• Tidak ada hasil yang ditemukan

Risiko Dan Hazard Kasus Implementasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Risiko Dan Hazard Kasus Implementasi"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENCEGAH DAN MEMINIMALKAN RESIKO DAN

HAZARD PADA TAHAP IMPLEMENTASI ASUHAN

KEPERAWATAN

Disusun Oleh :

1. Dimas Dwi Nugroho P27820714003

2. Adeng Hidayatullah P27820714007

3. Qonita P27820714012

4. Reny Nur Afni Putri P27820714016 5. Ichtiyar Rizki Zerniansya P27820714019

6. Fitri Ardiana P27820714022

7. Fenika Nikmatul Rizki P27820714026 8. Fitrah Nurani Erba Putri P27820714030 9. Brainia Logi Ansari P27820714035  

PRODI DIV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT KAMPUS SURABAYA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA

(2)

IMPLEMENTASI

Implementasi

keperawatan

adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien dari masalah

status kesehatan yang dihadapi ke status

kesehatan

yang

lebih

baik

yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan

(Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu

klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan,

mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan,

penyakit,

pemulihan

kesehatan

dan

(3)

Implementasi

Tahap

Emplentasi

Persiapa

n

Intervens

i

Evaluasi

Metode

Implementasi

Keperawatan

Membantu dalam aktifitas kehidupan

sehari-sehari.

konseling

penyuluhan

Memberikan

asuhan

keperawatan

langsung.

Kompensasi

untuk

reaksi

yang

merugikan.

Teknik

tepat

dalam

memberikan

perawatan dan menyiapkan klien untuk

prosedur.

Mencapai tujuan perawatan.

(4)

3 Prinsip Pendoman Implementasi Asuhan

Keperawatan

Mempertahankan keamanan klien

Tindakan yang membahayakan tidak hanya dianggap

sebagai pelanggaran etika standar keperawatan

professional,  tetapi juga merupakan suatu tindakan

pelanggaran hukum yang dapat dituntut.

Memberikan asuhan yang efektif

(5)

Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja

secara umum

1. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pengendalian Bahaya di Tempat Kerja : Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman di tempat kerja.

2. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pembinaan dan Pengawasan: Pelatihan dan Pendidikan, konseling dan konsultasi, pengembangan sumber daya atau teknologi terhadap tenaga kerja tentang penerapan K3

3. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui sistem manajemen: Prosedur dan Aturan K3, Penyediaan Sarana dan Prasarana K3 dan pendukungnya, Penghargaan dan Sanksi terhadap penerapan K3 ditempat kerja

 Terdapat juga beberapa upaya pencegahan lain, antara lain :

(6)

KASUS 1

Seorang Perawat RSUD Gunung Jati Positif Difteri

Seorang perawat di RSUD Gunung Jati, Kota Cirebon,

diketahui positif difteri pasca menangani pasien yang

menderita penyakit yang sama.

(7)

Analisa Kasus 1

Hazard yang ada di kasus :

(8)

Upaya Pencegahan Kasus 1

 Upaya pencegahan dari Rumah Sakit/ tempat

kerja:

1. RS menyediakan APD yang lengkap seperti

masker, handscoon, scout dll

Alasan: meminimalisir terjadinya atau tertularnya penyakit/ infeksi yang dapat terjadi terutama saat bekerja, APD harus selalu di gunakan sebagai pelindung diri. Dengan kasus diatas dapat dihindari jika perawat menggunakan APD lengkap mengingat cara penularan Difteri melalui terpaparnya cairan ke pasien.

2. Menyediakan sarana untuk mencuci tangan

atau alkohol gliserin untuk perawat.

Alasan: Cuci tangan merupakan cara penanganan awal jika kita sudah terlanjur terpapar cairan pasien baik pasien beresiko menularkan atau tidak menularkan. Cuci tangan merupakan tindakan aseptic awal sebelum ke pasien maupun setelah ke pasien.

3. RS menyediakan pemilahan

tempat sampah medis dan non

(9)

Lanjutan

 Upaya pencegahan pada

Perawat:

1. Menjaga diri dari infeksi

dengan mempertahankan teknik aseptic seperti mencuci tangan, memakaiAPD, dan

menggunakan alat kesehatan dalam keadaan steril.

Alasan: Agar perawat tidak tertular penyakit dari pasien yang di tangani meskipun pasien dari UGD dan memakai APD adalah salah satu SOP RS

2. Perawat mematuhi Standar

Operational Prosedure yang sudah ada RS dan berhati-hati atau jangan terburu-buru dalam melakukan tindakan.

(10)

Kasus 2

Ribuan Perawat di Indonesia Tertular

Hepatitis B

 Jakarta, HanTer - Data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, menunjukkan sebanyak 7.000 tenaga kesehatan (Nakes) terinfeksi hepatitis B.

Sebanyak 4.900 di antaranya disebabkan karena tertusuk jarum suntik, dan hanya 2.200 yang terinfeksi dari populasi. Hal ini menunjukkan jika tenaga kesehatan menjadi profesi yang paling rawan tertular hepatitis B.

penularan virus hepatitis B terjadi dalam insiden ‘kecelakaan’. Kecelakaan berupa tertusuk jarum terjadi saat Nakes mencoba menutup jarum suntik terutama saat selesai melakukan tindakan seperti setelah selesai melakukan pemberian obat atau pengambilan sampel darah. Dengan metode penutupan yang salah dan kurang hati-hati, banyak Nakes yang akhirnya tertusuk jarum.

(11)

Lanjutan

Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa Indonesia bagian barat tercatat 9,4 persen atau 1 dari 10 penduduk Indonesia mengidap hepatitis B.

(12)

Analisa Kasus 2

Hazard :

Terinfeksi hepatitis B akibat

(13)

Upaya Pencegahan Kasus 2

 Upaya pencegaham dari Rumah

Sakit/ tempat kerja:

1. Memberikan imunisasi hepatitis pada semua tenaga kesehatan

yang bekerja dan belum

mendapat imunisasi hepatitis

sebelumnya, terlebih pada

tenaga kesehatan yang

mempunyai resiko tinggi tertular. Mereka harus diberi perlindungan

khusus misalnya dengan

memberikan dalam tiga dosis vaksinasi.

Alasan: Dengan memberikan

imunisasi pada semua tenaga kesehatan dapat dapat menjadi pencegahan awal / preventif agar tenaga kesehatan bebas tertular penyakit akibat kerja seperti tertular virus hepatitis B, dan prinsip mencegah lebih baik dari pada mengobati.

2. Rutin mengadakan konseling dan rutin mengadakan pemeriksaan

kesehatan berkala kepada

tenaga kesehatan, terutama

tenaga kesehatan yang bergelut di tempat beresiko terkena kecelakaan kerja.

Alasan: Dengan mengadakan konseling rutin dan pemeriksaan kesehatan berkala dapat menjadi

suatu pendeteksi kesehatan

tenaga kerja, konseling dapat digunakan sebagai upaya untuk

memberikan edukasi kepada

tenaga kesehatan, dan

pemeriksaan kesehatan berkala dapat dilakukan sebagai upaya perlindungan kesehatan, serta

pendeteksian awal apabila

terkena penularan penyakit

sehingga dapat cepat

(14)

Lanjutan

3 Memberikan pendidikan, pengetahuan kepada seluruh tenaga kesehatan tentang cara menutup jarum suntik yang benar , tidak membahayakan, dan sesuai dengan prosedur.

Alasan: pendidikan ini sangat penting diberikan kepada perawat agar terhindar dari kecelakaan yang membahayakan kesehatan. Sehingga apabila perawat mengetahui cara yang benar akan menjauhkan diri dari kecelakaan terutama tertusuknya jarum suntik.

4. Menyediakan tempat sampah khusus jarum dan benda-benda tajam yang sesuai dan praktis.

Alasan: Dengan penyediaan tempat sampah khusus jarum dapat mempermudah kerja perawat sehingga saat perawat lalai atau terburu-buru perawat bisa langsung membuang jarum tersebut ke tempat sampah khusus jarum.

5. Menyediakan semua alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan yang sesuai dengan standart keselamatan.

Alasan: apabila tersedia semua alat pelindung diri secara lengkap dapat meminimalkan terjadinya kecelakaan saat kerja.

6. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman. Seperti kelengkapan perlengkapan kerja dll.

(15)

Lanjutan

 Upaya pencegahan pada Perawat:

1. Membentengi diri dengan imunisasi seperti imunisasi hepatitis sebagai upaya preventif awal bagi diri sendiri. Alasan: Dengan membentengi diri

dengan imunisasi dapat menghindarkan diri dari terinfeksi dan tertularnya

penyakit terutama akibat kerja, karena di dalam tubuh sudah ada imunisasi sebagai benteng.

2. Menggunakan APD yang lengkap seperti handscoon, masker, dan google jika

diperlukan.

Alasan: Dengan memakai alat pelindung diri sesuai dengan standart saat bekerja dapat meminimalkan resiko terjadinya kecelakaan dan menjaga diri dari saat bekerja.

3. Selalu menerapkan tindakan aseptic kepada semua klien.

Alasan: Tindakan aseptic sangat diperlukan dan diterapkan

sebelum,saat, dan sesudah bekerja, agar kita terhindar dari tertularnya dan terinfeksi dari penyakit.

4. Menanamkan sifat kehati-hatian, konsentrasi yang tinggi, dan ketenangan saat bekerja terutama saat melakukan tindakan yang beresiko ke pasien.

Alasan: sifat hati-hati, berkonsentrasi, dan ketenangan sangat diperlukan saat bekerja, agar tidak terjadi kesalahan, kelalaian saat bekerja, sehingga tercipta kesehatan dan keselamatan bagi diri sendiri selain juga bagi pasien.

5. Memahami prosedur penggunaan jarum suntik dan cara selesai digunakan terutama saat menutup jarum suntik.

Alasan: Dengan mempunyai keahlian yang lebih dapat menghindarkan diri kita dari berbagai macam kelalaian saat bekerja

6. Memahami prosedur dan pertolongan awal apabila terjadi sesuatu yang membahayakan.

Alasan: Dengan memahami prosedur dan pertolongan awal terutama saat terjadi kecelakaan dapat meminimalkan terjadinya kondisi yang semakin buruk, dan agar dapat mendapat penanganan secara cepat juka kita memahami prosedur pertolongan.

7. Menyiapkan peralatan dengan lengkap seperti menyiapkan bengkok sebagai tempat awal pembuangan jarum suntik.

(16)

Kasus 3

Risiko dan beban HIV/AIDS pada petugas layanan

kesehatan

Di AS, Centers for Disease Control (CDC) melaporkan bahwa pada 31 Desember 2000, 24.844 orang dewasa yang dilaporkan dengan AIDS di AS pernah bekerja di layanan kesehatan. Kasus tersebut mewakili 5,1% dari 486.826 kasus AIDS yang dilaporkan pada CDC yang tidak memiliki informasi tentang pekerjaannya.

(17)

Analisa Kasus 3

Hazard :

1.

Terpajan darah

2.

Cairan tubuh pasien

3.

Terinfeksi HIV akibat alat laboratorium

(18)

Upaya Pencegahan Kasus 3

 Upaya pencegaham dari Rumah Sakit/

tempat kerja:

1. Ruangan perawatan pasien HIV AIDS

pada rumah sakit harus memberikan fasilitas alat pelindung diri yang safety untuk tenaga kesehatan

Alasan: supaya perawat tidak terpapar langsung oleh segala macam bentuk cairan pasien HIV/AIDS dan agar tidak tertular passion HIV/AIDS

2. Menyediakan ruangan isolasi khusus

untuk pasien yang menderita HIV AIDS Alasan: agar tenaga kesehatan, khussunya perawat tidak terpapar secara langsung oleh penderita HIV/AIDS

3. Tersedianya asupan gizi seimbang untuk

tenaga kesehatan

Alasan: guna mempertahankan sistem imunitas tubuh untuk tenaga kesehatan

4. Rumah sakit harus mengadakan

pemeriksaan kesehatan secara rutin kepada tenaga kesehatan yang mengalami kecelakaan saat melakukan tindakan seperti tertusuk jarum bekas pasien HIV AIDS

Alasan: agar tenaga kesehatan, khususnya perawat pasien HIV/AIDS memiliki status kesehatan yang optimal.

5. Adanya hari bina fisik bersama

dalam satu minggu, misalnya senam pagi bersama di hari jumat

(19)

Lanjutan

 Upaya pencegahan pada Perawat:

1. Melakukan penyuluhan mengenai HIV/AIDS secara rutin

Alasan :sebagai salah satu langkah preventif bagi klien dan tenaga kesehatan.

2. Menjaga keselamatan diri dan tenaga kesehatan lain dari infeksi

virus HIV/AIDS dengan mempertahankan teknik aseptik, menggunakan alat kesehatan dalam keadaan steril.

Alasan: Agar terhindar dari infeksi virus.

3. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara melakukan olahraga

secara teratur dan mengonsumsi makanan gizi seimbang

Alasan :agar tubuh tetap terjaga dengan baik sistem imunitasnya.

4. Hindari berkontak langsung dengan segala macam cairan klien

apabila dirasa sistem imunitas tubuh sedang menurun / tidak menggunakan APD / tubuh sedang terjadi luka (lecet).

(20)

Kasus 4

Rumah Sakit kepada Perawat : Cedera Anda

Bukanlah Masalah Kita

Terry Cawthorn seorang perawat yang sudah bekerja selama 20 tahun di Rumah Sakit Mission. Tetapi karena ia mengalami cidera tulang belakang yang terjadi berulang kali, dan hal tersebut disebabkan karena mengangkat pasien, akhirnya, ia dipecat. Cawthorn mengambil jalan hukum untuk menghadapi pihak rumah sakit dan masih harus berjuang dalam kehidupan sehari-hari akibat cidera yang dialaminya.

Pihak rumah sakit tidak mengakui bahwa cidera yang dialami Cawthorn adalah akibat dari pekerjaannya sebagai perawat. Mereka juga menolak bahwa perkerjaan sehari-hari perawat berisiko menciderai perawat maupun berdampak buruk terhadap perawat. Hampir seluruh rumah sakit di seluruh negeri memiliki pendapat yang sama.

(21)

Analisa Kasus 4

Hazard :

Ergonomi

(22)

Upaya Pencegahan Kasus 4

Upaya pencegaham dari Rumah Sakit/ tempat kerja:

Menurut Roslan (2008) dalam Selvianti, R (2009) ada tiga metode kontrol yang seharusnya dilakukan rumah sakit untuk mengurangi risiko ergonomi yaitu:

1. Kontrol Secara Teknis

Bila membeli peralatan, rumah sakit seharusnya bekerja sama dengan Komite K3/Ergonomi RS/Vendor untuk menyesuaikan dan memadukan peralatan dengan tugas-tugas umum perawat. Termasuk juga para perawat harus dilibatkan dalam proses pembelian untuk menjamin bahwa peralatan mudah digunakan dan sesuai dengan kondisi perawat. Contohnya seperti kerekan langit-langit otomatis dan tempat tidur otomatis jadi perawat tidak perlu lagi menunduk untuk mengatur posisi pasien.

Alasan :Karena tanpa adanya bantuan alat-alat tersebut bisa berdampak negatif bagi perawat apalagi bagi mereka yang sudah bekerja bertahun-tahun. Keluhan yang biasa muncul adalah nyeri punggung, nyeri leher dan bahkan bisa menyebabkan cidera tulang belakang, seperti pada kasus Terry Cawthorn.

2. Kontrol metode kerja

Pembelian peralatan merupakan langkah dalam mereduksi risiko ergonomi. Penyediaan dan pengadaan staf dengan pelatihan berbasis keahlian secara kritik menjamin bahwa mereka tahu menggunakan peralatan secara tepat dan mengetahui bagaimana peralatan tersebut mereduksi risiko ergonomi.

Pihak rumah sakit meminta vendor untuk datang ke fasilitasnya dan memberikan service atau semacam layanan singkat untuk mendemonstrasikan gambaran dan penggunaan peralatan gunanya sebelum perawat menggunakan peralatan terhadap pasien sebenarnya, agar dapat menjamin perawat bisa secara kompeten menggunakan peralatan tersebut tanpa mencederai diri sendiri ataupun pasien. Jadi, setelah pihak rumah sakit menyediakan peralatan yang canggih dalam memudahkan perawat, mereka juga mendatangkan tenaga ahli untuk mendemonstrasikan cara penggunaan alat tersebut kepada perawat.

Alasan :Karena jika perawat tidak bisa cara mengoperasikan alat tersebut, maka kemungkinan yang terjadi adalah dapat menciderai pasien maupun perawat itu sendiri, dan pengobatan juga menjadi tidak optimal.

3.  Kontrol Administrasi

Beberapa rumah sakit dalam melaksanakan layanan telah menyediakan jumlah staf yang cukup untuk menjamin bahwa penanganan pasien yang dilakukan dapat tertangani dengan baik. Dengan dua orang perawat secara normal diperlukan untuk memindahkan dan membawa pasien, tapi dalam kondisi tertentu maka satu orang perawat bisa melakukan tugas-tugas tersebut dengan syarat terlatih dengan teknik mengangkat pasien yang tepat. Banyak sekali perawat mengalami cidera karena banyak dari mereka tidak merencanakan dengan baik teknik mengangkat yang tepat. Jadi, pihak rumah sakit bisa mengadakan pelatihan bagi perawat mengenai teknik mengangkat pasien yang tepat dan pihak rumah sakit juga harus menambah tenaga kedan berkurang serta bisa meminimalisir cedera yang dialami perawat.

(23)

Lanjutan

 Upaya pencegahan dari pihak perawat:

1. Mengikuti pelatihan teknik mengangkat pasien dengan benar.

Alasan :Karena, perawat yang tidak mengetahui hal tersebut bisa jadi secara asal mengangkat pasien. tanpa sadar ternyata hal tersebut telah menciderai perawat. Seperti : cidera tulang leher dan cidera tulang belakang.

2. Tidak memaksakan diri dalam melakukan pekerjaan yang berat. Sebisa mungkin minta tolong oleh rekan sejawat.

Alasan :Karena, beban kerja perawat yang meningkat bisa mengakibatkan stress dan jika memaksakan diri maka akan berdampak negatif bagi perawat.

3. Memenuhi Asupan gizi seimbang dan mengkonsumsi vitamin serta olahraga teratur.

Alasan :Karena, jika perawat tidak menjaga hal tersebut maka perawat akan mudah sakit dan tidak prima dalam bekerja. Terlebih beban kerja mereka yang banyak dan berat.

4. Belajar mengoperasikan alat-alat yang sudah disediakan oleh pihak rumah sakit.

(24)

Kasus 5

Beban stres dan frustrasi akibat pekerjaan pada

staf layanan kesehatan

Berdasarkan sebuah proyek penelitian yang melibatkan 20 LSM AIDS di Kanada, “bekerja di bidang HIV/AIDS yang demikian rumit dan tidak berperikemanusiaan” itulah yang menyulitkan untuk mempertahankan tenaga kerja secara efektif. Hal ini muncul karena staf itu harus terus menghadapi masalah komunikasi, keletihan, depresi, duka yang tidak terselesaikan, banyaknya pergantian staf dan frustrasi.Pengamatan yang serupa juga dilaporkan dalam sejumlah survei terhadap petugas kesehatan di Afrika.

“Frustrasi terhadap pekerjaan dan perwujudannya (misalnya, patah semangat, tidak mampu memberi layanan, berpendapat bahwa mustahil untuk membuat perubahan) harus dicegah dengan segala cara,” Profesor Alta Van Dyk dari University of South Afrika (UNISA) menulis.

(25)

Lanjutan

Beberapa pengamatan menonjol di dalam penelitian itu – salah satunya adalah lebih dari separuh perawat merasa kesulitan untuk mempertahankan batas hubungan secara profesional dengan pasien, dan kurang lebih empat dari lima (khususnya perawat) “mengakui bahwa mereka merasa perlu untuk ‘menyelamatkan’ pasien, sering menyatakan rasa frustrasi mereka dalam bentuk karangan karena tidak mampu menyelamatkan pasien.” Prof. Van Dyk mencatat bahwa banyak penelitian melaporkan bahwa perawat yang tidak membuat jarak hubungan emosional secara tepat akan lebih menderita akibat stres dan frustrasi terhadap pekerjaannya.

(26)

Analisa Kasus 5

Hazard :

Hazardz Ergonomic dan Psychosocial Hazard

(27)

Upaya Pencegahan Kasus 5

 Upaya pencegaham dari Rumah Sakit/ tempat

kerja:

1. Memberikan ruangan isolasi khusus untuk pasien yang menderita HIV AIDS

Alasan: Sehingga perawat tidak langsung terpapar setiap hari dia bekerja

2. Rumah sakit khususnya ruangan perawatan pasien HIV AIDS lebih meperhatiakan fasilitas alat pelindung diri untuk tenaga kesehatan dan mefasilitasinya

Alasan: Karena dengan adanya alat pelindungi diri itu para petugas khususnya perawat yang 24 jam mendampingi pasien bisa bekerja dengan aman, sehingga tidak beresiko tertular

3. Kebijakan rumah sakit seharusnya memfasilitasi pemeriksaan kesehatan untuk tenaga kesehatan yang mengalami kecelakaan saat melakukan tindakan seperti tertusuk jarum bekas pasien HIV AIDS.

Alasan: Dengan adanya pemeriksaan itu para perawat bisa terjmin kesehatannnya dan ada pemantauan

4. Tersedianya asupan sehat untuk tenaga kesehatan untuk mempertahankan kondisi imun supaya tidak sampai mengalami penurunan

Alasan: Untuk menjaga kesehatan para petugas kesehatan khususnya para perawat

5. Bagi manajer atau kepala ruangan dapat mengatur shift dengan baik

Alasan: Pembagian shift kerja sangat membantu mengurangi beban kerja petugas kesehatan sehingga mereka bisa bekerja gantian dan bisa bekerja semaksimal mungkin

6. Dapat dilakukan pendampingan dalam segi spiritual dan juga dapat diadakan konsultasi

Alasan: Sehingga beban kerja maupun beban psikologis bisa diatasi.

7. Upaya pencegahan dapat dilakukan seperti dengan pemberian doorprize kepada perawat berprestasi

(28)

Lanjutan

 Upaya pencegahan pada Perawat:

1. Menjaga keselamatan klien dan tenaga kesehatan dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptik, menggunakan alat kesehatan dalam keadaan steril.

Alasan: Meskipun beresiko tertular petugas kesehatan harus tetap menjaga keselamatan pasien karena keselamatan pasien merupakan tujuan perawat dalam merawat pasien

2. Jika perawat dalam kondisi syok, perawat tarik nafas lalu mengeluarkan secara perlahan beberapa kali

Alasan: Sehingga perawat bisa mengurangi kondisi syok

3. Ikutlah membangun iklim kerja yang menyenangkan, yaitu dengan bersikap terbuka dan berkomunikasi dengan sesama rekan kerja

Alasan: Dengan ukut serta membangun iklim kerja yang menyenangkan perawat bisa mengurangi beban kerjanya dengan saling bertukar pikiran ke sesama rekan kerja

4. Berolahraga teratur merupakan hal yang sangat penting dalam mengurangi stress. Berolahraga akan memobilisasi otot-otot kita, mempercepat aliran darah dan membuka paru-paru untuk mengambil lebih banyak oksigen.

(29)

Kasus 6

Nyeri Otot yang Terjadi pada Perawat

(30)

Analisa Kasus 6

Hazard :

Ergonomi

(31)

Upaya Pencegahan Kasus 5

 Upaya pencegaham dari Rumah Sakit/ tempat kerja:

1. Membuat sebuah peraturan/Protap yang ditujukan kepada karyawannya tentang tindakan-tindakan yang menggunakan kekuatan tubuh secara berlebih

Alasan : Dengan menetapkan beberapa protap, maka perawat wajib mematuhi protap tersebut, sehingga rumah sakit dapat meminimalisir resiko karena protap tersebut

2. Memberikan waktu istirahat yang cukup bagi karyawannya

Alasan : Pembagian waktu/jadwal shift kerja yang sesuai dengan kemampuan perawat akan memberikan manfaat yang besar untuk perawat, yaitu perawat dapat beristirahat, sehingga ia mampu untuk selalu tetap menjaga kondisi tubuhnya yang sehat

3. Membuat sebuah alat yang dapat meminimalisir penggunaan kekuatan tubuh manusia secara berlebih.

(32)

Lanjutan

 Upaya pencegahan pada Perawat:

1. Menggunakan posisi yang tepat ketika mengangkat pasien maupun benda berat lainnya

Alasan : Karena pengaturan posisi saat beraktivitas sangat berpengaruh terhadap kekuatan otot yang akan digunakan, apabila perawat salah dalam menempatkan posisi, biasanya

perawat akan merasakan nyeri

dibagian otot bagian tubuh

belakangnya.

2. Sering berolahraga

Alasan :Dengan berolahraga perawat akan mendapatkan kondisi fisik/tubuh yang kuat dan sehat serta mampu menjaga staminanya ketika bekerja

3. Mengkonsumsi makanan yang bergizi agar mampu meningkatkan kekuatan otot dan tulang

Alasan : Makan makanan yang bergizi sangat bermanfaat karena kandungan dari makanan tersebut akan menjaga stamina dan juga kesehatan tubuh perawat.

4. Selalu mematuhi protap/SOP yang sudah ditetapkan oleh Rumah sakit

(33)

Referensi

Dokumen terkait

Pola pembentukan kata dengan enklitik i merpakan peristiwa interferensi morfologi yang menyatakan makna “ketidaksengajaan” Akhiran i sering pula dipakai oleh siswa

untuk dapat dipilih sesuai minat dan pengetahuan penonton. 3) Berita ditayangkan sebagai rangsangan awal dan jembatan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan yang

Pada pohon sikas yang terserang berat, cara pengendalian ini tidak begitu efektif, karena setelah daun yang terserang dipangkas masih banyak kutu yang tersisa pada pangkal

500 (lima ratus Gross Tonnage) pada daerah pelayaran lokal setelah memiliki masa layar 24 (dua puluh empat) bulan sebagai Mualim jaga di kapal dengan ukuran kurang dari

Penambahan kontrak baru menghasil- kan total kontrak perseroan sampai dengan September 2015 mencapai Rp46 triliun, termasuk kontrak pengalihan sebesar Rp29,8 triliun.. Sementara

Bagi peserta yang sebelumnya telali pernah mengikuti Uji Kompetensi yang dilaksanakan oleh Lembaga Penguji Kompetensi/Lembaga Sertifikasi Profesi yang terakreditasi dan

Belanja Transportasi dan Akomodasi untuk Petugas Belanja Transportasi dan Akomodasi untuk petugas untuk Luar Negeri bagi Non PNS (Meliputi Tiket Pesawat, Visa, Airport Tax,

Demikian penetapan ini dijatuhkan pada hari Selasa tanggal 21 Juli 2020 Masehi bertepatan dengan tanggal 29 Dzulqo'dah 1441 Hijriyah, dalam sidang permusyawaratan Majelis