PENGARUH IKLAN ROKOK DI TELEVISI TERHADAP PERILAKU MEROKOK
SISWA SMP DI SMP SWASTA KARTINI BATAM TAHUN 2014
Hendri Kremer
S.E., M.SiDosen Komunikasi di Universitas Putera Batam, hendrikremer@gmail.com
ABSTRACT
There were 3 million teenagers who smoke in Indonesia in 2014, 20% of them were junior high school students, and the active smokers of junior high school students were increasing around 30% in 2000 (Irdan,2008). At SMP Swasta Kartini Batam was found around 5-10% students smoked outside the school.
The result is aimed to analyze the influence of cigarette advertisement on television on the Students’ Smoking Behavior at SMP Swasta Kartini Batam . The type of this research was analytic survey. The population of the research were the entire students at SMP Swasta Kartini, around 200 people. The amount of the sample 100 people were taken by Simple Random Sampling. The data were collected by questioner, interview and documentation . The data analysis used the multiple linear regression
The result of the research showed that the cigarette advertisement influence on the students’ smoking behavior at SMP Swasta Kartini Batam.
It is needed an active role of medical advisor teams to promote the influence of the cigarette to the health in period in the school to prevent the increasing of the smoking behavior of the junior high school students.
PENDAHULUAN
Remaja adalah generasi penerus bangsa, untuk itu suatu negara perlu mempersiapkan
generasi muda secara fisik dan psikis dengan baik. Secara fisik perkembangan
remaja dari segi kesehatan perlu mendapatkan perhatian yang cukup signifikan dari
pemerintah. Salah satu karakteristik umum perkembangan remaja menurut Ali.M
(2010) adalah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (
high curiosity
).
Karena didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung
ingin
bertualang, menjelajah segala sesuatu, dan mencoba segala sesuatu yang belum
pernah dialaminya. Selain itu, didorong juga oleh keinginan seperti orang dewasa
menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh
orang dewasa.
Akibatnya, tidak jarang secara sembunyi-sembunyi, remaja pria mencoba merokok
karena sering melihat orang dewasa melakukannya. Seolah-olah dalam hati
kecilnya berkata.’saya lah yang paling hebat’
Dari berbagai penelitian di dapat bahwa remaja ingin membuktikan kalau sebenarnya
dirinya mampu berbuat seperti yang dilakukan orang dewasa. Oleh karena itu
yang amat penting bagi remaja adalah memberikan bimbingan agar rasa ingin
tahunya yang tinggi dapat terarah kepada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif dan
produktif.
Namun pada kenyataannya yang terjadi adalah para remaja melakukan kegiatan yang
mengarah ke
arah negative seperti kebiasaan merokok. Karakteristik remaja yang
erat dengan keinginan adanya kebebasan, indenpendensi, dan berontak dari
norma-norma, dimanfaatkan para pelaku industri rokok dengan memunculkan
selogan-selogan promosi yang mudah tertangkap mata dan telinga serta menantang.
Selogan-selogan ini tidak hanya gencar dipublikasikan melalui berbagai iklan di
media elektronik, cetak dan luar ruang, tetapi industri rokok pada saat ini sudah
masuk pada tahap pemberi sponsor setiap
event
anak muda, seperti konser musik
dan olah raga. Hampir setiap konser musik dan
event
olah raga di Indonesia di
sponsori oleh industri rokok.
Dalam
event
tersebut mereka bahkan membagikan rokok gratis atau mudah
mendapatkannya dengan menukarkan potongan tiket masuk acara tersebut. Para
remaja memang menjadi sasaran empuk bagi industri rokok.
untuk mengadopsi rokok tanpa menyadari bahayanya. Semua perusahaan tembakau
besar di Indonesia memberikan sponsor pada kegiatan olah raga, acara remaja dan
konser musik.
Akibatnya anak-anak Indonesia sangat terpengaruh oleh iklan rokok yang
mengasosiasikan merokok dengan keberhasilan dan kebahagiaan. Pemberian sponsor
serta promosi melalui berbagai kegiatan merupakan komponen kunci dalam strategi
industri tembakau untuk merangkul para remaja (Gatra, 2004).
Ancaman khusus rokok terhadap kelompok usia remaja merupakan suatu hal yang
tidak bisa disepelekan. Hal ini telah mencemaskan semua pihak, terutama
kelompok perlindungan anak. Rokok mengancam masa depan kesehatan dan
kepribadian anak. Rokok harus dilihat juga sebagai bahan adiktif buat
anak.
Salah satu iklan rokok
yang digemari remaja adalah iklan rokok A
Mil
dengan label “A”, diproduksi oleh PT
HM Sampoerna Tbk, selalu melakukan
perubahan dan pembaharuan sesuai dengan keinginan para remaja yang ingin
mencoba hal yang baru. Rokok tersebut menawarkan keamanan dan kenyamanan
merokok dengan rendah kadar Tar dan Nikotin, serta adanya selogan yang selalu
segar bagi para remaja misalnya tema “
Bukan Basa Basi
”(BBB), versi “Kalau benda
bisa ngomong”, “
Silahkan Bicara
” yang diikuti dengan gambar mulut yang
tertutup plester.
Selogan tersebut sangat efektif dalam memengaruhi remaja bahwa remaja senang
dengan keterbukaan, dan berhak melakukan sesuatu seperti yang dilakukan orang
dewasa (Purwaningwulan, 2007).
Demikian halnya iklan rokok yang lainnya, disamping ada unsur humor yang digunakan
untuk menarik perhatian remaja, juga terdapat makna pesan-pesan.
yang secara tersembunyi yaitu kritik sosial pada perilaku pelanggaran yang
kadangkala juga dilakukan oleh para remaja. Komnas Perlindungan Anak bersama
dengan Universitas Muhammadiyah Prof.DR Hamka (UHAMKA) melakukan penelitian
mengenai dampak ketertarikan remaja pada iklan rokok, kegiatan yang disponsori
industri rokok terhadap aspek kognitif, afektif dan perilaku merokok pada remaja dengan
subjek sebanyak 353 responden murid SMP dan SMA di DKI Jakarta
pada tahun
2007.
Penelitian bersama itu menunjukkan seberapa jauh anak mengenal tayangan iklan rokok
dari berbagai media. Hasilnya menyatakan 99,8% anak remaja sudahterpapar iklan
rokok, dan sebanyak 81% remaja pernah mengikuti kegiatan yang disponsori industri
rokok. Jika ditinjau dari aspek kognitif pengaruh iklan terhadap remaja, riset
menyatakan 68,2% anak remaja dapat menyebutkan lebih dari tiga slogan iklan rokok,
dan bisa dengan cepat mengenali karya
audio visual
iklan rokok serta mengidentifikasi
produk yang dimaksud.
kegiatan yang disponsori industri rokok terhadap perilaku merokok remaja sebanyak
29% remaja perokok menyalakan rokoknya ketika melihat iklan rokok pada saat tidak
merokok (Wibowo, 2009).
Dalam survey WHO yang dilakukan di 100 Negara secara serentak pada
tahun 2004-2006 termasuk Indonesia, terungkap bahwa 12,6% pelajar
setingkat SMP adalah perokok, dan sebanyak 30,9% pelajar perokok tersebut mulai
merokok sebelum usia 10 tahun dan 3,2% dari mereka sudah kecanduan. Hasil lain
dari survey ini adalah 64,2% pelajar SMP menyatakan terpapar asap rokok orang
lain, perokok pasif di rumah sendiri, dan 81% pelajar SMP terpapar
ditempat-tempat umum (Cahaya, 2008).
Berdasarkan survey yang dilakukan
Global Youth Tobacco Survey
(GYTS) Indonesia
tahun 2006 yang dilakukan terhadap remaja berusia 13-15 tahun sebanyak 24,5%
remaja laki-laki dan 2,3% remaja perempuan merupakan perokok, 3,2% diantaranya
sudah kecanduan.
Bahkan yang lebih mengkhawatirkan 3 dari 10 pelajar mencoba merokok sejak mereka
dibawah usia 10 tahun. Hasil survey tersebut juga menunjukkan bahwa akibat
gencarnya iklan yang dilakukan oleh industri rokok, maka sebanyak 92,9% anak-anak
terekspos dengan iklan yang berada di papan reklame dan 82,8% terekspos iklan berada
di majalah dan Koran (Wibowo, 2009).
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang mempunyai konsumsi rokok 6,6%
dari konsumsi dunia, yang memprihatinkan dari 3 juta remaja yang merokok ada
20% adalah anak SMP dan tiga tahun terakhir 30% dari jumlah anak SMP sebagai
perokok aktif (Irdan, 2008).
Menurut Nawi, dari
Quit Tobacco
Indonesia
yang dikemukakan pada seminar “
Update
of Tobacco Control Research
” di Diklat RSUP Dr Sardjito, Indonesia termasuk 5
negara dengan konsumsi rokok terbesar di dunia. Konsumsi tembakau di Indonesia
meningkat 7 kali lipat dalam jangka waktu 3 tahun (1997-2000), dan prevalensi
penggunaan tembakau di Indonesia telah meningkat dalam segala usia.
Hasil penelitian Yayi Suryo Direktur Eksekutif QTI FK-UGM di Yogyakarta, iklan
rokok dan perilaku merokok berhubungan secara signifikan dengan perilaku merokok
dikalangan remaja SMP dan SMA di kota Yogyakarta.
Insiden perokok pada pria di kalangan remaja lebih tinggi dari di kalangan perempuan (Kanal, 2007). Perilaku merokok merupakan hal yang sangat mudah dijumpaipada masyarakat karena dianggap sebagai suatu kebiasaan yang tidak membahayakan bagi manusia, diperkirakan jumlah perokok di dunia sebesar 1,3 miliar orang, sementara penyakit akibat perilaku merokok mencapai 4,9 juta setiap tahunnya, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) apabila perilaku ini berlanjut maka angka kematian akibat rokok meningkat 10 juta setiap tahunnya pada tahun 2020, dan ini banyak terjadi di negara-negara berkembang (Bustan, 2007).
Data statistik WHO yang dipublikasikan tanggal 28 Mei 2002 menyebutkan bahwa aktivitas merokok telah membunuh satu dari sepuluh orang dewasa di dunia tiap tahun, dan itu setara dengan empat juta kematian perokok. Bahkan jika trennya tidak berubah, tahun 2030 kematian akan meningkat menjadi satu dari enam perokok. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI Soewarta Kosen menyatakan rokok mengakibatkan 1172 kematian setiap tahunnya, yang artinya satu kematian setiap enam detik. Meskipun demikian peningkatan jumlah perokok di kalangan remaja terus meningkat (Wibowo,2009). Penanggulangan masalah rokok di Indonesia memang sangat dilematis.
Disatu sisi, industri rokok dianggap sebagai penghasil pajak paling besar dibanding sektor lain. Misalnya dapat memberikan kontribusi terhadap pemasukan keuangan
negara berupa pembayaran cukai. Singkat kata, industri rokok adalah industri padat karya dan memberikan sumbangan yang cukup besar dalam perekonomian bangsa (Yanto, 2009).
Menurut Imam, ratifikasi Framework Convention on Tobacco Control (FTCT), suatu hukum international dalam pengendalian tembakau,adalah faktor kunci perlindungan anak-anak dari bahaya tembakau, yang salah satunya mengatur iklan rokok. WHO mengklaim bahwa pelarangan segala bentuk iklan promosi, dan sponsor rokok terbukti bisa menurunkan tingkat konsumsi rokok hingga 16%.
Sekalipun sejumlah pemerintah daerah dalam beberapa tahun terakhir juga telah membuat sejumlah Perda yang mengatur tempat untuk merokok,namun pemerintah Indonesia yang bergabung dalam salah satu penyusun FTCT, yang telah disepakati secara aklamasi dalam sidang WHO 2003, menjadi satu-satunya negara di Asia Fasifik yang tidak menandatangani dan belum melakukan aksesi FTCT.
Sehingga terkesan ironis ketika pemerintah sibuk menghimbau anak–anak muda untuk tidak merokok melalui tema Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2008, “Anak Muda Tanpa
Rokok/Tobacco Free Youth namun tidak mencoba menyediakan lingkungan yang kondusif bagi anak-anak yang kadang masih terlalu hijau untuk memilih (Antara, 2008).
SMP swasta Kartini Batam adalah salah satu sekolah SMP yang ada di Kota Madya Batam letaknya sangat strategis yang berada di Kampung Utama Batam Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di sekolah tersebut, peneliti melihat bahwa
ada siswa yang merokok diluar kegiatan sekolah, misalnya saat sebelum masuk lingkungan sekolah, setelah keluar sekolah, bahkan ada secara sembunyi- sembunyi merokok saat jam istirahat.
Berdasarkan hasil wawancara langsung yang peneliti lakukan dengan pihak sekolah dalam hal ini guru BP (Bimbingan dan Penyuluhan), bahwa salah satu aturan dan tata tertib disekolah tersebut adalah melarang siswa merokok, dan aturan tersebut juga sudah berulangkali diingatkan kepada seluruh siswa, namun ada sekitar 5-10% siswa yang merokok diluar jam belajar.
Keadaan tersebut sulit dipantau karena mereka merokok di luar lingkungan sekolah. Mengingat usia mereka masih dini sudah merokok, maka hal ini harus segera dicegah untuk terjadinya perilaku kecanduan merokok, serta mengantisipasi dampak rokok terhadap kesehatan mereka sangat berbahaya.
2011.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tentang pengaruh iklan rokok di televisi terhadap perilaku merokok Siswa SMP di SMP Swasta Kartini Batam Tahun 2014.
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Secara teoritis, dapat menambah khasanah keilmuan Kesehatan Masyarakat khususnya tentang dampak rokok bagi kesehatan dan dapat sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya
2. Diharapkan orang tua, guru dan pemerintah dapat memberikan informasi tentang bahaya merokok bagi kesehatan
3. Bagi remaja khususnya siswa SMP mau secara sadar menghindari perilaku merokok untuk kepentingan kesehatannya.
KERANGKA KONSEP
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pengaruh Iklan rokok di Televisi (Video/Visual, Audio, Talent, Grafics dan Pacing) terhadap Pengetahuan.
Berdasarkan hasil analisis uji Bivariat iklan rokok terhadap Pengetahuan dalam hal ini Video/Visual p=0,000>α=0,05, Audio p=0,000<α=0,05, Talent p=0,000<α=0,05, Grafics p=0,000<α=0,05 dan Pacing p=0,000<α=0,05 dapat dilihat bahwa seluruhnya ada hubungan antara Video/Visual, Audio, Talent, Grafics dan Pacing terhadap pengetahuan dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Berdasarkan hasil analisis uji Regresi Linier Berganda makavariabel
Persamaan garis regresi : Y =0,17 + 0,479X + 0,387X – 0,167X. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Komnas Anak dan Fakultas Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Prof DR Hamka (2007) yang mengatakan bahwa 99,7% remaja terpajan iklan rokok di TV, 68,2% remaja dapat menyebutkan lebih dari tiga selogan iklan rokok dan 50% remaja dirinya percaya diri seperti yang dicitrakan iklan rokok (Kanal,2007).
Hal serupa juga diungkapkan oleh Lizza M.Djapri (CH) seorang psikolog UI (dalam Kompas 27 April 2011) bahwa ketika seseorang melihat iklan, maka dia diyakini telah memasukkan iklan itu sebagai informasi tambahan dalam ingatannya. Dimasa mendatang dia berpotensi besar untuk bertindak dan mengambil keputusan atas dasar informasi tersebut.
2. Pengaruh Iklan rokok di Televisi (Video/Visual, Audio, Talent, Grafics dan Pacing) terhadap Sikap.
Berdasarkan hasil analisis uji Bivariat iklan rokok A Mild terhadap Sikap dalam hal ini video/visual p=0,000>α=0,05, Audio p=0,000 <α=0,05, Talent p=0,000<α=0,05, Grafics p=0,000<α=0,05 dan Pacing p=0,000<α=0,05 dapat
dilihat bahwa seluruhnya ada hubungan antara VideoVisual, Audio, Talent, Grafics dan Pacing terhadap Sikap dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). pada tabel ANOVA diperoleh p=0,000<α=0,005 berarti regresi ganda terpenuhi.
Hasil Uji Regresi Linier berganda menunjukkan tidak terdapat variabel yang dominan. Ini menunjukkan bahwa untuk dapat menciptakan iklan televisi yang spektakuler dan efektif elemen Video/Audio, Visual tidak dapat berdiri sendiri, harus didampingi oleh elemen-elemen lain.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan yang Lizza M. Djapri MSi (2011) bahwa makin meningkatnya kecenderungan masyarakat untuk merokok , khususnya remaja tidak terlepas dari pengaruh tayangan iklan dimedia massa. Yang lebih memrihatinkan menurut beliau iklan-iklan rokok semakin lihai menjerat konsumen.
Tidak jarang hal-hal positif diselipkan dan disalahgunakan untuk menanamkan persepsi tentang merokok yang sebenarnya menjerumuskan. Mereka berupaya bagaimana caranya masuk dalam persepsi masyarakat bahwa it's oke untuk merokok. Misalnya memakai ilustrasi solidaritas dan keakraban teman. Lizza juga mengungkapkan dalam suatu iklan rokok misalnya
digambarkan bagaimana seseorang rame-rame dengan temannya, lalu ada pula yang kesusahan dibantu oleh teman-teman yang lain, sehingga kesannya merokok seakan-akan dapat
mengakrabkan, dengan merokok seakan-akan ada norma-norma positif yang terbentuk.
Iklan model inilah yang sangat efektif memengaruhi persepsi remaja yang masih dalam tahap pencarian jati dirinya. Hal serupa juga Komisi Perlindungan Anak (Komnas PA), iklan rokok di televisi disebut-sebut sebagai media penyampaian informasi yang manipulatif mengenai citra rokok, dimana iklan rokok menawarkan citra seorang perokok yang tangguh, kreatif, penuh solidaritas, macho modern dan lain sebagainya, sehingga remaja
tertarik untuk mengadopsi rokok tanpa menyadari bahayanya.
Hasil Uji Regresi Linier berganda menunjukkan tidak terdapat variabel yang dominan. Ini menunjukkan bahwa untuk dapat menciptakan iklan televisi yang spektakuler dan efektif elemen Video/Audio, Visual tidak dapat berdiri sendiri, harus didampingi oleh elemen-elemen lain.
Tidak jarang hal-hal positif diselipkan dan disalahgunakan untuk menanamkan persepsi tentang merokok yang sebenarnya menjerumuskan. Mereka berupaya bagaimana caranya masuk dalam persepsi masyarakat bahwa it's oke untuk merokok. Misalnya memakai ilustrasi solidaritas dan keakraban teman. Lizza juga mengungkapkan dalam suatu iklan rokok misalnya
digambarkan bagaimana seseorang rame-rame dengan temannya, lalu ada pula yang kesusahan dibantu oleh teman-teman yang lain, sehingga kesannya merokok seakan-akan dapat
mengakrabkan, dengan merokok seakan-akan ada norma-norma positif yang terbentuk.
Iklan model inilah yang sangat efektif memengaruhi persepsi remaja yang masih dalam tahap pencarian jati dirinya. Hal serupa juga Komisi Perlindungan Anak (Komnas PA), iklan rokok di televisi disebut-sebut sebagai media penyampaian informasi yang manipulatif mengenai citra rokok, dimana iklan rokok menawarkan citra seorang perokok yang tangguh, kreatif, penuh solidaritas, macho modern dan lain sebagainya, sehingga remaja
tertarik untuk mengadopsi rokok tanpa menyadari bahayanya.
3. Pengaruh Iklan rokok di Televisi (Video/Visual, Audio, Talent, Grafics dan Pacing) terhadap Tindakan.
Berdasarkan hasil analisis uji chi square iklan rokok A Mild terhadap Sikap dalam hal ini Video/Visual p=0,004>α=0,05, Audio p=0,021 <α=0,05, Talent p=0,001<α=0,05, Grafics p=0,013<α=0,05 dan Pacing p=0,004<α=0,05 dapat dilihat bahwa seluruhnya ada hubungan antara VideoVisual, Audio,Talent, Grafics dan Pacing terhadap Tindakan dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05).
Hasil Uji Regresi Linier berganda menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang dominan memengaruhi tindakan. pada tabel ANOVA diperoleh p=0,035<α=0,005 berarti regresi ganda terpenuhi.
Hasil penelitian Yayi Suryo, Direktur eksekutif QTI FK-UGM (2007), iklan rokok dan perilaku merokok berhubungan secara signifikan dengan perilaku merokok di kalangan remaja SMP dan SMA di kota Yogyakarta.
Fenomena kuatnya pengaruh iklan terhadap perilaku merokok khususnya kalangan remaja juga telah diperlihatkan hasil survei yang dilakukan Koalisi untuk Indonesia Sehat (KuIS) pada akhir 2007 lalu. Dalam survei terhadap 3040 pada kelompok usia 13-25 tahun, 16-19 tahun dan 20-25 tahun di Jakarta dan Sumatera Barat tampak bahwa hampir 50% partisipan mengaku melihat hal-hal yang memengaruhi keputusan merokok.
Penelitian yang dilakukan Komnas Anak dan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah tahun 2007 bahwa rata- rata remaja mulai merokok pada usia 14 tahun, 31,5% remaja mulai merokok usia 15 tahun, 46,3% remaja berpendapat iklan rokok memiliki pengaruh yang besar untuk mulai merokok, 29% remaja perokok menyalakan rokoknya ketika melihat iklan rokok pada saat tidak merokok Komnas Anak ini juga menemukan 50% remaja perokok merasa dirinya lebih percaya diri seperti yang dicitrakan iklan rokok, 37% remaja perokok merasa dirinya keren seperti yang dicitrakan iklan rokok.
Penelitian yang dilakukan Natalia dkk UNIKA Admajaya (2004)mengatakan bahwa penayangan iklan rokok di televisi terutama yang menampilkan model- model anak muda semakin membuat remaja tertarik untuk mencoba rokok dan meniru model dalam iklan tersebut.
4,9 juta setiap tahunnya. Apabila perilaku ini berlanjut maka angka kematian akibat rokok meningkat 10 juta setiap tahunnya pada tahun 2020, dan ini banyak terjadi dinegara-negara berkembang.
Dunia kesehatan menyatakan bahwa merokok memberi dampak negatif yang luas bagi kesehatan dan ditenggarai sebagai salah satu penyebab utama timbulnya penyakit kanker paru, penyakit jantung koroner, impotensi bahkan gangguan kehamilan dan janin. Menurut WHO satu juta manusia pertahun didunia meninggal karena merokok dan 95 % diantaranya kanker paru-paru.
Data statistik WHO yang dipublikasikan 28 Mei 2002 menyebutkan bahwa aktifitas merokok telah membunuh satu dari sepuluh orang dewasa didunia tiap tahun, hal itu setara dengan empat juta kematian perokok. Bahkan jika trennya tidak berubah, tahun 2030 kematian akan meningkat menjadi satu dari enam perokok (Bustan, 2007). Soewarta Kosen, KepalaBadan Penelitiandan Pengembangan RI menyatakan rokok mengakibatkan 1172 kematiansetiaptahunnya,yang artinya satu kematian setiap enam
detik. Meskipun demikian peningkatan jumlah perokok dikalangan remaja terus meningkat (Wibowo, 2009). Upaya untuk mengkomunkasikan atau menyebarluaskan informasi melalui media Televisi berdampak pada perilaku manusia dalam hal ini siswa SMP, yang merupakan salah satu aplikasi teori perilaku yang dikenal dalam program kesehatan masyarakat.
Apa yang dilihat dan didengar ditelevisi menjadi informasi yang memengaruhi bagaimana seseorang bertindak, melihat, bersuara, dan berpikir tentang sesuatu. Bahasa yang didengar, pola interaksi sosial yang dilihat, cara situasi yang ditampilkan dan dicirikan, cara simbol yang digunakan semuanya membentuk pemahaman tentang kehidupan seseorang khususnya remaja dalam hal ini siswa SMP. Hal ini dikenal dengan Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) = SCR) yaitu”belajar dengan
mengamati” yakni manusia meniru model perilaku orang lain, dan apa yang terjadi pada mereka ketika mereka terlibat dalam perilaku tersebut (Mark Edberg, 2009).
Informasi melalui iklan dinilai langsung maupun tidak langsung terhadap persepsi, pemahaman dan tingkah laku siswa SMP. Iklan rokok tidak lagi gencar membujuk konsumen untuk membujuk produknya, tetapi cenderung hanya mengingatkan produknya
kepada konsumen tertentu dengan kata-kata yang mudah diingat. Iklan rokok telah membuka kemungkinan multi interpretasi dengan sangat terbuka. Iklan rokok menghadirkan sebuah persfektif dari fragmen-fragmen, dari suara-suara, teks dan kode.
Remaja dalam hal ini siswa SMP merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa, sehingga sering kali menghadapkan individu pada situasi yang membingungkan. Situasi- situasi yang menimbulkan konflik ini sering menyebabkan banyak tingkah laku yang aneh, canggung kalau tidak dikontrol bisa menimbulkan
perilaku yang menyimpang kearah negatif. Ketidaksetabilan emosi menyebabkan mereka mempunyai rasa ingin tahu dan dorongan untuk mencaritahu.
untuk mencoba produk yang ditawarkan iklan tersebut, tanpa memikirkan dampaknya terhadap kesehatan.
Keadaan ini perlu peran aktif tenaga kesehatan dalam hal promosi kesehatan, dengan menyediakan informasi pada masyarakat khususnya siswa SMP untuk menghindari rokok mengingat dampak yang diakibatkan olek rokok tersebut. Salah satu program kampanye kesehatan saat ini adalah The Truth Campaigh adalah kampanye media massa nasional yang memfokuskan pada “anti tembakau” pada anak muda. Kampanye ini ditujukan untuk menjangkau remaja dengan membiarkan mereka mengetahui dengan sendirinya cara yang inovatif dan dengan gaya terkini , bahwa industri tembakau telah memanipulasi mereka melalui cara pemasaran dan praktik produksinya.
KESIMPULAN
1. Iklan rokok (Video/Visual, Audio, Talent, Grafics, dan Pacing) berpengaruh terhadap pengetahuan siswa SMP di SMP swasta Dharma Bakti dan yang paling dominan dalam hal ini adalah Video/Visual.
2. Iklan Rokok (Visual, Audio, Talent, Grafics dan Pacing) berpengaruh terhadap sikap siswa SMP Kartini Batam, dan tidak ada variabel yang paling dominan berpengaruh. 3. Iklan Rokok (Video/Visual, Audio,Talent, Grafics dan Pacing) berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja, dan tidak terdapat variabel yang paling dominan berpengaruh.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat diberikan saran:
1. Perlu adanya intervensi perilaku berbasis sekolah yang dikenal dengan teori “Life skill program”,.yaitu program promosi kesehatan berbasis sekolah yang sangat dikenal untuk pencegahan penyalahgunaan zat (termasuk rokok, alkohol dan obat lainnya).
2. Adanya satu peraturan dan sanksi yang tegas terhadap siswa jika diketahui siswa tersebut merokok.
3. Adanya satu peraturan yang
diberlakukan kawasan bebas rokok di sekolah.
4. Perlu adanya kampanye media berhenti merokok, dan komunitas pencegahan merokok.
DAFTAR PUSTAKA
Agung Nugroho, 2005. Strategi Jitu memilih Metode statistic Penelitian dengan SPSS, Andi Jogyakarta
Agus Riyanto, 2009, Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, dilengkapi Uji Validitasdan Reliabilitas serta Aplikasi Program SPSS, Nuha Medika.
Ali, 2010, Psikologi Remaja, Perkembangan peserta didik,Bumi Aksara,Jakarta Amstrong, 1990. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, PT Gramedia
Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rhineka Cipta Asrory, 2009. Psikologi Remaja, Bumi Aksara, Jakarta. Cetakan keenam
Bustan M.N, 2007, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta Cahaya, (2008), Balada Sebatang Racun Bernama, diakses 27 April 2008, H
tt p : // W ww . S p o r t . I d . C o m
Chaplin, JP, 1997. Kamus lengkap Psikologi (Terjemahan Dr. Kartini
Kartono),Jakarta, Grafindo Persada Dahlan,MS.,2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel Dalam Penelitian Kesehatan dan Kedokteran. Ed 2.Salemba Medika. Jakarta
Durianto, Darmadi, 2003.Invasi Pasar dengan Iklan yang Efektif. Ramedia Pustaka, Jakarta.
Gatra, 2004, Sehat; Who : Iklan Rokok Dorong Remaja Merokok, diakses 14 Juni, f i l e ;/ / G:/ m e r o k o k 2 . h tm
Gunawan, 2009. Study antar kasus rokok A Mild, Star mild dan LA Light. Univ.Gunadarma. Kalimalang.
s