• Tidak ada hasil yang ditemukan

sejarah dan gereja dan katolik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "sejarah dan gereja dan katolik"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Martinus Rikiwi Setiaji, MSC Prodi : Filsafat

Semester : III

Mata Kuliah: Sejarah Gereja Perdana dan Pertengahan

Succesio Apostolik:

Sejarah dan Sifat Gereja Dilihat dari Peran Petrus

Latar Belakang

Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya”. Kalimat tersebut adalah kalimat formula pendirian Gereja oleh Kristus melalui Petrus, Sang Kefas. Petrus adalah seorang rasul yang perannya amat sentral dalam Gereja karena melalui Petruslah pewarisan ajaran dan iman Gereja terus dijaga dan dilestarikan kemurniannya. Tak dapat disangkal bahwa dalam sejarah Gereja, baik sejak awal hingga pada perkembangannya selanjutnya, Petrus mempunyai peran dan tempat yang tak bisa dipisahkan dari keberadaan Gereja sendiri. Sebagai rasul yang diangkat menjadi pemimpin sendiri oleh Yesus serta menjadi sok guru Gereja bersama dengan Paulus, Petrus adalah rasul yang akan terus dibawa melekat di sejarah dan perkembangan Gereja hingga akhir zaman seperti janji Yesus sendiri bahwa Gereja-Nya takkan lekang bahkan oleh maut sekalipun.

Para Rasul sebagai awal kesatuan Gereja

Seturut syahadat Para Rasul dan syahadat Nicea, diterjemahkan bahwa Gereja yang satu itu secara esensial mesti bersifat Apostolik. Dalam Perjanjian Baru sendiri kata Apostolos memiliki arti yang berbeda. Ia bisa berarti kelompok 12 rasul yang dikumpulkan dan dibentuk oleh Yesus yang mana adalah lambang dari 12 suku Israel, di lain tempat rasul berarti utusan dari jemaat tertentu. Paulus sendiri melihat rasul sebagai mereka yang melihat Kristus yang bangkit dan mendapat tugas perutusan dari-Nya untuk mewartakan Injil sebagai misionaris pertama.

(2)

merekalah jemaat hingga hari ini tetap dalam garis kontak dengan historitas Yesus yang bangkit. Lebih jauh lagi, Gereja hanya bisa mempertahankan relasinya dengan Kristus, bila dalam tradisinya selalu berhubungan dengan kesaksian dan ajaran para rasul. Untuk itulah pentingnya kontinutas para rasul terus berlanjut dalam Gereja dengan succesio apostolic.

Petrus: Apostolitas Gereja

Petrus sebagai rasul Yesus mendapatkan tempat yang penting dan istimewa dalam hubungan antara Yesus dan Gereja. Yesus bersabda,“Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya”. Inilah kata-kata formula yang menempatkan Petrus pada posisi penting pada Kelompok 12 rasul dan sejarah Gereja selanjutnya. Kalimat itu pula yang membuat Gereja tetap menjadi satu kesatuan walau dalam tubuh Gereja terdapat banyak bentuk yang disebabkan oleh tersebarnya para rasul dan pengejaran mereka. Dalam diri Petruslah perbedaan tersebut diikat dan disatukan sehingga misi dan karya keselamatan yang Yesus wartakan tetap berlanjut hingga saat ini dalam primat Paus, yang adalah pewaris peran dan fungsi Petrus sebagai penjaga iman Gereja.

Keyakinan bahwa Succesio Apostolic tetap berlanjut dalam diri seorang Paus tetap kuat dipertahankan. Apostolitas ditentukan oleh kenyataan bahwa suatu Gereja berada dalam persekutuan dengan Uskup Roma, Paus. Pujangga Gereja abad 3, Ireneus menyatakan bahwa daripada bersusah payah membuktikan kebenaran iman dan apostolisitasnya, cukup bahwa setiap jemaat berorientasi pada Uskup Roma. Roma didirikan oleh rasul, yakni Petrus dan Paulus, yang merupakan 2 rasul terpenting dan merupakan jemaat terpandang. Jelaslah menurutnya bahwa suatu jemaat bersifat apostolik bila ia berada dalam persekutuan dengan jemaat Roma.

Ada tiga kriteria yang selama ini diimani menentukan apostolitas suatu Gereja :

Tradisi

Tradisi dipandang apostolik bila ia secara total sesuai dengan ajaran dan praktik para rasul.

Persekutuan

(3)

sejauh mereka mempertahankanm persekutuan satu sama lain dalam iman apostolic.

Suksesi

Suksesi dalam jabatan harus melindungi dan mempertahankan apostolisitas iman dari seluruh Gereja.Suksesi harus melayani Gereja.

Pada kelanjutannya, Succesio Apostolic tak dapat dipisahkan dengan Roh Kudus. Yesus sendiri menjanjikan bahwa Gereja takkan bisa dihancurkan bahkan oleh maut sekalipun dan akan senantiasa dalam terang Roh Kudus. Oleh Gereja Roh Kudus terus dibawa dalam sejarah karena Gereja menyadari peran yang tak tergantikan dari Roh Kudus sebagai pembimbing arah Gereja berjalan dan mengantar umat Allah menuju pada keselamatan abadi. Roh Kudus hadir dalam dan melalui Succesio Apostolic dan terus menjaga kesatuan akan iman yang sama dan menguatkan Gereja ketika Gereja diterpa badai iman. Gereja takkan mampu bertahan diterpa gelombang zaman tanpa ada peran dan karya Roh Kudus, karena memang dalam Roh Kuduslah kekuatan Allah hadir dan menyatukan Gereja dalam kepelbagaian rupa dan rumusan.

Dalam Perjanjian Baru sendiri posisi kedua belas rasul diusahakan agar tetap 12. Sepeninggal Yudas yang mengkhianati Yesus dan bunuh diri di tanah yang dibelinya, para rasul yang lain lalu berdoa dan memohon petunjuk agar Tuhan sendiri menentukan siapakah yang dikehendaki-Nya untuk menggantikan posisi Yudas. Lalu dibuang undi dan keluarlah Matias sebagai pengganti Yudas Si Pengkhianat. Kisah ini menunjukkan sudah ada usaha dari para rasul sendiri untuk terus melestarikan dan mewariskan apa yang telah Yesus buat. Hal ini juga sama dengan Petrus yang adalah Batu Karang Gereja dan pewarisan apostoliknya.

Cara pewarisan Succesio Apostolic adalah dengan cara penumpangan tangan1 dan menghadirkan Roh Kudus saat penumpangan tangan

dilakukan. Jabatan imamat diteruskan oleh tangan Uskup yang merupakan pengganti dan penerus para rasul.

Struktur dan Hierarki Gereja

(4)

diakon sebagai pembantu uskup sebagaimana yang ada dalam jemaat perdana itu :

1. Para Rasul

Sejarah awal perkembangan Hierarki adalah kelompok 12 rasul. Inilah kelompok yang sudah terbentuk waktu Yesus masih hidup. Seperti Paulus juga menyebutnya kelompok itu " mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku 2". Demikian juga Paulus pun seorang rasul, sebagaimana

dalam Kitab Suci3.

Pada akhir perkembangannya ada struktur dari Gereja St. Ignatius dari Antiokhia, yang mengenal "penilik" (Episkopos), "penatua" (presbyteros), dan "pelayan" (diakonos). Struktur ini kemudian menjadi struktur Hierarkis yang terdiri dari uskup, imam dan diakon.

2. Dewan Para Uskup

Pada akhir zaman Gereja perdana, sudah diterima cukup umum bahwa para uskup adalah pengganti para rasul, seperti juga dinyatakan dalam Konsili Vatikan II4. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa hanya ada dua belas

uskup (karena 12 rasul). Di sini dimaksud bukan rasul satu persatu diganti oleh orang lain, tetapi kalangan para rasul sebagai pemimpin Gereja diganti oleh kalangan para uskup. Hal tersebut juga di pertegas dalam Konsili Vatikan II5.

Tegasnya, dewan para uskup menggantikan dewan para rasul. Yang menjadi pimpinan Gereja adalah dewan para uskup. Seseorang diterima menjadi uskup karena diterima ke dalam dewan itu. itulah tahbisan uskup, "Seorang menjadi anggota dewan para uskup dengan menerima tahbisan sakramental dan berdasarkan persekutuan hierarkis dengan kepada maupun para anggota dewan"6. Sebagai sifat kolegial ini, tahbisan

uskup selalu dilakukan oleh paling sedikit tiga uskup, sebab tahbisan uskup berarti bahwa seorang anggota baru diterima kedalam dewan para uskup7.

3. Paus

Kristus mengangkat Petrus menjadi ketua para rasul lainnya untuk menggembalakan umat-Nya. Paus, pengganti Petrus adalah pemimpin

2 Gal 1:17 3 1 Kor 9:1, 15:9 4 LG 20

5 LG 20 dan LG 22 6 LG 22

(5)

para uskup. Menurut kesaksian tradisi, Petrus adalah uskup Roma pertama. Karena itu Roma selalu dipandang sebagai pusat dan pedoman seluruh Gereja. Maka menurut keyakinan tradisi, uskup roma itu pengganti Petrus, bukan hanya sebagai uskup lokal melainkan terutama dalam fungsinya sebagai ketua dewan pimpinan Gereja. Paus adalah uskup Roma, dan sebagai uskup Roma ia adalah pengganti Petrus dengan tugas dan kuasa yang serupa dengan Petrus. hal ini dapat kita lihat dalam sabda Yesus sendiri : "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." 8

4. Uskup

Paus adalah juga seorang uskup. kekhususannya sebagai Paus, bahwa dia ketua dewan para uskup. Tugas pokok uskup di tempatnya sendiri dan Paus bagi seluruh Gereja adalah pemersatu. Tugas hierarki yang pertama dan utama adalah mempersatukan dan mempertemukan umat. Tugas itu boleh disebut tugas kepemimpinan, dan para uskup "dalam arti sesungguhnya disebut pembesar umat yang mereka bimbing9.

Tugas pemersatu dibagi menjadi tiga tugas khusus menurut tiga bidang kehidupan Gereja. Komunikasi iman Gereja terjadi dalam pewartaan, perayaan dan pelayanan. Maka dalam tiga bidang itu para uskup, dan Paus untuk seluruh Gereja, menjalankan tugas kepemimpinannya. "Di antara tugas-tugas utama para uskup pewartaan Injilah yang terpenting"10. Dalam ketiga bidang kehidupan Gereja uskup bertindak

sebagai pemersatu, yang mempertemukan orang dalam komunikasi iman.

5. Imam

Pada zaman dahulu, sebuah keuskupan tidak lebih besar daripada sekarang yang disebut paroki. Seorang uskup dapat disebut "pastor kepala" pada zaman itu. dan imam-imam "pastor pembantu", lama kelamaan pastor pembantu mendapat daerahnya sendiri, khususnya di pedesaan. Makin lama daerah-daerah keuskupan makin besar. Dengan Demikian, para uskup semakin diserap oleh tugas oraganisasi dan administrasi. Tetapi itu sebetulnya tidak menyangkut tugasnya sendiri

(6)

sebagai uskup, melainkan cara melaksanakannya. sehingga uskup sebagai pemimpin Gereja lokal, jarang kelihatan ditengah-tengah umat.

Melihat perkembangan demikian, para imam menjadi wakil uskup. "Di masing-masing jemaat setempat dalam arti tertentu mereka menghadirkan uskup. Para imam dipanggil melayani umat Allah sebagai pembantu arif bagi badan para uskup, sebagai penolong dan organ mereka"11.

Tugas konkret mereka sama seperti uskup: "Mereka ditahbiskan untuk mewartakan Injil serta menggembalakan umat beriman, dan untuk merayakan ibadat ilahi"

6. Diakon

"Pada tingkat hierarki yang lebih rendah terdapat para diakon, yang ditumpangi tangan bukan untuk imamat, melainkan untuk pelayanan"12.

Mereka pembantu uskup tetapi tidak mewakilinya. Para uskup mempunyai 2 macam pembantu, yaitu pembantu umum (disebut imam) dan pembantu khusus (disebut diakon). Bisa dikatakan juga diakon sebagai "pembantu dengan tugas terbatas". Jadi diakon juga termasuk ke dalam anggota hierarki.

Hubungan Petrus sebagai Batu Karang Gereja dengan sifat-sifat Gereja

Dalam Syahadat Nikea-Konstantinopel, dikatakan: “Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik”. Inilah keempat sifat Gereja. Keempat sifat ini, yang tidak boleh dipisahkan satu dari yang lain, melukiskan ciri-ciri hakikat Gereja dan perutusannya. Gereja tidak memilikinya dari dirinya sendiri. Melalui Roh Kudus, Kristus menjadikan Gereja-Nya itu satu, kudus, katolik dan apostolik. Di sini peran Petrus juga tak bisa ditinggalkan begitu saja karena sifat-sifat Gereja berkaitan erat dengan kehadiran dan fungsi Petrus sebagaimana telah Yesus sendiri berikan pada Petrus.

Gereja yang satu

Katekismus Gereja Katolik menjelaskan bahwa Gereja itu satu, karena tiga alasan. Pertama, Gereja itu satu menurut asalnya, yang adalah Tritunggal Mahakudus, kesatuan Allah tunggal dalam tiga Pribadi - Bapa, Putra dan

(7)

Roh Kudus. Kedua, Gereja itu satu menurut pendiri-Nya, Yesus Kristus, yang telah mendamaikan semua orang dengan Allah melalui darah-Nya di salib. Ketiga, Gereja itu satu menurut jiwanya, yakni Roh Kudus, yang tinggal di hati umat beriman, yang menciptakan persekutuan umat beriman, dan yang memenuhi serta membimbing seluruh Gereja13.

“Kesatuan” Gereja juga kelihatan nyata. Pengikut Kristus dipersatukan dalam pengakuan iman yang satu dan sama, dalam perayaan ibadat bersama terutama sakramen-sakramen, dan struktur hierarkis berdasarkan suksesi apostolik yang dilestarikan dan diwariskan melalui Sakramen Tahbisan Suci. Semua ibadat yang ada dalam Gereja dipersembahkan oleh imam yang dipersatukan dengan uskupnya, yang dipersatukan dengan Bapa Suci, Paus, penerus Petrus.

Namun demikian, Gereja yang satu ini memiliki kemajemukan yang luar biasa. Umat beriman menjadi saksi iman dalam panggilan hidup yang berbeda-beda dan dalam beraneka bakat serta talenta, tetapi saling bekerjasama untuk meneruskan misi Tuhan kita. Keanekaragaman budaya dan tradisi memperkaya Gereja dalam ungkapan iman yang satu. Cinta kasih merasuki Gereja, sebab melalui cinta kasihlah para anggotanya saling dipersatukan dalam kebersamaan dan saling bekerjasama dalam persatuan yang harmonis.

Gereja Yang Kudus

Tuhan sendiri adalah sumber dari segala kekudusan: “Sebab hanya satulah Pengantara dan jalan keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir bagi kita dalam tubuh-Nya, yakni Gereja”14. Kristus menguduskan Gereja, dan

pada gilirannya, melalui Dia dan bersama Dia, Gereja adalah agen pengudusan-Nya. Melalui pelayanan Gereja dan kuasa Roh Kudus, Tuhan mencurahkan berlimpah rahmat, teristimewa melalui sakramen-sakramen. Oleh karena itu, melalui ajarannya, doa dan sembah sujud, serta perbuatan-perbuatan baik, Gereja adalah tanda kekudusan yang kelihatan.

Gereja telah ditandai dengan teladan-teladan kekudusan yang luar biasa dalam hidup para kudus sepanjang masa. Tak peduli betapa gelapnya masa bagi Gereja, selalu ada para kudus besar melalui siapa terang Kristus dipancarkan. Manusia memang rapuh, dan terkadang jemaat juga jatuh dalam dosa; tetapi, selalu ada pertobatan dari dosa dan melanjutkan perjalanan di jalan kekudusan. Dalam arti tertentu, Gereja adalah Gereja kaum pendosa, bukan kaum yang merasa diri benar atau merasa yakin akan keselamatannya sendiri. Salah satu doa terindah dalam Misa

(8)

dipanjatkan sebelum Tanda Damai, “Tuhan Yesus Kristus, jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu.” Meski individu-individu warga Gereja rapuh dan malang, jatuh dan berdosa, Gereja terus menjadi tanda dan sarana kekudusan.

Gereja yang katolik

St Ignatius dari Antiokhia (± tahun 100) mempergunakan kata ini yang berarti “universal” untuk menggambarkan Gereja (surat kepada jemaat di Smyrna). Gereja bersifat Katolik dalam arti bahwa Kristus secara universal hadir dalam Gereja dan bahwa Ia telah mengutus Gereja untuk mewartakan Injil ke seluruh dunia - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku” (Matius 28:19).

Gereja yang apostolik

Kristus mendirikan Gereja dan mempercayakan otoritas-Nya kepada para rasul-Nya, para uskup yang pertama. Ia mempercayakan otoritas khusus kepada St Petrus, Paus Pertama dan Uskup Roma, untuk bertindak sebagai Vicar-Nya (wakil-Nya) di dunia. Otoritas ini telah diwariskan melalui Sakramen Tahbisan Suci melalui suksesi apostolik dari uskup ke uskup, dan kemudian diperluas ke imam dan diakon. Melalui penumpangan tangan ini lalu jabatan para rasul lalu diteruskan sehingga bila semua uskup, imam dan diakon bila ditelusuri jejaknya, maka akan sampai pada Petrus dan rasul yang lain. Di sinilah bukti bahwa pada diri Petrus dan para rasul iman Gereja terus diwariskan dan dilestarikan. Petrus mempunyai tempat penting karena ia adalah pemimpin para rasul dan simbol kesatuan Gereja.

Gereja adalah juga apostolik dalam arti warisan iman seperti yang kita dapati dalam Kitab Suci dan Tradisi Suci dilestarikan, diajarkan dan diwariskan oleh para rasul. Di bawah bimbingan Roh Kudus, Roh kebenaran, Magisterium15 berkewajiban untuk melestarikan,

mengajarkan, membela dan mewariskan warisan iman. Di samping itu, Roh Kudus melindungi Gereja dari kesalahan dalam otoritas mengajarnya. Meski seturut berjalannya waktu, Magisterium harus menghadapi masalah-masalah terkini, seperti perang nuklir, eutanasia, penggunaan KB buatan, prinsip-prinsip kebenaran yang sama diberlakukan di bawah bimbingan Roh Kudus.

Keempat sifat Gereja ini - satu, kudus, katolik dan apostolik - sepenuhnya disadari dalam Gereja Kristus. Sementara Gereja Kristen lainnya

15 Otoritas mengajar Gereja yang dipercayakan kepada para rasul dan penerus para

(9)

menerima dan mengaku syahadat dan mempunyai unsur-unsur kebenaran dan pengudusan, tetapi hanya Gereja Katolik Roma yang mencerminkan kepenuhan dari sifat-sifat ini. Konsili Vatican Kedua mengajarkan, “Gereja itu [yang didirikan Kristus], yang didunia ini disusun dan diatur sebagai serikat, berada dalam Gereja Katolik, yang dipimpin oleh pengganti Petrus dan para Uskup dalam persekutuan dengannya” (Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, #8), dan “Hanya melalui Gereja Kristus yang Katolik-lah, yakni upaya umum untuk keselamatan, dapat dicapai seluruh kepenuhan upaya-upaya penyelamatan” (Dekrit tentang Ekumenisme, #3).

Penutup : Apa yang kupelajari?

Petrus, sebagai Kefas Gereja terus ada dalam sosok yang berbeda. Petrus Si Nelayan memang tealah wafat dengan memlilih untuk disalib terbalik, namun Kefas sebagai Penjaga Iman terus hadir dalam diri Uskup Roma dengan nama yang juga berbeda antara satu pribdai dengan pribadi yang lain. Kefas Bar uterus ada untuk menjaga bahwa warta sukacita yang telah Yesus bawa dan wartakan tetap bergema melampaui batas ruang dan waktu, tak hanya di sini dan di sana, namun di mana-mana samapi ke tempat yang paling jauh sekalipun. Tak hanya pada abad-abad awal kekristenan, namun hingga 20 abad selanjutnya iman dan karya keselamatan itu tetap ada dan bergema membawa harapan yang sama.

Diakui bahwa saat ini, bahkan sejak awal Gereja ada, terus muncul ajaran-ajaran yang membuat Katolik nampak menjadi Gereja yang begitu berdosa, namun iman akan kesatuan dean persekutuan dengan Roma adalah sebuah warisan yang takdapat disangkal karena dari sanalah keselamatan itu terus dijaga dan diwartakan. Kefas, dalam wajah yang baru setiap zamannya, benar-benar telah menjaga tradisi iman seperti yang Yesus sendiri janjikan kepadanya, bahwa Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya”.

Gereja adalah persekutuan manusia-manusia yang mengimani Kristus. Di dalam Gereja juga terus dibawa seluruh kemanusiaan yang melekat pada pribadi-pribadi manusia yang bersatu dalam tubuh mistik Kristus. Tak dapat disangkal bahwa ada pribadi-pribadi yang terlalu dekat kepada dunia ketimbang dekat pada karya Roh Kudus sebagai jiwa Gereja. Tak dapat disangkal bahwa pada sejarahnya, Gereja juga pernah mengalami masa-masa iman yang kering. Namun itu semua bukan akhir dari Gereja.

(10)

akan karya keselamatan yang diwartakan oleh Yesus tetap membutuhkan pemimpin-pemimpin yang menjadi panutan dalam hal ajaran dan karya imanen. Yesus telah mengajarkan hukum yang baru: hukum cinta kasih, yang mana telah Ia ajarkan secara langsung pada para murid. Maka maka murid juga mendapat perintah baru untuk menyebarkan ajaran Yesus yang menggenapi seluruh hukum yang mana telah dibawa oleh para hakim dan nabi Israel. Dan succesio apostolic adalah satu cara di mana kebenaran ajaran dari Yesus sendiri dapat ditelusuri dan terus diimani. Iman juga perlu pemahaman, pemahaman yang menunjukkan iman yang diimani adalah benar.

Gereja adalah perahu Nuh yang membawa keselamatan pada penumpangnya dan Petrus bersama dengan rasul lain adalah Nahkoda yang dipanggil oleh Yesus Sang Nahkoda Kehidupan yang sejati.

Daftar pustaka :

 Gandi SJ, Antonius. Dari Petrus sampai Kita. Yogyakarta: Kanisius, 2003.

 Simbolon SJ, Managamtua. Suksesio Apostolik: Kita Lawan Mereka!. Yogyakarta: Kanisius, 2009.

 Katekismus Gereja Katolik.

 Lumen Gentium.

 McClory, Robert. Paus dan Kekuasaan. Jakarta: Obor, 2009.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kondisi aktual saat ini bahwa hutan alam tidak akan dapat memenuhi kebutuhan kayu di masa yang akan datang, maka pengembangan hutan rakyat yang dibangun di atas

Nilai keeratan atau koefisien korelasi (r) sebesar 0,12 (sangat rendah) artinya BCS memiliki keeratan yang rendah dengan S/C hal ini sesuai dengan hasil dari

Melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan kebijakan Daerah urusan bidang ideologi dan kewaspadaan, wawasan kebangsaan, politik dalam negeri, ketahanan

Pengertian di atas menun- jukkan bahwa sekalipun hubungan hukum antara dokter (atau dokter gigi) dengan pasien adalah ’upaya secara maksimal’, tetapi tidak tertutup

Memahami metoda untuk memonitor perubahan kinerja reservoir , jenis-jenis pengukuran yang dilakukan, dan mampu menganalisa perubahan tekanan, temperatur reservoir, kinerja

Pelaksanaan budaya korporat merupakan salah satu penanda aras kita untuk memberikan perkhidmatan yang terbaik dengan mengunakan tiga elemen yang penting iaitu perkhidmatan

menit - Mahasiswa mendiskusikan masalah yang sudah disusun dosen dalam kelompok kecil - Diskusi kelas - Mahasiswa membuat tugas kompresi dan pengkodean citra Program