Hubungan Perilaku Beresiko Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Sawojajar Kota Malang
Zuhriyah Lilik *, Haruh Al Rasyid**, Dian Ratna Hariani***
ABSTRAK
Hariani, Dian R. 2010. Hubungan Perilaku Beresiko Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Sawojajar Kota Malang. Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) Lilik Zuhriyah, SKM, Mkes. (2) dr. Harun Al Rasyid, MPH.
Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis. Kejadian penyakit demam berdarah dengue (DBD) semakin meningkat dengan manifestasi klinis yang berbeda. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian DBD antara lain faktor perilaku beresiko, pengetahuan, lingkungan seperti keberadaan jentik, dan lain – lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku beresiko DBD dengan kejadian DBD di kelurahan Sawojajar Malang. Penelitian ini dilakukan di RW IV, VI, X dan XIV Kelurahan Sawojajar Kota Malang pada bulan November 2010. Penelitian ini melibatkan 319 responden untuk menjawab kuesioner. Responden menjawab pertanyaan tentang beberapa perilaku beresiko DBD pada kuesioner. Didapatkan hasil tidak terdapat hubungan antara perilaku beresiko DBD dengan kejadian DBD di Kelurahan Sawojajar Kota Malang. Dari hasil uji statistik menggunakan chi-square didapatkan hubungan antara perilaku dengan keberadaan jentik dengan p=0,038 dan OR=1,98 (95,0% C.I= 1,077;3,640), tetapi tidak ditemukan hubungan antara keberadaan jentik dengan kejadian DBD (Pvalue=0,065). Dengan menggunakan uji regresi logistik berganda didapatkan perilaku responden yang paling berpengaruh terhadap keberadaan jentik adalah kebiasaan menyikat bak mandi (p=0,061) dengan OR=0,718 (95,0% C.I= 0,507;1,016) walaupun nilai signifikansinya >0,05. Sehingga rumah tangga yang tidak rajin menyikat bak mandi mempunyai resiko 0,718 kali ada jentik dibandingkan rumah tangga yang rajin menyikat bak mandinya. Tidak ditemukan hubungan antara keberadaan jentik dengan kejadian DBD (Pvalue=0,065).
Kata Kunci: DBD, Perilaku, Keberadaan Jentik, Kejadian DBD.
* Lab IKM FKUB ** Lab IKM FKUB
Hubungan Perilaku Beresiko Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Sawojajar Kota Malang
Zuhriyah Lilik *, Haruh Al Rasyid**, Dian Ratna Hariani***
ABSTRACT
Hariani, Dian R. 2010. Related Between Dengue Fever Risky Behaviors with Dengue Hemorrhagic Fever Incidence in Sawojajar Residents Malang City. Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) Lilik Zuhriyah, SKM, Mkes. (2) dr. Harun Al Rasyid, MPH.
Dengue virus infection has become a serious health problem in many tropical and sub tropical countries. Incidence of dengue hemorrhagic fever (DHF) has increased with different clinical manifestations. Some factors that could affect the incidence of dengue among other behavioral factors, knowledge, environment such as the presence of larvae, and others. This study aims to determine the relationship risky behavior with the occurrence of dengue fever in Sawojajar Residents Malang City. This research was conducted in the RW IV, VI, X and XIV Sawojajar Malang in November 2010. The study involved 319 respondents to answer the questionnaire. Respondents answered questions about some of the risky behavior of DHF in the questionnaire. The results obtained showed that there was no relationship between risky behavior with the occurrence of dengue fever in the village Sawojajar Malang. From the test results using chi-square statistics obtained with the existence of the relationship between the behavior of larvae with p = 0.038 and OR = 1.98 (95.0% CI = 1.077, 3.640), but not found relationship between the existence of larva with DHF incidence (p value = 0.065). By using multiple logistic regression found that most influence the behavior of respondents against the existence of larvae is the habit of brushing bathtub (p = 0.061) with OR = 0.718 (95.0% CI = 0.507, 1.016), although its significance value> 0.05. So that households who are not diligently brushing the tub has 0.718 times the risk of any mosquito larva than households who diligently brushing tub. No relationship was found between the presence of larvae with the incidence of dengue fever (P value = 0.065).
Key Words: DHF, risky behavior, presence of larvae, DHF incidence.
* Department of Public Health FKUB ** Department of Public Health FKUB
PENDAHULUAN
Penyakit yang ditularkan oleh vektor (vector borne diseases) seperti demam berdarah dengue (DBD), malaria, cikungunya, filariasis (kaki gajah), Japanese Encephalitis, dan pes masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan sejumlah penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terjadinya perubahan iklim global saat ini berpengaruh terhadap perubahan risiko penularan penyakit yang ditularkan oleh vektor penyakit, terutama nyamuk (Dinata,2007).
Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis. Kejadian penyakit demam berdarah dengue (DBD) semakin tahun semakin meningkat dengan manifestasi klinis yang berbeda mulai dari yang ringan sampai berat. Manifestasi klinis berat yang merupakan keadaan darurat yang dikenal dengan Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) dan
Dengue Shock Syndrome (DSS) (Saroso,2007).
Kasus demam berdarah dengue (DBD) ada kecenderungan meningkat pada Kabupaten/Kota yang ada di Jawa Timur. Dilaporkan sebanyak 20.000 lebih warga menderita demam berdarah dengue (DBD). Demam berdarah dengue (DBD) tidak lagi hanya menyerang anak-anak, namun juga orang dewasa. Tahun 2006 merupakan puncak kasus demam berdarah dengue (DBD), hal yang sama juga terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. (www.dinkesjatim.go.id). Selama ini demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi salah satu penyakit yang paling banyak terjadi di Kota Malang selain infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). Data di Dinas
Menurut data Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Kota Malang diketahui bahwa dalam kurun waktu Januari 2010
hingga Mei, penderita demam berdarah dengue (DBD) mencapai 658 orang. Dari jumlah itu, lima orang di antaranya meninggal dunia. Selama periode tersebut, Februari 2010 tercatat sebagai bulan puncak kasus demam berdarah dengue (DBD), yakni mencapai 243 kasus. Salah satu faktor utama mewabahnya demam berdarah dengue (DBD), adalah cuaca. Untuk itu, seluruh masyarakat dihimbau selalu waspada (Ainun, 2010).
Daerah Sawojajar Kecamatan Kedungkandang dan Kecamatan Sukun merupakan daerah pemukiman yang padat. Sampai Agustus 2009 diketahui sebanyak 465 kasus ditemukan dengan korban meninggal 4 orang. Tidak hanya itu, angka kejadian (Incidence Rate/IR) Demam Berdarah di Sawojajar juga relative tinggi, hingga 50/100.000 penduduk. Hal ini masih jauh dari target pencapaian yang ditetapkan Pemerintah Propinsi Jawa Timur dimana angka kejadian diharapkan hanya 20/100.000 penduduk dan angka bebas jentik 95% (Media Center FKUB, 2009).
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya masalah kesehatan. Benjamin Bloom, seorang psikolog pendidikan, membedakan adanya tiga bidang perilaku, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemudian dalam perkembangannya, domain perilaku yang diklasifikasikan oleh Bloom dibagi menjadi tiga tingkat yaitu, pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), tindakan atau praktek (practice) (Wikipedia, 2011).
musibah pada masa mendatang. Ini dapat menyebabkan kerugian terhadap diri sendiri atau orang lain. Beberapa perilaku beresiko masyarakat memiliki peluang yang sangat tinggi dan bisa menimbulkan berbagai kerugian. Perilaku beresiko itu antara kebiasaan tidur pagi atau sore, menggantung pakaian, menggunakan kelambu atau menggunakan lotion anti-nyamuk akan berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD) di masyarakat (Diantika, 2010).
Berbagai upaya pencegahan sudah dilakukan, mulai dari menjaga kebersihan lingkungan sekitar sampai pengasapan menggunakan insektisida (Prana,2009). Namun ternyata, fogging tidak efektif untuk mengatasi wabah demam berdarah dengue (DBD) karena fogging hanya membunuh nyamuk dewasa. Dan yang terpenting adalah membunuh jentik lewat pemberantasan sarang nyamuk (PSN) (Ainun, 2010).
Selain itu penyuluhan tentang 3M sudah sering dilakukan. 3M meliputi menguras tempat-tempat kotor, menutup bak-bak air dan menimbun kaleng-kaleng bekas. Pemberian abate atau himbauan untuk memelihara ikan pada bak mandi juga sudah dilakukan (Zuhriyah, 2010) Namun kasus demam berdarah dengue (DBD) yang terjadi pada warga Sawojajar Kota Malang masih tinggi.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku - perilaku apa saja yang berhubungan dengan kejadian berdarah dengue (DBD) di kelurahan Sawojajar kota Malang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian di mana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama sehingga hasilnya lebih cepat diperoleh dan tidak memerlukan banyak waktu. Populasi dalam penelitian ini adalah semua rumah tangga yang berada di RW
IV, VI, X dan XIV Kelurahan Sawojajar Kota Malang. Responden adalah salah satu anggota keluarga yang dapat menjawab pertanyaan kuisioner. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode non random (non probability) sampling yaitu jenis quota sampling. Teknik pengambilan sampel ini tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2010 di RW IV, VI, X dan XIV Kelurahan Sawojajar Kota Malang. Variabel Penelitian terdiri dari variable dependen dan variable independen. Variabel Independen pada penelitian ini meliputi perilaku beresiko terhadap penyakit demam berdarah dengue (DBD), yaitu:
a. Kebiasaan tidur pagi hari (08.00 – 12.00)
b. Kebiasaan tidur sore (15.00 – 18.00) c. Kebiasaan menggantung pakaian di
ruangan (bukan dalam lemari) d. Kebiasaan menyikat bak mandi e. Kebiasaan membuang sampah
dengan rapi
f. Kebiasaan menutup tempat sampah g. Kebiasaan menutup tempat
penampungan air
h. Kebiasaan menggunakan kelambu i. Kebiasaan menggunakan lotion
anti-nyamuk
Variabel yang memperantarai perilaku sehingga terjadi kejadian DBD, variable itu adalah keberadaan jentik. variabel dependen pada penelitian ini adalah kejadian demam berdarah dengue (DBD). Instrumen penelitian pada penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengetahui perilaku beresiko masyarakat terhadap demam berdarah dengue (DBD), dan keberadaan jentik, terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD).
sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang diperoleh dari berbagai badan dan instansi yang terkait. Data sekunder ini pada akhirnya digunakan sebagai data yang mampu menjadi pendukung penelitian. Oleh karena data utama yang dianalisis dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh melalui kuesioner, maka diperlukan adanya uji validitas dan uji reliabilitas. Kedua uji ini diperlukan untuk memastikan bahwa kuesioner yang disebarkan kepada responden benar-benar valid dan reliable. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara ( peneliti mengajukan pertanyaan yang ada pada kuesioner ) secara langsung kepada responden untuk mengisi kuesioner. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang kelengkapan pengisian kalender pemantauan jentik. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan program komputer SPSS 11 untuk Windows XP. Untuk analisis data menggunakan uji Chi-Square (X²), Fisher dan analisis regresi logistic berganda.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di RW IV, VI, X dan XIV Kelurahan Sawojajar Kota Malang pada bulan November 2010. Penelitian ini melibatkan 319 responden untuk menjawab kuesioner. Usia termuda responden adalah 18 tahun sedangkan usia tertua responden adalah 82 tahun. Rata-rata (mean) usia responden yang dijadikan sampel adalah 43,5 tahun. Sedangkan jenis kelamin responden adalah 272 wanita (85.3%) dan 47 pria (14.7%). Tingkat pendidikan tertinggi di keluarga adalah 171 tamat PT (53.6%) , 115 tamat SMU/sederajat (36.1%), 23 tamat SMP atau sederajat (7.2%), 8 tamat SD (2.5%), dan 1 orang tidak tamat SD (0.3%).
Tabel 5.1 Distibusi Responden menurut Perilaku DBD
Perilaku Tidak
pernah
Sesekali Kadang-kadang
Sering Selalu Tidak
ada/relevan Total
n % n % n % n % n % n % n %
1. Kebiasaan tidur pagi (08.00 - 12.00)
8 2,5 32 10 52 16,3 22 6,9 196 61,4 9 2,8 319 100% 2. Kebiasaan tidur sore
(15.00 - 18.00)
11 3,4 26 8,2 71 23,3 41 12,9 161 50,5 9 2,8 319 100% 3. Kebiasaan
menggantung pakaian di ruangan (bukan lemari)
61 19,1 73 22,9 87 27,3 39 12,2 54 16,9 5 1,6 319 100%
4. Kebiasaan menyikat bak mandi
3 0,9 6 1,9 17 5,3 39 12,2 246 77,1 8 2,5 319 100% 5. Kebiasaan
membuang sampah dengan rapi
5 1,6 1 0,3 10 3,1 65 20,4 236 74,0 2 0,6 319 100%
6. Kebiasaan menutup tempat sampah
67 21 6 1,9 6 1,9 29 9,1 189 59,2 22 6,9 319 100% 7. Kebiasaan menutup
tempat penampungan air
9 2,8 0 0 3 6,9 3 6,9 137 42,9 167 52,4 319 100%
8. Kebiasaan menggunakan kelambu
48 15 0 0 3 0,9 5 1,6 46 14,4 217 68 319 100%
9. Kebiasaan
menggunakan lotion anti-nyamuk atau obat nyamuk
62 19,4 57 17,9 79 24,8 27 8,5 87 27,3 7 2,2 319 100%
Keterangan : Tidak relevan karena misalnya:
a. responden mempunyai seorang bayi, jadi tidak dapat diketahui keteraturan jam tidurnya; b. responden tidak memiliki penggantung pakaian
c. responden tidak memiliki kamar mandi
d. responden tidak memiliki tempat sampah, lalu membuang sampah di dalam kantong plastik dan di letakkan di depan rumah untuk diambil petugas sampah
e. responden tidak memiliki tempat penampungan air (misal: shower) f. responden tidak memiliki kelambu untuk tidur
g. responden tidak memiliki atau menggunakan lotion anti nyamuk atau obat nyamuk Dari 319 rumah tangga, terdapat 3
rumah tangga yang tidak mengizinkan rumahnya untuk diobservasi, sehingga hanya 316 rumah tangga yang diobservasi
Tabel 5.2 Distribusi Responden menurut keberadaan jentik
No Obyek Positif (+) Negatif (-) Tidak
diizinkan
Tidak ada/relevan
Total
n % n % n % n % n %
1. Kamar Mandi 40 12,5 263 82,4 12 3,8 4 1,3 319 100%
5. Dispenser 2 0,6 92 28,8 3 0,9 222 69,9 319 100%
6. Air buangan kulkas 11 3,4 154 48,3 18 5,6 136 42,6 319 100%
7. Vas/ pot bunga air 2 0,6 22 6,9 0 0 295 92,5 319 100%
8. Kolam/ aquarium 1 0,3 39 12,2 2 0,6 277 86,8 319 100%
9. Tempat penampungan air (gentong)
3 0,9 123 38,6 3 0,9 190 59,6 319 100%
10. Tempat minum hewan peliharaan
0 0 46 14,4 2 0,6 271 85 319 100%
11. Lain-lain * 5 1,6 49 15,4 2 0,6 263 82,4 319 100% Keterangan : Tidak ada/relevan karena misalnya:
a. responden hanya memiliki 1 atau 2 kamar mandi b. responden tidak memiliki dispenser
c. responden tidak memiliki kulkas d. responden tidak memiliki vas/ pot bunga e. responden tidak memiliki kolam/aquarium
f. responden tidak memiliki tempat penampungan air/gentong g. responden tidak memiliki hewan peliharaan
*sampah/kaleng/botol yang tidak terpakai/ berserakan di sekitar rumah Untuk frekuensi kejadian demam
berdarah dengue (DBD) di Kelurahan Sawojajar kota Malang yang di diagnosis oleh dokter dalam 6 bulan terakhir dari bulan September 2010 sampai dengan bulan Februari 2011 adalah sebesar 2,5% yaitu sebanyak 8 kasus pada 319 rumah tangga.
Tabel 5.3 Hubungan antara Perilaku dengan Keberadaan Jentik
Perilaku beresiko DBD
Ada jentik? Total
Tidak ada Ada
n % n % n %
Baik 146 88 20 12 166 100
Buruk 118 78,7 32 21,3 150 100
Total 264 83,5 52 16,5 316 100
Chi squre= 4,289 p=0,038 OR=1,98 (95,0% C.I= 1,077;3,640)
Hasil penelitian diatas menyebutkan terdapat hubungan antara perilaku dengan keberadaan jentik yaitu dengan nilai
signifikansi sebesar 0,038. Dengan OR sebesar 1,98 berarti rumah tangga yang berperilaku baik akan beresiko tidak terdapat jentik sebanyak 1,98 kali
dibandingkan rumah tangga yang berperilaku buruk.
Apabila kebiasaan – kebiasaan yang membentuk perilaku beresiko DBD dianalisa sendiri – sendiri, maka hasilnya tampak seperti tabel di bawah ini.
Tabel 5.4 3 Perilaku yang Beresiko terhadap Keberadaan Jentik
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B )
95,0% C.I.for EXP(B)
Lower Upper Step 1(a) X2.9 -,141 ,114 1,539 1 ,215 ,868 ,695 1,085
X2.4 -,243 ,189 1,647 1 ,199 ,785 ,542 1,136
X2.6 -,101 ,099 1,042 1 ,307 ,904 ,744 1,098
Constant ,262 ,860 ,093 1 ,761 1,299
Step 2(a) X2.9 -,130 ,113 1,321 1 ,250 ,878 ,704 1,096
X2.4 -,301 ,179 2,831 1 ,092 ,740 ,521 1,051
Constant ,111 ,844 ,017 1 ,896 1,117
Step 3(a) X2.4 -,332 ,177 3,501 1 ,061 ,718 ,507 1,016
Constant -,131 ,816 ,026 1 ,873 ,878
a Variable(s) entered on step 1: X2.9, X2.4, X2.6. Keterangan :
x2.9 = Kebiasaan menutup tempat penampungan air
x2.4 = Kebiasaan menyikat bak mandi
Dari data tentang kebiasaan responden yang meliputi kebiasaan tidur pagi (08.00-12.00), kebiasaan tidur sore (15.00-18.00), kebiasaan menggantung pakaian, menyikat bak mandi, membuang sampah dengan rapi, menutup tempat sampah, menutup tempat penampungan air, menggunakan kelambu dan menggunakan lotion anti nyamuk terdapat 3 variabel yang dapat diikutkan dalam uji regresi logistik berganda yaitu kebiasaan menyikat bak mandi, kebiasaan membuang sampah dengan rapi dan kebiasaan menutup tempat sampah. Hasil akhir uji
regresi logistik berganda menyebutkan bahwa perilaku responden yang paling berpengaruh terhadap keberadaan jentik adalah kebiasaan menyikat bak mandi (p=0,061) dengan OR=0,718 (95,0% C.I= 0,507;1,016) walaupun nilai signifikansinya >0,05. Sehingga rumah tangga yang tidak rajin menyikat bak mandi mempunyai resiko 0,718 kali ada jentik dibandingkan rumah tangga yang rajin menyikat bak mandinya.
Uji statistik dengan menggunakan fisher’s exact test tidak ditemukan
hubungan antara keberadaan jentik dengan kejadian DBD (p=0,605)
Tabel 5.5 Hubungan antara Keberadaan Jentik dengan Kejadian DBD
Ada jentik? Kejadian DBD dalam 6bln terakhir Total Tidak ada Ada
n % n % n %
Tidak ada 257 97,5 7 2,7 264 100
Ada 52 100 0 0 52 100
Total 309 97,8 7 2,2 316 100
Fisher’s exact test p=0,605
PEMBAHASAN
Karakteristik responden yang diwawancarai pada penelitian ini meliputi usia (18-82 tahun), jenis kelamin (wanita = 85.3% dan pria = 14.7%), dan tingkat pendidikan tertinggi di dalam keluarga (Tamat PT 53.6% ,tamat SMU/sederajat 36.1%, tamat SMP/ sederajat 7.2%, tamat SD 2.5%, dan tidak tamat SD 0.3%). Hasil survei dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 52% rumah tangga di Kelurahan Sawojajar berperilaku baik dan 48% nya berperilaku kurang baik. Dari 316 rumah tangga di Kelurahan Sawojajar yang diobservasi ditemukan 16,5% rumah tangga terdapat jentik dan 83,5% tidak terdapat jentik. Hal ini terjadi karena perilaku responden di Kelurahan Sawojajar yang paling berpengaruh terhadap keberadaan jentik adalah kebiasaan menyikat bak mandi
tangga yang rajin menyikat bak mandinya. Hal ini terjadi karena ada kemungkinan jawaban yang diberikan responden tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya karena tidak dilakukan observasi terhadap perilaku responden.
Dalam penelitian ini diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara keberadaan jentik dengan kejadian DBD dengan nilai signifikansi sebesar 0,605. Tidak adanya pengaruh signifikan antara keberadaan jentik dengan kejadian DBD mungkin disebabkan karena pengukuran kejadian DBD di Kelurahan Sawojajar yang kurang tepat, misalnya responden lupa kapan terjadi DBD pada keluarganya. Kesimpulan
1. Tidak terdapat hubungan antara perilaku beresiko DBD dengan kejadian DBD di Kelurahan Sawojajar Kota Malang 2. Terdapat hubungan antara perilaku –
perilaku beresiko DBD dengan keberadaan jentik, dengan p=0,038 dan OR=1,98 (95,0% C.I= 1,077;3,640). Perilaku yang berpengaruh terhadap keberadaan jentik adalah kebiasaan menyikat bak mandi walaupun belum signifikan dengan p=0,061 dan OR=0,718 (95,0% C.I= 0,507;1,016). 3. Tidak ditemukan hubungan antara
keberadaan jentik dengan kejadian DBD (Pvalue=0,065).
Saran
1. Penelitian dengan menggunakan variabel kejadian DBD menggunakan rentang waktu lebih pendek.
2. Perlu diteliti faktor perilaku lainnya yang berpotensi sebagai perilaku beresiko DBD dengan sampel dan metode yang baik.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui seperti apakah praktek menyikat bak mandi yang terjadi di masyarakat.
4. Masyarakat harus lebih memperhatikan dan menghindari kebiasaan – kebiasaan beresiko DBD secara mandiri dan
teratur melaksanakan kegiatan PSN DBD misalnya 3M menguras dan menyikat tempat – tempat penampungan air, menutup rapat – rapat tempat penampungan air, mengubur barang – barang bekas yang dapat menampung air hujan agar dapat mengurangi keberadaan jentik dan penularan penyakit DBD dapat ditekan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym, 2010. Demam Berdarah Dengue, (online), (http://dinkesjatim.go.id. Diakses tanggal 12 Juli 2010) Ainun, 2010. DBD Cemaskan Warga Kota
Malang, (online),
(http://www.beritajatim.com/detailne ws.php. Diakses tanggal 12 Juli 2010)
Akhmad, 2007. Menentukan Populasi dan
Sampel, (online),
(http://skripsimahasiswa.blogspot.co m/2007/12/menentukan-populasi-dan-sample-definisi. Diakses Tanggal 8 Oktober 2010)
Amida, Roose. Hubungan Sosiodemografi & Lingkungan dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru tahun 2008. USS Medan, 2008
Azwar, S. 2003. Sikap Manusia: Teori & Pengukurannya. Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bascommetro, 2009. Konsep Perilaku Kesehatan, (online),
(http://www.bascommetro.com/2009/ 05/konsep-perilaku-kesehatan). Diakses tanggal 7 Oktober 2010) Depkes RI (2005). Pencegahan &
Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Dirjen PP&PL
Dia, 2008. Warga Malang Diminta Waspadai DBD, (online),
(http://kesehatan.kompas.com/read/ 2008/10/09/1821109/Warga.Malang. Diminta.Waspadai.DBD. diakses tanggal 24 Juni 2010)
(http://suaramerdeka.com. Diakses tanggal 14 Juni 2010)
Dinata, Arda, AMKL : Putus dengan Nyamuk?, Bisakah?. Staf Loka Litbang Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Ciamis, Balitbang Kesehatan Depkes RI.
2007. (Online),
(http://www.litbang.depkes.go.id/loka ciamis/index.htm. Diakses tanggal 7 Oktober 2010)
Gandahusada, S., Ilahude, H. D., dan Pribadi, W., 2004. Parasitologi Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, Gaya Baru. Hal. 221-235, 244-250
Hasyimi M, Sukowati S, Kusriastuti R, Muchlastriningsih. 2005. Situasi Vektor Demam Berdarah Dengue saat Kejadian Luar Biasa (KLB) di Pasar Rebo, Jakarta Timur. Media Penelitian & Pengembangan Kesehatan
Litbang, 2006. Demam Berdarah Dengue, (online),
(http://www.litbang.depkes.go.id. Diakses tanggal 7 Oktober 2010) Luhulima, Bahang. 2008. Konsultan
Pengendalian Vektor Penyakit dan Pengendalian Hama. (Online), (bahangdkk.blogspot.com. Diakses tanggal 7 Oktober 2010)
Media Center FKUB, 2009. LPM FKUB Memberikan Penyuluhan Demam Berdarah Warga Sawojajar, (online), (http://fakultaskedokteranonline.blog spot.com. Diakses tanggal 14 Juni 2010)
Medicines. Diagnosis dan Terapi Cairan pada Demam Berdarah Dengue. Journal of Pharmaceutical Development and Medical application. 2009.
Muhaimin, Toha, 2009. Kontribusi dan Peran Public Health dalam Penanggulangan HIV/AIDSI, (online), (http://www.fkm.ui.ac.id. Diakses tanggal 25 September 2010)
Notoadmodjo, Soekidjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip –
Prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. 118-127
NSW Health. 2008. Mosquito Photos. (Online),
(www.arbovirus.health.nsw.gov.au. Diakses tanggal 7 Oktober 2010) P2PL Dinkes Kota Malang (2009). Angka
Bebas Jentik yang Dilakukan oleh kader Jumantik & Petugas Puskesmas (PE th 2009)
Prihatiningsih. Hubungan Faktor Perilaku dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Boyolali I. UM Surakarta, 2009
Rahardjo, Gembong. 2008. Status dan mekanisme resistensi nyamuk Aedes aegypti (Diptera:Culicidae) di beberapa kota di Indonesia terhadap insektisida Piretroid, (Online),
(http://www.iapw. Diakses tanggal 7 Oktober 2010)
Rosdiana. Hubungan Pengetahuan, Sikap & Perilaku dengan Pemberantasan Sarang nyamuk DBD di RT 02 Desa Loa Janan Ulu Puskesmas Loa Janan Kutai Kertanegara Kalimantan Timur. USM Surakarta, 2010
Santoso. Hubungan Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP) masyarakat terhadap vector DBD di kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Ekologi Kesehatan 2008
Saroso, Sulianti, DEMAM BERDARAH. Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta, 2007 (Online),
(http://www.infeksi.com/articles. Diakses tanggal 7 Oktober 2010)
Staf Pengajar Laboratorium Parasitologi.
2006. Petunjuk Praktikum
Parasitologi Arthropoda. Malang: Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Hal.1-7.
(http://statistikaterapan.wordpress.co m. Diakses tanggal 8 Oktober 2010)
Wikipedia.2009. Demam Berdarah Dengue, (online), (http://www.wikipwdia.org. Diakses 14 Juli 2010)
Wikipedia.2011. Perilaku Manusia, (online), (http://www.wikipwdia.org. Diakses 1 Maret 2011)
Zettel, Catherine. 2008. Yellow Fever Mosquito. (Online), (University of Florida.com. Diakses 7 Oktober 2010)
Zuhriyah, Lilik, dkk. 2010. Gender and Prevention of Dengue Haemorrhagic Fever. Disampaikan pada 16th
Qualitative Health Research
Conference, Oct 3-5-2010
Vancouver, British Columbia,
Canada.
Menyetujui Pembimbing I