• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH GANGGUAN BAHASA DAN BICARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH GANGGUAN BAHASA DAN BICARA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH GANGGUAN BAHASA DAN BICARA

DISUSUN OLEH:

Isti nurhidayati Nur Cahya Utama Nicky Yutapratama

Hestu Marjanti Niwang Tanjung Palupi

Sri Haryadi Lisa Adati Sari

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam era moderenisasi seperti saat ini, kita banyak dihadapkan oleh berbagai kasus tentang kelainan atau gangguan. Salah satu diantaranya adalah gangguan bicara. Gangguan-gangguan tersebut dialami oleh sebagian anak kecil yang usia nya masih relative balita. Gangguan tersebut sering dianggap wajar dan normal. Akan tetapi orang tua sedikit yang menyadari bahwa anak tersebut mengalami gangguan bicara, dan baru menyadari setelah beranjak dewasa.

Berbagai gangguan yang nampak biasa nya terjadi pada umur kurang dari 5tahun. Saat teman-teman sebanyanya sudah bisa mengucapkan kata tertentu dia masih menggumam seperti suara nafas. Jika orang tua tidak paham tentang aktifias anak nya, maka jika terjadi keterlambatantan bicara akan sangat fatal. Dan biasanya orang tua akan mengaanggap hal itu

adalah biasa.

meskipun perkembangan bicara tiap individu berbeda-beda, namun kita harus waspada, apabila anak tersebut mengalami hambatan. Seperti contoh anak sudh bisa mengucap beberapa kata, namun diumur tertentu menghilang juga termasuk mengoceh dari yang sebelumnya aktif menjadi pasif dan pendiam.

B. Tujuan

1. Mengetahui pengertian gangguan bicara dan bahasa 2. Mengetahui penyebab dari gangguan bicara dan baahasa

3. Mengetahui letak kerusakan saraf pada gangguan bicara dan bahasa 4. Mengatahui gejala dan cara penanganan pada gangguan bicara dan bahasa C. Manfaat

1. Memperoleh pengetahuan lebih mengenai gangguan bicara dan bahasa

2. Menambah wawasan bagi mahasiswa mengenai hubungan antara neurologi dengan gangguan bicara dan bahasa

(3)

A. Pengertian

Gangguan bicara dan bahasa sering juga disebut sebagai gangguan perkembangan bicara dan bahasa ekspresif. Menurut Muljono Abdurrahman dan Sudjadi S ( 1994:157 ), bahasa dapat diartikan sebagai rangkaian simbol linguistic yang tersusun secara sistematik dan mengandung pengertian bila diekspresikan secara verbal, sehingga pikiran dan perasaan pembicara dapat dimengerti oleh lingkup masyarakatnya. Tarmansyah ( 1996:9 ), hakekat bahasa pada prinsipnya meliputi kemampuan pengungkapan, pemahaman, ingatan serta sikap moral dalam kaitannya dengan keterampilan berbahasa. Kemampuan berbahasa meliputi kemampuan menangkap simbol dalam kaitannya dengan keterampilan berbahasa. Kemampuan bahasa meliputi kemampuan menangkap simbol, mengungkapkan kalimat, pemahaman dan keterampilan berbahasa baik pasif maupun aktif serta penggunaan kata-kata yang tepat dan terstruktur. Ada pendapat lain bahwa bahasa adalah deretan bunyi yang mengandung arti yang digunakan oleh pembicara. Dan bicara merupakan ucapan bunyi bahasa dan dengan alat bicara.

Sedangkan pengertian bicara menurut De Vreede Varekamp L. C ( 1973: 27 ) mendefinisikan bahwa bicara atau wicara sebagai suatu kemungkinan manusia mengucapkan bunyi-bunyi bahasa melalui organ-organ artikulasi ( organ bicara=alat wicara ). Dan bicara atau wicara merupakan perbuatan manusia yang sifatnya individual. Jadi bicara atau wicara adalah suatu perilaku manusia yang bersifat individual, dilandaskan pada pikiran dan perasaan, yang kemudian diekspresikan melalui system bunyi bahasa dengan menggunakan alat-alat artikulasi.

( Sarjono, 2005: 5-7 )

Kelainan atau gangguan bahasa merupakan salah satu jenis kelainan dalam komunikasi dengan indikasi seseorang mengalami gangguan dalam proses simbolis. Kesulitan ini mengakibatkan seseorang tidak mampu untuk memberikan simbol atau lambing yang diterima dan sebaliknya tidak mampu mengubah konsep pengertian menjadi simbol-simbol yang dapat dimengerti oleh orang lain. Jika seseorang tidak dapat berkomunikasi dengan sesamanya secara sempurna maka mereka dapat dikatakan mengalami gangguan atau kelainan bahasa. Gangguan bahasa dapat terjadi jika komunikasi seseorang menyimpang jauh dari bahasa yang digunakan oleh anak normal.

(4)

Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat suara. Beberapa penelitian menunjukkan penyebab ganguan bicara adalah adanya gangguan hemisfer dominan.

Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah sebagai berikut: 1. Faktor Medis

Menurut Lewis, R.B, 1988, mengatakan bahwa faktor medis yang paling banyak berperan dalam kesulitan belajar bahasa adalah tidak atau kurang berfungsinya system syaraf pusat yang disebabkan oleh adanya cidera atau memar. Dalam kaitan ini kita telah mengenal aphasia, yaitu hilangnya kemampuan bicara karena gangguan pada syaraf pusat. Cidera atau memar pada otak dapat terjadi karena berbagai kejadian seperti trauma ketika ibu sedang mengandung, penggunaan obat berlebihan, kelahiran muda ( premature ), benturan fisik, struk dan keracunan ( IG.AK Wardani, 1995:47 ).

2. Kondisi fisiologis

Yang dimaksud dengan kondisi fisiologis adalah kemampuan dari organ-organ yang terkait dalam menjalankan fungsinya untuk mendukung terhadap kelancaran anak dalam meniti tugas perkembangan bicara dan bahasanya. Organ-organ tersebut meliputi susunan syaraf ( syaraf senso-motoris ), kondisi organ pendengaran dan organ bicara.( Mohammad Effendi, 1993:39 )

3. Kondisi lingkungan

Lingkungan keluarga hendaknya menciptakan situasi yang kondusif, untuk memberikan kontribusi positif bagi perkembangan bicara dan bahasa anak. Peran aktif orang tua atau keluarga dalam memberikan stimulasi verbal, dapat mendorong anak untuk lebih meningkatkan kualitas atau kuantitas kemampuan bicara dan bahasanya.

C. Letak Kerusakan

(5)

Menurut Tarmansyah (1995: 90) “ada bentuk gangguan bahasa diantaranya keterlambatan dalam perkembangan bahasa dan afasia”.

1. Keterlambatan dalam Perkembangan Bahasa

Adalah suatu bentuk kelainan bahasa yang ditandai dengan kegagalan klien dalam mencapai tahapan perkembangan bahasanya sesuai dengan perkembangan bahasa anak normal seusianya.

Kelambatan perkembangan bahasa diantaranya disebabkan karena keterlambatan mental intelektual, ketunarunguan, congenital aphasia, nutisme, disfungsi minimal otak dan kesulitan belajar. Anak-anak yang mengalami kesulitan tersebut di atas terlambat dalam kemampuan perkmbangan bahasa, dapat terjadi pada fonologis, semantik dan sintaksisnya, sehingga anak mengalami kesulitan dalam tranformasi yang sangat diperlukan dalam kegiatan berkomunikasi. Selain adanya gangguan transformasi maupun simbolisasi juga disertai gangguan tingkah laku. Gangguan tingkah laku tersebut sangat mempengaruhi proses perolehan bahasa diantaranya kurang perhatian dan minat terhadap rangsangan yang ada disekelilingnya, perhatian yang mudah beralih, konsentrasi yang kurang baik, nampak mudah bingung, cepat putus asa.

2. Afasia

Afasia adalah satu jenis kelainan bahasa yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada pusat-pusat bahasa di Cortex Cerebri. Adanya lesi di pusat-pusat bahasa di Cortex cerebri menyebabkan klien mengalami kesulitan dan atau kehilangan kemampaun dalam diterimanya. Bicara spontan biasanya lancar hanya kadang-kadang kurang relevan dengan situasi pembicaraan atau konteks komunikasi.

b. Afasia Motoris

(6)

dan dapat menginterpretasikan rangsangan yang diterima, hanya untuk mengekspresikan mengalami kesulitan.

Jenis afasia motorik bisa terjadi yaitu dia mengalami kesulitan pada cara menulis/grafis, jenis ini disebut dengan agrafia. Seperti telah diuraikan di atas bahwa kelainan ini dapat dialami baik oleh anak-anak maupun orang dewasa, hal tersebut terjadi karena adanya kerusakan pada pusat Broca di lobus temporalis interior, lobus parietalis interior atau lobus prontalis posterior.

c. Afasia Konduktif

Istilah lain untuk afasia konduktif adalah Dynamik aphasia, atau Transcorticak sensory aphasia. Klien ini ditandai dengan kesulitan dalam meniru pengulangan bunyi-bunyi bahasa. Umunya kemampuan untuk pemahaman rangsangan relatif baik, namun kadang-kadang terjadi gangguan. Pada saat berbicara cukup lancar terutama pada kalimat-kalimat pendek, tetapi pada kalimat-kalimat yang lebih panjang kelancarannya terganggu.

Afasia ini terjadi disebabkan oleh adanya kerusakan pada fasiculus arcuatus serta dibagian dalam gyrus supramarginal di lobus temporalis superior.

d. Afasia Amnestic

Istilah lain untuk afasia amnestik ini disebut juga nominal aphasia, atau anomia. Klien ini ditandai dengan kesulitan dalam memilih dan menggunakan simbol-simbol yang tepat. Umumnya simbol-simbol yang sulit dipilih adalah yang berhubungan dengan nama, aktivitas, situasi yang berhubungan dengan aktivitas kehidupan. Afasia ini terjadi karena adanya kerusakan pada gyrus angularis di lobus temporalis kamisfer kiri.

Selain keterlambatan perkembangan bahasa dan afasia, juga terdapat beberapa bagian mengenai letak kerusakan syaraf pada anak berkesulitan bahasa, yaitu :

1. Kelainan organ bicara

Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi septum nasi, adenoid atau kelainan laring.

(7)

rinolaliaaperta, yaitu terjadi suara hidung pada huruf bertekanan tinggi seperti ”s”, ”k”, dan ”g”.

2. Gangguan pendengaran

Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar pembicaraan disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan bila ada keterlambatan bicara. Terdapat beberapa penyebab gangguan pendengaran, bisa karena infeksi, trauma atau kelainan bawaan. Infeksi bisa terjadi bila mengalami infeksi yang berulang pada organ dalam sistem pendengaran. Kelainan bawaan biasanya karena kelainan genetik, infeksi ibu saat kehamilan, obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat hamil, atau bila terdapat keluarga yang mempunyai riwayat ketulian. Gangguan pendengaran bisa juga saat bayi bila terjadi infeksi berat, infeksi otak, pemakaian obat-obatan tertentu atau kuning yang berat (hiperbilirubin).

Pengobatan dengan pemasangan alat bantu dengar akan sangat membantu bila kelainan ini dideteksi sejak awal. Pada anak yang mengalami gangguan pendengaran tetapi kepandaian normal, perkembangan berbahasa sampai 6-9 bulan tampaknya normal dan tidak ada kemunduran. Kemudian menggumam akan hilang disusul hilangnya suara lain dan anak tampaknya sangat pendiam. Adanya kemunduran ini juga seringkali dicurigai sebagai kelainan saraf degenerative.

3. Gangguan emosi dan perilaku

Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal, gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali. Biasanya diserta kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil dan gejala tersamar lainnya.

4. Autisme

(8)

D. Gejala

Gejala anak mengalami gangguan berbicara ditinjau dari segi klinis, gejala kelainan bicara dalam hubungannya dengan penyebab kelainannya dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berikut:

1. Disaudia

Adalah satu jenis gangguan bicara yang disebabkan gangguan pendengaran. Bagi anak tunarungu konsep bicara yang digunakan dalam mengadakan interaksi komunikasi dengan lingkunngannya, misalnya kata “kopi” ia dengar “topi”, kata “bola” ia dengar “pola”.

Beberapa karakteristik bicaranya adalah terdapat kesalahan pengucapan baik dalam mekanisme pergerakan titik artikulasi maupun dalam pengucapannya. Kesalahan dalam penggunaan fonasi yang berhubungan dengan alat ucap, intensitasnya semakin lama semakin berkurang, nadanya cenderung tinggi tidak jarang mengalami pitch break atau perubahab nada yang terjadi secara tiba-tiba. Umumnya klien disaudia dalam berkomunikasi cenderung menggunakan bahasa isyarat yang telah dikuasainya.

2. Dislogia

Dislogia diartikan sebagai satu bentuk kelainan bicara yang disebabkan karena kemampuan kapasitas berfikir atau taraf kecerdasan yang dibawah normal. Pola kemampuan berfikirnya sederhana dan umumnya terbatas pada obyek yang bersifat kongkrit dan rutin.

Rendahnya kemampuan mengingat hal ini juga akan mengakibatkan penghilangan fonem, suku kata atau kata pada waktu pengucapan kalimat. Misalnya “makan” diucapkan “kan”, “ibu memasak di dapur” diucapkan “bu..sak… pur”.

3. Distartia

Distartia diartikan sebagai suatu jenis kelainan bicara yang terjadi akibat adanya kelumpuhan, kelemahan, kekakuan, atau gangguan koordinasi otot alat-alat ucap atau organ bicara sehubungan dengan adanya kerusakan pada susunan saraf pusat ataupun perfier. Kerusakan pada saraf tersebut mempengaruhi pengaturan dan koordinasi alat ucap, sehingga pergerakan alat-alat tersebut terganggu dan mempengaruhi kemampuan bernafas, fonasi dan terutama kemampuan artikulasi dan resonansi.

(9)

Artinya kelainan bicara yang terjadi karena adanya kelainan struktur dari organ bicara yaitu altikulator. Jika dalam proses artikulasi dan resonansi mengalami kegagalan, maka symbol-simbol bunyi yang dihasilkan menjadi kurang atau bahkan tidak berarti.

5. Dislalia

Artinya gejala bicara yang disebabka oleh kondisi psikososial, yaitu yang lebih dominan disebabkan oleh faktor lingkungan dan gejala psikologis. Gejala bicara yang terjadi karena ketidak mampuan klien dalam memperhatikan bunyi-bunyi bicara yang diterima, sehingga klien tidak dapat membentuk konsep bahasa.

Gejala lain dari dislalia adalah ketidak mampuan klien dalam mengingat rangsang yang diterima. Kesulitan bicara akibat peniruan yang salah dari lingkungannya misal anak mengucapkan “mbah uti” untuk pengertian “mah putri”, orang tua menguatkannya; “ mbah uti dimana Ela?”. Peristiwa itu akan berjalan terus dan orang tua tanpa menyadari telah menggunakan pola bicara yang salah.

E. Penangananan

Penanganan dalam gangguan bicara Penanganan gangguan bicara diawali dengan identifikasi pasein (Sastra, 30: 2011) seperti, riwayat kesehatan, kemampuan berbicara, kemampuan mendengar, kemapuan kognitif, dan kemampuan berkomunikasi. Kemudian penanganan dilanjutkan dengan diagnosis gangguan yang dialami pasien. Setelah hasil diagnosis didapat, barulah diterapkan terapi yang tepat untuk pasien.

1. Terapi Bicara

(10)

2. Terapi Oral Motorik

Terapi ini menggunakan latihan yang tidak melibatkan proses bicara, seperti minum melalui sedotan, menium balon, atau meniup terompet. Latihan ini bertujuan untuk melatih dan memperkuat otot yang digunakan untuk berbicara.

3. Terapi Intonasi Melodi

(11)

BAB IV PENUTUP A. Penutup

Dari uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa :

1. Gangguan bicara dan bahasa merupakan salah satu jenis gangguan komunikasi yang diindikasikan mengalami gangguan pada proses simbolisnya.

2. Penyebab pada gangguan bicara dan bahasa sangat luas, bisa disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem sarafnya ataupun kelainan pada organ yang berhubungan pada proses bicara dan bahasa yang terjadi karena cidera atau trauma pada saat prenatal, natal, dam postnatal. Selain itu, dapat disebabkan pada lingkungannya yang pada usia perkembangan bicara dan bahasa anak tidak memperoleh stimulus yang baik dari lingkungan.

3. Anak-anak yang mengalami kesulitan tersebut di atas terlambat dalam kemampuan perkembangan bahasa, dapat terjadi pada fonologis, semantik dan sintaksisnya, sehingga anak mengalami kesulitan dalam tranformasi yang sangat diperlukan dalam kegiatan berkomunikasi.

4. Salah satu gejala pada anak gangguan bahasa dan bicara yaitu terdapat kesalahan pengucapan baik dalam mekanisme pergerakan titik artikulasi maupun dalam pengucapannya.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Mohammad. 1993. Problem, Bicara, Bahasa dan Penggunaannya. Malang: IKIP Malang.

Kardjono. 2005. Terapi Wicara. Jakarta: Depdiknas.

Sastra, Gusdi. 2011. Neurolinguistik: Sebuah Pengantar. Alfabeta: Bandung.

Tarmansyah. 1995. Gangguan Komunikasi. Padang: Depdikbud.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian dengan menggunakan perangkat lunak Matlab dengan beberapa faktor eksposi yang digunakan pada kaset CR A didapatkan nilai deviasi rata – rata antara 0,01%

Transaksi ini disebut juga transaksi positif (+), yaitu transaksi yang menyebabkan bertambahnya posisi cadangan devisa negara, atau dengan kata lain transaksi tersebut

Artinya biota yang berada di habitat mangrove dengan kondisi ekosistem yang baik akan mendukung keberlangsungan biota yang terdapat didalamnya sehingga ini menjadi hal dasar yang

Sementara itu, defisit transaksi jasa-jasa juga mengalami peningkatan yang disebabkan oleh tingginya pembayaran bunga utang luar negeri, meningkatnya

Permasalahan yang dihadapi saat ini diantaranya adalah disparitas wilayah dalam penyediaan dan kebutuhan energi, pemanfaatan EBT belum dapat meningkat secara signifikan,

Diharapkan bagi perawat untuk memberikan komunikasi yang terapeutik kepada pasien sesuai dengan tahap-tahap komunikasi terapeutik yang seharusnya.Terutama pada tahap

“Gambaran Tekanan Darah pada Penderita Stroke Fase Akut di RSUP H. Adam

 Desain yang berbasis healing environment yang akrab bagi pasien diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat Kota Semarang terhadap kesehatan gigi dan mulut..