• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KARAKTERISTIK KONSUMEN DI INDON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KARAKTERISTIK KONSUMEN DI INDON"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KARAKTERISTIK KONSUMEN DI

INDONESIA

PERILAKU KONSUMEN

Disusun Oleh :

LUTHFIYAH SHAFIRA

07031281520157

Dosen Pembimbing:

FebriMarani M, S.Sos, M.A

Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sriwijaya

(2)

ANALISIS KARAKTERISTIK KONSUMEN DI

INDONESIA

(STUDI PADA ONLINE SHOP DI MEDIA SOSIAL, APLIKASI

ONLINE, DAN TRANSAKSI ONLINE-OFFLINE)

Di era globalisasi saat ini banyak kemudahan yang diberikan kepada masyarakat sebagai pengadopsi teknologi dan sebagai penikmat teknologi tersebut. Salah satu kemudahan yang sering dijumpai saat ini adalah kemudahan berbelanja tanpa harus keluar dari rumah dan melakukan transaksi tawar menawar secara langsung atau ketika ingin berbelanja harus bertatap muka dengan penjual secara langsung. Kemudahan ini tersaji akibat dari kemajuan teknologi. Para konsumen atau pembeli bisa melakukan transaksi pembelian secara online (tidak bertatap muka dengan penjual secara langsung). Konsumen atau pembeli bisa bertransaksi melalui aplikasi toko online seperti, Tokopedia, Bukalapak, Lazada, Olx, Shopee, Zalora, dll ataupun bisa melalui website-website penjualan seperti,

amazon.com, jakmall.com, ebay.com, gramedia.com, bookdepository.com atau website resmi dari brand-brand tertentu seperti, zara.com, chanel.com, marcjacobs.com, anastasiabeverlyhills.com, dll. Selain daripada toko-toko online untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan pendukung lainnya, ada aplikasi transportasi online yang juga memberikan kemudahan kepada setiap konsumennya untuk memenuhi keingin dan kebutuhan mereka contohnya dalam kebutuhan transport sehari-hari.

Kemudahan-kemudahan yang telah ada memberikan dampak-dampak pada karakteristik konsumen di Indonesia. Di bawah ini akan ada deskripsi karakateristik konsumen di Indonesia dan analisis terhadap karakteristik konsumen di Online Shop yang ada di Instagram.

1. Berpikir jangka pendek (short term perspective).

(3)

online yang memudahkan konsumen untuk mencari transportasi tanpa harus keluar rumah terlebih dahulu. Bahkan saat ini dalam aplikasi tersebut sudah memiliki fitur yang lebih beragam, konsumen tidak hanya dapat mencari transportasi untuk mengantar mereka kemana saja, tetapi juga untuk membantu mereka membeli makanan, mengirim barang, dan bahkan dapat membantu mereka membersihkan rumah dan masih banyak lagi.

Karakteristik berpikir jangka pendek juga dapat diartikan bahwa konsumen ingin memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa berpikir akibat dari apa yang dilakukannya dalam upayanya untuk memenuhi keinginannya tersebut. Dampak negatif dari hal ini adalah membuat konsumen menjadi manja dan tidak dapat berpikir panjang dalam setiap pengambilan keputusannya. Semua keinginan dan kebutuhan yang bisa didapatkan dengan cepat dan mudah memungkinkan banyak terjadinya penyimpangan ataupun penipuan yang dapat dialami oleh konsumen. Oleh karena itu, sebagai konsumen kita harus lebih pintar lagi memanfaatkan kemudahan-kemudahan yang kita dapatkan dari kemajuan teknologi saat ini.

2. Tidak terencana (dominated by unplanned behavior).

Karakteristik yang kedua ini juga identik ada dalam diri ibu-ibu atau perempuan yang notabene lebih sering berbelanja daripada laki-laki. Karakteristik satu ini juga dapat diartikan konsumen memutuskan membeli barang tersebut hanya karena merasa membtuhkannya dan didorong oleh keinginan untuk memiliki tanpa memikirkan manfaat dan tujuan dibelinya barang tersebut. Hal ini sangat sering terjadi dan seolah tidak dapat dihindari. Karakteristik ini memberi dampak yang sangat nyata, yaitu membuat konsumen menjadi lebih konsumtif dan boros perihal keuangan. Perilaku konsumen yang satu ini diharapkan dapat diminimalisir seminim mungkin untuk mengurangi sifat konsumtif yang dapat merugikan konsumen itu sendiri.

(4)

perhitungan yang pas saat mengeluarkan uang sehingga tidak menimbulkan keinginan-keinginan lain yang membuat konsumen berperilaku konsumtif.

3. Suka berkumpul (togetherness).

Salah satu situasi psikologi yang ada di Indonesia adalah kesukaan orang Indonesia terhadap hal-hal yang bisa membuat mereka berkumpul bersama dan menghabiskan waktu secara bersama-sama pula. Hal ini juga menjadi salah satu faktor orang Indonesia menjadi lebih konsumtif karena adanya dorongan dari lingkungan sekitar. Contohnya ketika keputusan untuk berjalan-jalan bersama-sama teman membuat seseorang secara tidak langsung memiliki dorongan untuk membeli sesuatu di luar kehendaknya karena adanya sifat kebersamaan yang telah mendarah daging tersebut. Solusi yang tepat untuk karakteristik konsumen yang satu ini adalah menghindari ajakan-ajakan kumpul bersama teman yang tidak terlalu penting dan berpotensi untuk membuat kita mengeluarkan uang di luar prediksi dan kebutuhan kita. Hal ini dapat menekan sifat konsumtif konsumen. 4. Gagap teknologi (not adaptive to high technology).

(5)

secara online tanpa bertatap muka langsung antara penjual dan pembeli.

5. Suka buatan luar negeri (receptive to COO effect).

Salah satu karakteristik konsumen di Indonesia adalah sangat suka buatan luar negeri yang katanya memiliki kualitas lebih baik daripada barang-barang buatan Indonesia asli. Paradigma yang telah tertanam inilah yang mempengaruhi konsumen di Indonesia lebih konsumtif terhadap produk luar daripada produk dalam negeri. Hal ini bisa dilihat dari konsumen Selebritis, tokoh-tokoh publik bahkan para ibu-ibu pejabat yang seringkali libu-iburan ke luar negeri dan membeli banyak barang-barang buatan Luar Negeri hingga rela membayar pajak yang mahal untuk mendapatkan produk-produk tersebut.

Indonesia tidak memiliki behaviour seperti orang Jepang yang sangat menghargai produk-produk dari dalam negerinya sendiri bahkan mereka rela membeli barang yang mahal dari dalam negerinya dibandingkan harus membeli produk luar negeri karena dari sistem ekonomi negaranya mereka menerapkan sistem ekonomi yang seperti itu. Behavior yang seperti ini yang mengurangi nilai ekonomi dari Indonesia karena rakyatnya kebanyakan lebih memilih produk luar negeri. Solusi yang bisa dilakukan adalah pemerintah harus lebih aktif dalam pengembangan usaha-usaha kecil, menengah hingga ke atas yang dimiliki oleh orang-orang Indonesia dan membantu dalam bidang modal dan pelatihan. Adanya pembinaan dari pemerintah dapat membantu masyarakat sebagai pengusaha untuk meningkatkan kualitas dari produk yang mereka buat.

6. Berorientasi pada konteks (context not content oriented).

(6)

adalah konteks produk tersebut, seperti tampilan produknya, pengakuan dari produk tersebut BPOM untuk makanan dan obat-obatan, sertifikat untuk produk-produk tertentu, serta harga dan brand yang juga ikut mempengaruhi. Sekarang apabila disebutkan brand seseorang akan langsung memberikan penilaian terhadap produk tersebut. Seperti inilah karakteristik konsumen di Indonesia saat, tidak terlalu memikirkan tentang manfaat dan tujuan produk tersebut digunakan akan tetapi lebih berfokus pada konteks-konteks dari produk tersebut.

7. Gengsi (putting prestige as important motive).

Konsumen di Indonesia juga memiliki behaviour yang buruk salah satunya adalah gengsi yang tinggi. Kebanyakan masyarakat rela berhutang demi memenuhi gengsi dan labelling “mampu” dari lingkungan untuk menaikkan kredibilitas mereka di lingkungannya padahal ini justru sangat merugikan mereka. Gengsi yang tinggi di lingkungan konsumen di Indonesia dihasilkan dari contoh-contoh yang dilihat oleh masyarakat Indonesia secara umum. Contoh yang mereka lihat adalah para selebritis yang menggunakan barang-barang branded demi menunjang reputasi dan citra mereka sebagai masyarakat kelas atas. Gengsi-gengsi ini terdiri dari sosialisasi, feodal, dan materi. Labelling yang didapat akan menjadikan mereka dilihat lebih baik dan lebih mampu untuk disetarakan dengan masyarakat kelas atas. Labelling dalam lingkungan sosial seolah-olah dalam bersosialiasi mereka memiliki kasta tertentu dan yang berada di kasta bawah tidak berhak untuk ikut dalam lingkaran kasta kelas atas. Hal ini sangat memberi dampak negatif secara ekonomi dan psikologis. 8. Budaya lokal (strong in subculture).

(7)

dikenali secara langsung dari budayanya. Contohnya seseorang yang masih memegang teguh untuk makan menggunakan tangan apabila ia bepergian sebisa mungkin ia akan mencari tempat makan yang sekiranya cocok dengan selera dan kebiasannya. Hal ini membuat ia sebagai konsumen menyaring tempat makan yang ingin ia singgahi dan hal ini terkadang sulit menyulitkan dirinya sendiri. Dampak negatifnya adalah terkadang adanya tidak penerimaan orang luar atau lingkungan baru tersebut dengan budaya yang ia pegang. Contohnya apabila seseorang terbiasa menggunakan tangan dan ketika berada di luar negeri ia tidak bisa bebas memilih tempat makan karena tidak seluruh tempat makan bisa menerima kebiasaannya.

9. Beragama (religious).

Karakteristik satu ini sedang booming di Indonesia hal ini terlihat dari makin banyaknya produk-produk yang melabeli diri mereka sebagai produk halal. Ini bertujuan untuk membuat konsumen memiliki penilaian positif dan baik terhadap produk mereka dan mereka memiliki pasar yang lebih luas dan banyak dikarenakan masih banyak konsumen yang memilih produk dengan ketentuan yang telah diatur oleh agamanya. Dampak positif dari hal ini adalah konsumen dapat melindungi diri mereka dari produk-produk yang tidak baik untuk mereka melalui pelabelan yang diberikan pada produk tersebut.

Konsumen di Indonesia yang notabene mayoritas adalah beragama Islam akan memilih restoran atau tempat makan yang halal dan tidak menyediakan makanan-makanan atau minuman yang tidak halal. Hal ini berarti ada pemilihan tempat makan berdasarkan kebutuhan utama mereka sebagai konsumen, yaitu jaminan halal suatu tempat makan. 10. Kurang peduli lingkungan (low consciousness forwards

environment).

(8)

PT. Sinarmas sehingga ada gerakan pemboikotan pada produk-produk dari perusahaan tersebut. Namun, hal ini tidak terlalu diperdulikan oleh masyarakat karena mereka lebih mementingkan efek asap tersebut. Oleh karena itu, masyarakat harus lebih kritis lagi dalam memilih produk-produk yang ingin digunakan.

Model Perilaku Konsumen Kompleks

Apabila dilihat dari beberapa online shop yang ada di media sosial, aplikasi, maupun website masyarakat Indonesia sudah masuk pada model perilaku konsumen yang kompleks karena dalam proses transaksi jual beli sudah lebih lengkap atau sedikit lebih rumit. Pada kenyataan di lapangan saat ini stimuli pemasaran tidak hanya dari penjual dan pembeli saja, tetapi sudah ada faktor-faktor tambahan lain. Yang dimaksud faktor lainnya adalah dari segi pemasaran dan yang lain. Dari segi pemasaran ada produk yang dijual, harga, tempat penjualan, dan cara mempromosikannya. Lalu, dari segi yang lain ada ekonomi, teknologi, politik, dan budaya baik dari pembeli maupun penjual. Selanjutnya, pada kotak hitam pembeli atau konsumen ada karakteristik pembeli dan keputusan pembelian oleh konsumen. Hal ini menunjukkan ada faktor-faktor lain yang bermain pada proses transaksi jual-beli saat ini. Yang terakhir adalah pemilihan produk yang akan dibeli oleh konsumen, pemilihan merek yang ingin dibeli, pemilihan tempat distributor dari produk yang ingin dibeli, perkiraan waktu pembelian apabila uang belum cukup mereka masih bisa menabung terlebih dahulu untuk membelinya, dan perkiraan kemungkinan pembelian produk yang lain.

Referensi

Dokumen terkait

Alat komunikasi android atau telepon pintar yang sudah umum digunakan sebagai media komunikasi dan hiburan, kini juga menjadi sebagai media belajar saat di

PT Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero), merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha

bahwa ia dapat kembali berada dalam kondisi sehat setelah mengalami suatu penyakit dengan berusaha mengendalikan tingkah lakunya, sedangkan orang dengan kecenderungan

Fosfat di tanah dibagi atas dua bagian yaitu fosfat organik yang berasal dari mineralisasi bahan organik di tanah dan fosfat anorganik, baik yang terikat dengan

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tim volly putra SMP Negeri 3 Teluk Kuantan terdapat beberapa kendala khususnya pada teknik dasar smash yang sering

Pelaksanaan bidang-bidang kinerja sangat baik pada kelembagaan kantor penyuluhan (KP) adalah (1) pelibatan tokoh masyarakat, (2) penyusunan rencana kerja penyuluhan,

Berdasarkan rumusan masalah yang menjadi fokus peneiitian tersebut, maka untuk memberikan gambaran tentang manajemen Proyek Operasi dan Perawatan Fasiiitas di lingkungan

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana pencapaian ekuitas merek RCTI dimata pemirsa ditengah – tengah persaingan yang semakin ketat di