• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS (8)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS (8)"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

INTEGRASI TASAWUF DAN SAINS Maya Purnamasari Sitorus

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

e-mail : mayapurnamasarisitorus16@gmail.com

PENDAHULUAN

Artikel ini membahas tentang Integrasi Tasawuf dan Sains yang telah dirangkum dari pendapat para sufi yang dikutip dalam buku Gerbang Tasawuf, adapun tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui tentang Integrasi Tasawuf dan Sains agar kita dapat lebih memahaminya dan dapat dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari. Dan kajian ini menggunakan metode deskriptif analisis.

A. Integrasi dalam sejarah islam

(2)

dan hukum Islam. Quthb al-Din al-Syirazi (w. 1311) cukup dikenal sebagai ahli dalam bidang astronomi, matematika, kedokteran, fisika, musik, filsafat, dan tasawuf. Mulla Shadra (w. 1640) adalah seorang pakar teologi, hukum islam, tafsir, dan hadis, selain menguasai filsafat dan tasawuf. Baha’ al-al-Din Amili (W. 1621) merupakan seorang ahli hadis, filsuf, matematikawan, dan arsitek. Menarik disimak bahwa banyak ilmuan Muslim terdahulu yang kehidupan mereka sangat religius dan sufistik, tetapi mereka menguasai filsafat dengan segala cabangnya seperti metafisika, matematika, fisika, astronomi, biologi, kedokteran, dan teknologi arsitektur.

Dengan demikian, intigrasi ilmu dalam islam bukan hal yang baru. Sebab, para ilmuan muslim klasik telah mengerjakan proyek keilmuan tersebut sepanjang masa keemasan Islam.

B. Integrasi dalam Ranah Ontologi

Menurut ja’far (2016:105) ontologi berasal dari Yunani, ont yang bermakna keberadaan, dan logos yang bermakna teori, sedangkan dalam bahasa Latin disebut ontologia , sehingga bermakna teori keberadaan sebagaimana keberadaan tersebut. Dengan demikian ontologi berarti ilmu yang berpelajarin tentang keberadaan yang berfokus pada objek kajian ilmu. Para sufi awalnya lebih memfokuskan kepada masalah kedekatan pada Allah Swt, tetapi belakangan ini mereka meluaskan objek kajian tasawuf kepada persoalan wujud, sehingga mereka tidak saja membahas hakikat wujud-Nya, tetapi juga wujud alam dan manusia. Hal ini dapat dilihat dari karya –karya Ibn ‘Arabi, Suhrwardi, dan Mulia Shadra. Dari aspek ini, akan dapat dilihat titik singgung antara tasawuf dengan sains, sebab tasawuf bukan hanya membahas tentang bagaimana mendekatkan diri kepada Allah Swt, atau hakikat wujud-Nya, tetapi juga memberikan perspektif tasawuf mengenai hakikat alam dan manusia, sebagaimana sains juga hendak mengkaji dan menelaah fenomena – fenomena alam ,terutama berbagai persoalan tentang mineral, tumbuhan, hewan dan manusia. Tentu saja gagasan kaum sufi dinilai akan memberikan kontribusi dan pengayaan perspektif dalam upaya memahami dunia fisik tersebut. Sebab itu lah karya – karya mpnemental mereka perlu dikenalkan kepada para mahasiswa Muslim yang menekuni bidang sain dan teknologi.

Berbeda dari saintis Barat sekuler, para filsuf Muslim dan sufi berpendapat bahwa ada hubungan erat antara alam dengan Allah Swt. Menurut Ibn ‘Arabi(w.1240), alam diciptakan Allah Swt, dengan proses penampakkan diri – Nya pada alam epiris yang majemuk. Penampakkan diri – Nya mengambil 2 bentuk yaitu :

a) Tajalli dzali dalam bentuk penciptaan potensi.

b) Tajalli syuhudi dalam bentuk penampakkan diri dalam citra alam semesta.

Teori Ibn ‘Arabi tentang alam didasari oleh doktrinnya tentang kesatuan wujud(wahdat al – wujud) dan tajalli. Dari prespektif Ibn ‘Arabi, alam merupakan manifestasi sifat – sifat Allah Swt dan cermin bagi – Nya, sebagaimana ditemukan dalam banyak teori ilmuwan – ilmuwan Barat –sekular. Ja’far(2016:107)

C. Integrasi dalam Ranah Epistemologi

Menurut ja’far (2016:107) istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani yang bermakna pengetahuan dan ilmu, yang jika digabungkan menjadi ilmu pengetahuan. Epistemologi dimaknai sebagai cabang filsafat yang membahas pengetahuan dan pembenaran dan kajian pokok epistemologi adalah makna pengetahuan, kemungkinan manusia meraih pengetahuan dan hal – hal yang dapat diketahui.

(3)

Kajian – kajian ilmu – ilmu alam mengandalkan metode observasi dna eksperimen yang disebut dalam epistemologi islam sebagai metode tajribi, sedang kajian tasawuf mengandalkan metode ‘irfani yang biasa disebut metode tazkiyah al – nafs.Sebagian sufi memanfaatkan metode ‘irfani untuk mendapatkan pemahaman mendalam mengenai dunia metafisik dan dunia fisik. Dari aspek ini, saintis Muslim, meskipun lebih banyak mengedepankan metode tajribi(observasi dan eksperimen) dalam mengembangkan ilmu – ilmu alam, tetap perlu mengambil metode tasawuf dalam menemukan ilmu dan kebenaran, dimana kaum sufi mengutamakan metode tazkiyah al – nafs (penyucian diri) dengan melaksankan berbagai ritual ibadah termasuk dzikir, serta melakukan praktik riyadhah dan mujahadah. Dari perspektif islam, kesucian jiwa manusia menjadi syarat utama untuk memperoleh ilmu secara langsung dari sumber asalnya, yaitu Allah Swt yang diketahui memliki sifat al –Alim. Ja’far(2016:109)

D. Integrasi dalam Ranah Aksiologi

Istilah aksilogi berasal dari Yunani, axios yang bermakna nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah teori nilai, investigasi terhadap asal, kriteria, dan status metafisik dari nilai tersebut.

· Menurut Bunnin dan Yu, aksiologi adalah studi umum tentang nilai dan penilaian, termasuk makna, karakteristik dan klasifikasi nilai, serta dasar dan karakter pertimbangan nilai.

· Menurut Suriasumantri menyimpulkan bahwa asiologi sebagai bagian dari kajian filsafat ilmu membahas tentang kegunaan dan penggunaan ilmu, berkaitan antara penggunaan ilmu dengan kaedah moral, dan hubungan antara prosuder dan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma – norma moral dan profesional.

Kajian aksiologi lebih ditujukan kepada pembahasan manfaat dan kegunaan ilmu dan etika akademik ilmuwan. Konsep al – maqamat dan al – ahwal dapat menjadi semacam etika profesi seorang saintis sebagai ilmuwan muslim. Contohnya seorang saintis muslim, sebagaimana ilmuwan klasik harus menampilkan kehidupan sufistik seperti sikap zuhud, warak, sabar, tawakkal, cinta, fakir, dan rida dalam menjalankan kegiatan akademik maupun dalam kehidupan sosialnya. Meskipun memiliki banyak kekayaan material, seorang saintis muslim masa depan harus bersikap zuhud dan fakir, dan menolak harta yang syubhat dan haram.

Dengan demikian saintis Muslim masa depan dituntut untuk mengail kearifan dalam ajaran tasawuf, dan dapat menginternalisasikannya dalam kehidupan akademik dan sosialnya.

1. Ja’far,Gerbang Tasawuf Dimensi Teoritis Dan Praktis Ajaran Kaum Sufi , Perdana Publishing,

Referensi

Dokumen terkait

Rawan Longsor Kabupaten Mamuju (Kalumpang, Bonehau, Kalukku, Simkep, Tapalang Barat), Majene (Ulumanda, Malunda, Tubo, Tammerodo, Pamboang, Banggae), Mamasa (seluruh kecamatan)

Ketentuan-ketentuan tentang pembentukan, pembahasan dan penetapan Peraturan Daerah yang diatur dalam Pasal 105 sampai dengan Pasal 115 Peraturan Tata Tertib DPRD

Nilai yang terkandung dalam sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan didasari oleh sila ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang

 ada daerah daerah &y &yoming' oming' (merika. Metodologi Metodologi yang yang digunakan digunakan dalam dalam embuatan embuatan aer aer ini

Menurut Trochim (2002), penilaian sumatif terdiri daripada lima jenis iaitu: (1) penilaian hasil yang bertujuan untuk menilai sama ada hasil sesuatu program adalah seperti

mengatakan mengalami stressfull yang sangat tinggi pada saat bekerja (Northwestern National Life Survey), sementara lembaga survei lainnya menyebutkan bahwa pekerja

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengamati serta mempelajari untuk mengetahui bagaimana karakter yang dibangun oleh tokoh, bagaimana alur cerita pada ulasan serta

Dengan adanya penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governace (keterbukaan, kemandirian, akuntabilitas, pertanggung jawaban, dan kesetaraan) yang baik, maka akan