• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN HUKUM LINGKUNGAN DI INDONES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERKEMBANGAN HUKUM LINGKUNGAN DI INDONES"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN HUKUM LINGKUNGAN DI INDONESIA Alex Candra Pamungkas

alexcandrapamungkas@students.unnes.ac.id Nama/Judul buku : HUKUM LINGKUNGAN DI INDONESIA Penulis/Pengarang : Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.h., LLm.

Penerbit : Rajawali Pers

Tahun Terbit : 2014

Kota Penerbit : Jakarta

Bahasa Buku : Indonesia

Jumlah Halaman : 298 Halaman

ISBN Buku : 978-979-769-360-2

DISKUSI/PEMBAHASAN REVIEW

Buku Hukum Lingkungan terbitan Rajawali pers ini ditulis oleh Prof.Dr.Takdir Rahmadi berisikan tentang hukum lingkungan yang ada di Indonesia dan juga mengenai perkambangan hukum lingkungan sendiri, seperti latar belakang pengembangan, pengaturan asas-asas, hak dan kewajiban kewangan dalam pengelolaan lingkungan hidup, dan pengaturan-pengaturan lainnya berkenaan dengan lingkungan hidup di indonesia

Pada bab 1 dalam buku Hukum Lingkungan Hidup Di Indonesia oleh Prof.Dr.Takdir Rahmadi menjelaskan tentang latar belakang pengembangan hukum lingkungan dimana dalam bab ini berisikan masalah-masalah serta penyebab terjadinya masalah-masalah lingkungan, dari masalah-masalah tersebut melahirkan kesadaran lingkungan dan kebijakan pembangunan berwawasan lingkungan. Dari lahirnya kesadaran tersebut timbul pula hukum lingkungan dimana posisi hukum lingkungan tersebut mengandung segi-segi hukum perdata, pidana dan administrasi negara.di dalam bab 1 ini di jelaskan pula contoh dari masalah-masalah lingkungan hidup diantaranya penggundulan hutan, lahan kritis, menipisnya lapisan ozon, pemanasan global, tumpahan minyak di laut, ikan mati di anak sungai karena zat-zat kimia, dan punahnya species tertentu.

Dalam literatur masalah-masalah lingkungan dapat dikelompokkan ke dalam tiga bentuk, yaitu pencemaran lingkungan (pollution), pemanfaatan lahan secara salah (land misuse), dan pengurasan atau habisnya sumber daya alam (natural resource depeletion).1 Berdasarkan sudut pandang para sarjana, maka setidak-tidaknya ada lima faktor yang melatar belakangi timbulnya masalah-masalah lingkungan hidup tersebut, yakni teknologi, penduduk, ekonomi, politik, dan tata nilai yang berlaku. Selain itu, Kesadaran lingkungan ditunjukkan pada konferensi PBB tentang lingkungan hidup pada tanggal 5-16 Juni 1972 di Stockholm, Swedia. Yang menghasilkan sebuah dokumen yang disebut sebagai Deklarasi Stockholm. Selain deklarasi stockholm, pada tahun 1983 Majelis Umum PBB juga membentuk sebuah badan, yaitu the World Commission on Environment and Development (WCED) yang diketuai oleh Perdana Menteri Norwegia, Gro Herlem Bruntland. Komisi WCED menghasilkan sebuah laporan yang kemudian dipublikasikan “Our Common Future”.2

1 Richard Stewart andJames E Krier, Environmental Law and Policy, (New York: The Bobbs Merril Co. Inc., Indianapolis, 1978), hlm. 3-5.

(2)

Pada bab II buku ini menjelaskan tentang pengaturan asas, hak dan kewajiban, kewenangan, kelembagaan, dan instrumen dalam pengelolaan lingkungan hidup seperti pengembangan peraturan perundang-undangan lingkungan dari peraturan perundang-undangan klasik hingga peraturan perundang-undangan yang sekarang yaitu undang-undang nomer 32 tahun 2009 beserta konsep dan pengertian konsep dalam undang-undang tersebut Serta tujuan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, hak-hak dan kewajiban, kewenangan pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup, kelembagaan pengelolaan lingkungan hidup, instrumen pengelolaan lingkungan hidup. Yaitu tentang pengembangan peraturan perundang-undangan lingkungan, yang pertama yaitu peraturan perundang-perundang-undangan klasik, diantaranya menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang terdiri atas: 22 undang-undang dan ordonansi, 38 peraturan pemerintah dan verordening, 5 keputusan presiden, 2 instruksi presiden, 45 keputusan/peraturan menteri, 4 keputusan dirjen, dan sejumlah peraturan daerah.3 Peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup itu dapat dikelompokkan dalam sembilan sektor usaha pemerintaah pusat dan pemerintah daerah, yaitu: kependudukan/permukiman, pertanian, kehutanan, kehewanan, perikanan, perairan, pertambangan, perindustrian, dan kesehatan radisi.4

Yang kedua, yaitu menjelaskan sejarah singkat pembentukan undang-undang nomor 4 tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup (seterusnya disingkat dengan UULH 1982). UULH 1982 dapat dipandang sebagai undang-undang pengelolaan lingkungan hidup pada masa modern karena memuat konsep-konsep dan instrumen-instrumen pengelolaan lingkungan hidup. Dengan demikian, Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 ini merupakan sumber formal pertama bagi lahirnya dan pengembangan hukum lingkungan nasional modern di Indonesia.

Yang ketiga, yaitu menjelaskan tentang dari Undang-undang nomor 4 tahun 1982 ke Undang-undang nomor 23 tahun 1997 dan dari Undang-undang nomor 23 tahun 1997 ke Undang-undang nomor 32 tahun 2009. Buku ini juga menjelaskan tentang asas dan tujuan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, yaitu menurut UUPPLH terdapat 14 asas tentang perlindungan dan pengelolaan lingkunan hidup, yaitu: (a) tanggung jawab negara, (b) kelestarian dan keberlanjutan, (c) keserasian dan keseimbangan, (d) keterpaduan, (e) manfaa, (f) kehati-hatian, (g) keadilan, (h) ekoregion, (i) keanekaragaman hayati, (j) pencemar membayar, (k) partisipatif, (l) kearifan lokal, (m) tata kelola pemerintahan yang baik, (n)otonomi daerah. Selain itu terdapat juga ujuan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yaang termuat dalam pasal 3 UUPPLH, yaitu: (a) melindungi wilayah Negara Kasatuan Republik Indonesia, (b) menjamin keselamatan, kesehatan dan kehidupan manusia, (c) menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekoistem, (d) menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup, (e) mencapai keserasian, keselarasan dan keseimbangan lingkungan hidup, (f) menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dann generasi masa depan, (g) menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia, (h) mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana, (i) mewujudkan pembangunan yang

3 Munadjat Danusaptro, Environmental Law Book IV Sectoral Volume 1b, (Bandung: Binacipta, 1980), hlm. 38.

(3)

berkelanjutan, (j) mengantisipasi isu lingkungan global. Adapun delapan hak yang diakui dalam UUPPLH, yaitu: (1) hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai hak asasi manusia, (2) hak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, (3) hak akses informasi, (4) hak akses partisipasi, (5) hak mengajukan usul atau keberatan terhadap rencana usah dan/ atau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, (6) hak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, (7) hak untuk melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/ atau perusakan lnngkungan hidup, dan (8) hak untuk tidak dapat dituntut secara pidana dan perdata dalam memperjuangkan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.5 UUPPLH menciptakan kewajiban-kewajiban sebagai berikut: (a) pasal 67 UUPPLH, (2) pasal 68 butir b UUPPLH, (c) pasal 68 butir c UUPPLH, (d) pasal 68 butir d UUPPLH

Dalam Bab III buku ini berkenaan dengan pengaturan pengendalian pencemaran lingkungan hidup sencara rinci. Yaitu menjelaskan tentang perizinan pengendalian pencemaran lingkungan sebelum berlaku UUPPLH, izin pengendalian pencemaran lingkungan berdasarkan UUPPLH, pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, pengendalian pencemaran laut, pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan berbahaya dan beracun. Perizinan merupakan salah satu instrumen administrasi yang digunakan sebagai sarana di bidang pencegahan dan pengendalian pencemaran lingkungan hidup. (1) izin usaha industri, seperangkat peraturan-peraturan perundang-undangan yang mengatur atau berkaitan dengan IUI adalah UU No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian, Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1987 tentang izin usaha industri, Keputusan Menteri Perindustrian No. 286/M/SK/10/1987 tentang ketetapan dan tata cara pelaksanaan pemberian izin usaha industri dan Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 13/M/SK-1/3//1990 tentang prosedur pelaksanaan pemberian izin usaha industri. Usaha-usaha industri dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu: industri besar, industri kecil, dan industri sangat kecil. (2) Izin Lokasi, ketentuan-ketentuan tentang izin lokasi terdapat dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No. 2 Tahun 1993. (3) Izin Hinder Ordonantie (HO), yang dikeluarkan berdasarkan Hinder Ordonantie Stb. 1926 Nomor 226 dan kemudian diubah berdasarkan Stb. 19549 Nomor 4950. HO memuat ketentuan-ketentuan tentang pencegahan dampak negatif yang timbul dilingkungan sekitar tempat usaha melalui instrumen perizinan. (4) Izin Pembuangan Air Limbah, didasarkan pada Pasal 40 ayat (1) PP No. 82 Tahun 2001 yang menyatakan: “Setiap usaha atau kegiatan yang akan membuang air limbah ke air atau sumber air wajib mendapat izin tertulis dari Bupati/Wali Kota. Ketentuan Pasal 40 ayat (2) selanjtnya menegaskan, bahwa permohonan izin pembuangan air limbah didasarkan pada hasil kajian Amdal bagi industri yang wajib Amdal atau kajian UKL dan UPL bagi kegiatan yang tidak wajib Amdal. (5) Izin Pemanfaatan Air Limbah untuk Aplikasi Pada Tanah, yang berdasarkan Pasal 36 ayat (1) dan (2) PP Tahun 82 Tahun 2001 menegaskan, permohonan izin pemanfaatan air limbah untuk aplikasi pada tanah diwajibkan lebih dahulu melakukan kajian untuk mengetahui pengaruh aplikasi air limbah pada tanah terhadap budidaya ikan, hewan dan tanaman, kualitas tanah dan air tanah dan kesehatan masyarakat. (6) Izin Dumping, dasar hukum pengaturan dumping adalah pasal 20 ayat (1) UULH 1997. Pejabat yang berwenang mengeluarkan izin dumping

(4)

adalah Men LH.6 (7) Izin Pengoperasian Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), yang diatur dalam PP No. 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3 yang kemudian diubah dengan PP No. 85 Tahun 1999. Izin pengoperasian pengelolaan limbah B3 meliputi penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan. Izin pengoperasian ini dikeluarkan oleh Kepala BAPEDAL.7 Selain itu, pada Bab III juga menjelaskan izin pengendalian pencemaran lingkungan berdsasarkan UUPPLH, yaitu izin lingkungan yang dirumuskan dalam pasal 1 butir 35 UUPPLH, tetapi terbatas pada izin yang memuat persyaratan-persyaratan lingkungan yang diberlakukan atas kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan (brown issues).

Pada bab IV buku Hukum Lingkungan di Indonesia menjelaskan tentang pengaturan pemanfaatan sumber daya alam dan pengendalian perusakan lingkungan hidup. Sumberdaya alam memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia olah karena itu maka manusia berkewajiban untuk mempertahankan sumber daya alam tersebut, serta berkewajiban untuk berusaha menggunakan sumber daya alam itu seefisien mungkin.

Bab ini menjelaskan tentang berbagai pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam tersebut seperti pengelolaan terhadap hutan yang didalamnya pengertian asas dan tujuan pengelolaan hutan, hutan kawasan produksi, rehabilitasi dan pihak yang berwenang mengelola dan melakukan pengawasan terhadap hutan. Konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, perlindungan sumber daya alam hayati di laut, perlindungan sumber daya ikan, dan pengelolaan sumber daya air. Hal ini dilakukan untung melindungi sumber daya alam yang ada dan bagaimana pemanfaatannya.Dalam bab ini juga menjelaskan tentang Pengaturan Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Pengendalian Perusakan Lingkungan Hidup, yaitu tentang UU No. 41 Tahun 1999 yang merumuskan pengertian hutan sebagai berikut: “Hutan ialah suatu kesatuan ekosisitem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan”. Pengelolaan hutan didasarkan pada asas manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan.8 Tujuan pengelolaan kehutanan adalah untuk: (a) menjamin keberadaan hutsn dengan luasan yang cukup dan sebaran yang profesional, (b) mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi untuk mendapatkan manfaat lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi yang seimbang dan lestari, (c) meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai, (d) meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan keberdayaan masyarakat secara partisipatif, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan sehingga mampu menciptakan ketahanan sosial dan ekonomi serta ketahanan terhadap akibat perubahan eksternal, dan (e) menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkkelanjutan.9

Pada bab terakhir yaitu bab V dalam buku ini menjelaskan tentang penegakan hukum lingkungan dan penyelesaian sengketa lingkungan. Hukum lingkungan seperti yang sudah dijelaskan terdapat segi-segi dari hukum perdata, pidana dan administrasi negara. Oleh karena itu dalam penegakannya

6 UULH 1997, Pasal 20 ayat (3).

7 PP No. 18 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan PP No. 85 Tahun 1999, Pasal 40 ayat (1) 8 UU No. 41 Tahun 1999, Paal 2.

(5)

terdapat sanksi-sanksi baik dari hukum administrasi negara serta sanksi-sanksi hukum pidana, pertanggung jawaban pidana badan usaha.dalam hal penegakan hukum pidana dan admiistratif terdapat beberapa langkah ,dalam buku ini di jelakan bahwa langkah langkah tersebut antara lain memberikan sanksi sanksi dalam lingkup administratif yakni paksaan oleh pemerintah jika dalam UULH 1997 kewenangan memberikan sanksi paksaan hanya ada pada gubernur sebagaimana dinyatakan dalam pasal 25 ayat (1) UULH 1997 .pasal 25 ayat (1) UULH 1999 memberikan kewenangan kepada gubernur untuk menjatuhkan sanksi hukum administrasi paksaan pemerintah dalam bentuk melakukan tindakan tindakan sebgai berikut :pencegahan dan penghentian pelanggaran yang telah terjadi,penyelamatan dan penanggulangan atau pemulihan atas beban biaya penanggung jawab usaha yang kedua pemerintah dapat melakukan pembekuan dan pencabutan izin lingkungan

Dalam bab V juga menjelaskan penegakan hukum lingkungan melalui gugatan perdata serta penyelesaian sengketa lingkungan hidup baik diluar undang-undang 32 tahun 2009 maupun penyelesaian sengketa lingkungan hidup berdasarkan undang-undang 32 tahun 2009. Penyelesaian sengketa berdasarkan unadang-undang 32 tahun 2009 seperti penyelesaian sengketa melalui pengadilan, gugtan perwakilan, peran saksi ahli dalam pembuktian perkara lingkungan hidup, dan pilihan penyelesaian sengketa lingkungan hidup. penyelesaian sengketa lingkungan hidup dijelakan bahwa terhadap sengeketa lingkungan hidup dapat dirumuskan dalam arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas sengketa lingkungan hidup adalah perselisihan kepentingan dua pihak atau lebih yang timbul sehubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam. Pemanfaatan sumber daya alam di samping memberikan manfaat kepada sekelompok orang, juga dapat menimbulkan kerugian terhadap kelompok lain, atau setidaknya meletakkan risiko kerugian kepada kelompok lain. Sering kali manfaat dari suatu kegiatan sumber daya alam dilihat secara makro, semengtara resiko agtau dampak negative dari kegiatan itu dirasakan oleh sekelompok kecil orang.

Sengketa lingkungan hidup (environmental disputes) sebenar-benarnya tidak terbatas pada sengketa-sengketa yang timbul karena peristiwa pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, tetapi juga meliputi sengketa-sengketa yang terjafi karena adanya rencana-rencana kebijakan pemerintah dalam bidang pemanfaatan dan peruntukan lahan, pemanfaatan hasil hutan, kegiatan penebangan, rencana pembangunan pembangkit tenaga listrik, rencana pembangunan waduk, rencana pembangunan saluran udara tegangan tinggi. Dengan demikian, pengertian sengketa lingkungan mencakup konteks yang sanagt luas.

Pendapat Pribadi terkait Buku Hukum Lingkungan Di Indonesia karya Prof.Dr.Takdir Rahmadi,S.H.,LLM

(6)

dalam bidang hukum selama beberapa tahun sehingga buku ini dapat memberikan pemahaman yang komperhensif menyangkut tidak saja mengenai pengaturan hukum lingkungan hidup atau serig disebut “brown issues” tetapi juga menyangkup pengaturan pengaturan masalah –masalah pemanfaatan sumber daya alam yang lazim disebut “green issues”

Referensi

Dokumen terkait

Programer, yaitu orang-orang yang mampu menyusun instruksi – instruksi bagi komputer atau mampu membuat program yang dibutuhkan dalam suatu sistem pengolahan data.. Operator,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis ingin menerapkan elemen-elemen yang dimiliki Balanced Scorecard untuk mengukur kinerja organisasi melalui empat aspek

menunjukkan bahwa saluran pemasaran ojol pada petani pola swadaya di Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan hanya ada satu saluran yaitu dari petani yang

: Pameran seni rupa kampus II, taman budaya jatim, Surabaya.. Pameran hima seni rupa

Di dalam aktivitas model konseptual menunjukkan bahwa peningkatan kompetensi sumber daya manusia didahului dengan aktivitas menganalisis tugas apa yang dibutuhkan

standar kinerja (Simamora, 2006:338) Penilaian kinerja dapat dibagi menjadi dua yaitu penilaian kinerja secara objektif yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja

Ditinjau dari data penelitian menggunakan uji Tukey di atas diperoleh Q hitung = 3,9983 lebih besar dari pada Q tabel = 3,63 ( Q hitung = 3,9983 > Q tabel = 3,63 )