• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatakan Prestasi Belajar Matematika pada Materi Pengukuran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Siswa Kelas 1 SD N Cakung Timur 05 Pagi Tahun Pelajaran 2016-2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatakan Prestasi Belajar Matematika pada Materi Pengukuran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Siswa Kelas 1 SD N Cakung Timur 05 Pagi Tahun Pelajaran 2016-2"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Hakikat Matematika

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat universal. Terkait dengan kedudukanya dalam dunia pendidikan, menurut Fauzi (2007: 42) bahwa matematika merupakan bidang ilmu yang diaplikasikan dalam bidang ilmu pengetahuan lainya seperti dalam bidang IPA maupun IPS. Sehingga kemampuan matematika tidak dapat dihindarkan begitu saja. Misalnya terlebih khusus dalam mata bidang ilmu IPA yaitu dalam fisika, kimia dan sebagainya. Sedangkan dalam

bidang ilmu IPS seperti sosiologi, ekonomi dan geografi menggunakan prinsip matematika untuk mendapatkan kesimpulan akhir dalam suatu permasalahan rasio, kependudukan dan sebagainya. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan yang sangat berkaitan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Sehingga pentingnya ilmu matematika tidak dapat diabaikan.

Menurut Hudoyono (Anwar, 2007 : 145) matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur, dan hubungan-hubunganya yang diatur menurut urutan yang logis. Sehingga, matematika berkenaan dengan konsep-konsep abstrak yang dikembangkan berdasarkan alas an-alasan yang logis untuk membuktikan pernyataan benar atau salah.

Menurut Sriyanto (2007: 48) matematika memiliki 3 (tiga) ciri diantaranya:

1. Memiliki objek yang abstrak. Objek dalam matematika meliputi: fakta, konsep, dan prinsip kesemuanya itu berperan untuk membentuk proses berpikir secara matematis.

2. Memiliki pola berpikir deduktif dan konsisten artinya matematika dikembangkan secara dedukasi, dan seperangkat anggapan-anggapan yang tidak dipersoalkan lagi nilai kebenaranya dan dianggap benar, serta berpangkal dari hal-hal yang bersifat umum dan diterapkan atau diarahkan

(2)

2

3. Konsisten dalam sistemnya: Dalam matematika terdapat banyak sistem-sistem. Suatu sistem yang berkaitan satu sama lain, tetapi juga suatu sistem yang dipandang terlepas satu sama lain. Misalnya sistem aljabar dan geometri.

Menurut Supardi dalam jurnalnya (2012) menyatakan bahwa mempelajari matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan, struktur-struktur, dan hubunganya yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep abstrak. Belajar matematika adalah suatu aktivitas mental atau pikiran

untuk memahami makna dari suatu struktur-struktur, hubungan-hubungan, dan symbol-simbol. Kemudian, menetapkan konsep-konsep yang dihasilkan ke dalam situasi yang nyata. Sehingga dapat menyebabkan suatu perubahan tingkah laku tertentu.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, disimpulkan bahwa matematika merupakan bidang ilmu pengetahuan yang bersifat universal serta kedudukanya dalam keberlangsungan kehidupan manusia tidak dapat dipungkiri. Penerapan ilmu matematika pun tidak terlepas dari kehidupan manusia. Sehingga pentingnya mempelajari ilmu matematika tidak hanya pengetahuan akan konsep-konsep yang abstrak, simbol-simbol, struktur-struktur, maupun hubungan-hubunganya. Tetapi bagaimana seseorang dapat memiliki keterampilan matematika yang baik untuk menerapkanya di dalam kehidupan nyata.

2.1.2. Prestasi Belajar Matematika

Arifin (1991: 3) mengatakan bahwa arti kata perestasi belajar adalah suatu hasil usaha. Hasil usaha yang dimaksud merupakan suatu keberhasilan yang dicapai seseorang melalui usaha yang telah dilakukan.

Sappaile dalam jurnalnya (2007) menyatakan bahwa kaitanya dengan pembelajaran matematika, maka prestasi belajar matematika merupakan hasil belajar yang yang dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam selang waktu tertentu. Bilamana peserta didik telah menguasai materi pelajaran matematika maka akan terjadi perubahan tingkah laku.

Berdasarkan uraian pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi

(3)

3

suatu tujuan pembelajaran matematika dalam kurun waktu tertentu. Keberhasilan pembelajaran matematika oleh peserta didik yang meliputi aspek kognitif dan psikomotor. Artinnya bahwa keberhasilan pembelajaran matematika oleh peserta didik tidak hanya aspek pengetahuan saja tetapi diharapkan peserta didik mampu memiliki keterampilan matematika sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika.

2.1.3. Model Pembelajaran Kooperatif

Pengertian model pembelajaran menurut Munif Chatib (2011: 128 dan 130) adalah sebuah sistem proses pembelajaran yang utuh, mulai dari awal hingga akhir yang meliputi pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan teknik pembelajaran. Sedangkan Group learning adalah strategi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu siswa yang dibagi ke dalam

kelompok-kelompok kecil untuk berinteraksi satu sama lain dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.

Slavin (Isjoni, 2009; 15) mengemukakan “In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially

presented by the teacher.” Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa dalam penerapan model kooperatif ini siswa tidak bekerja secara individual, tetapi secara bergotong royong dalam kelompok memecahkan suatu permasalahan yang diberikan oleh guru.

Pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, harus adanya “struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif” sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif diantara sesama anggota kelompok (Slavin, 1983; Stahl, 1994).

Michaels (1977) mengatakan bahwa “Cooperative learning is more

(4)

4

Menurut Tukiran, dkk (2011: 56-57) model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil yang anggota kelompoknya memiliki keberagaman masing-masing sebagai wadah peserta didik untuk bersama-sama memecahkan suatu permasalahan melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu pada waktu dan tempat yang bersamaan, serta memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk menjadi narasumber bagi peserta didik lainya. Sehingga interaksi yang terjadi diantara peserta didik adanya

kegiatan saling bertukar pikiran ataupun pengetahuan yang dimiliki dalam membuat suatu strategi kelompok untuk menemukan solusi bagi pemecahan masalah yang diberikan.

Model pembelajaran kooperatif sendiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok

secara kooperatif.

2. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Artinya dalam pengelompokanya para siswa dibagi berdasarkan kemampuan belajar yang beragam ke dalam kelompok.

3. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin, maka dalam setiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda-beda pula.

4. Penghargaan lebih diutamakan pada performa kelompok dari pada individual.

Roger dan David Johnson (Lie, A., 2008: 31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok merupakan pembelajaran kooperatif. Terdapat unsur-unsur yang terdapat dalam model pembelajaran kooperatif, diantaranya:

1. Saling ketergantungan positif, artinya bahwa keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya.

(5)

5

3. Tatap muka, maksudnya bahwa setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.

4. Komunikasi antar anggota, artinya agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi.

5. Evaluasi proses kelompok, pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar kerja sama selanjutnya dapat bekerja sama lebih efektif.

Model pembelajaran kooperatif memiliki tujuan untuk menciptakan situasi

dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994: 50). Sehingga penilaian yang dilakukan oleh guru cenderung dilakukan kepada kinerja peserta didik dalam kelompok, bagaimana usaha peserta didik untuk memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompoknya.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif (Stahl, 1994; Slavin, 1983) adalah sebagai berikut:

1. Merancang progam pembelajaran yang meliputi target pembelajaran, menetapkan sikap dan keterampilan sosial yang akan dicapai peserta didik. 2. Merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk memberikan penilaian saat pembelajaran. Penilaian yang dilakukan berupa pengamatan langsung kepada peserta didik saat pembelajaran berlangsung.

3. Membimbing dan mengarahkan peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung baik secara individual maupun kelompok. Misalnya memberikan saran maupun kritikan yang membangun saat peserta didik dalam kelompoknya.

4. Peserta didik mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Guru berperan sebagai moderator yang akan mengarahkan dan meluruskan jika

ada pemahaman materi yang keliru.

2.1.4. Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013

(6)

6

pembelajaran yang membuat peserta didik secara aktif mengamati, menanya, mencoba, menalar, mengomunikasikan, dan membangun jejaring.

Pendekatan saintifik yang dalam penerapanya berbasis pada penelitian, memusatkan pembelajaran terhadap peserta didik. Pendekatan ini memfokuskan pada empat tahapan pembelajaran mulai dari mengamati (observing), menanyakan (questioning), mencoba (experimenting), mengumpulkan dan menghubungkan informasi (collecting and associating), dan mengomunikasikan (communicating).

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Andi Setyawan dalam Penggunaan Teori Belajar Dienes (Games) dalam Model Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD Negeri Ujung-Ujung 02 Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2012-2013. Dilaksanakan di SD Negeri Ujung-Ujung 02 Kabupaten Semarang. Menunjukan hasil belajar bahasa Matematika pada materi Sifat-sifat Bangun Ruang dan Kesebangunan sebelum dilakukan model pembelajaran Kooperatif hanya sebesar 9,09% dari seluruh siswa mencapai KKM yang sebesar >80. Setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif siklus 1, hasil belajar Matematika berdasarkan ketuntasan meningkat menjadi 45,45% dari seluruh siswa, dan pada siklus 2 hasil belajar Matematika berdasarkan ketuntasan mencapai 90,91% dari seluruh siswa. Dari hasil penelitian Andi Setyawan, dapat disimpulkan bahwa metode kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar Matematika.

2.3. Kerangka Berpikir

Kegiatan pembelajaran Matematika masih berpedoman pada pendekatan

teacher centered atau berpusat pada guru. Peran guru disini sangat mendominasi dalam kegiatan belajar dan siswa menjadi pasif. Kegiatan pembelajaran

(7)

7

dan nampak dari banyaknya siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar Matematika atau masih dibawah skor KKM yaitu 66.

Metode Kooperatif ini mengupayakan agar pembelajaran Matematika menjadi lebih bermakna bagi siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar Matematika. Metode Kooperatif, pada dasarnya membangun sendiri pengetahuan siswa dengan melibatkan teman belajar dalam kelompok belajar. Siswa secara berkelompok harus menyelesaikan masalah Matematika yang telah dirancang oleh

guru mengidentifikasi masalah dan menemukan penyelesaian yang tepat. Hal tersebut akan membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna, siswa mengalami sendiri proses pembelajaran yang berakibat pada meningkatnya hasil belajar siswa.

Metode Kooperatif adalah pembelajaran Matematika dengan KD 3.9 yaitu Membandingkan panjang, berat, lamanya waktu, dan suhu menggunakan benda/situasi konkret; KD 4.9 mengurutkan benda/kejadian/keadaan berdasarkan panjang, berat, lamanya waktu, dan suhu pada Tema 8 (Peristiwa Alam) dengan sub tema 1(Peristiwa Siang dan Malam) dan sub tema 2 (Kemarau).

(8)

8 Gambar 2,1 Keadaan Awal

1. Mata pelajaran Matematika dianggap sulit 2. Pendekatan teacher centered daripada student centered 3. Guru masih mendominasi kelas dengan aktivitas pengajaran ceramah

dan hanya berpedoman pada textbook

4. Siswa dianggap pasif dalam proses belajar, sehingga kurang mengeksplor pengetahuan yang dimiliki

Tindakan

Menerapkan metode Kooperatif dengan pendekatan Saintifik

Hasil

1. Mata pelajaran Matematika dianggap menyenangkan 2. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran

3. Proses belajar dan mengajar menjadi lebih interaktif

4. Metode pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa

(9)

9 2.4. Hipotesis Tindakan

Gambar

gambar 2.1 di halaman selanjutnya:
Gambar 2,1

Referensi

Dokumen terkait

Biaya akomodasi, transportasi, dan biaya pribadi yang dikeluarkan oleh peserta tidak ditanggung oleh Panitia Seleksi7. Setiap Peserta wajib mematuhi ketentuan dalam

xwvutrqponmlkjihfedcbaWVUTPOMLKJIHFCBA tttt^A

Variabel adalah suatu nama yang dapat digunakan untuk menampung suatu nilai dan nilai yang ada padanya daapt diubah.. Contoh variabel yang sering Anda jumpai dalam buku ini

Akhir-akhir ini persoalan iklan, peredaran dan produksi rokok di Indonesia memunculkan keadaan pro dan kontra atas persoalan rokok tersebut, di satu sisi para

Dari uraian diatas, maka penulis bermaksud untuk membuat suatu Sistem Informasi Wisma dan Reservasi Kamar berbasis web yang efektif dan efisien yang dapat meningkatkan

Merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah sistam, seperti system pelayanan kesehatan, maka masukan dapat berupa potensi masyarakat,

Pembelajaran adalah suatu jenis pendidikan pembebasan, yaitu pendidikan yang membuat peserta mengembangkan analisis kritis dan menyusun gagasan tindakan yang relevan dengan

Aplikasi P-Care (primary care) yang merupakan sistem informasi pelayanan pasien peserta BPJS Kesehatan berbasis komputer dan online via internet.Ada beberapa permasalahan yang