• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Mata Uang Menurut Umar bin Khatha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Konsep Mata Uang Menurut Umar bin Khatha"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Konsep Mata Uang Menurut Umar bin Khathab

Makalah Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah EKONOMI MAKRO

Dosen Pengampu:

Hendri Tanjung, Ph.D

Disusun Oleh:

Muchamad Ridho Hidayat

FAKULTAS PASCASARJANA

UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

(2)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan kepada ciri-ciri kegiatan perdagangan yang dijalankan dalam

berbagai masyarakat ( di masa lalu dan apda masa kini), perekonomian dapat

dibedakan kepada: “perekonomian barter” dan “perekonomian uang”. Yang

diartikan dengan “perekonomian barter” adalah suatu sistem kegiatan ekonomi

masyarakat di mana kegiatan produksi dan perdagangan masih sangat sederhana,

kegiatan tukar-menukar masih terbatas, dan jual beli dilakukan secara pertukaran

barang dengan barang atau barter. Sedangkan yang dimaksud dengan

“perekonomian uang” adalah perekonomian yang sudah menggunakan uang

sebagai alat pertukaran dalam kegiatan perdagangan. Semua negara di dunia ini

sudah dapat digolongkan sebagai “perekonomian uang.” Kebanyakan

perdagangan dilakukan dengan menggunakan uang. Semakin modern suatu

negara, semakin penting peranan uang dalam menggalakkan kegiatan

perdagangan1.

Beberapa kelemahan Perdagangan Barter2:

- Memerlukan “kehendak ganda yang selaras” (double coincidence of

wants)

- Penentuan Harga Sukar Dilakukan

- Membatasi pilihan pembeli

- Menyulitkan pembayaran tertunda (kredit)

- Sukar menyimpan kekayaan

Uang yang terbuat dari emas dan perak telah mulai digunakan sejak abad

ketujuh sebelum masehi dan sampai pemrulaan abad kesembilan belas, mata uang

emas dan perak adalah uang yang paling penting dan paling banyak digunakan.

Kemajuan ekonomi yang menimbulkan beberapa kesulitan-kesulitan dalam

penggunaan uang emas dan perak. Kesulitan-kesulitan tersebut menurut Sadono

Sukirno adalah:

1

Sadono Sukirno, Makroekonomi: Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008. hlm. 265-266

2

(3)

2

1. Memerlukan tempat yang agar besar untuk menyimpan

2. Merupakan benda yang berat

3. Sukar untuk ditambah jumlahnya

Pada faktanya, saat ini kita hidup di “perekonomian uang”. Bahkan secara

khusus, uang yang eksis pada peradaban hari ini adalah sistem uang kertas. Para

ulama memiliki beragam pendapat soal keabsahan tentang hal ini. Sebagian

mengharamkannya, tetapi belum memiliki solusi. Sebagian lagi membolehkannya

karena alasan terpaksa/ darurat atau alasan lainnya.

B. Rumusan Masalah

Menurut Dr. Jaribah Al-Haritsi, uang memiliki peranan besar dalam berbagai

aliran ekonomi, di mana peranan tersebut terkembali kepada beberapa sebab

sebagai berikut3:

1. Pelayanan besar yang diberikan oleh uang bagi kehidupan perekonomian;

karena uang merupakan alat barter, tolak ukur nilai, sarana perlindungan

kekayaan, dan alat pembayaran hutang dan pembayaran tunai.

2. Hubungan yang kuat antara uang dan berbagai kegiatan ekonomi yang lain

dan pengaruh yang saling berkaitan diantaranya. Sebab kekuatan uang

bersandar pada kekuatan ekonomi, dan ekonomi yang kaut bersandar

kepada uang yang kuat, dan sebaliknya.

3. Munculnya pengaruh uang dalam kehidupan perekonomian dengan bentuk

yang sangat besar pada era sekarang yang menyaksikan krisis moneter

yang tajam sejak permulaan abad ke-18 M. Dimana harga mengalami

gejolak besar dari satu waktu ke waktu yang lain, sehingga kecepatan

naiknya inflasi yang besar menjadi problem terbesar yang dihadapi

ekonomi dunia sat sekarang. Ini berarti bahwa problem keuangan

merupakan problem ekonomi terbesar yang dihadapi ekonomi

kontemporer.

3

(4)

3

4. Uang merupakan salahsatu faktor kekuasaan dan kemandirian ekonomi.

Karena itu, uang merupakan salahsatu bidikan terpenting dalam perang

ekonomi antar negara.

Jika uang memiliki urgensi seperti itu dan indikasinya di dalam berbagai

bidang kehidupan perekonomian, maka sudah semestinya jika perhatian Islam

terhadap uang selaras dan sesuai dengan urgensi tersebut4. Untuk itu, penting bagi

kaum muslimin mengetahui dan memahami konsep uang dalam Islam.

Makalah ini secara khusus akan mengkaji persoalan uang dalam

pandangan Islam berdasarkan pendapat Umar bin Khathab RA.

4

(5)

4

II. PEMBAHASAN

A. Mata Uang dalam Ekonomi Makro

A.1. Definisi

Orang yang memiliki banyak uang biasanya diidentikan dengan orang kaya. Uang

sering dianggap sebagai alat pengukur kekayaan. Akan tetapi para ekonom

menggunakan istilah uang secara khusus. Uang tidak mengacu pada seluruh

kekayaan, tapi hanya salahsatunya. Uang adalah persediaan aset yang dapat

digunakan untuk melakukan transaksi5.

Uang memiliki tiga tujuan (baca: fungsi), yaitu sebagai penyimpan nilai,

unit hitung dan media pertukaran6. Sedangkan bentuknya sangat beragam. Uang

yang tidak memiliki nilai intrinsik disebut uang atas-unjuk atau fiat money (uang

fiat). Uang fiat ditetapkan sebagai uang menurut dekrit pemerintah atau atas unjuk

pemerintah7. Dimasa lalu, masyarakat telah menggunakan komoditas yang

memiliki nilai intrinsik sebagai uang. Uang seperti ini disebut sebagai commodity

money (uang komoditas)8. Contoh uang komoditas yang paling banyak digunakan

adalah emas. Emas adalah bentuk uang komoditas karena bisa digunakan untuk

berbagai tujuan – seperti perhiasan, sebagaimana untuk transaksi9.

Uang diciptakan dalam perekonomian dengan tujuan untuk melancarkan

kegiatan tukar menukar dan perdagangan. Maka uang selalu didefinisikan sebagai,

“benda-benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantaraan untuk

mengadakan tukar menukar (perdagangan) 10.

Syarat-syarat benda yang bisa menjadi uang11:

- Nilainya tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu

- Mudah dibawa

5

N. Gregory Mankiw, Macroeconomic (sixth edition) = Makroekonomi. Jakarta: Erlangga. hlm. 76

6

N. Gregory Mankiw, hlm. 76

7

N. Gregory Mankiw, hlm.77

(6)

5

- Mudah disimpan tanpa mengurangi nilainnya

- Tahan lama

- Jumlahnya terbatas (tidak berlebihan)

- Bendanya mempunya mutu yang sama

Emas dan perak merupakan dua benda yang dapat memenuhi syarat-syarat

ini pada masa lalu. Oleh sebab itu, benda tersebut telah menjadi alat perantaraan

dalam kegiatan perdagangan di berbagai negara di dunia sejak berabad-abad yang

lalu12.

Kemajuan ekonomi duani yang bertambah pesat sejak berlakunya

Revolusi Industri di negara-negara maju menyebabkan perdagangan berkembang

dengan sangat pesat sekali. Transaksi-transaksi yang dijalankan telah menjadi

berkali lipat nilainya. Uang emas dan perak tidak dapat ditambah secepat seperti

perkembangan perdagangan yang telah berlaku tersebut. Sebagai akibatnya

bertambah lama bertambah banyak negara menggantikan uang emas dan perak

dengan uang kertas sebagai alat untuk tukar menukar. Pada masa ini uang kertas

dan uang bank atau uang giral, yaitu uang yang diciptakan oleh bank-bank umum,

adalah alat tukar menukar yang terutama di semua negara di dunia ini13.

Berdasarkan kepada kesulitan-kesulitan yang timbul oleh sistem barter,

uang memilik fungsi dalam melancarkan kegiatan perdagangan. Fungsi-fungsi

tersebut adalah14:

- Untuk melancarkan kegiatan tukar-menukar

- Untuk menjadi satuan nilai

- Untuk ukuran bayaran yang ditunda

- Sebagai alat penyimpan nilai

Jenis uang yang sudah sejak lama digunakan dan yang selama kurang lebih

dua puluh lima abad merupakan mata uang yang paling banyak digunakan oleh

12

Sadono Sukirno, hlm.268

13

Sadono Sukirno, hlm.268

14

(7)

6

berbagai negara, adalah mata uang emas dan perak. Emas dan Perak mempunyai

ciri-ciri yang diperlukan untuk menjadi uang yang baik15.

Ciri khusus emas dan perak16:

- Banyak orang yang menyukai benda tersebut karena dapat digunakan

sebagai perhiasan

- Emas maupun perak memiliki mutu yang sama

- Kedua-duanya tidak mudah rusak, tetapi dapat dengan mudah dibagi-bagi

apabila diperlukan

- Jumlahnya sangat terbatas dan untuk memperolehnya perlu biaya dan

usaha

- Kedua barang itu sanagt stabil nilainya karena mereak tidak berubah

mutunya dalam jangka panjang dan tidak mengalami kerusakan

Menurut Zallum, uang itu ada dua macam, yaitu uang logam dan uang

kertas. Uang logam adalah uang yang terbuat dari barang tambang seperti emas,

perak, tembaga, timah dan nikel. Uang kertas adalah uang yang terbuat dari kertas

sebagai pengganti (subtitusi) dari emas atau perak atau yang lainnya; yang dijamin

seluruhnya atau sebagiannya; atau tidak dijamin sama sekali sehingga tidak

diback up oleh emas dan perak17.

Dunia pernah mengambil emas dan perak sebagai sistem mata uangnya

hingga Perang Dunia I. Pada tahun 1971 penggunaan sistem mata uang emas dan

perak ditiadakan sama sekali, berdasarkan keputusan Presiden AS, Nixon.

Keputusan tersebut secara resmi dikeluarkan pada tanggal 15/07/1971 sekaligus

membatalkan sistem yang disepakati pada Bretton Woods. (Bretton Wood adalah

keputusan mengikat mata uang dunia dengan dollar dan emas dalam nilai tertentu.

Uang dollar ketika itu diklaim memiliki back up emas sejumlah tertentu.)18

Sistem Mata Uang

15

Sadono Sukirno, hlm.271

16

Sadono Sukirno, hlm. 271

17

Abdul Qadim Zallum, Sistem Keuangan Negara Khilafah. Jakarta: HTI Press, 2008. hlm. 258

18

(8)

7

Sistem mata uang adalah kumpulan perarturan yang menjadi asas adanya

mata uang dan pengaturannya di suatu negara19. Sistem mata uang logam adalah

sistem yang tersusun dari satuan mata uang dasar yang terbuat dari logam, baik

tunggal maupun dual (ganda)20. Menurut Zallum, penggunaan sistem emas dan

perak mengharuskan ditetapkannya satuan mata uang dasar dari emas dan perak

dengan timbangan dan bentuk tertentu dan bersifat permanen21.

Sistem uang kertas adalah sistem yang menggunakan uang kertas sebagai

alat tukarnya. Uang kertas merupaklan gambaran dari kepercayaan yang beredar,

dam dikeluarkan bagi orang. Juga mencerminkan hutang yang dijamin oleh negara

atau kekuasaan yang menerbitkan mata uang – jika uang tersebut merupakan

subtitusi dari emas dan perak22.

Jenis uang kertas ada tiga: Pertama, uang kertas subtitusi dari emas atau

perak. Uang ini dijamin penuh oleh emas dan perak 100%. (100% reserve

system). Kedua uang kertas semi-subtitusi. Uang ini dijamin dengan perbandingan

tertentu dengan emas atau perak, tetapi tidak dijamin penuh. Ketiga, uang kertas

yang sama sekali tidak dijamin oleh emas atau perak, dan bukan pengganti

keduanya. Ini uang kertas biasa yang disebut nuqud al-waraqiyah al-ilzamiyah.

Uang jenis ketiga ini tidak memiliki nilai. Akan tetapi nilainya disandarkan pada

undang-undang, yang memaksanya menjadi alat tukar23.

A.2. Sejarah Mata Uang

Perjalanan Uang Emas dan Perak

Uang dalam berbagai bentuknya sebagai alat tukar perdagangan telah

dikenal ribuan tahun yang lalu seperti dalam sejarah Mesir kuna sekitar 4000 SM

– 2000 SM. Dalam bentuknya yang lebih standar uang emas dan perak

diperkenalkan oleh Julius Caesar dari Romawi sekitar tahun 46 SM. Julius Caesar

pula yang memperkenalkan standar koversi dari uang emas ke uang perak dan

19

Abdul Qadim Zallum, hlm. 258

20

Abdul Qadim Zallum, hlm. 260

21

Abdul Qadim Zallum, hlm. 262

22

Abdul Qadim Zallum, hlm.263

23

(9)

8

sebaliknya dengan perbandingan 1:12. Standar Julius Caesar ini berlaku di

belahan dunia Eropa selama sekitar 1250 tahun yaitu sampai tahun 120424.

Dibelahan dunia lainnya di Dunia Islam, uang emas dan perak yang

dikenal dengan Dinar dan Dirham juga digunakan sejak awal Islam, baik untuk

kegiatan muamalah maupun ibadah seperti zakat dan diyat. Standarisasi berat

uang Dinar dan Dirham mengikuti hadis Rasulullah SAW, “Timbangan adalah

timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah.” (HR Abu Dawud)25.

Pada zaman Umar bin Khathab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan

dengan pencetakan uang Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan

berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu berat 7 Dinar sama dengan

berat 10 Dirham26.

Pada akhir abad ke -13, Islam mulai merambah Eropa dan berdirinya

kekhalifahan Usmaniyah dan tonggak sejarahnya tercapai pada tahun 1453 ketika

Muhammad Al-Fatih menaklukkan Konstatinopel, Dinar dan Dirham adalah mata

uang paling luas digunakan27.

Selain emas dan perak, baik di negeri Islam maupun non Islam juga

dikenal uang logam yang dibuat dari tembaga atau peringgu. Dalam fikih Islam,

uang emas dan perak dikenal dengan thaman haqiqi/ thaman khalqi (alat tukar

hakiki), sedangkan uang dari tembaga atau perunggu dikenal sebagai fulus dan

menjadi alat tukar kesepakatan (thaman istilahi)28.

Evolusi Fiat Money

Penerimaan masyarakat terhadap uang komoditas tidaklah mengejutkan

dan dapat dipahami. Masyarakat menerima emas sebagai uang karena emas

24

Muhaimin Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham. Jakarta: Spiritual Learning Center – Dinar Club. hlm.18

25

Muhaimin Iqbal, hlm. 18

26

Muhaimin Iqbal, hlm. 18

27

Muhaimin Iqbal, hlm.19

28

(10)

9

memiliki nilai intrinsik. Namun, apa yang menyebabkan masyarakat menerima

fiat money yang secara intrinsik tidak berguna?

Evolusi dari uang komoditas menjadi fiat money diawali dengan kesulitan

dalam membawa bongkahan emas untuk melakukan perdagangan. Kepraktisan

dan tuntutan kemajuan menginginkan bentuk emas yang standar. Dibuatlah

percetakan koin emas yang memiliki standar tertentu sebagai mata uang.

Selanjutnya pemerintah menerima (mengumpulkan) emas dari masyarakat untuk

ditukar dengan sertifikat emas. Masyarakat percaya kepada pemerintah atas

sertifikat (surat bukti) kepemilikan emas, dan menganggap nilainya setara dengan

nilai emas yang tertera/tercantum dalam sertifikat tersebut. Sertifikat ini lebih

mudah untuk dibawa dan digunakan. Sertifikat yang ditopang dengan emas ini

akhirnya menjadi standar moneter yang berlaku pada suatu masyarakat29.

Pada akhir evolusi ini emas menjadi tidak relevan karena tidak seorang

pun yang menebus sertifikat tersebut dengan emas. Tidak seorangpun yang peduli

dengan keberadaan emas yang dijamin oleh sertifikat tersebut, karena sertifikat ini

sudah beredar luas dimasyarakat dan sudah diterima sebagai mata uang30.

Inilah yang disebut konvensi sosial terhadap mata uang. Setiap orang

menghargai uang karena mereka berharap orang lain juga akan menghargainya31.

Dalam politik, pemerintah memaksa masyarakat untuk menerima fiat money yang

diterbitkan oleh bank sentral. Uang tersebut ditetapkan sebagai mata uang yang

sah, dan menolaknya berarti pelanggaran pidana.

Menurut catatan numismatik, kuitansi uang sudah dipakai di Cina oleh

para saudagar di abad ke-3 atau ke-4 Masehi, yaitu sejak Ts’ai Lun menemukan

kertas pada abad ke-1 Masehi. Kuitansi uang adalah tanda terima yang tertulis di

atasnya nilai koin tertentu milik saudagar sebagai ganti pembayaran tunai. Inilah

uang kertas yang dalam istilah Zallum uang yang memiliki jaminan. Di Cina,

negara mengambil alih sistem kuitansi uang sejak tahun 910 M, dipelopori oleh

29

N. Gregory Mankiw, hlm. 78

30

N. Gregory Mankiw, hlm. 79

31

(11)

10

Dinasti Tang, tetapi sistem ini akhirnya dibrangus oleh Kaisar Hung Wu dari

Dinasti Ming pada tahun 1399, mengakhiri uang kertas Kwan32.

Namun, ternyata jika kita melihat perjalanan uang kertas penuh dengan

kegagalan. Uang kerta mengalami masa kelam selama tiga abad terakhir. Berikut

ini beberapa contoh kegagalan tersebut33:

1. Di Amerika pada tahun 1775, Congress Amerika mencetak uang kertas

yang disebut Continental. Uang ini dicetak sebesar US$ 241 juta untuk

membiayai perang, dan bertahan hanya sekitar 5 tahun, sampai tahun

1780. Uang ini tidak memiliki back up atau jaminan, sehingga tidak

bernilai. Akhirnya uang ini hanya digunakan sebagai kertas penutup

tembok (wall paper) di barber shop, dan baju parade.

2. Di Perancis, kegagalan uang kertas terjadi 2 kali, yaitu tahun 1715 selepas

terbunuhnya Louis XIV dan tahun 1789. Awalnya, seorang penjudi dari

Scotlandia bernama John Law menawarkan ide uang kertas kepada

penguasa Perancis. Setelah disetujui, mereka membuat bank sentral yang

disebut Banque Royale yang mengeluarkan bank-note sebesar 2,7 milyar

Livres selama 2 tahun. Tidak lama setelah itu terjadi gelembung pasar

(market bubble) yang menyebabkan mata uang tersebut collapse.

Kemudian pada tahun 1789 Perancis mencoba mencetak uang kertas lagi

yang diberi nama Assignat. Belajar dari kegagalan sebelumnya, uang

kertas ini di-back up dengan kolateral berupa tanah gereja yang sangat

berharga. Kemudian, jumlah uang yang beredarpun dibatasi hanya sampai

400 juta Assignat. Namun, uang ini hanya berhasil bertahan sekitar tujuh

tahun.

3. Kegagalan uang kertas juga terjadi di Jerman pasca berakhirnya Perang

Dunia I. Karena tingginya tingkat inflasi dan tidak berharganya uang

kertas, gaji pegawai dibayar dua kali sehari. Orang-orang di Jerman masih

mendapatkan cerita dari kakek nenek mereka, bahwa untuk membeli roti

32

Sufyan Al Jawi, Kemilai Investasi Dinar Dirham : Muamalah Syar’i Tanpa Riba. Depok: Pustaka Adina, 2007. hlm. 36

33

(12)

11

orang perlu membawa kereta dorong; bukan untuk membawa roti tetapi

membawa uangnya.

B. Mata Uang Menurut Umar bin Khathab

Perhatian Islam terhadap uang nampak di dalam penetapan kaidah-kaidah yang

menjamin keselamatan interaksi keuangan; seperti Islam melarang cara apa pun

yang berdampak mudharat terhadap uang34.

Penerbitan uang merupakan masalah yang dilindungi kaidah-kaidah umum

syariat Islam. Sebab penerbitan uang dan penentuan jumlahnya merupakan hal-hal

yang berkaitan dengan kemaslahatan umat, sedangkan bermain-main dalam

penerbitan uang akan berdampak pada terjadinya mudharat besar bagi ekonomi

umat dan kemaslahatannya. Diantara bentuk mudharat tersebut adalah hilangnya

kepercayaan terhadap mata uang, terjadinya pemalsuan, pembengkakan jumlah

uang dan turun nilainya (inflasi)35.

Ibnu Taimiyah mengatakan dalam Majmu Fatawa, “Seyogianya

pemerintah mencetak uang untuk mereka (rakyat) sebagai nilai pengganti dalam

muamalah mereka.”36

Kondisi uang sejak masa pemerintahan Nabi Muhammad SAW hingga

pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq RA tidak mengalami perubahan dikarenakan

pendeknya masa khilafahnya, kesibukannya dalam memerangi kemurtadan, dan

kokohnya pilar-pilar kekhilafahannya. Ketika masa Umar RA terjadi sebagian

perbaikan dalam pengeluaran uang37.

Terdapat perbedaan pendapat tentang orang pertama yang mengeluarkan

uang di dalam Islam. Riwayat yang paling masyhur menjelaskan bahwa Abdul

Malik bin Marwan adalah orang pertama yang mencetak dirham di dalam Islam38.

B.1. Atsar Umar tentang Uang

34

Jaribah bin Ahmad Al Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin Al-Khathab. Jakarta: Khalifa, 2006. hlm. 326

35

Jaribah bin Ahmad Al Haritsi, hlm. 339

36

Jaribah bin Ahmad Al Haritsi, hlm.339

37

Jaribah bin Ahmad Al Haritsi, hlm. 334

38

(13)

12

Riwayat yang menyebutkan bahwa Umar RA mencetak dirham pada masanya

dinyatakan oleh Al-Maqrizi. Dalam riwayat tersebut dikatakan bahwa Umar RA

mencetak dirham dengan ukiran Kisra dan dengan bentuk yang sama. Hanya saja

dia menambahkan kata ‘Alhamdulillah’ dan ‘La ilaha illallah’. Riwayat ini

dikuatkan oleh riwayat Al-Baihaqi tentang dirham bighal. Dalam riwayat lain,

Umar menetapkan dirham Islam yang senilai dengan enam daniq39.

Diantara bukti yang menunjukkan pencetakan uang dirham oleh Umar RA

adalah bukti material yang bisa dilihat secara nyata. Sebab terdapat uang Islam

yang dicetak pada masa Umar Radhaiyallahu Anhu sekitar tahun 20 H. Sumber

sejarah lain menyatakan, “Sesungguhnya dirham telah dicetak pada masa khilafah

Umar RA oleh para gubernur, hanya saja dia menggunakan ukuran Bizantium

Romawi40.

Peranan Umar RA dalam reformasi moneter tidak hanya sebatas

pengeluaran uang. Beliau juga berupaya untuk melindungi uang, seperti melarang

perdagangan uang dan praktek-praktek ribawi41. Umar RA melarang manusia

bermuamalah dengan uang palsu. Umar juga melarang Abdullah bin Mas’ud

untuk menjual sisa dirham yang buruk yang teradapat di baitul mal42.

Umar RA juga melakukan standarisasi uang untuk kesatuan sistem

moneter, dengan mengumumkan sabda Nabi SAW: “Timbangan adalah

timbangan penduduk Makkah, sedangkan takaran adalah takaran penduduk

Madinah.”43

Dalam riwayat lain, Umar RA berusaha memberantas riba dalam mata

uang. Imam Malik berkata dalam Al-Muwaththa44:

“Yahya meriwayatkan kepadaku dari Malik, dari Abdullah bin Dinar, dari Abdullah Ibn Umar bahwa Umar bin Khathab mengatakan: jangan menjual emas untuk emas, kecuali sejenis dengan sejenis. Jangan melebihkan bagiannya atas bagian lain. Jangan menjual perak untuk perak, kecuali sejenis dengan sejenis. Jangan

39

Jaribah bin Ahmad Al Haritsi, hlm. 334-335

40

Jaribah bin Ahmad Al Haritsi, hlm. 336

41

Jaribah bin Ahmad Al Haritsi, hlm.340-341

42

Jaribah bin Ahmad Al Haritsi, hlm.344

43

Jaribah bin Ahmad Al Haritsi, hlm. 344

44

(14)

13

melebihkan bagiannya atas bagian lain. Jangan menjual sesuatu yang ada dengan sesuatu yang tidak ada. Jika seseorang memintamu menunggu pembayaran hingga dia berada dirumah, maka jangan tinggalkan dia. Aku khawatir rama’ terjadi padamu. Rama’ itu riba.”

Pendapat Dr. Jaribah Al-Haritsi

Dalam buku Fikih Ekonomi Umar bin Khathab45, Jaribah Al-Haritsi

mencantumkan riwayat yang menunjukkan bahwa uang adalah segala sesuatu

yang dikenal dan dijadikan sebagai alat pembayaran dala muamalah di antara

mereka. Dimana Umar RA pernah mengatakan, “Aku ingin menjadikan dirham

dari kulit unta.” Lalu dikatakan kepadanya, “Jika demikian, unta akan

habis/punah”, maka dia menahan diri. (Lihat, Al-Baladzuri, Futuh Al-Buldan).

Menurut Jaribah Al-Haritsi, atsar “Aku ingin menjadikan dirham dari kulit

unta.” menunjukan bahwa Ulil Amri dapat menetapkan uang dari materi apa saja

dan dalam bentuk apapun selama tidak menyalahi hukum syariah46.

Jaribah mengutip sebuah riwayat yang mengatakan, “Sungguh telah kuat

riwayat yang mengatakan bahwa Umar RA bertekad untuk menjadikan uang dari

kulit karena banyaknya kecurangan dalam dirham. Hanya saja karena

mengkhawatirkan punahnya unta, maka beliau membatalkan rencananya tersebut.

Juga tidak diriwayatkan bahwa seseorang menyanggah Umar bin Khathab dengan

alasan nilai penciptaan perak ketika beliau berkeinginan untuk menjadikan dirham

dari kulit unta.”47

Setelah mengumpulkan banyak keterangan tentang riwayat-riwayat terkait

pencetakan dirham pada masa Umar RA Dr. Jaribah Al-Haritsi berkesimpulan

sebagai berikut48:

a. Penerbitan uang pada masa Umar RA hanya terbatas pada dirham,

sementara dinar tidak dicetak melainkna pada masa Khalifah Abdul Malik

bin Marwan.

b. Pencetakan dirham tidak dengan ukiran ala Arab murni, namu dicetak

dengan gaya ‘ajam.

45

Jaribah bin Ahmad Al Haritsi, hlm. 327

46

Jaribah bin Ahmad Al Haritsi, hlm. 327

47

Jaribah bin Ahmad Al Haritsi, hlm.328

48

(15)

14

c. Umar RA tidak mengumumkan dirham yang dicetaknya tersebut sebagai

mata uang resmi dan meniadakan muamalah denga dirham yang lain.

Menurut Jaribah, kebutuhan pengeluaran uang pada masa Umar RA

menjadi lebih besar daripada sebelumnya dikarenakan luasnya wilayah negara

khilafah, banyaknya harta yang mengalir ke negara khilafah dari daerah-daerah

yang ditaklukkan, adanya pemalsuan dirham, dan lain-lain. Meskipun demikian,

khilafah belum memiliki kemampuan untuk mengeluarkan mata uang yang

independen bagi masyarakat pada waktu itu. Khilafah hanya mampu

mengeluarkan sebagian dirham yang ditetapkan sesuai dengan syar’i49.

Apa yang ditetapkan di dalam fikih Islam tentang penerbitan uang oleh

pemerintah dapat dicermati dengan jelas di dalam fikih ekonomi Umar RA.

Perkataan Umar RA, “Aku berkeinginan untuk menjadikan dirham dari kulit unta”

menurut Dr. Jaribah Al-Haritsi menunjukkan bahwa beliau berpendapat

penerbitan uang merupakan otoritas pihak yang berwenang (ulil amri); karena

beliau mengatakan hal itu dengan statusnya sebagai khalifah50.

Di akhir pembahasannya tentang Uang (Moneter), Dr. Jaribah

menyimpulkan bahwa Umar tidak kagum terhadap dirham dari Persia, dan

mencari bahan lain untuk dijadikan uang. Akan tetapi pembatalan niat Umar RA

untuk menjadikan kulit unta sebagai uang adalah semata-mata khawatir atas stock

unta, sedangkan kebutuhan unta sangat mendesak (untuk keperluan lain)51. Dr.

Jaribah juga menyimpulkan bahwa atsar Umar tersebut menunjukkan tentang

keniscayaan uang kertas52.

B.2. Analisis Terhadap Atsar Umar bin Khathab

Menurut Dr. Jaribah, secara global terdapat dua pendapat di antara fuqaha tentang

hakikat uang. Kelompok pertama mengatakan bahwa uang adalah bentuk

penciptaan dan hanya terbatas pada dinar (emas) dan dirham (perak) yang dicetak

sebagai mata uang. Kelompok ini diwakili oleh Al-Ghazali, Ibnu Qudamah, dan

49

Jaribah bin Ahmad Al Haritsi, hlm. 338

50

Jaribah bin Ahmad Al Haritsi, hlm. 340

51

Jaribah bin Ahmad Al Haritsi, hlm. 346

52

(16)

15

Al-Maqrizi. Kelompok kedua mengatakan bahwa uang adalah masalah

terminologi. Kelompok ini diwakili oleh Ibnu Taimiyah dan Ibnu Hazm53.

Untuk memahami perbedaan pendapat ini perlu kajian yang mendalam

terhadap sistem moneter dan konsep uang dalam Islam. Atsar Umar ini, ditarik

oleh Dr. Jaribah ke arah pendapat kelompok kedua. Menurut kelompok ini, benda

apapun bsia menjadi uang dengan konvensi dari masyarakat54.

Umar bin Khathab RA memang pernah memiliki ide untuk menjadikan

uang dari kulit unta sebagai nilai harga resmi. Namun dengan berbagai

pertimbangan, ide itu dibatalkannya. Al-Baladzari dalam al Buldan wa Futuhuha

wa Ahkamuha meriwayatkan: “Sesungguhnya Umar Ibn Khathab pernah berkata:

Saat aku ingin menjadikan uang dari kulit unta, ada orang yang berkata: Kalau

begitu unta akan punah. Maka aku batalkan keinginan tersebut.” Imam Malik

berkomentar dalam al Mudawwanah (Juz 3), “Apabila pasar telah menjadikan

kulit sebagai mata uang, maka aku tidak senang kulit tersebut dijual dengan emas

dan perak.”55

Menurut Sufyan Al-Jawi, dalam memahami atsar ini perlu diberi catatan

Numismatik: yang dimaksud dengan uang dari kulit unta, yaitu lembaran

komoditas kulit unta, bukan uang kuitansi atau bank-note, yang dalam istilah

Umar Ibn Khathab RA adalah Rama’. Tidak mungkin Umar RA bermaksud

menjadikan kulit unta sebagai Rama’ sedangkan beliau membencinya56.

Catatan ini penting diberikan karena sebagian pihak – sebagaimana

pendapat Jaribah – mengira ide pemakaian kulit unta sebagai uang itu mirip

53

Jaribah bin Ahmad Al Haritsi, hlm. 327 – 328

54

Pada faktanya, yang terjadi saat ini bukanlah konvensi. Akan tetapi yang sebenarnya berlaku adalah pemaksaan terhadap mata uang kertas yang tidak memiliki nilai apapun.

55

Sufyan Al Jawi, hlm. 6-7

56

Imam Malik dalam Al-Muwaththa berkata:

“Yahya meriwayatkan kepadaku dari Malik, dari Abdullah bin Dinar, dari Abdullah Ibn Umar bahwa Umar bin Khathab mengatakan: jangan menjual emas untuk emas, kecuali sejenis dengan sejenis. Jangan melebihkan bagiannya atas bagian lain. Jangan menjual perak untuk perak, kecuali sejenis dengan sejenis. Jangan melebihkan bagiannya atas bagian lain. Jangan menjual sesuatu yang ada dengan sesuatu yang tidak ada. Jika seseorang memintamu menunggu pembayaran hingga dia berada dirumah, maka jangan tinggalkan dia. Aku khawatir rama’ terjadi padamu. Rama’ itu riba.”

(17)

16

dengan pemakaian selembar kertas sebagai mata uang bank-note tersebut.

Menurut Imam Malik, Rama’ adalah penundaan pembayaran seperti uang kertas

atau bank note. Imam Malik mengatakan: “Rasulullah SAW melarang penjualan

sebelum serah-terima barangnya”.

Setelah membatalkan pemakaian kulit unta sebagai uang, pada tahun 20

H., Khalifah Umar Ibn Khathab RA justru menerbitkan koin dirham Islam

pertama, sesuai kadar yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW. Kadar

dinar-dirham yang ditetapkan oleh Umar Ibn Khathab ini adalah dinar seberat 1 mitsqal:

20 qirat (4,25 gr) dan dirham seberat 7/10 mitsqal (2,975 gr). Rancang bangun

koin dirham ini berdasarkan pola Persia ditambahkan huruf Arab gaya Kufi,

dengan lafadz: Bismillah atau juga Bismillahi Rabbi pada tepi lingkaran57. Ini

menunjukkan pendapat Dr. Jaribah di atas kurang tepat.

Bahkan terkait uang kertas secara khusus Zaid bin Tsabit RA pun

membenci uang seperti ini. Imam Malik dalam Al Muwaththa meriwayatkan58:

Yahya meriwayatkan kepadaku dari Malik, bahwa ia telah mendengar ada kuitansi-kuitansi uang yang diberikan pada orang-orang pada masa Marwan bin Hakam di pasar al-Jar. Orang-orang membeli dan menjual kuitansi tersebut sesama mereka sebelum barang diserahterimakan. Zaid bin Tsabit RA, Seorang Sahabat Rasulullah SAW mendatangi Marwan dan mengatakan, “Marwan! Apakah engkau membaut riba menjadi halal?” Dia menjawab, “Aku berlindung kepada Allah. Apa itu?” Dia mengatakan, “Kuitansi-kuitansi dijualbelikan orang sebelum serah-terima barang.” Marwan kemudian mengirim para pengawal untuk mengikuti mereka, dan mengambil kuitansi-kuitansi itu dari tangan orang-orang dan mengembalikannya kepada pemiliknya.

Zaid bin Tsabit RA, secara khusus menyebut kuitansi itu sebagai riba.

Padahal itu kuitansi uang yang belum ditebus koinnya59.

57

Sufyan Al Jawi, hlm. 7-8

58

Sufyan Al Jawi, hlm. 37

59

(18)

17

III. PENUTUP

Berpegang pada mata uang Dinar dan Dirham, bukan berarti tidak maju

dalam bidang ekonomi dan perdagangan. Sebelum dunia Barat menemukan apa

yang disebut sebagai ‘cek’ atau ‘check’ atau ‘cheque’, umat Islam sudah

menggunakan Sakk. Begitu juga sebelum Barat mengenal Letter of Credit, Dunia

Islam sudah menggunakan Hawala dan Suftaja60. Penggunaan uang Dinar dan

Dirham juga tidak harus kembali ke zaman dahulu. Ketersediaan teknologi dapat

memudahkan penggunaan Dinar dan Dirham secara praktis. Saat ini juga sudah

tersedia sarana perdagangan berbasis Dinar, seperti e-dinar, dan lainnya61.

Muhaimin Iqbal mengutip Meera menyebutkan manfaat penggunaan Dinar

dan Dirham62:

1. Dinar dan Dirham adalah mata uang yang stabil sepanjang zaman, tidak

menimbulkan inflasi dari proses penciptaan uang atau money creation dan

juga bebas dari proses penghancuran uang (money destruction).

2. Dinar dan Dirham adalah alat tukar yang sempurna karena nilai tukarnya

terbawa (inherent) oleh uang itu sendiri. Berbeda dengan munculnya legal

tender yang merupakan pemaksaan politik untuk menetapkan suatu mata uang agar diterima oleh masyarakat.

3. Penggunaan Dinar dan Dirham dapat mengiliminir penurunan ekonomi

atau economic downturn dan resesi.

4. Penggunaan Dinar dan Dirham dalam suatu negara akan mengeliminir

risiko mata uang yang dihadapi oleh negara tersebut, apabila digunakan

oleh beberapa negara dan dapat mendorong terjadinya blok perdagangan

Islam.

5. Penggunaan Dinar dan Dirham akan membuat sistem moneter berjalan adil

dan harmonis dengan sektor riil. Sektor riil akan tumbuh bersamaan

dengan perputaran uang Dinar dan Dirham.

6. Kedaulatan negara akan terjaga melalui kestabilan ekonomi yang tidak

terganggu oleh krisis moneter.

60

Muhaimin Iqbal, hlm. 40

61

Muhaimin Iqbal, hlm. 40-41

62

(19)

18

7. Hanya uang emas (Dinar) dan perak (Dirham) yang bisa menjalankan

fungsi uang modern dengan sempurna. Fungsi alat tukar (medium of

exchange), fungsi satuan pembukuan (unit of account), dan fungsi penyimpan nilai (store of value) menurut Meera, hanya dapat dilakukan

oleh uang emas dan perak. Fiat money telah gagal dalam memerankan

fungsi-fungsi tersebut karena beberapa alasan berikut:

a) Fiat money tidak bisa memerankan secara sempurna fungsi sebagai

alat tukar yang adil karena nilainya yang beruba-ubah. Jumlah uang

yang sama tidak bisa dipakai untuk menukar benda riil yang sama pada

waktu yang berbeda.

b) Sebagai satuan pembukuan fiat money juga gagal karena nilainya yang

tidak konsisten. Pembukuan yang mengandalkan fiat money akan

melanggar prinsip dasar pembukuan, yaitu konsistensi.

c) Sebagai fungsi penyimpan nilai, fiat money jelas telah gagal karena

tidak mampu mempertahankan nilai dirinya dalam waktu yang lama.

Setelah menjelaskan pandangan para ahli tentang atsar Umar RA, menjadi

jelas bahwa Umar bin Khathab adalah pelopor Dirham Islam. Para Sahabat Nabi

pun komitmen dengan taqrir dari Nabi soal uang. Begitu juga mereka – semoga

Allah merahmati mereka semua – tidak memisah-misahkan antara uang untuk

ibadah dan untuk muamalah. Wallahua’lam.[]

(20)

19

DAFTAR PUSTAKA

Jaribah bin Ahmad Al Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin Al-Khathab. Jakarta: Khalifa, 2006.

Abdul Qadim Zallum, Sistem Keuangan Negara Khilafah. Jakarta: HTI Press, 2008.

Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Depok : Gramata Publishing, 2010.

Sufyan Al Jawi, Kemilai Investasi Dinar Dirham : Muamalah Syar’i Tanpa Riba. Depok: Pustaka Adina, 2007.

N. Gregory Mankiw, Macroeconomic (sixth edition) = Makroekonomi (edisi keenam). Jakarta: Erlangga.

Muhaimin Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham. Jakarta: Spiritual Learning Center – Dinar Club

Referensi

Dokumen terkait

I propose improvement for the programs of Brayat Minulya Hospital, they are: the celebration of World Ill People Day should be held for more than a day, the duration of

Psikologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku individu dalam perkembangannya dan latar belakang yang mempengaruhinya. Dalam ruang lingkup

Sehubungan akan dilaksanakannya Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Angkatan IX, X, XI dan XII Sertifikasi Guru Agama pada RA/Madrasah Tahun 2013 maka LPTK Fakultas Tarbiyah

Kode Barang Asal-usul Cara Nomor Bahan Nomor Register Merk / Type Ukuran /cc Nama Barang /.

Berbeda dengan pohon yang baru mendapat perlakuan kerat batang satu kali, unsur tapis awal sudah mulai bisa ditemukan pada tahun pertama setelah kerat batang, rangkaian

Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada penawaran kayu bulat hutan alam di Indonesia, dan (2) menganalisis dampak

Nilai moral yang terkandung dalam novel Kutitipkan Azel Kepadamu karya Zayyadi Alwy terdiri atas empat aspek, yaitu: (a) hubungan manusia dengan Tuhan