Hukum dan Administrasi Perencanaan
Identifikasi Masalah Regulasi yang Bertautan dengan Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota
Nama : Dian Fajar Novitasari
NRP : 3613100036
Kelas : HAP- B
Tema : Penertiban Bangunan di Sepanjang Sempadan Jalan
Lokasi : Bontang
Sumber : Bontang Post (Sabtu, 13 Februari 2016 01:29)
Hukum dan Administrasi Perencanaan
Identifikasi Masalah Regulasi yang Bertautan dengan Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota
Pendahuluan
Pendirian bangunan di wilayah sempadan di sepanjang Jalan Imam Bonjol, Bontang
mendapatkan tindakan tegas dari Dinas Tata Ruang Kota (DTRK) Bontang. Bangunan tersebut
dianggap melanggar aturan karena menjorok ke bibir jalan dan melebihi batas sempadan jalan.
DTRK Bontang menjelaskan bahwa seharusnya Garis Sempadan Bangunan (GSB) panjangnya
16 meter dari bibir jalan. Penggunaan sempadan tersebut nantinya dimaksimalkan untuk
aktivitas masyarakat. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan Jalan Imam Bonjol dan Bontang
menjadi kota layak huni dan layak aktivitas. Warga diberikan waktu 3 bulan untuk melakukan
pemunduran bangunan.
Masalah Regulasi
Permasalahan pendirian bangunan di sepanjang sempadan di Jalan Imam Bonjol, Bontang
bertentangan dengan
Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28
tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Peraturan Daerah Kota Bontang No. 4 Tahun 2003 tentang Izin Mendirikan Bangunan
Kesimpulan
Manurut Peraturan Daerah Kota Bontang No. 4 tahun 2003;
Pasal 1 ayat (21) : Garis sempadan ialah garis batas luar pengaman untuk mendirikan
bangunan dan atau pagar dikanan-kiri jalan dan sungai.
Pasal 1 ayat (22) : Garis Sempadan Bangunan, yang selanjutnya disingkat GSB adalah garis diatas permukaan tanah yang pada pendirian bangunan ke arah yang berbatasan
tidak boleh di lampaui.
Namun pada Jalan Imam Bonjol, Bontang terdapat banyak bangunan yang melebihi batas
sempadan jalan. Padahal berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 pasal 21
menyatakan;
Pertimbangan keselamatan dalam penetapan garis sempadan meliputi pertimbangan
terhadap bahaya kebakaran, banjir, air pasang, tsunami, dan/atau keselamatan lalu
lintas.
Pertimbangan kesehatan dalam penetapan garis sempadan meliputi pertimbangan
Hukum dan Administrasi Perencanaan
Identifikasi Masalah Regulasi yang Bertautan dengan Perencanaan Wilayah dan Pembangunan Kota
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa penetapan garis sempadan sangat penting
dengan tujuan kenyamanan aktivitas masyarakat. Hal tersebut yang ingin diwujudkan oleh
pemerintah Kota Bontang. Diharapkan dengan adanya pembangunan gedung yang patuh
terhadap garis sempadan jalan yang telah ditetapkan atau tentukan, akan terwujud Jalan Imam
Bonjol dan Bontang yang layak huni dan layak aktivitas. Penggunaan sempadan tersebut
nantinya dimaksimalkan untuk aktivitas masyarakat. Seperti wilayah lahan parkir, aktivitas
masyarakat membeli dagangan, dll.
Penetapan lebar garis sempadan jalan menurut PP No. 36 tahun 2005 Pasal 21 ayat (3), yaitu
“letak garis sempadan bangunan gedung terluar untuk daerah di sepanjang jalan,
diperhitungkan berdasarkan lebar daerah milik jalan dan peruntukan lokasi, serta diukur dari batas daerah milik jalan.”
Namun hal tersebut diberlakukan apabila pemerintah pada suatu daerah tidak menetapkan
peraturan lebar garis sempadan jalan. Pada Peraturan Daerah Kota Bontang No. 4 Tahun
2003 pasal 5 ayat (1) disebutkan bahwa, “garis sempadan bangunan terluar yang sejajar
dengan as jalan (rencana jalan), tepi sungai, tepi pantai ditentukan berdasarkan lebar
jalan/rencana jalan/lebar sungai/kondisi pantai fungsi jalan dan peruntukan kapling/kawasan
dan ditetapkan melalui keputusan Kepala Daerah.”
Kepala Daerah Bontang membuat keputusan terkait garis sempadan jalan, yaitu panjangnya 16
meter dari dari bibir jalan. Sehingga masyarakat Bontang yang ingin mendirikan bangunan
harus mematuhi peraturan tersebut. Apabila pendirian bangunan tidak mematuhi peraturan