• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membangun Konsep Pendidikan Yang Islami.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Membangun Konsep Pendidikan Yang Islami."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Fajar Hadi Kesuma NIM : 0301162178

Jur/Sem : Pendidikan Agama Islam/ III

Resume Buku

Judul : Filsafat Pendidikan Islam (Membangun Konsep Yang Islami) Penulis : Dr. Salminawati,SS.,MA.

Penerbit : Citapustaka Media Perintis Tahun Terbit : 2016

Jumlah Halaman : 192 Halaman

BAB I

Filsafat, Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidikan Islam 1. Pengertian

a. Filsafat artinya cinta akan kebaikan

b. Filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertayaan-pertanyaan dalam lapangan pendidikan.

c. Filsafat pendidikan Islam adalah konsep berfikir tentang pendidikan yang bersumber pada ajaran agama Islam tentang hakikat kemampuan manusia untuk dibina dan dikembangkan. 2. Ruang Lingkup

a. Filsafat, memiliki bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilm, yaitu ontologi, epistiologi dan aksiologi b. Filasafat pendidikan, yang menjadi objek filsafat pendidikan ialah semua aspek yang

berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri.

c. Filsafat Pendidikan Islam, Masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode dan lingkungannya. 3. Tujuan Filsafat Pendidikan Islam

(2)

c. Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu.

d. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis dan perusahaan.

e. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. 4. Metode

a. Metode filsafat

1. Hikmah Agumentatif, bekerja dengan penekanan kepada silogsme berfikir, artinya metode ini bekerja dengan menitik beratkan penelaahan kepada hall-hal yang bersifatt umum terlebih dahulu, kemudian kepada yang khusus.

2. Hikmah intuitif, dalam memutuskan satu perkara, penganut metode intuitif dikenal lebih banyak menggunakan inspirasi.

3. Hikamah eksprimental, metode ini hanya mengandalkan panca indra sebagai alat kerjanya.

4. Metode hikamah dialektis, lebih menekankan kepada apa yang disebut sebagai hal yang populer atau figurcentris mengenai berbagai permasalahan alam dan universal. b. Metode filsafat pendidikan

1. Sesuatu prosedur yang dipakai untuk mecapai suatu tujuan.

2. Sebagai teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu.

3. Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur. c. Metode filsafat pendidikan Islam

1. Bahan-bahan yan akan digunakan dalam pengembangan filsafat pendidikan islam. 2. Metode pencarian bahan.

3. Metode pembahasan. 4. Pendekatan.

BAB II

Konsep Manusia dalam Persfektif Filsafat Pendidikan Islam A. Makna manusia dalam Al-Qur’an

1. Al-Basyar adalah pengertian manusia pada umumnya, yaitu manusia dalam kehiduoan sehari-hari yang sangat bergantung pada kodrat alamiah.

(3)

3. Al-Insan pada umumnya digunakan menggambarkan pada keistimewaan manusia peyandang predikat khalifah di muka bumi, sekaligus dihubungkan dengan proses penciptaanya.

B. Potensi Manusia

Manusia diciptakan Allah memiliki potensi diantaranya: potensi jasmani dan potensi rohani. Pada dasarnya potensi dasar manusia menurut Islam addalah baik dan sekaligus buruk. Potensi itu berkembang sangat bergantung kepada pengaruh lingkungan.

Untuk mengetahui tentang konsep manusia, watak dasar dan karakteristiknya tidak dilakukan dengan keilmuan yang emirik maupun pendekatan rasional falsafi saj, sebeb pendekatan seperti itu tidak menyentuh esensi dan hakikat manusia yang sebenarnya. Oleh karena itu di perlukan pendekatan Qur’ani yang kebenaranya absolut.

BAB III

Konsep Masyarakat dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam

Dalam kitab Al-Mufradat fi Gharib Al-Qur’an, “masyarakat” diartika sebagai semua kelompok yang dihimpun oleh persamaan agama, waktu, tempat, baik secara terpaksa maupun kehendak sendiri.

A. Karakteristik Masyarakat Muslim

Dapat dirjuk pada masa Rasulullah Saw. Beliau telah meletakkan dasar-dasar kehidpan bermasyarakat setelah beliau hijrah ke Madinah dan manusia telah berbondong-bondong masuk Islam. Mulailah kemudian Nabi membentuk satu masyarakat baru dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mendirikan masjid 2. Ukhuwah Islamiyyah

3. Hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam 4. Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi dan sosial untuk masyarakat baru 5. Aspek-aspek edukasi

(4)

1. Mengarahkan diri dan semua anggota msyarakat (ummah) untuk bertuhid dan bertaqwa kepada Allah. (QS.23;52)

2. Masyarakat berkewajiban men-ta’lim, men-Ta’dib dan men-tarbiyahkan syariat Allah . meyeru agar manusia menyembah Allah dan menjauhi thaghut.( QS.16;36).

3. Masyarakat berkewajiban saling menyeru ke jalan Allah. (QS. 22:67).

4. Masyarakat (ummah) harus menegakkan sikap adil agar mereka bisa menjadi saksi atas perbuatan sesamanya.(QS.2:143).

5. Masyarakat berkewajiban mendidik tanggung jawab pada setiap warganya, sebab mereka hanya hidup dalam suatu rentang waktu.(QS.15:5).

BAB IV

Konsep ilmu dalam persfektif filsafat pendidikan Islam A. Pengertian al-‘Ilm

Ilmu dalam persfektif filsafat pendidikan Islam adalah menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan. Masalah yang sering di pertanyakan, apakah Al-Qur’an tidak bertentangan dengan akal. Lebih khususnya, apakah Al-Qur’an tidak bertentangan dengan masalah filsafat ?

Hal ini dapat dibuktikan dengan memaparkan empat pokok syarat ilmiah, antara lain: sesuatu dikatakan ilmuah harus memiliki objek tertentu, metode, bersistem dan sifatnya universal. Dengan demikian maka Al-Qur’an sebagai peunjuk telah memenuhi apa yang dimaksud oleh metode, Al-Qur’an memberi arah dan tujuan bagi manusia. Sistem artinya menjadikan suasanya beraturan, saling berkait dan berurut, sehinggan semua bagian merupakan kesatuan keseluruhan. Harus berifat universal, artinya umum, kebenaran Al-Qur’an tidak terbatas oleh ruang dan waktu.

Kesimpulannya adalah ilmu dalam perspetif Islam berdasarkan intelek (hati nurani dan akal subjektif) yang mengarahkan rasio (akal objektif) kepada pmbentukan ilmu yang berdasarkan kesaaran dan keimanan kepada Allah.

B. Sumber-sumber ilmu pengetahuan

(5)

Disisi lain Al-Qur’an dan Hadits dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan. Besar alasannya adalah disamping Al-Qur’an sebagai pedoman hidup kaum muslimin, didalamnya terdapat banyak ayat berbicara tentang fenomena alam dan manusia.

C. Islamisasi ilmu pengetahuan

Hal ini berusaha supaya umat islam tidk begitu saja meniru metode-metode dari luar dengan mengembalikan pengetahuan pada pusatnya, yaitu Tauhid. Dari tauhid akan ada tiga macam kesatuan, yaitu kesatuan pengetahuan yang berarti bahwa pengetahuan harus menuju pada kebenaran yang satu. Kesatuan kehidupan, berarti hapusya perbedaan antara ilmu yang sarat nilai dengan ilmu yang bebas nilai. Kesatuan sejarah, artinya pengetahuan harus mengabdi pada umat dan pada manusia. Selama umat islam tidak mempunyai metodologi sendiri, maka uamt Islam akan selalu bahaya. Islamisasi pengetahuan berarti mengembalikan pengetahuan pada tauhid atau konteks kepada teks, maksudnya supaya ada kohernsi (lekat bersama) pengetahuan tidak lepas dari iman.

BAB V

Konsep dasar Pendidikan Islam A. Tarbiyah, Ta’lim dan Ta’dib

Tarbiyah arti dasarnya adalah menunjukkan makna tumbuh, berkembang, memelihara, merawat, mengatur dan menjaga kelastarian atau eksistensinya. Ta’lim merupakan proses pemberian pengetahuan, pemahaman, penegertian, tanggung jawab dan

ALLAH

Dzat ya g Ali

Ayat-ayat

Qur a iah Ayat-ayat

kauniah

Implementasi

manusia

Ilmu pengetahuan Saling

(6)

penanaman amana. Dan Ta’dib berasal dari kata Adabun, berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat.

B. Asas-asas Pendidikan Islam 1. Al-Quran

Al-Quran adalah firman Allah yang selanjutnya dijadikan pedoman hidup kaum muslim yang tidak ada lagi keraguan padanya. Di dalam nya terkandung ajaran-ajaran pokok menyangkut segala aspek kehidupan manusia yang selanjutnya dapat dikembangkan sesuai dengan nalar masing-masing bangsa dan kapanpun masanya dan hadir secara fungsional memcahkan problem kemanusiaan

2. Sunnah

Dasar yang kedua selain Al-Quran adalah sunnah Rasulullah saw. Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah saw dalam kehidupannya sehari-hari menjadi sumber utama pendidikan islam setelah Al-Quran.

3. Perkataan, Perbuatan dan Sikap Para Sahabat

Menurut Rahman, para sahabat Nabi memiliki karakteristik yang berbeda dari kebanyakan orang diantaranya yaitu:

a. Sunnah yang di lakukan para sahabat tidak terpisah dari sunnah Nabi

b. Kandungan khusus yang aktual atas sunnah sahabat sebagian besar merupakan produk ijtihad sahabat

c. Unsur kreatif dari kandugan pemikiran sahabat merupakan ijtihad personil yang mengalami kristalisasi menjadi ijma’ berdasarkan petunjuk Nabi terhadap sesuatu yang bersifat spesifik

d. Praktek amaliah sahabat identik dengan ijma’ ulama. 4. Ijthad

Ijtihad adalah penggunaan akal oleh para fuqaha islam untuk menetapkan suatu hukum yang belum ada ketetapannya dalam Al-Quran dan Hadist dengan syarat-syarat tertentu. Ijtihad dapat di lakukan dengan ijma’, qiyas, istihsan, mashalih al mursalah dan lain-lain. Dalam penggunaannya ijtihad meliputi seluruh aspek ajaran islam termasuk juga aspek pendidikan.

C. Esensi Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan islam memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(7)

b. Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas ke khalifahannya dimuka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah pada Allah, sehingga tugas tersebut terasa ringan dilaksanakan.

c. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga ia tidak menyalahgunakan fugsi ke khalifahannya

d. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya, sehigga ia memiliki ilmu akhlak dan eterampilan yang semua ini dapat digunakan guna mendukung tugas pengabdia dan ke khalifahannya.

e. Mengarahkan manusia agar dapat mecapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. D. Rumusan World Conference of Muslim Education Tentang Pendidikan Islam

First world conference of muslim education yang di adakan di mekkah pada tahun 1977merumuskan tujuan pendidikan islam sebagai berikut :“tujuan pada pendidikan islam adalah menciptakan manusia yang baik dan baertakwa yang menyembah Allah dalam arti yang sebenarnya, yang membangun struktur pribadinya sesuai dengan syari’ah islam serta melaksanakan segenap aktivitas kesehariannya sebagai wujud ketundukkannya kepada tuhan”.

BAB VI

UNSUR-UNSUR DALAM PENDIDIKAN ISLAM A.Esensi Pendidikan dalam Perspektif Falsafah Pendidikan Islam

Pendidik didalam Islam ialah sebagai berikut: 1. Allah swt

Dalam berbagai ayat Al-Quran di temukan beberapa ayat yang berbicara tentang kedudukan Allah sebagai pendidik, antara lain adalah: “segala puji bagi Allah Rabb bagi seluruh alam.” Q.S Al-fatihah ayat 1.

2. Rasulullah saw

Kedudukan Rasulullah saw sebagai pendidik di tunjuk langsungoleh Allah swt. Kedudukan Rasulullah sebagai pendidik ideal dapat di lihat dalam dua hal, yaitu Rasulullah sebagai pendidik pertama dalam pendidikan islam an keberhasila yag dicapai Rasulullah saw dalam melaksanakan pendidikan.

(8)

Dalam islam orang paling brtanggung jawab adalah orang tua terhadap anak didiknya. Tanggung jawab itu disebabkan oleh dua hal yaitu:

a) Karena kodratnya yaitu orangtua ditakdirkan menjadi orangtua anknya, dan karena itu ia ditakdirkan pula bertanggung jawab mendidik anak-anaknya.

b) Karena kepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya. 4. Guru

Pendidik di lemabaga pendidikan ersekolahan disebut dengan guru, yang meliputi guru madrasah atau sekolah sejak dari taman kanak-kanak, sekolah menengah, dan sampai perguruan tinggi.

B. Pengertian Pendidik dalam Perspektif Islam

Mu’allim berarti orang yang mengetahui dan banyak digunakan para ulama/ahli pendidikan untuk menunjuk pada hati guru. Murabby, berati menciptakan, mengatur, dan memelihara. Mursyid biasa digunakan utnuk pendidik dalam thariqah, dimana pendidik harus berusaha menularkan penghayatan akhlak dan kepribadiannya kepada peserta didiknya. Mudarris berasal dari kata darasa-yadrusu-darsan wa durusan wa dirasatan yang berati terhapus, hilang bekasnya, menghapus, menjadikan usang, melatih dan mempelajari. Mu’addib berasal dari kata adab yang berarti moral, etika, dan adab atau kemajuan lahir dan batin.

Sedangkan secara istilah, pendidik adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik.

C.Sifat dan Karakteristik Kepribadian Pendidik Muslim

Menurut al-Ghazali guru yang dapat diserahi tugas mengajar adalh guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya.

D.Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik Muslim

Tugas pendidik dapat dijabarkan dalam beberapa pokok pikiran, yaitu:

a. Sebagai pengajar yang bertugas merencanakan program pengajaran, melaksanakan program yang disusun, dan akhirnya dengan pelaksanaan penilaian setelah program tersebut terlaksana.

(9)

c. Sebagai pendidik yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan kepribadian sempurna.

Sedangkan tanggung jawab pendidik adalah:

a. Pendidik yang menemukan pembawaan yang ada pada anak didik. b. Pendidik wajib menoling anak didik dalm perkembangannya.

c. Bila anak didik sebagai manusia dewasa berpegalaman, pendidik wajib menyajikan jalan yang terbaik dan menunjukkan arah perkembangan yang tepat. d. Pendidik wajib memperlihatkan kepada ank didik tugas orang dewasa berkarya

dalam segala cabang pekerjaan.

e. Pendidik wajib tiap waktu mengadakan ealuasi untuk mengetahui apakah perkembangan anak didik dalm usaha mencapai tujuan sudah cukup baik.

f. Pendidik wajib memberikan bimbingan dan penyuluhan pada waktu anak mengalami kesulitan dengan cara yang sesuai dengan kemampuan ank didik dan tujuan yang akan dicapai.

E. Relasi Pendidik dengan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam

Ibnu Maskawaih menyatakan pendapat Aristoteles, bahwa guru adalah “bapak ruhani dan orang yang dimuliakan; kebaikan yang diberikan kepada muridnya merupakan kebaikan ilahiah, karena ia membawanya kepada kearigan, mengisinya denga kebijaksanaan yang tinggi dan menunjukkan kepada muridnya kehidupan dan keberkaitan yang abadi”.

F. Esensi Peserta Didik dalam Perspektif Falsafah Pendidikan Islam 1. Pengertian Peserta Didik

Dalam paradigma pendidikan islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan.

2. Sifat yang Harus dimiliki Peserta Didik

Imam al-Ghazali merumuskan sifat-sifat yang patut dimiliki peserta didik ialah: a. Belajar dengan niat ibadah dalm rangka mendekatkan diri kepada Allah.

b. Mengurangi kecenderungan pada kehidupan duniawi dibanding ukhrawi sebaliknya.

(10)

e. Memprioritaskan ilmu agama sebelum memasuki ilmu duniawi. 3. Tugas dan Tanggung Jawab Peserta Didik

a. Peserta didik hendaknya senantiasa membersihkan hatinya sebelum menuntut ilmu.

b. Tujuan belajar hendaknya dituukan untuk menghiasi ruh dengan berbagai sifat keutamaan.

c. Memiliki kemauan yangkuat untuk mencari dan menuntut ilmu diberbagai tempat. d. Setiap peserta didik wajib menghormati pendidikannya.

e. Peserta didik hendaknya belajar secara sungguh-sungguh dan tabah dalam belajar. G.Esensi Kurikulum dalm Perspektif Falsafah Pendidikan Islam

1. Pengertian Kurikulum

Kurikulum dirumuskan sebagai jumlah kegiatan yang mencakup berbagai rencana strategi belajar mengajar, pengaturan program-program agar dapat diterapkan, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Asas- Asas Kurikulum Pendidikan Islam a. Dasar agama

b. Dasar falsafah c. Dasar psikologis d. Dasar sosial

3. Ruang Lingkup Kurikulum Pendidikan Islam a. Hakikat manusia sebagai

- Kreasi atau makhluk yang diciptakan Allah

- Makhluk yang dianugerahi potensi jismiyah dan ruhiyah sehingga berkemampuan membelajarkan diri.

- Makhluk yang dipilih sebagai khalifah dimuka bumi yang diberi tugas untuk memimpin dan memakmurkan kehidupan didalamnya.

b. Kapasitas atau kemampuannya dalam meneladani dan mengembangkan sifat-sifat ketuhanan yang tersimpul dalam asmaul husna kedalam dirinya.

c. Adab atau akhlak d. Al-‘ilm

(11)

4. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam

a. Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal. b. Meluaskan perhatian dan kandungan.

c. Adanya prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum tentang seni dan ilmu. d. Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan pada kandungannya.

e. Keterkaitan antara kurikulum pendidikan Islam denga minat, bakat, keperluan dan perbedaan individu antara siswa.

1. Esensi Metode dalam Perspektif Falsafah Pendidikan Islam 1. Pengertian Metode Pendidkan Islam

Metode pendidika adalah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Metode lebih menunjukkan kepada jalan dalam arti jalan yang bersiat non fisik, yakni jalan dalam bentuk ide-ide.

2. Karakteristik Metode Pendidikan Islam

a. Keseluruhan proses penerapan metode pendidikan Islam

b. Proses pembentukan, penerapann, czn pengembangannya tetap tidak dapat dipisahkan dengan konsep akhlaqul karimah.

c. Bersifat luwes dan fleksibel

d. Berusaha sungguh-sungguh untuk menyeimbangkan antara teori dan praktik. e. Menekankan kebebasan peserta didik untuk berkreasi

f. Menekankan nilai-nilai keteladanan dan kebebasan pendidik dala menggunakan metode pendidikan.

g. Berupaya menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan terciptanya interaksi edukatif yang kondusif.

h. Merupakan usaha untuk memudahkan proses pengajaran dalam mencapai tujuannya secara efektif an efisien.

3. Dasar-Dasar Pertimbangan Penggunaan Metode dalam Pendidikan Islam a. Membentuk manusia didik yang mengabdi kepada Allah

b. Bernilai edukatif yang mengacu kepada petunjuk alquran dan Hadits c. Berkaitan dengan motivasi dan kedisiplinan sesuai dengan ajaran Islam. 4. Metode-Metode yang diperguanakan dalam Pendidikan Islam

a. Metode induksi (pengambilan kesimpulan) b. Metode perbandingan

(12)

d. Metode halaqah e. Metode Dialaog f. Metode Riawayat g. Metode mendengar h. Metode membaca i. Metode imla’ j. Metode hafalan k. Metode pemahaman

l. Metode lawatan untuk menuntut ilmu (pariwisata)

E.Alat Pendidikan: Reward and Punishsment dalam Perspektif Falsafah Pendidikan Islam

1. Ganjaran (reward)

a. Pengertian Ganjaran (reward)

Istilah reward dapat diartikkan sebagai:

1. Alat pendidkkan preventif dan represif yang menyenangkan dan bisa menjadi pendorong atau motivator belajar bagi murid.

2. Sebagai hadiah terhadap perilaku yang baik dari anak dalam proses pendidikan. b. Dasar-Dasar Pertimbangan Pemberian Ganjaran

1. Berikan atas perbuatan atau prestasi yang dicapai peserta didik. 2. Berikan penghargaan yang sesuai dengan prestasi yang diraih. 3. Sampaikan penghargaan untuk hal-hal positif

4. Jangan memberikan penghargaan disertai dengan ungkapan membanding-bandingkan.

5. Pilihlah bentuk penghargaan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. c. Bentuk-bentuk Ganjaran

1. Ekspresi verbal/pujian yang indah 2. Imbalan materi/hadiah

3. Menyayanginya

4. Memandang dan tersenyum 2. Punishment (hukuman)

a. Pengertian Hukuman

(13)

menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji dalam hatinya untuk tidak mengulanginya.

b. Tujuan Pemberian Hukuman

Hukuman dibuat bukan untuk balas dendam, tetapi untuk memperbaiki anak-anak yang dihukum dan melindungi murid-muri lain dari kesalahan yang sama.

c. Dasar-dasar Pertimbangan Pemberian Hukuman

Hukuman tidak diperlukan manakala masih ada instrumen lain yang bisa digunakkan untuk memelihara fitrah peserta didik agar tetap beriman atau bersyahadah kepada Allah.

d. Bentuk-bentuk Pemberian Hukuman - Mengandung makna edukasi

- Merupakan jalan atau solusi terakhir dari bebrapa pendekatan dan metode yang ada

- Diberikan setelah anak didik mencapai usia 10 tahun.

F. Esensi Evaluasi dalam Perspektif Falsafah Pendidikan Islam 1. Pengertian Evaluasi dalam Pendidikan Islam

Evaluasi dalam pendidikan merupakan pengambilan sejmlah yang berkaitan dengan pendidikan Islam guna melihat sejauh mana keberhsilan pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai Isam sebagai tujuan dari pendidikan itu sendiri. 2. Tujuan Evaluasi dalam Pendidikan Islam

Tujuannya adalah untuk mengetahui kadar pemahaman anak didik terhadapa materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak anak didik untuk mengingat kembali materi yang telah disampaikan.

3. Fungsi Evaluasi dalam Pendidikan Islam a. Mengetahui tercapai tidaknya tujuan

b. Memberi umpan balik bagi guru dalam melakukan proses pembelajaran c. Untuk menentukan kemajuan belajar

d. Untuk mengenal peserta didik yang mengalami kesullitan e. Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar yang tepat f. Bagi pendidik, untuk mengatur proses pembelajaran. 4. Sistem Evaluasi dalam Pendidikan Islam

(14)

b. Untuk mengetahui sejauhmana ataua smapai dimana hasil pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan Rasulullah kepada ummatnya.

c. Untuk menentukan klasifikasi atau tingakt hidup keislaman atau keimanan sesseorang.

d. Untuk mengukur gaya kognisi e. Memebrikan semacam tabsyir

f. Tanpa memandang fomalitas (penampilan) g. Berlaku adil.

BAB VII

PENDIDIKAN AKHLAK DALAM PERSPEKTIF FALSAFAH PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Akhlak dan Pendidikan Akhlak

Untuk mendefinisikan pendidikan akhlak, terlebih dahulu di uraikan mengenai istilah pendidikan dan akhlak. Istilah pendidikan, secara bahasa dalam kamus besar bahasa indonesia berasal dari kata dasar didik, dan diberi awalan me, menjadi pendidik, yang artinya proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

B. Tujuan Pendidikan Akhlak

Tujuan pendidikan akhlak adalah: pertama, supaya seseorang terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji serta menghindari yang buruk, jelek, hina, dan tercela. Kedua, supaya interaksi manusia dengan Allah SWT dan dengan sesama makhluk lainnya senantiasa terpelihara dengan baik dan harmonis. Esensinya sudah tentu untuk memperoleh yang baik, seseorang harus membandingkannya dengan yang buruk atau membedakan keduanya.

Kemudian setelah itu, harus memilih yang baik meninggalkan yang buruk. Agar seseorang memiliki budi pekerti yang baik, maka upaya yang di lakukan adalah dengan cara pembiasaan sehari-hari. Dengan upaya seperti ini seseorang akan nampak dalam perilakunya sikap yang mulia dan timbul atas faktor kesadaran, bukan karena ada paksaan dari pihak manapun.

(15)

Menurut Imam Al-Ghazali, ada dua cara dalam mendidik akhlak; pertama, mujahadah dan membiasakan latihan dengan amal shaleh. Kedua, perbuatan itu dikerjakan dengan di ulang-ulang selain itu juga ditempuh dengan jalan:

1. Memohon karunia Allah dan sempurnanya fitrah (kejadian), agar anfsu-syahwat dan amarah itu dijadikan lurus, patuh kepada akal dan agama. Lalu jadilah orang itu berilmu tanpa belajar, terdidik tanpa pendidikan. Ilmu ini disebut dengan ladunniah

2. Akhlak tersebut di usahakan dengan mujahadah dan riyadhah, yaitu membawa diri kepada perbuatan-perbuatan yang di kehendaki oleh akhlak tersebut. Singkatnya, akhlak berubah dengan pendidikan dan latihan.

Berikut ini akan diuraikan beberapa metode yang berkaitan dengan pembinaan akhlak, yaitu:

a. Metode Keteladanan

Yang dimaksud dengan metode keteladanan yaitu suatu metode pendidikan dengan cara memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, baik didalam ucapan maupun perbuatan. Keteladanan merupakan salah satu metode pendidikan yang diterapkan Rasulullah SAW. Dan paling banyak pengaruhnya terhadap keberhasilan menyampaikan misi dakwahnya.

b. Metode Pembiasaan

Pembiasaan menurut dahlan seperti dikutip oleh Hery Noer Aly merupakan proses penanaman. Sedangkan kebiasaan ialah cara-cara bertindak yang persistent, uniform dan hampir-hampur otomatis. Pembiasaan tersebut dapat dilakukan untuk membiasakan pads tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan pola pikir.

Pembiasaan ini bertujuan untuk mempermudah melakukannya. Karena seseorang yang telah memiliki kebiasaan tertentu akan dapat melakukannya dengan mudah dan senang hati. Bahkan sesuatu yang telah dibiasakan dan akhirnya menjadi kebiasaan dalam usia muda itu sulit untuk di rubah dan etap berlangsung sampi hari tua. Maka diperlukan terapi d diperlukan dan pengendalian diri yang sangat serius untuk dapat merubahnya.

c. Metode Memberi Nasehat

(16)

dan kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan orang yang dinasehati dari bahaya serta menunjukkannya ke jalan yang mendatangkan kebahagiaan dan menfaat.

Dalam metode memberi nasehat ini pendidik mempunyai kesempatan yang luas untuk mengarahkan peserta didik kepada berbagai kebaikan dan kemaslahatan umat. Di antaranya dengan menggunakan kisah-kisah Qur’ani, baik kisah para Nabi maupun umat terdahulu yang banyak mengandung pelajaran yang dapat dipetik.

d. Metode Motivasi dan Intimidasi

Metode ini akan sangat efektif apabila dalam penyampaiannya menggunakan bahasa yang menarik dan meyakinkan pihak tang mendengar. Oleh karena itu, hendaknya pendidik bisa meyakinkan muridnya ketika menggunakan metode ini. Namun, apa bila bahasa yang digunakan kurang meyakinkan maka akan membuat murid tersebut malas memperhatikannya. e. Metode Kisah

Metode kisah merupakan salah satu upaya untuk mendidik murid agar mengambil pelajaran dari kejadian dimasa lampau. Apabila kejadian tersebut merupakan kejadian yang baik, maka harus diikutinya, sebaliknya apabila kejadian tersebut kejadian yang bertentangan dangan agama islam maka harus dihindari. An-Nahlawi menegaskan bahwa dampak penting pendidikan melalui kisa adalah :

Pertama, kisah dapat mengaktifkan dan membangkitkan kesadaran pembaca tanpa cerminan kesantaian dan keterlambatan sehingga dengan kisah setiap pembaca akan senantiasa merenungkan makna dan mengikuti berbagai situasi kisah tersebut sehingga pembaca terpengaruh oleh tokoh dan topik kisah dimaksud.

Kedua, interaksi kisah Qur’ani dan Nabawi dengan diri manusia dalam keutuhan realitasnya tercermin dalam pola terpenting yang hendak ditonjolkan oleh Al-Quran kepada manusia didunia dan hendak mengarahkan perhatian pada setiap pola yang selaras dengan kepentingannya.

(17)

1. Mempengaruhi emosi, seperti takut, prasaan diawasi, rela dan lain-lain 2. Mengarahkan semua emosi tersebut sehingga menyatu pada satu

kesimpulan yang menjadi akhir cerita

3. Mengikut sertakan unsur psikis yang membawa pembaca larut dalam setting emosional cerita sehingga pembaca, dengan emosinya, hidup bersama tokoh cerita

Referensi

Dokumen terkait

Untuk sektor sekunder Kabupaten Sleman pada tahun 2015 tidak mengalami kenaikan terlalu berarti, hanya saja Kecamatan Sleman yang sebelumnya menjadi kecamatan

Jika suatu operasi yang menghasilkan nilai tidak disimpan dalam variabel, maka hasil operasi tersebut akan disimpan dalam ans..

Menyusun teks deskriptif lisan dan tulis, pendek dan sederhana, terkait tempat wisata Menyusun teks deskriptif lisan dan tulis, pendek dan sederhana, terkait

Bagan 1.1 Kerangka Pikir Sistem Insentif Pengembangan Kegiatan (SIPK) Karyawan Bank “X” Cabang Cirebon Rewards sesuai program SIPK Performa nce Mencapai target sesuai

Parameter kekuatan energi radiasi khas yang diabsorpsi oleh molekul adalah absorban (A) yang dalam batas konsentrasi rendah nilainya sebanding dengan konsentrasi zat yang

Berdasarkan fakta tersebut maka diperlukan adanya kajian untuk melihat perbedaan asupan energi, protein, aktivitas fisik dan status gizi antara lansia yang mengikuti dan

Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD adalah Surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang

Dimana, kecamatan yang memilki nilai daya dukung tertinggi berdasarkan potensi harga tanah adalah Kecamatan Jabon, Kecamatan Balongbendo, Kecamatan Tulangan,