• Tidak ada hasil yang ditemukan

30 BAB III PENDAPAT AMINA WADUD TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "30 BAB III PENDAPAT AMINA WADUD TENTANG"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

30

WANITA SEBAGAI IMAM SHALAT

A. Sekilas Tentang Biografi Amina Wadud

Amina Wadud lahir di Amerika Serikat pada tahun 1952.1 dan mempunyai nama lengkap Amina Wadud Muhsin, ia adalah warga Amerika keturunan Afrika-Amerika (kulit hitam).2 Amina menjadi seorang muslimah kira-kira akhir tahun 1970-an.3 Walaupuan ia masuk Islam baru seperempat abad namun berkat ketekunan dalam melakukan studi keislaman, maka saat ini ia menjadi Guru Besar Studi Islam pada jurusan Filsafat dan Agama di Universitas Virginia Comminwealth. Di mana sebelumnya ia menyelesaikan studi di Universitas Michigan dan mendapat gelar MA (1982) dan Ph. D (1988).

Selain bahasa Inggris, Amina juga menguasai beberapa bahasa lain seperti Arab, Turki, Spanyol, Prancis dan German.4 Maka tidak mengherankan bila ia sering mendapatkan kehormatan menjadi dosen tamu pada universitas di beberapa negara. Antara lain :

1

Khudori Soleh (ed.), Pemikiran Kontemporer, Yogyakarta: Jendela, 2003, hlm. 66 2

Menurut Charles Kurzman sebagaimana dikutip Ahmad Baidhawi, Amina Wadud adalah keturunan Malaysia. Menurutnya tidak banyak diketahui mengenai latar belakang kehidupannya, latar belakang keluarga, sosial dan pendidikannya secara detail. Lihat Ahmad Baidhawi, Tafsir Feminis ; Kajian Perempuan dalam al-Qur’an dan Para Mufasir Kontemporer,

Bandung: Nuansa, 2005, hlm. 109. 3

Amina Wadud, Qur’an Menurut Perempuan, (tarj.) Abdullah Ali, Jakarta: Serambi, 2001, hlm. 23

4

(2)

1. Universitas Commonwealth, Virginia : Asisten Profesor di Lembaga Studi Filsafat & Agama, tahun 1992 – 1997, 1998 dan menjadi Profesor penuh pada tahun 1999.

2. Fakultas Ketuhanan Harvard Cambridge, sebagai dosen Magister Studi Wanita di Lembaga Penelitian Program Agama & menjadi Dosen Terbang, 1997-1998.

3. Universitas Islam Internasional ; Asisten Profesor di Lembaga Pengetahuan & Peninggalan Islam Wahyu, 1989-1992.

4. Universitas di Michigan ; Asisten Riset Pengembangan Bahan-Bahan Pengajaran Bahasa Arab, 1984-1986.

5. Institut Pengajaran Bahasa Inggris ; Kairo Mesir Instruktur/pengajar Inggris, Transkriber Program Pendidikan untuk Orang Dewasa di musim panas 1982.

6. Sekolah Pusat Komunitas Islam : Philadelphia PA. Guru kelas 5-6. Pengembangan Kurikulum Pelajaran Agama Islam kelas 4-7, 1979-1980 7. Universitas di Qar Younis ; Kampus Pendidikan El-Beida Libya : Dosen

di Fakultas Inggris pada tahun 1976-1977.5

Selain sebagai dosen, ia juga memberikan beberapa kursus singkat mengenai keislaman :

1. Kajian-Kajian Keagamaan :

5

(3)

Islam, Pengenalan Terhadap Kajian-Kajian Keagamaan, Islam & Afrika-Amerika, Agama di Afrika-Amerika, Bahasa-Bahasa Klasik Global didalam Spiritualitas, Perbandingan Agama, Agama-Agama Dunia.

2. Kajian-Kajian Al-Qur’an :

Tafsir, Ilmu-Ilmu Qur’an, Tema-Tema Pokok dalam Qur’an, Al-Qur’an & Wanita, Keadilan, Jender & Penafsiran Al-Al-Qur’an.

3. Kajian-Kajian Keislaman :

Peradaban Islam, Sejarah, Islam & Orang-Orang Muslim, Mistik Islam : Orang-Orang Sufi, Islam & TrenGlobal.

4. Kajian-Kajian Kewanitaan :

Wanita & Agama, Spiritualitas Wanita Secara Umum, Teologi Feminisme, Islam & Wanita.

5. Kajian-Kajian Internasional :

Pergerakan Islam, Islam di Asia Tenggara, Islam di Amerika, Sejarah Timur Tengah.6

Ia pernah menjadi Consultant Workshop dalam bidang Islam dan Gender yang diselenggarakan oleh MWM (Maldivian Women’s Ministry) dan PBB pada tahun 1999. Dalam beberapa organisasi ia pun memiliki jabatan penting, di antaranya :7

1. Anggota Akedemi Agama Amerika (AAOR), 1989-2001 2. Anggota Dewan Konggres WCRP, 1999-2004

6Ibid.

(4)

3. Anggota Eksekutif Komite WCRP, 1992-2004

4. Anggota inti SIS (Sister in Islam) Forum Malaysia tahun 1989 5. Editor Gender Issu pada Jurnal “The American Muslim” 1994-1995. 6. Editor Jurnal “Lintas Budaya” Virgia Commenwealth University, 1996. 7. Editorial Jurnal “Hukum dan Agama”, 1996-2001

8. Instruktur pada lembaga kursus Studi Islam untuk Dewasa di Islamic Community Center of Philadelphia; 1982-1984.

9. Ketua Komite Gabungan Peneliti Studi Agama dan Studi tentang Amerika-Afrika, 1996-1997.

10. Ketua Koordinator Komite Perempuan (WCC), 1999-2004

11. Pembawa Acara di sebuah stasiun televisi pada acara “Focus on al-Islam”, 1993-1995.

12. Perkumpulan Studi Inggris & Arab Wanita, 1980-1987

13. Dan masih banyak lagi jabatan-jabatan penting yang ia pegang.8

Selain itu Amina Wadud juga banyak memperoleh beberapa penghargaan dari penelitiannya yang cukup banyak, yaitu :

1. Universitas Commonwealth, Virginia :

- Workshop musim panas VCU : Bertahan di Ruang Kelas Elektrik disponsori oleh Kantor Walikota & Kantor Pengembangan Pengajaran, 7-17 Agustus 2000

8

(5)

- Subsidi VCU : “Memulai Kritik Jender Inklusif Terhadap Teori Etika Islam” sebuah penelitian utama mengenai Konsep Moral Menurut Al-Quran, diajukan pada tahun 1999

- Subsisi VCU : “Konsep Alternatif Mengenai Keluarga Dalam Islam”, diajukan pada tahun 1996

- Mendapat predikat Who’s Who di Organisasi-organisasi Internasional, edisi kedua tahun 1995

- Mendapat predikat Who’s Who of Woman Dunia, edisi ke-12 tahun 1993 & edisi ke-13 tahun 1995

2. Universitas Islam Internasional Malaysia :

Penganugerahan untuk sebuah penelitian tentang Kritik Metodologis Terhadap Feminisme Sekuler (Menguak Feminisme Pro-Keyakinan Menurut Pandangan Islam) pada tahun 1990-1991.

3. Universitas di Michigan :

- Kelompok Kajian-Kajian Timur (mendapat fasilitas pengajaran & biaya hidup per tahun), di musim panas tahun 1979

- Penghargaan kecil (mendapat fasilitas pengajaran & biaya hidup per tahun), 1980-1981, 1982-1984, 1985-1986, 1987-1988

- Mendapat beasiswa di lingkungan bahasa asing : (mendapat fasilitas pengajaran & biaya hidup per tahun), 1984-1987

4. Universitas Amerika di Kairo :

(6)

5. Universitas di Pennsylvania :

- Mendapat beasiswa sekolah Universitas : tahun 1970-1975 (fasilitas pengajaran & biaya hidup per tahun)

- Penghargaan Akademis : 1973-1975

6. Pusat Penelitian Amerika di Mesir : “Peran Moral Dalam Al-Quran dan Kejelasan Mengenai Keadilan Sosial” diajukan tahun 1999.

7. Fakultas Ketuhanan Harvard : Program Kajian Wanita dalam Agama, “Konsep Lain Tentang Keluarga dan Tata Hukum Personal Muslim” (penghargaan 1997-1998).

8. Subsidi VCU : “Menitikberatkan Kritik Eksklusif Jender Terhadap Teori Etika Islam” Penelitian utama tentang “Konsep Al-Quran Terhadap Peran Moral”, diajukan tahun 1999.

9. Subsidi VCU : “Pendapat Lain tentang Konsep Keluarga Dalam Islam : Koleksi Data-Data Penting”, (penghargaan di musim panas tahun 1996). 10. Universitas Islam Internasional : “Kritik Metodologis Terhadap

Feminisme Sekuler : Penelitian Terhadap Feminisme Pro-Keimanan Menurut Pandangan Islam” (penghargaan tahun 1990-1991).9

B. Karya-karya Intelektual Amina Wadud

Amina termasuk tokoh feminis muslim yang cukup produktif, walaupun ia baru menulis dua karya ilmiah dalam bentuk buku, namun ia sudah banyak menulis puluhan bahkan ratusan dalam bentuk artikel yang

(7)

dimuat dalam beberapa jurnal, seminar-seminar, dan beberapa proposal research (proposal penelitian) dalam bidang perempuan, gender, agama, pluralisme dan kemanusiaan. Karya-karya tersebut antara lain ;10

a. Buku

- Qur’an and Women : Rereading the Sacred Text form a Women’s

perspective, (Oxford University Press: 1999).

- Qur’an and Women, Fajar Bakti Publication (Oxford University Press Subsidiary), Kuala Lumpur Malaysia (Original Eddition), 1992. 11 b. Artikel

- “Pusaka Aisyah : Wanita dan Jender Dalam Islam” untuk New Internasionalist isu spesial tentang Islam, Terbitan-terbitan New Internationalist Ltd., Oxford, U.K. (akan terbit)

- “Dibalik Sebuah Penafsiran” di Forum Terbuka Islam dan Toleransi, pada Boston Review : A Political and Literary Forum, Volume 27, No 1 February/Maret 2002.

- Responden : Diskusi Meja Bundar : Teoligi Feminisme beranekaragam secara agamis atau Umat Kristen Ghetto? Di Jurnal Kajian-Kajian Feminisme Dalam Agama, Musim gugur tahun 2000, Volume 16#2 halaman 90-99.

10

Ibid. 11

Kedua buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa antara lain : Persia oleh Nahid Shafiei, Belanda oleh Uitgeverij Bullaaq, Arab oleh Elham Abu Su’ud, Turki oleh Nazife Sisman dan Indonesia oleh Penerbit Pustaka. Bahkan buku “Qur’an and Women :

Rereading the Sacred Text form a Women’s perspective” pada tahun 1994 pernah meraih

peringkat dalam daftar buku besst-seller di koran al-Qalam Afrika Selatan. Amina Wadud, op. cit.,

(8)

- “Pandangan Islam Tentang Isu-Isu Hak Sipil” Ch. 9 Religion and Civil Rights Proyek Hak-Hak Sipil Universitas Harvard dan Dana Abad 21, 1999

- “Keyakinan” di Ensiklopedi Wanita dan Agama oleh Routledge Press, akan terbit.

- “Ibadah” di Ensiklopedia tentang Wanita dan Agama Dunia, Serenity Young, ed. Macmillan Press, akan terbit tahun 1999.

- “Wahyu”, Ensiklopedi tentang Dunia Islam Modern, John Esposito, ed. Universitas Oxford Press, NY 1995

- “Wilayah”, Ensiklopedi tentang Dunia Islam Modern, John Esposito, ed. Universitas Oxford Press, NY 1995

- “Dinamika Hubungan Laki-Laki & Perempuan”, The American Muslim, Volume III, No. 1, Musim Dingin tahun 1995.

- “Islam : Sebuah Respon Yang Muncul tentang Paham Aktivisme Spiritual Kulit Hitam”, Forum Universitas untuk VCU Voice*, 7 February 1994.

- “Muslimah di Abad 21 : Maju atau Mundur”, The American Muslim*, Volume II, No. 11-12, Musim Panas/Rontok tahun 1994.

- “Al-Quran, Syari’ah dan Hak-Hak Kewarganegaraan Muslimah” di

Sharia Law and the Modern Nation-State, (berlangsungnya

simposium) ed. Norani Othman, SIS Forum Malaysia Berhard, Kuala Lumpur, 1994.12

12

(9)

Dari pergumulan sebagai aktivis wanita dalam upaya memperjungkan keadilan gender, ia berpendapat bahwa selama ini sistem relasi laki-laki dan wanita di banyak negara sering kali mencerminkan adanya bias patriarkhi sehingga mereka kurang mendapat keadilan yang proporsional.13

Karya-karya Amina Wadud tersebut merupakan bukti kegelisahan intelektualnya mengenai ketidakadilan di masyarakat. Maka ia mencoba melakukan rekonstruksi metodologis tentang bagaimana menafsirkan al-Qur’an agar dapat menghasilkan sebuah penafsiran yang sensitif gender dan berkeadilan.

C. Metode Tafsir Feminis Amina Wadud

Amina Wadud adalah seorang pemikir kontemporer yang mencoba melakukan rekonstruksi metodologis tentang bagaimana menafsirkan al-Qur’an agar menghasilkan sebuah penafsiran yang sensitif gender dan berkeadilan. Dengan gagasan yang kritis, ia juga berusaha mengaplikasikan metodologi yang dibangunnya tersebut.

Asumsi dasar yang dijadikan kerangka pemikirannya adalah bahwa al-Qur'an merupakan sumber tertinggi yang secara adil mendudukkan laki-laki dan wanita setara.14 Karena itu, perintah dan petunjuk Islam yang termuat

13

Patriarkhat dalam Kamus besar bahasa Indonesia mempunyai makna tata kekeluargaan yang mementingkan garis keturunan bapak. Lihat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1993.

14

Penegasan ini, ia dasarkan pada ayat-ayat al-Qur’an 33:35, yang menjelaskan bahwa laki-laki maupun perempuan sama-sama berhak menerima pahala dari Allah SWT. Sedangkan Q.S. 4:1 (1:ءﺎﺴﻨﻟا) ةﺪﺣاوٍﺲْﻔَﻧْﻦِﻣْﻢُﻜَﻘَﻠَﺧيِﺬﱠﻟاُﻢُﻜﱠﺑَراﻮُﻘﱠﺗاُسﺎﱠﻨﻟاﺎَﻬﱡﻳَأﺎﻳ.”Bertaqwalah kepada Tuhanmu yang

telah menciptakanmu dari nafs yang satu...” (an-Nisa: 1). Menurutnya bahwa kata nafs tidak

(10)

dalam al-Qur'an mestinya diinterpretasikan dalam konteks historis yang spesifik. Khususnya dalam mengkaji bagaimana persepsi mengenai wanita terhadap penafsiran ayat-ayat al-Qur'an. Menurut pandangan Amina, ada beberapa hal yang harus diingat, yaitu :

1. Tidak ada Penafsiran yang Benar-benar Obyektif

Menurutnya, selama ini tidak ada satupun penafsiran yang benar-benar obyektif. Masing-maing ahli tafsir sering melakukan beberapa pilihan subyektif dan kadang-kadang tidak mencerminkan maksud dari nashnya.15 Sebuah produk tafsir selalu dipengaruhi olah pengalaman subyektif dan latar belakang masing-masing orang. Contoh sederhana, orang yang fanatik terhadap ilmu fiqh maka ketika menafsirkan al-Qur'an maka ia akan lebih banyak menggunakan pengalaman fiqihnya.

Selain itu tidak adanya pemahaman yang tunggal terhadap ayat-ayat al-Qur’an tersebut muncul sejak ayat-ayat-ayat-ayat tersebut diturunkan dari waktu ke waktu.16 Termasuk di antara para sahabat sebagai generasi yang paling dekat dengan Rasul sekalipun sering berbeda pendapat antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini juga sampai kepada ulama mufassirin

pada periode-periode berikutnya. Maka tidak mengherankan bila kemudian muncul penafsiran-penafsiran yang berbeda tentang makna yang terkandung dalam al-Qur’an.

Karena itu kedudukan laki-laki dan perempuan di hadapan Tuhan adalah sama dan sederajat. Lihat Amina Wadud , op. cit., hlm. 57-58.

15

Ibid., hlm. 33 16

(11)

2. Kategorisasi Penafsiran al-Qur'an

Penafsiran mengenai wanita, menurut Amina ada tiga kategori, yaitu tradisional, reaktif dan holistik.17

a. Tradisional

Model tafsir ini menggunakan pokok bahasan tertentu sesuai kemampuan mufasir-nya, seperti hukum, nahwu, sharaf, sejarah, tasawuf dan sebagainya. Maka tafsir seperti ini bersifat atomistik. Artinya penafsiran ini dilakukan atas ayat perayat dan tidak tematik sehingga pembahasannya terkesan parsial dan tidak ada upaya untuk mengenali tema-tema dan membahas hubungan al-Qur'an dengan dirinya sendiri, secara tematis.18

Dan yang paling ironi pada model penafsiran tradisional ini menurut Amina Wadud adalah semuanya hanya ditulis oleh kaum laki. Hal ini berarti bahwa subyektifitas laki dan pengalaman laki-laki dimasukkan ke dalam tafsir mereka dan sementara wanita dan pengalaman wanita tidak dimasukkan (diabaikan), maka wajar bila kemudian tafsir yang muncul adalah menurut visi, perspektif, kehendak atau kebutuhan khas laki-laki (patrinial).19

b. Reaktif

Tafsir model ini adalah sebagai reaksi para pemikir modern terhadap sejumlah hambatan yang dialami wanita yang dianggap

17

Amina Wadud, loc. cit.

18Ibid. 19Ibid.,

(12)

berasal dari al-Qur'an. Tujuan yang dicapai dan metode yang dipakai berasal dari cita-cita dan dasar pemikiran kaum feminis. Namun terkadang analisis yang dipakai tidak komprehensif dan sering menyebabkan sikap egoisme wanita yang tidak sesuai dengan sikap al-Qur'an sendiri terhadap wanita. Maka sebenarnya kelemahan ini bisa ditekan bila mereka berpegang teguh pada konsep pembebasan terhadap sumber utama dari idiologi dan teologi Islam.20

c. Holistik

Merupakan penafsiran yang melibatkan banyak persoalan, sosial, moral, ekonomi dan politik modern, termasuk persoalan wanita yang muncul pada era modern.21

Satu unsur khas untuk menafsirkan dan memahami setiap nas adalah nas sebelumnya yang disusun oleh penafsir yang dipengaruhi oleh suasana bahasa dan budaya saat nas dibaca, maka hal tersebut tidak dapat dielakkan dan dihindari.22

Pada posisi inilah Amina Wadud menempatkan diri dalam upayanya untuk menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Dengan memasukkan pengalaman wanita dan membebaskan diri dari stereotip

20Ibid.,

hlm. 35 21Ibid.

22

Model ini mirip dengan apa yang ditawarkan oleh Fazlur Rahman yang berpendapat bahwa ayat-ayat al-Qur'an yang diturunkan dalam waktu tertentu dalam sejarah. Dengan keadaan umum dan khusus yang menyertainya menggunakan ungkapan yang relatif sesuai dengan situasi yang mengelilinginya karena ia dapat direduksi atau dibatasi oleh situasi pada saat diwahyukan. Dengan semboyan itu pula dalam rangka memelihara relevansi al-Qur'an dengan perkembangan hidup manusia, al-Qur'an harus ditafsirkan ulang. Baca Fazlur Rahman, Islam and Modernity:

Transformasi of an Intellectual Tradition, (tarj.) Anas Muhyidin, Jakarta, Pustaka, 1996, hlm.

(13)

yang di bangun oleh mufassir laki-laki.23

Maka menurut Amina Wadud betapa pentingnya analisis konsep wanita dalam Qur'an, bila mana diukur dengan perspektif ayat-ayat al-Qur'an sendiri, baik itu dalam kekuatan sejarah, politik bahasa, kebudayaan, pikiran dan jiwa maupun ayat-ayat Tuhan yang dinyatakan bagi seluruh umat manusia. Melalui pengkajian ulang terhadap al-Qur'an berdasarkan prinsip-prinsip keadilan sosial, persamaan manusia dan tujuannya sebagai pedoman hidup.24

Melalui kesadaran tersebut, Amina Wadud memberikan sebuah tawaran metode yang harus dipegangi ketika akan menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an terutama ayat-ayat yang bias gender. Yang dikemasnya dalam tiga aspek penting, yaitu :

1. Dalam konteks apa teks itu ditulis atau kaitannya dengan al-Qur'an adalah dalam konteks apa ayat tersebut diturunkan.

2. Sebagaimana komposisi tata bahasa teks (ayat) tersebut, bagaimana pengungkapannya, apa yang dikatakannya.

3. Bagaimana keseluruhan teks (ayat), weltanschauung atau pandangan hidupnya. 25

Sebagai langkah teknis operasionalnya, ketika akan menafsirkan, setiap ayat, yang harus dianalisis adalah : 26 1) dalam konteksnya; 2) dalam

23

Ahmad Baidhawi, op. cit., hlm. 114 24

Nurjannah Ismail, Perempuan dalam Pasungan Bias Laki-laki dalam Penafsiran,

Yogyakarta: LkiS, 2003, hlm. 8-9 25

Amina Wadud, op. cit., hlm. 35 26Ibid.

(14)

konteks pembahasan topik yang sama dengan al-Qur'an; 3) menyangkut bahasa yang sama dan struktur sintaksis yang digunakan dalam seluruh bagian al-Qur'an; 4) menyangkut sikap benar berpegang teguh pada prinsip-prinsip al-Qur'an; 5) dalam konteks al-Qur'an sebagai weltanschauung atau pandangan hidup.27

Dengan metode tersebut, Amina ingin menangkap spirit dan ide-ide al-Qur'an secara utuh, holistik dan integratif hingga tidak terjebak pada teks-teks yang bersifat parsial dan legal formal. Hal ini penting karena problem penafsiran Qur'an sesungguhnya adalah bagaimana memaknai teks al-Qur'an yang terbatas dengan konteks yang tidak terbatas.Karena koteks selalu mengalami perkembangan, apalagi pada waktu yang bersamaan kita ingin menjadikan al-Qur'an selalu relavan dengan perkembangan dan tuntutan zaman.

D. Pendapat Amina Wadud Tentang Wanita sebagai Imam Shalat

Berdasarkan pemahaman terhadap al-Qur’an sebagaimana di atas, Amina berusaha mengimplementasikan gagasannya tersebut dalam bentuk aski nyata. Yang paling aktual adalah gebrakan Amina Wadud tentang imam shalat wanita. Di mana ia sendiri sebagai imam dalam shalat jum’at.

27

Korelasi antara pendekatan semantikal dan konteks sosial sudah lama disadari oleh para sarjana muslim yang kemudian melahirkan sekian judul mengenai tatabahasa Arab yang diharapkan dapat membantu untuk bisa menangkap pesan al-Qur'an. Disiplin ilmu balaghah,

ma’ani dan bayan, misalnya, secara khusus mengkaji kaitan antara pendekatan semantikal dan

konteks sosial. Untuk memahami sebuah ucapan Nabi Saw (hadits) misalnya, hendaknya juga harus dipahami gaya bahasa yang digunakan, konteks sosial dan psikologi Rasulullah serta kepada siapa ucapan itu ditujukan. Lihat Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama, Sebuah Kajian

(15)

Berikut ini adalah serangkaian peristiwa pada saat Amina Wadud memimpin iman shalat jum’at pada hari jumat tanggal 18 maret 2005 pukul 13.00 – 15.00 waktu setempat, sebagai mana ditulis dalam majalah GATRA:28

Ruangan Synod House di Gereja Katedral Saint John The Divine, New York, terkesan lebih lapang. Deretan bangku yang biasa memenuhi ruangan itu digantikan hamparan karpet biru, Jumat 18 Maret lalu. Sebuah prosesi ibadah yang tak lazim hendak berlangsung di kawasan Upper Manhattan itu. Yakni salat Jumat dengan imam dan khatib seorang perempuan. Tempatnya di gereja pula.

Sponsor ritual itu, Muslim Wake Up! dan Muslim Women's Freedom Tour, menyebutnya sebagai ''Historic Jum'a''. "Kami dengan bangga mensponsori perempuan pertama yang memimpin salat Jumat dengan jamaah campuran gender (laki dan perempuan)," tulis situs Muslim Wake Up! Imam perempuan itu adalah Dr. Amina Wadud, asisten profesor studi Islam di Departemen Filsafat dan Studi Agama, Virginia Commonwealth University.29

Dalam pemahaman umum masyarakat muslim, perempuan hanya boleh menjadi imam salat bagi makmum perempuan. Bila jamaahnya lelaki, atau campuran laki dan perempuan, imamnya harus pria. Apalagi untuk salat Jumat. Ibadah mingguan ini hanya wajib bagi pria. Perempuan boleh saja ikut Jumatan, tapi dianjurkan salat lohor saja.

Karena itu, Jumatan dengan imam perempuan terasa lain. Sejak pukul 12.00 waktu setempat, sejam sebelum acara dimulai, 50-an jamaah sudah antre masuk kompleks gereja di ujung Jalan Amsterdam Avenue itu. Belasan polisi New York mengawasi antrean. Setiap orang diwajibkan membuka tasnya, lalu menyerahkan kunci dan peralatan lain dari besi. Badan mereka juga diperiksa dengan detektor.

Sepuluh menit sebelum salat dimulai, seorang pemrotes sempat lolos pemeriksaan. Ia lantas berteriak-teriak menentang acara tersebut, hingga akhirnya diringkus polisi. Sejumlah penentang sempat membawa spanduk bertuliskan, ''Mixed Gender Prayers Today, Hellfire Tomorrow''. Mereka baru pergi setelah diusir polisi.

Semula Jumatan akan berlangsung di Galeri Sundaram Tagore di Soho, New York. Namun, karena ada ancaman bom, akhirnya pindah ke Gereja Anglikan tersebut. "Kami mendapat banyak ancaman," kata Asra Nomani, pendiri Muslim Women's Freedom Tour, kepada Gatra.

28

Majalah GATRA meliput aksi Imam perempuan dalam shalat jum’at yang dilakukan Amina Wadud melalui koresponden langsung dari New York Amerika Serikat. Kemudian memberitakan dan mengupas berita tersebut secara detail dalam 2 edisi, yaitu : edisi 2 April dan 9 April 2005

29

(16)

Puluhan wartawan tampak campur aduk dengan jamaah. Beberapa wartawan yang tidak paham ketentuan tempat salat diminta mencopot sepatunya atau tidak menginjak karpet. Acara sempat molor 15 menit. Setelah wartawan diminta tidak berdiri menutupi arah kiblat, ritual pun dimulai.

Diawali ucapan selamat datang dari Asra Nomani.30 Wanita berpostur mungil mantan wartawan Wall Street Journal ini tidak mengenakan kerudung. Rambutnya dibiarkan tergerai sebahu. "Hari ini merupakan hari bersejarah," kata wanita asal Pakistan itu. "Karena posisi kaum wanita yang biasanya di bagian belakang masjid telah dipindahkan ke bagian paling depan.'' Asra telah membuat ''Rancangan 10 Hak Wanita Muslim Dunia''. Di antaranya, hak menjadi imam dan khatib Jumat.

Setelah ucapan selamat datang, dilanjutkan azan oleh Sueyhla El-Attar, penyiar radio di Atlanta, Georgia. "Allahu Akbar... Allahu Akbar!'' seru wanita asal Mesir itu sambil menutup telinga kiri. Suaranya tidak semerdu azan lekaki yang kerap terdengar di TV Indonesia. Sueyhla juga penulis, aktris, dan pernah menyutradarai drama The Vagina Monologues. Seperti Asra, Sueyhla tidak mengenakan jilbab.

Kemudian dilanjutkan dengan zikir, dipandu Saleemah Abdul-Ghafur. Pengarang buku Living Islam Out Loud: American Muslim Women Speak itu membaca surat Al-Fatihah tujuh kali, penggalan surat Yasin ''Salamun qawlun min rabbir rahim'' 33 kali dan ''ya nur'' 100 kali. Saleemah adalah pendiri majalah muslimah Amerika, Azizah. Lulusan Columbia University itu mengenakan kerudung cokelat muda.

Usai zikir, Dr. Amina Wadud masuk ruangan, dikelilingi sejumlah pengawal kulit hitam, juga berjas hitam. Amina berjalan menunduk. Ia mengenakan kerudung panjang warna kembang-kembang ungu dan busana muslim warna ungu. Setelah letak mikrofon dibetulkan, ilmuwan asal Afrika Selatan itu tampil ke depan jamaah sambil membawa dua buku catatan untuk bahan khotbah.

Awalnya, khotbah Amina terdengar membosankan. Banyak jamaah mengantuk. Amina memberikan gambaran bahwa Islam adalah agama cinta damai. Setelah berlangsung satu jam, khotbah penulis buku Qur'an and Woman ini mulai menarik. "Wanita bukanlah seperti dasi yang jadi pelengkap busana saja," kata Amina, "Wanita memiliki posisi yang sama dengan lelaki di segala bidang".

Acara dilanjutkan dengan iqamat oleh Sueyhla El-Attar. Lalu Amina tampil menjadi imam. Jamaah lelaki di sebelah kiri-belakang imam, wanita di kanan-belakang. Laki dan perempuan berdiri sejajar.

30

(17)

Tidak ada tabir pembatas antara dua jenis kelamin itu. Beberapa jamaah perempuan tetap membiarkan kepalanya tanpa mukena.

Ketika membaca penggalan surat Al-An'am, usai membaca surat

Al-Fatihah, Amina sempat terdiam sejenak. Entah karena tegang atau tak biasa menjadi imam, ia lupa lanjutan ayatnya. Seorang makmum lelaki di belakangnya membantu melanjutkan. Amina menirukan koreksi jamaahnya. Salat Jumat dua rakaat itu berlangsung lancar sampai akhir. Bagi Amina, ini bukan pengalaman pertama memimpin salat Jumat. Tahun 1994, ia pernah juga melakukannya di Afrika Selatan.

Sayangnya setelah pelaksanaan prosesi shalat selesai, Amina tidak memberikan keterangan pers terhadap apa yang baru saja dilakukannya tersebut. Namun secara tersirat isi khutbah yang ia sampaikan di tengah shalat jum’at merupakan prinsip dasar alasan dari apa yang ia lakukan. Berikut ini diantara penggalan isi khutbah Amina Wadud :

Tidak ada ayat dalam al-Qur’an yang menyebutkan bahwa wanita tidak boleh menjadi imam. Pada abad ke-7, Nabi Muhammad pernah mengizinkan wanita menjadi imam bagi jamaah laki-laki dan perempuan. Nabi Muhammad meminta Ummu Waraqah31 menjadi imam dalam shalat jum’at bagi jama’ah di luar kota Madinah.

Namun, hukum yang kebanyakan diciptakan kaum pria menghapus hak-hak wanita muslim. Sehingga wanita muslim kehilangan hak-hak intelektualitas dan haknya menjadi pemimpin spiritual. Kaum muslim menggunakan interpretsi sejarah yang salah dan mundur ke belakang.

Kita sebagai umat Islam yang hidup di abad ke-21, mempunyai mandat untuk memperbaiki tanggungjawab partisipasi lelaki dan perempuan. Kita harus saling bergandeng tangan untuk memperbaiki posisi wanita yang selama ini dipandang sebagai “rekanan seksual” belaka.

Wanita bukanlah seperti dasi yang menjadi pelengkap busana. Kapanpun lelaki melakukan kontak dengan wanita, maka wanita harus diperlakukan secara sejajar dan seimbang. Melalui shalat jum’at kali ini, kita sama-sama melangkah ke depan.

31

Hadits riwayat Abu Daud dari Ummu Waraqah adalah sebagai berikut :

ﺎﻫِﺭﺍﺩ َلﻫَﺃ ﻡُﺅﹶﺘ ﻥَﺃ ﺎﻫﺭﻤﹶﺍﻭ ﺎﻬﹶﻟ ﻥﱢﺫَﺅﻴ ﺎﻬﹶﻟ َلﻌﺠﻭ ﺎﻬِﺘﻴﺒ ﻰِﻓ ﺎﻫﺭﻭﺯﻴ ﻥﺎﹶﻜ ﻡﱠﻠﺴﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋ ِﷲﺍ ﻰﱠﻠﺼ ِﷲﺍ َلﻭﺴﺭ ﻥَﺃ )

(18)

Langkah ini merupakan simbol dari adanya banyak kemungkinan dalam Islam.32

Tentu saja, berita ini menjadi sangat kontroversial dan memancing reaksi ulama dunia untuk berkomentar. Dan dapat diduga dimana kubu yang kontra lebih dominan dari pada kubu yang pro. Namun apa yang dilakukan Amina adalah sebuah perjuangan tentang nilai-nilai kesetaraan dan persamaan dalam dimensi spiritual, dimana dimensi ini sangat sakral untuk dijamah.

32

Referensi

Dokumen terkait

Pengelolaan kebudayaan dan kepariwisataan pada satu kawasan merupakan upaya dalam mensinergiskan berbagai kepentingan sebagaimana makna dari suatu kawasan merupakan

Partai politik merupakan sebuah institusi yang mutlak diperlukan dalam sistem demokrasi, apabila sudah memilih sistem demokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur didorong utamanya oleh komponen Konsumsi yang pada triwulan III-2008 ini mampu tumbuh lebih tinggi.. Di sisi lain,

Dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Berbagi Pengalaman sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek (Penelitian Tindakan Kelas pada

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PEMANFAATAN TEKNOLOGI PEMANFAATAN TEKNOLOGI PEMANFAATAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN KOMUNIKASI DAN INFORMASI UNTUK INFORMASI UNTUK PENDIDIKAN

Sehingga banyak remaja berpikir bahwa apa yang mereka pikirkan lebih baik dari pada apa yang dipikirkan orang dewasa, hal tersebut yang menjadi penyebab banyak remaja sering

KOMUNIKASI ANTAR KELOMPOK MASYARAKAT BERBEDA AGAMA DALAM MENGEMBANGKAN RELASI DAN TOLERANSI SOSIAL (Studi kasus pada masyarakat desa Ngadas suku tengger kecamatan

Untuk peserta Seleksi Tertulis dan Keterampilan Komputer harap mengambil undangan di kantor KPU Kota Jakarta Pusat pada Hari Sabtu tanggal 2 Juli 2016 pukul 01.00 WIB