• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I - MAKALAH SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I - MAKALAH SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

“KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAH KEBIJAKSANAAN

DALAM PERMUSYAWARATAN DAN PERWAKILAN”

NAMA :

ANDAN PRADANA (14810134032) ARIABIMA FAJAR BAIHAQI (14810134051)

DWI HENNY HARDIYATI (148101340 41) HANDIKA ARISDIANTO (14810134045)

FAKULTAS EKONOMI

(2)

2015

BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar Belakang

Sebagai warga negara yang baik, setia kepada nusa dan bangsa, seharusnyalah mempelajari dan menghayati pandangan hidup bangsa yang sekaligus sebagai dasar filsafat negara, seterusnya untuk diamalkan dan dipertahankan. Pancasila selalu menjadi pegangan bersama bangsa Indonesia, baik ketika negara dalam kondisi yang aman maupun dalam kondisi negara yang terancam. Hal itu tebukti dalam sejarah dimana pancasila selalu menjadi pegangan ketika terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap eksistensi bangsa indonesia.

Pancasila merupakan cerminanri karakter bangsa dan neg indonesia yang beragam. Semua itu dapat diterlihat dari fungsi dan kedudukan pancasila, yakni sebagai; jiwa bangsa indonesia, keribadian bangsa, pandangan hidup bangsa, sarana tujuan hidup bangsa indonesia, dan pedoman hidup bangsa indonesia.

Oleh karena itu, penerapan pancasila dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara sangat penting dan mendasar oleh setiap warga negara, dalam segala aspek kenegaraan dan hukum di Indonesia. Pengamalan pancasila yang baik akan mempermudah terwujudnya tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa makna pancasila sila keempat? 2. Apa pengertian dari demokrasi?

3. Apa saja nilai-nilai yang terkandung pada demokrasi?

4. Bagaimana pengamalan pancasila sila keempat dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Makna Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat dalam Permusyawaratan Perwakilan

Nilai yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan ini didasari oleh sila pertama, kedua, ketiga, dan kelima. Nilai filosofi yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat negara sebagai penjelmaan dari sifat kodrat manusia ssebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa yang bersatu yang bertujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam suatu wilayah negara. Negara adalah dari, oleh dan untuk rakyat. Oleh karena itu rakyat merupakan asal mula kekuasaan negara. Sila ke-4 sangat berkaitan dengan demokrasi, jika kita membahas tentang pancasila sila ke-4, maka kita akan membahas dan mempelajari tentang demokrasi.

Sila kerakyatan mengandung nilai demokrasi secara mutlak yang harus dilaksanakan dalam kehidupan bernegara. Nilai-nilai sila ke-4 yang terkandung antara lain:

1) Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggungjawab baik terhadap masyarakat bangsa maupun secara moral terhada Tuhan yang Maha Esa.

2) Menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.

3) Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama.

4) Mengakui atas perbedaan individu, kelompok, ras, agama, karena perbedaan adalah merupakan suatu bawaan korat manusia.

5) Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap diri individu, kelompok, ras, suku, maupun agama.

6) Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerja sama kemanusiaan yang beradab. 7) Menjunjung tinggi asas musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang beradab.

(4)

B. Pengertian demokrasi

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi

mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.

Kata ini berasal dari bahasa Yunani (dēmokratía) "kekuasaan rakyat", yang terbentuk dari (dêmos) "rakyat" dan (kratos) "kekuatan" atau "kekuasaan". Pada abad ke-5 SM untuk menyebut sistem politik negara-kota Yunani, salah satunya Athena; kata ini merupakan antonim dari (aristocratie) "kekuasaan elit". Secara teoretis, kedua definisi tersebut saling bertentangan, namun kenyataannya sudah tidak jelas lagi. Sistem politik Athena Klasik, misalnya, memberikan kewarganegaraan demokratis kepada pria elit yang bebas dan tidak menyertakan budak dan wanita dalam partisipasi politik. Di semua pemerintahan demokrasi sepanjang sejarah kuno dan modern, kewarganegaraan demokratis tetap ditempati kaum elit sampai semua penduduk dewasa di sebagian besar negara demokrasi modern benar-benar bebas setelah perjuangan gerakan hak suara pada abad ke-19 dan 20. Kata demokrasi (democracy) sendiri sudah ada sejak abad ke-16 dan berasal dari bahasa Perancis Pertengahan dan Latin Pertengahan lama.

Suatu pemerintahan demokratis berbeda dengan bentuk pemerintahan yang kekuasaannya dipegang satu orang, seperti monarki, atau sekelompok kecil, seperti oligarki. Apapun itu, perbedaan-perbedaan yang berasal dari filosofi Yunani ini sekarang tampak ambigu karena beberapa pemerintahan kontemporer mencampur aduk elemen-elemen demokrasi, oligarki, dan monarki. Karl Popper mendefinisikan demokrasi sebagai sesuatu yang berbeda dengan

kediktatoran atau tirani, sehingga berfokus pada kesempatan bagi rakyat untuk mengendalikan para pemimpinnya dan menggulingkan mereka tanpa perlu melakukan revolusi.

Ada beberapa jenis demokrasi, tetapi hanya ada dua bentuk dasar. Keduanya menjelaskan cara seluruh rakyat menjalankan keinginannya. Bentuk demokrasi yang pertama adalah

(5)

masih merupakan satu kekuasaan berdaulat namun kekuasaan politiknya dijalankan secara tidak langsung melalui perwakilan; ini disebut demokrasi perwakilan. Konsep demokrasi perwakilan muncul dari ide-ide dan institusi yang berkembang pada Abad Pertengahan Eropa, Era

Pencerahan, dan Revolusi Amerika Serikat dan Perancis.

C. Nilai dan Butir – Butir Demokrasi

Nilai yang terkandung dalam sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan didasari oleh sila ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, serta persatuan Indonesia, dan mendasari serta menjiwai sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai filosofis yang terkandung didalamnya adalah bahwa hakikat negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Hakikat rakyat adalah merupakan sekelompok manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa yang bersatu yang bertujuan muwujudkan harkat dan martabat manusia dalam suatu wilayah negara. Rakyat adalah merupakan subjek pendukung pokok negara. Negara adalah dari, oleh dan untuk rakyat, oleh karena itu rakyat adalah merupakan asal mula kekuasaan negara. Sehingga dalam sila kerakyatan terkandung nilai demokrasi yang secara mutlak harus dilaksanakan dalam hidup negara. Maka nilai-nilai demokrasi yang terkandung dalam sila keempat adalah :

•Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap masyarakat bangsa maupun secara moral terhadapTuhan yang Maha Esa.

•Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.

•Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama.

•Mengakui atas perbedaan individu, kelompok, ras, suku, agama, karena perbedaan adalah merupakan suatu bawaan kodrat manusia.

(6)

•Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerjasama kemanusiaan yang beradab. •Menjunjung tinggi atas musyawarah, sebagai moral kemanusiaan yang beradab.

•Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan sosial agar tercapainya tujuan bersama.

B u t i r - b u t i r D e m o k r a s i :

•Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.

•Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

•Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. •Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

•Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah. •Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.

•Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

•Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

•Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepadaTuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

•Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.

D. Pengamalan Demokrasi dalam Kehidupan sehari

(7)

demokrasi dalam ke hidupan sehari-hari.

1) Sebagai warga negara dan warga-masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam.

2) Keputusan yang menyangkut kepentingan bersama terlabih dahulu diadakan musyawarah, dan keputusan musyawarah diusahakan secara mufakat, diliputi oleh semangat kekeluargaan.

3) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah dan melaksanakannya dengan itikad baik dan rasa tanggungjawab.

(8)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah mempelajari sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat dalam

Permusyawaratan/ Perwakilan, kita dapat mengetahui makna pancasila khusunya sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Pancasila bukan hanya sebagai simbol persatuan dan kebanggan bangsa. Tetapi, pancasila adalah acuan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, kita wajib

mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Tingkah laku sehari-hari kita harus mencermin pada nilai-nilai luhur pancasila. Selain dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai tenaga kesehatan khususnya bidan juga harus mengamalkan pelaksanaan Pancasila, berupa pelaksanaan butir-butir Pancasila yang sangat diperlukan bagi seorang tenaga kesehatan khususnya bagi seorang bidan. Dengan pelaksanaan tersebut, bidan dapat bertindak seorang yang profesional dan sebagai warga negara yang baik dan benar.

B. Saran

Dewasa ini pengamalan Pancasila semakin memudar terlebih lagi di era globalisasi, sehingga mengancam mental dan kepribadian bangsa Indonesia. Hal ini harus segera ditangani dengan cara meningkatkan penanaman pengamalan Pancasila melalui pendidikan yang

Referensi

Dokumen terkait

Sila Ketuhanan Maha Esa menjiwai sila Kemanusiaaan yang adil dan beradab, sila Persatuan Indonesia, sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

Pancasila yang terdiri dari lima sila (Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

Nilai yang terkandung di dalam sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan didasari oleh sila Ketuhanan yang maha Esa,

Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan Sila Keempat :. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat kebijaksanaan Dalam

Ketuhanan yang Mahaesa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan ,

“… dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

A. Ketuhanan Yang Maha Esa. Kemanusiaan yang adil dan beradab. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan permusyawaratan dan perwakilan. Keadilan Sosial bagi seluruh

Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Sila Ketiga: Persatuan Indonesia Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan