BENTUK DAN SUSUNAN PANCASILA (HIRARKIS PIRAMIDAL)
Pancasila adalah dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, suatu ideologi yang dianut dan dijadikan sebagai pandangan dan pedoman bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sendiri berasal dari bahasa sansekerta yaitu “panca” yang dalam bahasa Indonesia bermakna 5 (lima) dan “syila” yang bermakna batu sendi / alas / dasar, dari dua kata itulah pancasila tersusun. Pancasila memiliki arti lima dasar yaitu meliputi :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pancasila yang terdiri atas 5 sila diatas pada hakikatnya merupakan suatu system filsafat. Pengertian system adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling berkerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh, di mana setiap sila pada hakikatnya merupakan suatu asas dan fungsi sendiri-sendiri, namun secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis karena :
Susunan sila Pancasila bersifat organis.
Susunan sila-sila Pancasila merupakan kesatuan yang organis yakni satu sama lain membentuk suatu sistem yang disebut dengan istilah majemuk tunggal. Majemuk tunggal artinya Pancasila terdiri dari 5 sila tetapi merupakan satu kesatuan yang berdiri sendiri secara utuh.
Susunan sila Pancasila bersifat Hierarkis dan berbentuk Pyramidal.
bentuknya. Secara singkat uraian Notonagoro di atas dapat dinyatakan bahwa bentuk susunan hierarkis-piramidal Pancasila ialah: Kesatuan bertingkat yang tiap sila di muka sila lainnya merupakan basis atau pokok pangkalnya, dan tiap sila merupakan pengkhususan dari sila di mukanya. Sila pertama menjelaskan bahwa pada sila pertama itu meliputi dan menjamin isi sila 2, 3, 4, dan 5, begitu pula sila-sila berikutnya saling berkaitan erat dan menjiwai satu dengan yang lain.
Bentuk susunan hierarkis-piramidal Pancasila, dapat digambarkan dalam bentuk diagram yang disebut dengan diagram hierarkis-piramidal Pancasila. Dengan adanya bentuk diagram ini, terlebih dahulu dapat diuraikan sebagai pengantar bahwa Tuhan Pencipta segala makhluk, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Esa, asal segala sesuatu dan sekaligus sebagai dasar semua hal yang ada dan yang mungkin ada. Oleh karena itu Tuhan sebagai dasar dari penciptaannya, yang di dalam diagram digambarkan sebagai dasar terbentuknya diagram itu, dan salah satu ciptaan Tuhan adalah manusia. Diagram hierarkis-piramidal Pancasila menunjukkan sekelompok himpunan manusia yang mempunyai sifat-sifat tertentu. Adapun himpunan yang merupakan dasar adalah adanya sekelompok manusia yang dalam kehidupannya selalu mengakui dan meyakini adanya Tuhan baik dengan pernyataan maupun perbuatannya. Selanjutnya sebagai pengkhususan diikuti suatu himpunan manusia yang saling menghargai dan mencintai sesama manusia, memberikan dan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya. Dalam kehidupan manusia, secara kodrati terbentuk adanya suatu kelompok-kelompok atau perserikatan-perserikatan persatuan sebagai penjelmaan makhluk sosial. Dan salah satu perserikatan adalah Persatuan Indonesia. Di dalam persatuan itu membutuhkan pimpinan serta kekuasaan untuk mengatur kehidupan sehari-hari sebagai warga persatuan, dan karena persatuan dibentuk dari warga rakyat, maka pimpinan harus di tangan rakyat secara kekeluargaan, yang disebut dengan istilah kerakyatan, sering juga disebut dengan kedaulatan rakyat, dalam arti rakyatlah yang berkuasa, rakyat yang berdaulat.
Referensi
Sumber Internet :
Ø Athoullah Mondir. Kamis 30 Juni 2011. PANCASILA BERSIFAT HIRARKIS DAN BERBENTUK PIRAMIDAL. Vandome Blogger
Ø Agus Nugraha. Kamis 2 Mei 2013. Makalah lengkap tentang pancasila : PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT. Master SEO Blogger Ø Nurwendah Wulandari. Rabu 11 Januari 2012. Bentuk dan Susunan Pancasila. Blogger
BENTUK DAN SUSUNAN PANCASILA
Bentuk Pancasila di dalam pengertian ini diartikan sebagai rumusan
Pancasila sebagaimana tercantum di dalam alinea IV Pembukaan UUD’45. Pancasila sebagai suatu sistem nilai mempunyai bentuk, ciri-cirinya yaitu:
a. Setiap sila dalam Pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh. Artinya, masing-masing sila dalam Pancasila tidak dapat dipisahkan.
b. Setiap unsur pembentuk Pancasila merupakan unsur mutlak yang membentuk kesatuan, bukan unsur komplementer. Artinya, salah satu sila dalam Pancasila kedudukannya tidak lebih rendah dari sila yang lain. Sila pertama berkaitan dengan Tuhan sebagai Causa Prima (sebab pertama) dan sila yang lainnya bukan sebagai unsur pelengkap.
c. Sebagai satu kesatuan yang mutlak, tidak dapat ditambah atau dikurangi. Artinya, Pancasila tidak dapat diperas menjadi trisila ataupun eka sila.
Susunan sila- sila Pancasila merupakan kesatuan yang organis, satu sama lain membentuk suatu sistem disebut dengan istilah majemuk tunggal (Notonagoro). Majemuk tunggal artinya Pancasila terdiri dari 5 sila tetapi merupakan satu kesatuan yang berdiri sendiri secara utuh.
Bentuk dan susunan Pancasila hierarkhis-piramidal. Hierarkhis berarti tingkat, sedangkan piramidal dipergunakan untuk menggambarkan hubungan bertingkat dari sila-sila Pancasila dalam urutan luas cakupan (teba berlakunya pengertian) dan juga isi pengertian. Rumusan Pancasila yang hierarkhis-piramidal yaitu:
1. Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah meliputi serta menjiwai sila kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Sila kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah diliputi atau dijiwai sila Ketuhanan Yang Maha Esa, meliputi serta menjiwai sila persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Sila ketiga : Persatuan Indonesia, adalah diliputi atau dijiwai sila Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, meliputi serta menjiwai sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 4. Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, adalah diliputi atau dijiwai sila Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, meliputi serta menjiwai sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan (Kaelan, 2008:60).
Pancasila sebagai satu kesatuan sistem nilai, juga membawa implikasi bahwa antara sila satu dengan sila yang lain saling mengkualifikasi. Hal ini berarti bahwa antara sila satu dengan sila yang lain, saling memberi kualitas, memberi bobot isi (Rukiyati, 2008:31 ). Rumusan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan
mengkualifikasi:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Sila Persatuan Indonesia, adalah ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, adalah ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, adalah ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
DAFTAR PUSTAKA
Rukiyati. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: UNY Press. Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakatra: Paradigma.