Prosedur Kerja
III.4.1 Identifikasi Parameter Kualitas Air 3.4.1.1 Persiapan Alat
Sebelum dilakukan pengukuran parameter kualitas air, alat seperti DO
meter digital, pH meter serta Handheld Refractometer perlu dipersiapkan terlebih
dahulu. Kemudian alat yang akan digunakan terlebih dahulu di kalibrasi agar hasil
yang didapat lebih akurat. Adapun cara peng-kalibrasian alat tersebut adalah
sebagai berikut:
a. DO meter
Gambar 3. Kalibrasi YSI DO Meter
Cara pengkalibrasian yaitu dengan menghidupkan DO meter dengan cara
menekan tombol ON, kemudian tombol mode dan menekan tombol atas dan
bawah secara bersamaan. Kemudian atur angka salinitas dimonitor dengan
hingga persentasi mencapai 100%, jika sudah mencapai 100% dilanjutan
dengan menekan tombol enter kembali dan tombol mode, DO meter sudah
siap untuk digunakan.
b. Digital pH meter
Pengkalibrasian pH meter digital terlebih dahulu yaitu dengan menyiapkan
larutan buffer pH. Larutan buffer pH yang digunakan yaitu buffer dengan nilai
pH 7. Setelah itu pH meter dihidupkan dengan menekan tombol on, awal
pertama kali saat dihidupkan angka pada indikator pH meter akan berkedip
dan ditunggu hingga selesai berkedip. Kemudian tekan (+) hingga muncul
tulisan CAL pada indikator pH, lalu mencelupkan ujung sensor pH meter
kedalam larutan buffer yang sudah disiapkan hingga nilai pada indikator pH
menunjukan angka 7.0. Setelah itu barulah pH meter siap untuk digunakan.
c. Refractometer
Pengkalibrasian alat ini dengan cara meneteskan akuades pada kaca biru yang
berfungsi sebagai sensor untuk mengetahui kadar salinitas perairan.
Kemudian, dilakukan kalibrasi angka salinitas mengunakan obeng kecil
hingga nilai salinitas menjadi 0 ppt. Setelah itu refraktometer sudah siap untuk
digunakan.
3.4.1.2 Pengukuran Kualitas Air Selama Budidaya
Pengukuran air dilakukan setiap hari, terutama DO, pH, Salinitas dan
Suhu. Khusus untuk Nitrit, Amonia serta Alkalinitas pengukuran dilakukan satu
minggu sekali. Pengukuran kualitas air dilakukan dengan dua metode insitu dan
eksitu, pengukuran insitu adalah pengukuran yang dilakukan secara langsung pada
untuk parameter kualitas air yang dilakukan secara eksitu adalah pengukuran yang
dilakukan di laboratorium. Dengan membawa air sampel dengan menggunakan
botol sampel, parameter yang diukur adalah pH, Salinitas, Nitrit, TAN, dan
Alkalinitas.
a. DO
Pengukuran DO (Dysolved Oxygen) dilakukan setiap hari pada pagi hari ( jam
5 subuh) serta sore hari ( jam 7 malam). Pengukuran DO ini dilakukan untuk
mengetahui jumlah kadar oksigen terlarut di dalam perairan. Terutama pada
malam hari karena pada malam hari, Phytoplankton serta lumut juga
mengkonsumsi oksigen di dalam perairan. Pengukuran DO menggunakan YSI
DO meter dengan cara mencelupkan sensor DO meter ke dalam air tambak
kira-kira hingga kedalaman 50 cm dari dasar kolam, kemudian nilai DO akan
terlihat pada monitor.
b. Nilai pH
Pengukuran pH dilakukan setiap hari pukul 07.00 pada pagi dan pukul 14.30
pada siang hari, pengukuran pH menggunakan pH digital, dengan air sample
yang sudah dimasukan ke dalam masing-masing botol sample sesuai dengan
nomor tambak.
c. Salinitas
Pengukuran salinitas dilakukan setiap hari pada pagi hari dengan
menggunakan hand-rafraktometer, dengan meneteskan sample air dengan
pipet tetes pada kaca biru yang berfungsi sebagai sensor untuk mengetahui
d. Suhu
Pengukuran suhu bersamaan dengan pengukuran DO, alat yang digunakan
sama dengan alat yang digunakan pada saat pengukuran DO, karena alat yang
digunakan mampu mengukur dua parameter sekaligus, yakni DO serta suhu.
e. Nitrit
Pengukuran nitrit dilakukan satu kali dalam seminggu, cara pengukuran
dengan menggunakan test-kit. Untuk mengetahui kadar nitrit di dalam perairan
tambak yaitu dengan cara mengambil sampel air sebanyak 5 ml dari setiap
tambak, kemudian dimasukan NO2-3 sebanyak 1 mg lalu aduk dengan cara
menggoyangkan botol yang berisi air sample yang telah diberikan NO2-3.
Setelah ada perubahan warna kemudian cocokan warna yang ada di
microquant.
f. TAN (Total Amonia Nitrogen)
Pengukuran TAN yaitu dengan cara memasukkan 5 ml sampel kedalam botol
sampel, lalu meneteskan testkit berupa amonium (NH4-1, NH4-2, NH4-3)
masing-masing 3 tetes secara berurutan. Kemudian menyesuaikan perubahan warna
yang didapat dengan kertas warna. Pengukuran TAN dilakukan untuk
mengetahui kandungan amonia yang ditimbulkan dari sisa pakan, plankton
mati dan hasil metabolisme udang.
Gambar 5. Pengukuran TAN
g. Alkalinitas
Pengukuran alkalinitas dilakukan seminggu sekali yaitu dengan metode
test-kit. Pengukuran alkalinitas dilakukan untuk mengetahui nilai alkalinitas di
dalam perairan tambak. Alakalinitas berfungsi sebagai buffer (penyangga) pH
dalam tambak, dengan adanya alkalinitas mampu memperkecil perubahan
fluktuasi pH air. Nilai alkalinitas yang baik untuk menunjang kehidupan
3.4.2 Pengelolaan Kualitas Air Tambak a. Pengapuran
Pengapuran rutin dilakukan setiap 3 hari sekali juga pada kondisi tertentu
(kondisional) seperti pada saat terjadinya kelimpahan plankton yang terlalu
tinggi, bahan organik tinggi, DO rendah, pH rendah dan alkalinitas rendah.
Kapur yang dipakai yaitu dolomite (CaMg(CO3)2) dan kapur pertanian /
kaptan (Ca(OH2)) dengan dosis 5 – 10 ppm, metode pemberian kapur yaitu
dengan cara menebarkan kapur merata di sekeliling tambak.
b. Pergantian Air
Pergantian air yaitu membuang air dengan cara membuka pipa outlet selama
15 menit sebelum pemberian pakan pagi dan sore hari. Serta menambah air
untuk mengganti air yang sudah dibuang. Tujuan pergantian air ini adalah
untuk mengendalikan penumpukan bahan organik di dasar tambak serta
mengontrol salinitas air tambak.
3.4.3 Treatment Kualitas Air Tambak
a. Pemberian Super PS
Super PS merupakan probiotik cair yang terdiri dari bakteri Rhodobacter sp
dan Rhodococcus sp. Pemberian Super PS dilakukan 1 minggu sekali pada
siang hari setelah pemberian pakan dengan dosis 1 ppm. Pemberian dilakukan
dengan mengencerkan dengan air secukupnya lalu tebar pada permukaan air
tambak. Kelebihan super PS yaitu dapat berperan dalam kondisi aerob maupun
anaerob. Fungsi dari super PS adalah mengurai H2S, mengatasi pencemaran
b. Pemberian Super NB
Super NB merupakan probiotik cair dengan kandungan Baccilus sp,
Pseudomonas sp, Nitrosomonas sp, Aerobacter sp dan Nitrobacter sp.
Pemberian super NB dilakukan setiap satu minggu sekali pada siang hari
setelah pemberian pakan dengan dosis 0,5 – 1 ppm. Super NB di tebar pada
permukaan air tambak dekat dengan kincir agar cepat merata pada seluruh
kolom air tambak. Fungsi pemberian super NB adalah untuk menguraikan
NH3 dan NO2 pada air dan dasar tambak, meningkatkan dominansi bakteri
menguntungkan dan mengurai bahan organik (protein karbohidrat dan lemak)
secara biologis.
c. Pemberian Aquazyme
Aquazyme merupakan probiotik serbuk yang mengandung Baccilus subtilis.
Pemberian aquazyme dilakukan seminggu sekali dengan dosis 0,1 ppm,
sebelum diberikan pada tambak terlebih dahulu aquazyme diencerkan dengan
air, kemudian aquazyme yang sudah diencerkan disebar merata pada seluruh
permukaan air tambak.
d. Pemberian San-O2
Pemberian San-O2 aquatic dilakukan kondisional, hanya dilakukan ketika DO
pada perairan tambak mendekati angka kritis (3 ppm), jumlah pemberian yang
digunakan yaitu 0,6 kg per 1000m2 (jika DO < 3ppm) atau 1,9 kg per 1000m2
(DO < 2 ppm). Kemudian encerkan dalam 10 liter air atau secukupnya, cara
pemberian yaitu dengan disebar secara merata pada tambak yang kekurangan
3.4.5 Pengamatan Pertumbuhan
Pengamatan pertumbuhan dilakukan untuk mengetahui tingkat
pertumbuhan udang dalam satu siklus budidaya. Untuk mengetahui tingkat
pertumbuhan maka dilakukan sampling, Pengambilan sampling udang dilakukan
dengan menggunakan jala kemudian ditimbang, jumlah udang yang diambil untuk
ditimbang yaitu sebanyak 50 ekor. Kemudian dilakukan pengamatan MBW
(Mean Body Weight) dan ADG (Average Daily Growth).
a. Pengamatan MBW (Mean Body Weight)
Mean Body Weight (MBW) adalah berat rata-rata udang per ekor (Effendi,
2000). Cara menentukan MBW adalah dengan menimbang sample beberapa
ekor udang. Adapun perhitungan dalam menentukan MBW adalah sebagai
berikut :
b. Pengamatan ADG (Average Daily Growth)
Average Daily Growth (ADG) adalah rata-rata pertumbuhan harian dalam satu
periode waktu (Effendi, 2000 dalam Trinando, 2015). Perhitungan ADG
dengan rumus berikut :
Keterangan
MBW 1 : Berat rata-rata sampling minggu lalu (gram) MBW 2 : Berat rata-rata saat ini (gram)