• Tidak ada hasil yang ditemukan

KHAZANAH PENERBITAN BUKU ISLAM DI INDONE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KHAZANAH PENERBITAN BUKU ISLAM DI INDONE"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh: Atin Istiarni1

PENDAHULUAN

Dunia penerbitan di Indonesia, khususnya dunia penerbitan Islam, merupakan pengejawantahan dari kontestasi ideologi pemikiran keislaman yang telah berlangsung sejak awal abad 20. Dalam batasan tertentu pula harus diakui bahwa di masa-masa awal kontestasi sampai sekitar tahun 1960-an, kita masih merasakan diskursus yang penuh dialog dan perdebatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika akademik.Hal ini, tentulah sangat berbeda jika kita coba bandingkan dengan kecenderungan dewasa ini, terutama di lima tahun pertama reformasi (1998). Yakni; suasana yang cenderung mengabaikan nilai-nilai etika akademik, penuh intrik politik dan kadang-kadang dilakukan dengan cara-cara kekerasan. Ketidaksetujuan kita terhadap suatu jenis pemikiran kadang-kadang diwujudkan dalam bentuk penyerangan secara fisik kepada pihak lain yang kita anggap sesat pikir dan membohongi umat.

Indonesia adalah Negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. Hal ini dapat dilihat dari data Departemen Agama Republik Indonesia pada rentang tahun 2005-2006 jumlah penduduk muslim Indonesia mencapai 182.083.594 juta jiwa, yang menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam2. Muslim Indonesia yang menjadi mayoritas tersebut tentunya menunjukkan bahwa muslim Indonesia tentunya memiliki pemikiran-pemikiran yang sangat kritis dari latar belakang intelektual dan ekonomi yang cukup mapan. Hal ini terlihat dari fenomena industri buku yang akhir-akhir ini tumbuh pesat, ditandai dengan munculnya penerbit-penerbit buku di berbagai kota di Indonesia. Ada yang cukup menyita perhatian, dari bergairahnyaindustri buku tersebut, yakni maraknya penerbitan buku-buku agama,terutama buku-buku bertemakan Islam.

(2)

Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian Bagian Perpustakaan dan Dokumentasi Tempo. Sejak tahun 1980 hingga 1987 dari 7291 buku yang tercatat dalam Perpustakaan Tempo, terdapat 1949 buku bertemakan agama. "Dari 1949 buku-buku agama itu, ternyata 809 (70,5%) merupakan buku-buku ke-Islaman, 26% tentang Kristen/Katholik dan 3,5% mengenaiHindu/Budha."Meski ia tidak memiliki data tahun-tahun terakhir tentang penerbitan buku-buku Islam, Azyumardi berani mengatakan, bahwa penerbitan buku-buku Islam mengalami peningkatan3. Kondisi ini, kata dia, bisa dilihat dari semakin bermunculan dan mapannya penerbit-penerbit baru yang khusus menerbitkan buku-buku Islam. Contohnya, Mizan, Pustaka Salman, Pustaka Panjimas, Pustaka Firdaus, al-Bayan, Gema Insani Press dan lain-lain.

Tonggak baru dalam dunia penerbitan buku Islam di Indonesia, khususnya buku-buku terjemahan dari bahasa Arab terjadi pada dekade 1950-an, yang ditandai dengan munculnya beberapa penerbit terkenal seperti Toha Putra (Semarang), Menara (Kudus), dan Bulan Bintang(Jakarta), baik Toha Putra maupun Menara telah menerbitkan sejumlah teks klasik yang disertai dengan terjemahan berbahasa Jawa atau Indonesia, disamping karya-karya asli para ulama Jawa4. Sementara itu, Bulan Bintang didirikan pada 1951 oleh wartawan dan politisi Abdul Manaf Zamzami, yang lebih dikenal dengan Amelz. Buku pertamanya adalah Islam dan Socialisme, ditulis oleh H.O.S. Tjokroaminoto, Pemimpin Sarekat Islam, disusul dengan dua buku Tjokroaminoto yang lain. Bulan Bintang mencapai puncak kejayaannya pada 1977-1978, ketika menerbitkan 10 judul buku baru per bulan, dan perlahan menurun pada 1980-an dengan hanya 3 sampai 5 judul buku baru per bulan. Pada 1982, Amelz meninggal dunia, meninggalkan Bulan Bintang dengan sejumlah persoalan manajerial yang tak teratasi5.

3 http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1995/10/25/0005.html

4 Abdul Munip, Transmisi Pengetahuan Timur Tengah Ke Indonesia: Studi Tentang Penerjemahan Buku Berbahasa Ara di Indonesia 1950-2004. (Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2008) hlm.5

(3)

Berghairahnya industri perbukuan Islam di Indonesia tentunya memperkaya khazanah intelektual muslim Indonesia khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Selain itu hadirnya para penerbit juga berkaitan dengan perpustakaan, perpustakaan tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya penerbit, dan penerbitan buku dari berbagai jenis yang sebagian besar penjualan buku kepada perpustakaan tidak dapat berlangsung tanpa adanya perpustakaan6. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang sangat erat antara industri penerbitan buku-buku Islam dan perpustakaan.

PEMBAHASAN

1. Periodesasi Penerbitan Buku Islam di Indonesia

Merujuk ke uraian Ignas Kleden tentang penerbit dan penerbitan buku diperoleh pengertian bahwa penerbitan buku adalah seni dan ilmu tentang membuat dan mendistribusikan buku, yang mencakup perjalanan sebuah naskah dari saat mengambil ujud di pikiran pengarang hingga mencapai public dalam bentuk buku7. Penerbitan berurusan dengan fungsi-fungsi mereka yang bekerja untuk menciptakan naskah, percetakan serta distribusi buku. Pribadi atau institusi yang merencanakan, mengkoordinasi pekerjaan yang berhubungan dengan berbagai aspek yang berbeda-beda dari usaha itu– penulisan, editing, ilustrasi, percetakan, penjilidan, penggudangan, penjualan, dan pembiayaan pada tahap-tahap yang berbeda selama waktu satu tahun atau lebih – disebut penerbit. Bertitik tolak dari pengertian diatas maka, penerbit buku islam adalah institusi yang mempromotori terwujudnya buku-buku menganai Islam dalam aspeknya yang luas, serta kemudian menyebarluaskannya ke masyarakat pembaca. Dalam perkembangannya, penerbitan menjelma menjadi sebuah industri, karenanya institusi penerbitan buku mengambil bentuk perseroan dagang seperti PT (Perseroan Terbatas) ataupun CV., dalam hal ini, penerbit buku Islam pun telah mengambil bentuk usaha dagang.

6 Ceria Isra Ningtyas. Perkembangan Buku Literatur, Skripsi. (Jakarta: FIB Universitas

Indonesia,2008) hlm 5-6

7Taryadi dalam Abdullah Fadjar, Khasanah Islam Indonesia. (Jakarta: The Habibie Center,

(4)

Haidar Bagir, Direktur Utama PT Mizan Publika, mengatakan bahwa kegairahan baru masyarakat terhadap agama yang dimanifestasikan terhadap buku-buku keagamaan sebenarnya bukan merupakan persoalan baru. Bahkan, menurut Bagir, fenomena ini tidak hanya terjadi pada kalangan Muslim, tetapi sudah menjadi gejala umum. Tahun 1974, misalnya, Alvin Toffler menerbitkan buku yang menjelaskan kegairahan baru orang Amerika terhadap agama, dengan munculnya lebih dari 1.000 paguyuban kultus-kultus.

Di Indonesia, selain munculnya kalangan intelektual santri yang memacu pertumbuhan buku-buku bertemakan Islam, terdapat pula kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat kelas menengah akan makanan rohani. Dari sisi ekonomi, bisa jadi kalangan ini sudah mampu mencapai kemakmuran. Namun, kebahagiaan tampaknya belum melekat sepenuhnya. Kalangan demikian tampaknya mengalami gejala kekosongan spiritual, seperti yang dialami masyarakat negara maju. Ini menjadi salah satu penyebab konsumen terbesar buku-buku Islam berasal dari kalangan menengah yang mengalami kegairahan baru terhadap agama.

(5)

lewat agama. Tidak mengherankan jika kemudian buku-buku tasawuf dan fikih sangat digemari masyarakat.

Dalam buku berjudul Khasanah Islam Indonesia yang ditulis oleh Abdullah Fadjar, dkk menyebutkan bahwa sekuarang-kurangnya dari sekitar 1000 judul buku yang meliputi aneka ragam tema kehidupan, peneliti membuat sejumlah penggolongan besar untuk keperluan penyusunan monografi . Penggolongan ini dalam berbagai hal berbeda dari yang dilakukan para penerbit yang dikunjungi. Adapun penggolongan tersebut adalah 8:

1. Buku Doktrin Islam dan pengamalannya, dalam mencari buku-buku ini sangatlah mudah, baik ditoko buku besar maupun kecil, gaya penyajian dalam buku ini pun sangat beragam.

2. Buku Islam Kajian Ilmu Sosial – Humaniora, dalam perpustakaan kita sering membaca buku-buku yang ditulis oleh Prof. Dr. A. Mukti Ali, beliau mengutarakan bahwa perlunya ilmu-ilmu social juga melakukan kegiatan-kegiatan riset masalah keagamaan.

3. Buku Islam Kajian Sains, contoh. Buku berjudul Keruntuhan Teori Evolusi karya Harun Yahya yang meruntuhkan teori Darwin adalah salah satu contoh buku tentang Islam Kajian Sains.

4. Buku Pemikiran Islam, buku-buku tentang pemikiran Islam karya H. Agus Salim, STA, sampai dengan A. Syafii Maarif mewarnai daripada khasanah buku-buku tetang Pemikiran Islam Ini.

5. Buku Islam Sufistik atau Esoterik, contoh dari buku ini adalah buku berjudul Dunia Rumi : Hidup dan Karya Penyair Besar Sufi (2002) yang diterbitkan oleh Pustaka Sufi.

6. Buku Islam Kajian Wanita dan Gender, buku-buku Islam Agama Ramah Perempuan – Lkis, Argumen Kesetaraan Gender : Perspektif Al-Quran – Paramadina, dll adalah contoh buku-buku tentang hal ini.

(6)

7. Buku Riwayat Islam (tentang kisah, tokoh, dan biografi), sangat banyak buku-buku riwayat Islam mengenai tokoh-tokoh dan biografi, mengingat banyak orang yang bisa dijadikan teladan.

8. Buku Islam untuk Anak dan Remaja, buku-buku berjudul 10 Kiat mempersiapkan Anak Prasekolah Berpuasa – Ery Soekresno, Oni dan Semut Hitam – Sigit Widiantoro, dll merupakan contoh-contoh buku untuk segmentasi anak dan remaja.

9. Buku Fiksi Islam, beberapa buku fiksi terkenal Layar terkembang karya STA, Siti Nurbaya karya Marah Rusli, Salah Asuhan karya Abdoel Moeis, dll

Azyumardi Azra menilai, kian meningkatnya penerbitan peredaran buku-buku Islam dalam dasawarsa-dasawarsa terakhir, tidak hanya ditandai dengan keragaman disiplin keilmuan keislaman, tapi juga oleh keragaman wacana yang berkembang. Antusiasme pembaca dan penerbit kepada buku-buku Islam pada satu pihak, dan kenyataan sulitnya mendapatkan naskah-naskah asli karangan "ulama", pemikiran dan cendekiawan, mendorong penerbit untuk melirik buku-buku terjemahan dari asing, terutama berbahasa Arab dan Inggris yang diterbitkan di berbagai tempat di luar Indonesia9.

Penerbitan buku-buku Islam dari masa ke masa terus memiliki perkembangan baik dari segi content maupun cirri khas dari penerbit-penerbit itu sendiri, disini penulis membaginya kedalam beberapa kelompok yang didasarkan pada arah pemikiran-pemikiran pada dunia Islam baik dilatarbelakangi oleh politik, budaya maupun ekonomi.

1.1 Penerbitan Buku Islam Indonesia 1950-1969

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Maka wajar saja apabila kegiatan perbukuan di Indonesia banyak diwarnai oleh penerbitan bernuansa ke-Islaman. Di Indonesia penerbitan

(7)

buku-buku Islam sebenarnya telah tumbuh dan berkembang sejak lama. Pada tahun 1949 misalnya telah lahir Penerbit Ma’arif dengan terbitan utama Al-Qur’an. Kemudian pada tahun 1951 Abdul Manaf Zamzami yang lebih dikenal sebagai Amelz mendirikan penerbit Bulan Bintang, dengan buku pertama berjudul Islam dan Sosialisme karya HOS. Cokroaminoto. Selanjutnya Bulan Bintang banyak menerbitkan buku-buku terjemahan dan karya-karya tokoh Islam nasional seperti Hasbi As-Shiddieqy, A. Hasjmy, Hamka, Syafruddin Prawiranegara, dll. Dalam perjalanannya, Bulan Bintang menjadi penerbit Islam paling penting pada periode 1960-an hingga 1970-an.10

1.2 Penerbitan Buku Islam Indonesia 1970-1989

Pada akhir tahun 70-an dan awal tahun 80-an kita dapat menyaksikan suatu gelombang baru pergerakan dinamis pemuda Islam di Indonesia.11 Hal ini dapat terlihat pada kalangan mahasiswa muslim Indonesia terutama di Jakarta. Masjid-masjid di dalam maupun di sekitar kampus semarak oleh kegiatan keislaman seperti Masjid Salman (ITB), Arief Rahman Hakim (UI), Al-Ghifari (IPB), dan Jama’ah Shalahudin (UGM). Aktivitas keislaman yang mereka lakukan tidak hanya sebatas ritual seperti sholat dan membaca Al-Qur’an. Lebih dari itu mereka juga mengembangkan aktivitas sosial dan dan intelektual, mahasiswa-mahasiswa muslim ini banyak mempelajari Islam dengan cara berbeda dengan para pendahulunya. Mereka banyak mengkaji berbagai jenis buku pemikiran Islam dari negara-negara Islam lain seperti Mesir, Iran, Arab Saudi, dan negara lainnya. Pada era ini, H.A. Malik Fadjar mengatakan bahwa kampus dan kelompok terpelajar Muslim sudah banyak berkenalan dengan pemiliran Maududi, Maryam Jameelah, Hasan Al Banna, Shariati, dan lain-lain.12

Kegiatan-kegiatan mengakses ilmu dari pemikir-pemikir Islam tersebut sangatlah sulit dilakukan bila tidak ada usaha penerjemahan terhadap karya-karya

10 Ceria Isra Ningtyas, Perkembangan Buku,… hlm.28

11 Widjanarko, Putut dan Karlina Leksono. Elegi Gutenberg: memposisikan buku di era cyberspace. (Bandung: Mizan, 2000) hlm. 23

12 Fadjar, H. A. Malik. Buku Agama dan Pengaruh Sosialnya. (Jakarta: Yayasan Buku Utama,

(8)

mereka. Maka pada saat inilah muncul beberapa penerbit buku Islam. Penerbit-penerbit ini menawarkan karya-karya terjemahan buku-buku pemikiran Islam dari berbagai tokoh di dunia Islam. Karena para pemikir tersebut memiliki metodologi serta visi keilmuan yang beranekaragam, maka muncullah dinamika intelektual yang positif di kalangan pemuda Islam Indonesia. Selanjutnya, hadirnya penerbit-penerbit buku Islam ini berperan sebagai stimulus pergerakan pemuda Islam Indonesia. Serta buku-buku Islam yang telah diterbitkan menjadi bahan rujukan kaum intelektual muda Islam saat itu hingga kini.

Azyumardi Azra memaparkan gejala yang tampak jelas terjadinya pertumbuhan literatur Islam justru di awal 1980-an. Rektor Universitas Islam Negeri Jakarta ini memaparkan bahwa perkembangan yang terjadi tidak lepas dari pengaruh revolusi Iran tahun 1979 yang menimbulkan perhatian dan minat masyarakat terhadap Syiah dan cendekiawan Syiah, seperti Ali Syariati dan Syekh Syaid Nasir. Dari minat kepada kedua cendekia tersebut selanjutnya merambah kepada para pemikir Islam yang lainnya. Sementara kegairahan tengah berlangsung, di saat yang bersamaan kegairahan terhadap suasana keislaman puntengah tumbuh subur di negeri ini. Suasana inilah yang mendorong lahirnya penerbit-penerbit buku Islam. Di antara sekian banyak penerbit Islam yang ada di Indonesia, empat di antaranya lahir dari nuansa keislaman di kampus-kampus yaitu Pustaka Salman (1980), Shalahudin Press (1983), Mizan (1983), dan Gema Insani Press (1986).

Dari keempat penerbit tersebut yang yang kemudian berkembang menjadi besar hingga sekarang adalah Mizan dan Gema Insani Press. Bahkan kedua penerbit ini hingga kini merupakan dua penerbit Islam terbesar di Indonesia. Sementara Shalahuddin Press yang diprakarsai oleh para mahasiswa UGM yang sangat aktif dan dinamis, telah berhenti menerbitkan buku pada tahun 1988-1989 diperkirakan akibat masalah manajerial.13 Selain itu, Pustaka Salman yang telah menerjemahkan berbagai karya penting Fazlur Rahman (tokoh neomodernis Islam asal Pakistan), dan karya Edward Said seperti ”Orientalisme”.

(9)

Buku-buku seperti pemikiran dan politik Islam, ekonomi Islam, seni dan budaya Islam, filsafat Islam, dan sebagainya sudah banyak terbit dan beredar di masyarakat. Mizan adalah satu contoh dari penerbit yang memiliki ciri khas dalampenerbitan mengenai pemikiran-pemikiran dalam Islam tersebut. Di samping itu, juga terjadi kemajuan dalam hal penyajian informasinya maupun artistiknya.

1.3 Penerbitan Buku Islam Indonesia 1990-2000

Tradisi keilmuan Islam ini terus bergulir seiring dengan perjalanan waktu. Penerbitan buku Islam terus mengalami peningkatan pada tahun 1990-an. Bahkan makin marak pada awal tahun 2000. Penerbitan buku Islam di Indonesia telah berkembang baik dari sisi kuantitas dan kualitas isi dari pengetahuan sesuai konteks tersebut sejak tahun 1998. Buku terjemahan dalam konteks Islam seperti Marx tentang agama, karya Karen Amstrong mengenai Allah SWT dan Rasul-Nya, Muhammad SAW, buku-buku tentang sufisme dan lainnya melaju sesuai dengan publikasi dari pengembangan originalitas buku-buku Islam.

Keadaan ini amat berbeda dibandingkan pada jaman Orde Baru, ketika para pemikir dan aktivis Islam terpaksa diam-diam menerbitkan buku mereka. Dalam ulasan tentang perbukuan Islam di Indonesia, Peeters (1998) menyatakan, yang dikutip Pendit (2007), bahwa sejak 1980-an sebenarnya sudah ada upaya dari para intelektual yang baru pulang dari belajar di Timur Tengah untuk menerjemahkan karya-karya penulis Islam bagi kepentingan dakwah. Penerbit Ishlahy yang didirikan oleh Abdi Sumaithi (kini dikenal dengan sebutan Abu Ridho), seorang aktivis dakwah Islam, menerbitkan karya-karya Hasan Al Banna, Musthafa Masyhur, dan Sa’id Hawwa. Karya Sayyid Quthb, Ma’alim fit Thariq diterjemahkan sebagai Petunjuk Jalan oleh Rahman Zainuddin dan diterbitkan oleh Media Dakwah. Banyak dari buku ini kemudian masuk ke kampus dan menjadi buku bacaan inti dari para pendakwah yang berbasis di kampus.14

(10)

Ketika pemerintahan Orde Baru menganggap gerakan-gerakan dakwah ini mengganggu ketertiban, penerbitan buku-buku Islam sempat terganggu dan oplah mereka pun terbatasi. Ketika Orde Baru tumbang, penerbit-penerbit buku Islam bermunculan kembali. Salah satu yang sukses dan bertahan sejak dulu adalah Penerbit Mizan dari Bandung.

Analisa mengenai perbukuan Islam Indonesia yang terkait dengan kondisi politik, sosial budaya dan ekonomi dengan dapat dilihat dari hal-hal di bawah ini: Pertama, Era Reformasi juga menyentuh bidang informasi yang terlihat pada konteks kekuasaan penyelenggara negara. Pemerintahan pasca reformasi di Indonesia didominasi oleh para alim ulama (Kyai/Mullah), cendikiawan Muslim dan kelompok penganut demokrasi. Tampuk kekuasaan demikian mengubah pendekatan pemerintah dalam mendidik masyarakatnya. Dengan demikian, tingkat pendidikan semakin maju dan masyarakat semakin sadar kebutuhannya akan ilmu di era informasi kini. Tak hanya itu, situasi ini dapat ditunjukkan dengan adanya kebebasan dalam pengembangan serta akses ke sumber pengetahuan Islam. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya terbitan yang terkait dengan ataupun mengenai Islam telah diterbitkan sejak Era Reformasi dan pada saat itulah menjadi masa berkembangnya penerbitan buku Islam.

Kedua, masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam semakin meningkat dalam hal kesadaran beragama. Masyarakat Muslim Indonesia mulai menunjukkan minat mereka untuk membaca buku-buku agama. Hal ini dikarenakan orang Indonesia ingin menemukan akar budayanya, yaitu Islam. Sejak dulu mereka beragama Islam tetapi belum sempat mendalaminya.15 Bukan saja buku-buku agama yang memuat petunjuk dan ajaran agama, tetapi segala macam buku yang berkaitan dengan Islam pun mulai mendapat tempat di pasaran.

(11)

pada tahun 1999-2000 bisa mencapai oplah 120.000 menyaingi majalah Tempo atau majalah populer Gadis.16

Ketiga, penerjemahan buku-buku Islam menjadi kegiatan yang semarak dan digemari hasilnya oleh pembaca. Buku-buku Islam terjemahan menjadi populer dikarenakan pada masa Orde Baru masyarakat tidak dapat leluasa menuruti selera intelektualnya. Atas dasar itu, banyak penerbit memanfaatkan kesempatan ini menerbitkan buku-buku terjemahan. Hal ini dimaksudkan tidak hanya sebagai lahan bisnis yang menguntungkan, buku juga dianggap sebagai jembatan untuk mengetahui informasi atau perkembangan Islam di negara-negara lain. Buku-buku terjemahan yang dipasarkan di Indonesia sebagian besar berasal dari negeri-negeri Arab juga dari akademisi atau orientalis Barat. Tak hanya itu, ternyata buku-buku terjemahan juga menyemai lahirnya buku-buku Islam yang ditulis asli dalam bahasa Indonesia oleh para akademisi dan penulis di Indonesia. Kemudian pada akhirnya buku Islam menjadi media atas kebebasan belajar ilmu-ilmu Islam baik dalam format buku tercetak maupun format elektronik yang dikenal dengan sebutan electronic book atau e-book.17

1.4 Penerbitan Buku di Indonesia Sekarang

Sudah Beberapa Tahun Sebelumnya Industri penerbitan Indonesia masih sulit berkembang karena menghadapi masalah klasik, terutama pembajakan dan perkembangan tren buku elektronik (e-book). Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Lucya Andam Dewi mengemukakan industri penerbitan di Indonesia jalan di tempat dalam beberapa tahun terakhir karena banyak masalah klasik belum terpecahkan.

Pada saat ini, ketika terbitnya buku baru yang keluar, tindakan para pembajakannya sudah marak beredar. Disisi lain hal ini sangat merugikan penerbit

16 Damanik, Ali Said.Fenomena Partai Keadilan: Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah di Indonesia. Jakarta: Teraju, 2002)

17http://arizona.openrepository.com/,

(12)

dan penulis. Selain itu, kemajuan teknologi juga mulai menggeser cara membaca sebagian masyarakat perkotaan dengan mengakses buku elektronik di Internet. Tren buku elektronik ini telah menekan penjualan di toko buku.

Kondisi industri penerbitan cukup menghawatirkan karena masih dianggap sebagai perusahaan komersial yang penuh dengan pungutan pajak. Padahal, industri ini juga mengandung unsur edukatif dan berperan mencerdaskan bangsa. Beragam masalah ini berimbas pada menurunnya minat penulis karena mereka sering menerima royalti yang minim. Akibatnya jumlah buku berkualitas yang dicetak di Indonesia semakin minim.18

2. Ideologi di Balik Nama Penerbit

Rumah-rumah penerbitan buku-buku Islam besar dan modern pertama kali mulai muncul pada pertengahan tahun 1980an dan tidak terlalu bertema ideologi. Nama rumah penerbitan yang terbesar, Mizan (artinya “seimbang”) mencerminkan komitmennya untuk memberikan pilihan buku-buku yang sangat luas, dari topik keagamaan hingga topik yang lain bagi para intelektual Muslim. Gema Insani Press, yang didirikan tahun 1986, masuk ke pangsa pasar buku-buku yang menyebarkan tentang solidaritas Islam internasional. Keberhasilan penjualan buku yang mereka terbitkan pertama kali, sebuah terjemahan tulisan dari Abdullah Azzam berjudul “War in Afghanistan (Perang di Afghanistan)”, bahkan mengejutkan penerbitnya. Saat ini Gema Insani mengklaim telah menerbitkan lebih dari 1,000 judul buku, dan daftar judul buku yang mereka miliki mencerminkan sebuah keberagaman yang meliputi berbagai ideologi.

Namun kemudian penyebaran buku-buku dan tulisan segera dilihat menjadi sebuah metode dakwah yang penting, terutama bagi kelompok-kelompok konservatif, dan berbagai kelompok atau aliran Islam mulai mengeluarkan buku-buku mereka, majalah, kaset dan belakangan VCD, seringkali lewat toko-toko buku, distributor dan situs mereka sendiri. Era Intermedia (www.eraintermedia.com) sangat dikaitkan dengan Ikhwan ul-Muslimin dan 18 Dalam

(13)

sejawatnya di Indonesia, Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Sebuah katalog penerbit salafi memiliki lebih dari 100 judul buku. Hizb ut-Tahrir, gerakan internasional yang bekerja untuk menegakkan khilafah, memiliki beberapa anak penerbitan dan juga tabloid Suara Islam dan majalah bulanan, al-Wa’ie. Majelis Mujahidin Indonesia, organisasi terbuka yang dipimpin Abu Bakar Ba’asyir, yang memperjuangkan penegakan hukum Islam, juga memiliki majalah sendiri, Risalah Mujahidin, dan sebuah rumah penerbitan, Wihdah Press.

Sementara itu, Crisis Group Asia Report N°147, 28 Pebruari 2008 melakukan penelitian mengenai penerbit buku-buku Jemaah Islamiyah dan mencatat bahwa sebagian besar penerbit buku-buku Jemaah Islamiyah berada di solo dan Klaten19. Penerbit-penerbit itu didirikan oleh sebagian besar mantan santri di pondok pesantren Ngruki pimpinan Abu Bakar Ba’asyir. Penerbit-penerbit itu antara lain:

a Al-alaq memiliki anak penerbit bernama Wa- islama

b Al-Qowam memiliki anak penerbit Wacana Ilmiah Press dan Mumtazam, memiliki majalah Ar-Risalah

c Kelompok Al-Aqwam memiliki dua perusahaan yakni Aqwam dan Jazera yang kemudian resmi menjadi PT Aqwam Media Profetika, kemudian penerbitan majalah bulanan JI dan An-Najah.

d Kafayeh Cipta Medika (KCM)

e Ar-Rahmah Media. Arafah Group memiliki anak penerbitpustaka arafah, media islamika, granada mediatama,Samudra,

Keberhasilan kelompok Solo selama lima tahun belakangan telah mendorong lahirnya sejumlah perusahaan penerbitan dan anak penerbitan baru, sebagian besar berhubungan dengan rumah-rumah penerbitan yang sudah berjalan. Tahun 2007 diantaranya adalah Pustaka Al-Amin, dengan anak penerbitan, Az-Zahra, yang tampaknya dijalankan oleh Ahmad Fakhrurozi, yang juga bekerja sebagai penterjemah buat KCM. Rumah penerbitan ini memasang iklan di ar-Risalah dan menggunakan desainer yang sama dengan penerbit lain, Gobaqsodor. Editor

lay-19 Crisis Group, Indonesia: Industri Penerbitan Jemaah Islamiyah, Asia Report

(14)

out nya, Paman Lee alias Bayan, adalah salah seorang alumni Afghan JI. Lokasi rumah penerbitannya adalah di Boyolali, bagian Barat Solo.

Yang lain termasuk Abyan, Pustaka Iltizam, Ziyad Visi Media dan ad-Dakwah, semuanya di Surakarta, Solo, tapi dengan alamat yang berbeda, dan WAFA press di Klaten. Paling sedikit dua pendatang baru tampaknya adalah anak penerbitan dari percetakan besar, antara lain, Insan Kamil kelihatannya merupakan anak penerbitan yang baru dari Aqwam Group yang menangani buku-buku tentang gaya hidup, dan Roemah Buku memakai pengarang, desainer dan topik yang sama dengan Granada Mediatama dari Arafah Group tapi mengklaim memiliki hubungan dengan distributor besar di Jakarta.

(15)

27. Gramedia

Penerbitan buku-buku Islam menjadi industri yang sedang booming di seluruh Indonesia saat ini, dan jumlah penerbit-penerbit baru terus bertambah. Acara tahunan Pameran Buku Islam (Islamic Book Fair) di Jakarta pada tahun 2004 diikuti oleh 73 peserta pameran, dan tahun 2007 sebanyak 167 peserta; sementara itu pameran buku 2008 dari tanggal 1-9 maret 2008, kemungkinan diikuti lebih banyak peserta.4 Pameran-pameran serupa diselenggarakan di Padang, Palembang, Lampung, Banten, Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Solo, Semarang, dan Surabaya. Sebuah survey tahun 2005 yang dilakukan oleh IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), menemukan bahwa hampir sepertiga dari 10,000 buku yang diterbitkan tiap tahun oleh anggotanya adalah buku-buku mengenai Islam. Buku-buku Islami adalah buku-buku yang paling mungkin menjadi best-seller. Rata-rata sekali cetak untuk buku-buku non-Islam adalah 2,000 eksemplar; sebuah buku dinyatakan menjadi best-seller kalau penjualannya mencapai 5,000 eksemplar. Banyak buku-buku Islami yang mulai dengan 3,000 sampai 5,000 dan bahkan sampai 10,000 eksemplar sekali cetak20.

(16)

Data IKAPI terbaru tahun 2011 menunjukkan bahwa 70 persen distribusi buku fiksi maupun nonfiksi terserap di pulau Jawa dan Bali. Di samping karena sebagian besar penerbit berproduksi di pulau Jawa, hal ini juga disebabkan tingginya biaya pengiriman buku ke luar Jawa21, inilah salah satu faktor yang mempengaruhi banyaknya perusahaan penerbitan buku yang didirikan di pulau Jawa. Selain faktor itu, banyaknya pusat-pusat pendidikan Perguruan Tinggi yang ada di Pulau Jawa dimana para mahasiswanya tentu memiliki kegiatan-kegiatan kajian yang dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok diskusi islam. Seperti yang terjadi di ITB yang menjadi dasar munculnya pustaka Salman, kemudian dari UGM, dan lain sebagainya. Adanya pusat pendidikan tinggi juga memnyebabkan buku-buku Islam banyak dikonsumsi oleh mahasiswa mauoun aktivis sebagai referensi kuliah maupun sebagai referensi untuk diskusi.

Bukan hanya pendidikan Perguruan Tinggi yang menyebabkan maraknya pendirian penerbit buku islam, akan tetapi juga adanya Pondok Pesantren.Sebagai contok Pondok Pesantren Ngruki pimpinan Abu Bakar Ba’asyir dimana alumni-alumni pondok tersebut mendirikan penerbit-penerbit yang berkembang sangat pesat di sekitaran pondok sebagai sarana dakwah kelompok Jamaah Islamiyah (JI).

Tiga faktor tersebut merupakan penyebab tidak meratanya penerbit-penerbit buku Islam di Indonesia. Padahal banyak penulis-penulis atau pengarang dan pujangga dahulu yang asalnya dari Luar Jawa seperti Azzyumardi Azra, Buya Hamka, penulis fiksi dan roman seperti Abdoel Moeis dan lain sebagainya. Namun hal tersebut tidak berbanding lurus dengan jumlah penerbit yang aa di wilayahnya, karena faktor konsumen yang juga berbeda.

4. Kecenderungan tema buku-buku Islam yang menjadi Best-Seller

Buku-buku Islami adalah buku-buku yang paling mungkin menjadi best-seller. Rata-rata sekali cetak untuk buku-buku non-Islam adalah 2,000 eksemplar; sebuah buku dinyatakan menjadi best-seller kalau penjualannya mencapai 5,000

(17)

eksemplar. Banyak buku-buku Islami yang mulai dengan 3,000 sampai 5,000 dan bahkan sampai 10,000 eksemplar sekali cetak.

Tema-tema buku Islami yang selama ini menjadi best-seller adalah22:

a Islam Politik

Islam politik, beberapa pengamat menggunakan istilah Islamis, untuk menyebut gagasan bahwa Islam tidak membedakan antara ranah privat dan publik; memandang bahwa hubungan antara agama dan keseluruhan aspek kehidupan Muslim, termasuk kehidupan sosial politik, adalah suatu keniscayaan. Maka, dukungan terhadap khilafah Islam dan penerapan syariat Islam dalam lingkup negara merupakan isu utama dalam Islam politik ini. Beberapa buku yang berkaitan dengan gagasan Islam politik ini adalah Khilafah dan Pemerintahan dalam Islam, Islam dan Khilafah, Khilafah dan Kerajaan: Evaluasi Kritis atas Kerajaan Pemerintahan Islam, Hukum dan Konstitusi: Sistem Politik Islam, Sistem Pemerintahan Islam: Doktrin, Sejarah dan Realitas Empirik, dan Teori Politik Islam.

Adapun beberapa penulis utama dalam kategori Islam politik ini adalah Abul A’la al-Maududi yang dalam karir hidupnya berhasil menulis setidaknya sekitar 120 buku dan pamflet. Selain itu, ada juga Taqiyuddin an-Nabhani. Beberapa karyanya yang mencoba mengusung wacana Islam politik ini diantaranya adalah Nizham al-Islam, sebuah buku yang pada gilirannya menjadi bacaan wajib anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Buku-buku lain yang ia tulis diantaranya adalah Nizham al-Islam, At-Takattul al-Hizby, Mafahim Hizb at-Tahrir, Nizham al-Hukmi fi al-Islam, Ad-Dawlah al-Islamiyah, Al-Khilafah.

Di dalam katalog GIP juga terdapat beberapa judul buku yang berkaitan Islam politik. Beberapa di antaranya adalah Khilafah: Tinjauan Wahyu dan Akal, Syura Bukan Demokrasi, Imamah dan

22 Pemetaan Buku-Buku Keagamaan di Perguruan Tinggi Umum. Kerjasama

(18)

Khilafah dalam Tinjauan Syar’i, Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan dalam Takaran Islam, dan Teori politik Islam.

b Purifikasi Islam

Selain buku-buku yang bertendensi memberikan gambaran utuh tentang Islam dengan merujuk ke generasi awal (salafi), dalam kategori ini adalah buku-buku yang berkecenderungan meluruskan dan menyerang pemikiran, paham, dan ajaran yang dianggap sesat dan menyimpang. Dalam kaitan ini adalah gagasan Islam liberal, ajarah Syiah, dan berbagai pemikiran yang mencoba mengadopsi pemikiran-pemikiran modern dalam memahami ajaran Islam.

Di antara penulis-penulis yang terpenting adalah Sayyid Qutb, Said Hawa, Yusuf al-Qardhawi. Kesemuanya dari Timur Tengah. Sementara dari penulis lokal terdapat nama-nama seperti Hartono Ahmad Jaiz, Adian Husaini, Ahmad Sumargono, dan Ismail Yusanto. Beberapa penulis Timur Tengah yang banyak menulis tema-tema purifikasi Islam adalah Sayyid Qutb. Selian menulis tafsir Fi Zilalil Quran, ia juga dikenal dengan bukunya yang sangat cukup fenomenal Petunjuk Jalan. Dalam sejarahnya, buku inilah yang menjadi pegangan wajib para aktivis gerakan Islam pada era 1980-an. Buku penting lainnya yang ia tulis dan telah diterbitkandi Indonesia adalah Karakteristik Konsepsi Islam.

Penulis lain yang kerap menjadi juru bicara Islam puritan adalah Adian Husaini yang hingga kini setidaknya telah menulis sekitar 25 judul buku. Di antara buku-buku tersebut yang terkait dengan purifikasi Islam adalah Islam Liberal: Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan, dan Jawabannya, Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular-Liberal, Pluralisme Agama: Fatwa MUI yang Tegas dan Tidak Kontroversial, dan Pluralisme Agama: Parasit Bagi Agama-agama.

(19)

Tema penting lainnya yang terkait dengan penerbit buku-buku Islam puritan ini adalah berkenaan dengan isu-isu perempuan, pernikahan, dan rumah tangga (domestik). Di antara isu utama yang paling sering dikemukakan adalah dukungan terhadap poligami dan pernikahan dini, serta cara pandang pada wanita atau istri yang bias jender dan dalam perspektif patriarkal.

Penafsiran yang literal dan ortodoks, sebagaimana yang kerap menjadi rujukan kelompok puritan, membolehkan poligami. Buku-buku yang terkait dengan isu ini, misalnya Poligami dari Berbagai Persepsi, Wanita antara Jodoh, Poligami, dan Perslingkuhan, Poligami: Solusi atau Masalah?, Terkadang Satu Istri Tidak Cukup, dan Indahnya Poligami: Pengalaman Keluarga Sakinah Puspo Wardoyo.

Selain itu, terdapat juga tema-tema tentang pernikahan, termasuk kampanye pernikahan dini. Beberapa di antaranya adalah Tuntunan Pernikahan dan Perkawinan, Di Ambang Pernikahan, Pernikahan Sukses, Cara Mudah Cepat Nikah, dan Indahnya Pernikahan Dini.

Yang terakhir adalah berkenaan dengan isu yang bias jender, atau melihat perempuan atau istri dalam cara pandang patriarkal yang harus mengabdi dan menuruti suami. Buku-buku dalam tema ini adalah Kesalahan-Kesalahan Istri: Sikap Yang Diambil Apabila Istri Bersalah, Menjadi Istri Penuh Pesona, Yang Harus Diketahui Istri, Bila Engkau Menjadi Istriku Nanti, Emansipasi, Adakah Dalam Islam?,Wanita Karier Dalam Perbincangan, 30 Larangan Agama Bagi Wanita, dan 100 Dosa Yang Diremehkan Wanita,

(20)

Indonesia, di antaranya adalah Istri Salehah, Wanita Harapan Tuhan, Fiqih Wanita.

Selain itu, salah satu penulis lokal yang banyak menulis tentang pernikahan dan keluarga adalah Mohammad Fauzil Adhim yang menjadi sangat dikenal melalui buku-bukunya seperti Kupinang Engkau dengan Hamdalah dan Kado Pernikahan Untuk Istriku. Kemudian Habbiburrahman El-Syirazy dengan boomingnya Ayat-Ayat Cinta, Asma Nadia, dan yang terbaru adalah Hanun Rais. Baik Habiburrahman, Asma Nadia, dan Hanum Rais menulis dalam bentuk novel bahkan dijadikan Film.

5. Efek Penerbitan Terhadap Khazanah Keislaman di Indonesia

Semakin maju dan berkembangnya perbukuan dan penerbitan buku Islam di Indonesia memberikan indikasi bahwa masyarakat islam saat ini semakin memiliki produktivitas untuk berkarya melalui buku. Buku masih dipercaya sebagai media dakwah yang paling mumpuni. Walaupun masing-masing penerbit memiliki keunikan dalam menerbitkan buku dan kecenderungan tema yang dipilih penerbit sebagai sebuah nilai jual tetapi satu benang merah dari semua penerbit buku adalah buku dijadikan sebagai media promosi atau dakwah bagi golongannya.

Semakin beragam tema buku yang diterbitkan, membuat masyarakat akan memiliki banyak peluang untuk lebih banyak membaca, mempelajari, mengkaji, bahkan mengkritisi buku-buku tersebut.

6. Strategi Penerbit menghadapi E-Book

(21)

Hadirnya teknologi memungkinkan hal-hal yang tidak mungkin, termasuk dalam inustri perbukuan. Sebagai tuntutan konsumen saat ini, muncul penerbit-penerbit e-book yang menawarkan kemudahan-kemudahan bagi konsumennya. Inilah yang menjadi tantangan baru bagi industry perbukuan. Munculnya e-book otomatis memiliki pengarh untuk pembelian produk-produk buku dari penerbit konvensional.

Usaha eBook telah mengancam bisnis penjualan buku cetak, termasuk berbagai penerbitan, koran, majalah dan buku. Buku elektronik atau eBook akan menjadi sebuah peluang bisnis baru dalam lingkup kemajuan industri teknologi komunikasi informasi. eBook akan menjadi bagian penting dalam pengembangan usaha dot-com di seluruh dunia.

Kehadiran eBook mulai digemari karena konten dan tampilan yang dimiliki buku digital cukup interaktif. Disisi lain dapat diperoleh dengan harga yang lebih murah daripada buku cetak, bisa mencapai setengah harga dari versi cetaknya bahkan ada eBook tertentu yang dapat diperoleh secara gratis. eBook juga praktis untuk dibaca menjadi pertimbangan dalam memilih buku digital sebagai bahan bacaan.

Selain itu ada beberapa keunggulan eBook dari buku cetak yang karena formatnya dalam bentuk digital. eBook berupa softcopy bukan hard copy, baik dalam format PDF (Portable Document Format) atau ePub (electronic publication) sehingga lebih ringkas tidak memerlukan tempat penyimpanan yang besar, seperti halnya buku, yang memerlukan rak atau lemari dan ruangan untuk menyimpannya. eBook hanya memerlukan media penyimpanan seperti, hard disk dalam PC atau laptop, disket, CD dan sekarang ada Flash Disk yang bentuknya mungil dan bisa dibawa kemana-mana.

(22)

puluhan tahun dibandingkan dengan buku, yang mudah rusak, sobek, hilang, tulisannya pudar dan berjamur bila usia buku sudah tahunan.

Digitalisasi dalam dunia penerbitan menjadi sebuah ironi bagi mereka yang bergelut di dunia penerbitan buku cetak. Padahal, setengah dekade yang lalu, penerbit buku cetak masih memegang kekuasaan dalam membuat pilihan bagi pembacanya untuk membeli. Mulai dari promosi di toko buku hingga membuat ulasan di beberapa media cetak. Yang terjadi saat ini adalah mereka menghadapi tantangan untuk membangun kembali hubungan dengan pembaca karena arus digitalisasi.

Berbagai kelebihan yang ditawarkan oleh ebook tentunya merupakan ancaman bagi industry penerbitan buku cetak. Oleh karenanya, harus memiliki strategi dalam menghadapi gempuran industry e-book agar tidak kehilangan pasar dan akhirnya menjadi collaps.

Dalam perencanaan dan perumusan strategi, ada lima pendekatan Kekuatan Kompetitif (Five Competitive Forces) yang dicetuskan oleh Michael E. Porter dari Harvard Business School23. Model lima kekuatan kompetitif ini akan membantu dalam menilai di mana letak kekuatan sebuah industri, dalam sebuah situasi bisnis. Model lima kekuatan kompetitif ini merupakan pendekatan dalam strategi bisnis, yang membantu dalam menilai intensitas persaingan dan dengan demikian menganalisis daya tarik sebuah struktur industri. Khususnya, dalam dalam hal ini industri penerbitan. Lima kekuatan itu adalah:

1. Ancaman dari produk-produk pengganti (substitute products) 2. Ancaman dari pendatang baru (new entrants)

3. Persaingan yang sengit di antara para pelaku bisnis yang sudah ada (existing players)

4. Kekuatan tawar dari pemasok (bargaining power of suppliers)

23 Indah Pratiwi, Bisnis Penerbitan Buku Pad Era Digital di Indonesia (Studi

(23)

5. Kekuatan tawar dari konsumen, pelanggan, atau pembeli (bargaining power of buyers)24

Walaupun banyak macam strategi yang tersedia. Porter telah merangkumnya menjadi tiga jenis umum yang memberikan awal yang bagus untuk pemikiran strategis: diferensiasi, keunggulan biaya secara keseluruhan, dan fokus.

1. Strategi Diferensiasi merupakan strategi unit bisnis yang berkonsentrasi untuk mencapai kinerja terbaik dalam memberikan manfaat bagi pelanggan yang dinilai penting oleh sebagian besar pasar. Unit bisnis dapat menjadi yang terbaik dalam pelayanan, kualitas, gaya, teknologi, dan lain-lain, namun tidak mungkin untuk menjadi yang terbaik dalam segala hal.

2. Strategi Keunggulan biaya secara keseluruhan merupakan strategi yang membuat unit bisnis bekerja keras mencapai biaya produksi dan distribusi terendah, sehingga harganya dapat lebih rendah daripada pesaing dan mendapat pangsa pasar yang besar.

3. Strategi Fokus merupakan strategi unit bisnis yang memfokuskan diri pada satu atau lebih segmen pasar yang sempit dari pada mengejar pasar yang lebih besar. Perusahaan memahami kebutuhan segmen sasaran.

7. Perkembangan Industri Penerbitan Buku Islam dan pengaruhnya terhadap Perpustakaan

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa penerbitan buku dan perpustakaan memiliki hubungan timbal balik antara keduanya. Perkembangan dan kemajuan perbukuan Islam yang tentunya bersumber dari para cendikiawan muslim merupakan kekayaan intelektual yang perlu dijaga dan agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu khazanah intelektual islam perlu dijaga dan dilestarikan agar transformasi dan transfer ilmu dari masa ke masa tetap terjaga. Hal inilah yang

(24)

menjadi dasar adanya Perpustakaan sebagai lembaga yang menjadi pusat informasi terpercaya.

Upaya yang dilakukan oleh Perpustakaan dalam menjaga khasanah intelektual tersebut salah satunya adalah dengan melakukan pengawasan bibliografi (Bibliographic Control)25. Secara sederhana, pengawasan bibliografi mengacu pada usaha-usaha pengembangan dan pemeliharaan suatu sistem pencatatan bagi semua bentuk bahan baik yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan yang berbentuk cetak, bahan audiovisual maupun bentuk lain yang menambah khazanah pengetahuan dan infomasi26. Tujuan utama dari pengawasan bibliografi adalah untuk menciptakan suatu sistem pencatatan bagi semua penerbitan dan yang penting lagi adalah meyediakan akses bagi masyarakat terhadap penerbitan tersebut yaitu dengan menyediakan data yang lengkap mengenai penerbitan tersebut27.

Pada tingkat nasional lembaga yang paling bertanggung jawab dalam pengawasan biblografi adalah Perpustakaan Nasional. Dalam melaksanakan tugasnya Perpustakaan Nasional didukung UU Republik Indonesia No.4 tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam. Melalui Undang-Undang tersebut penerbit diwajibkan menyerahkan dua kopi dari setiap bahan (buku) yang diterbitkannya ke Perpustakaan Nasional sebagai koleksi Perpustakaan Nasional. Dari hasil serah simpan itulah Perpustakaan Nasional melakukan pemantauan kemudia mencatat seluruh buku yang terbit di Indonesia yang kemudian dituangkan dalam Bibliografi Nasional Indonesia (BNI), Katalog Dalam Terbitan (KDT), dan Daftar Karya Cetak dan Karya Rekam Indonesia.

Dengan melakukan pengawasan tersebut otomatis juga menyinggung masalah hak cipta. Pada era masuknya pengetahuan timur tengah ke Indonesia dengan banyaknya buku-buku terjemahan timur tengah tersebut kemungkinan

25 Siti Maryam, Sikap Penerbit Buku Islam di Jakarta Terhadap UU No. 4 Tahun

1990 dan hubungannya dengan pengawasan bibliograf buku-buku islam di Indoneia. Tesis (Jakarta: FIB UI, 2007)

(25)

permasalahan hak cipta mungkin tidak banyak disinggung dalam diskusi-diskusi bedah buku, padahal hal ini sangat penting untuk mengetahui siapakah yang bertanggungjawab atas isi dalam buku tersebut. Pengawasan juga sangat penting untuk melakukan kontrol terhadap terbitnya buku-buku keagamaan yang controversial karena permasalahan agama terutama agama islam merupakan masalah yang sangat sensistif dimana banyak bermunculan kelompok-kelompok islam hasil dari semakin berkembangnya pemikiran-pemikiran umat islam di Indonesia. Seperti diketahui, penerbit merupakan sebuah bisnis yang masih dipercaya menghasilkan keuntungan yang banyak, sehingga terkadang mengabaikan konten isi tersebut, yang dianggap laris dan controversial itulah yang diproduksi.

Namun, pengawasan yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional belum dapat dilakukan secara maksimal karena masih banyak penerbit-penerbit kecil yang tidak melakukan serah simpan atas karya yang diterbitkannya. Banyak dan beragamnya tema-tema yang diangkat oleh para penulis buku-buku Islam menyebabkan Subjek-subjek dalam klasifikasi buku Islam pada DDC belum bisa mencakup keseluruhan subjek yang ada pada buku-buku Islam di Indonesia. Oleh karenanya, khusus di Indonesia memiliki Daftar Tajuk Subjek Islam dan Klasifikasi Islam: Adaptasi dan Perluasan Notasi 297 pada Dewey Decimal Classification yang diterbitkan oleh Perpustakaan Nasional Indonesia padatahun 2006. Adanya perluasan nota khusus subjek Islam diharapkan mampu untuk memberikan klsifikasi yang detail sehingga proses temu kembali informasi dapat lebih efektif dan efisien.

(26)

ideologinya akan menimbulkan kontroversi di masyarakat biasa yang mungkin tidak bisa menyeleksi buku-buku tersebut. Menjadi tugas perpustakaan untuk dapat menyeleksi buku yang berdar di pasaran untuk dikonsumsi mayarakat.

PENUTUP Kesimpulan

Tidak dipungkiri bahwa peradaban manusia tdak terlepas dari berkembangnya pemikiran-pemikiran manusia pada zamannya. Dunia penerbitan buku islam juga menunjukkan peradaban masyarakat islam pada masa lampau hingga saat ini. penduduk Indonesia yang mayoritas merupakan masyarakat beragama Islam tentunya memiliki sumber-sumber keilmuan dari proses transfer ilmu. Perkembangan penerbitan perbukuan islam di Indonesia semakin memperkaya khazanah ilmu pengetahuan yang ada di Indonesia. Ragam strategi yang dilakukan oleh penerbit buku islam dirancang untuk dapat eksis di industri perbukuan Nasional ditengah suburnya industri penerbitan buku islam di Indonesia. Dekade 1950-an yang merupakan tonggak baru dalam dunia perbukuan islam di Indonesia terus mengalami pasang surut hingga saat ini. Kondisi masyarakat yang dipengaruhi sosial, budaya, ekonomi, dan politik turut mempengaruhi perkembangan industri buku Islam di Indonesia.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Crisis Group, Indonesia: Industri Penerbitan Jemaah Islamiyah, Asia Report N°147 – 28 Pebruari 2008.

Damanik, Ali Said.Fenomena Partai Keadilan: Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah di Indonesia. Jakarta: Teraju, 2002.

Fadjar, Abdullah , Khasanah Islam Indonesia. Jakarta: The Habibie Center, 2008.

Fadjar, H. A. Malik. Buku Agama dan Pengaruh Sosialnya. Jakarta: Yayasan Buku Utama, 1990.

Maryam, Siti. Sikap Penerbit Buku Islam di Jakarta Terhadap UU No. 4 Tahun 1990 dan hubungannya dengan pengawasan bibliografi buku-buku islam di Indoneia. Tesis (Jakarta: FIB UI, 2007)

Munip, Abdul. Transmisi Pengetahuan Timur Tengah Ke Indonesia: Studi Tentang Penerjemahan Buku Berbahasa Ara di Indonesia 1950-2004. Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2008.

Ningtyas, Ceria Isra. Perkembangan Buku Literatur, Skripsi. Jakarta: FIB Universitas Indonesia,2008.

(28)

Pendit, Putu Laxman. Mata membaca kata bersama: kumpulan esai tentang buku, membaca dan keberaksaraan. Jakarta: Cita Karyakarsa Mandiri, 2007.

Prastiwi, Indah, Bisnis Penerbitan Buku Pad Era Digital di Indonesia (Studi Kasus Strategi PenerbitMizan Mengahadapi Era Digitalisasi Penerbitan Buku Periode 2013- 2014). Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2014), diakses melalui http://repository.ugm.ac.id

Widjanarko, Putut dan Karlina Leksono. Elegi Gutenberg: memposisikan buku di era cyberspace. Bandung: Mizan, 2000.

Wijanarko, Putut dalam (http://mizan.com/detail/1471-Kebangkitan-Generasi-Baru-Penerbitan-Buku-Islam-dan-Masyarakat-Islam-di-Indonesia

http://www.depag.go.id

http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1995/10/25/0005.html

http://arizona.openrepository.com

http://www.bisnis.com/articles/

http://www.syiahindonesia.com

http://www.kompasiana.com/

Referensi

Dokumen terkait

Soil biological properties observed were organic C content using Walkley and Black method (CPM, 2005), total number of microbes using the plate count method (Anas, 1989), abundance

Islam dalam kitab Manhajut Tarbiyatil Islamiyah karya Syaikh

Minyak ikan sardin kasar yang digunakan dalam reaksi transesterifikasi harus memenuhi persyaratan kadar asam lemak bebas sehingga dapat membentuk etil ester..

DAFTAR NAMA DAN ALAMAT TENAGA HONORER FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN.. UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Telah dilakukan penelitian tentang kajian penggunaan serasah daun kakao untuk subtitusi serbuk gergaji dan dedak padi sebagai media tanam jamur tiram putih

Sedangkan bentuk perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh developer dan bank kepada konsumen dalam proses jual beli rumah susun meliputi: (1) Developer menjual rumah

tersebut nantinya akan digunakan dalam pembentukan model regresi probit ordinal. Hasil estimasi parameter menggunakan metode Maximum Likelihood dapat dilihat pada

[r]