• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSPEKTIF MASYARAKAT TENTANG PERAN PEME

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERSPEKTIF MASYARAKAT TENTANG PERAN PEME"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Hasil Penelitian

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

PERSPEKTIF MASYARAKAT TENTANG PERAN PEMERINTAH DALAM MENANGANI ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA PULAU BUNGIN

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahi wabihamdihi

Assalmu'alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirabbila'lamin, segala puji bagi Allah kerena dengan limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta seluruh pengikutnya yang setia hingga hari kemudian.

Laporan penelitian ini disusun dengan mempertimbangkan segenap aspek yang dimiliki penulis dengan tujuan untuk menambah penglaaman dan khazanah keilmuan kita sebagai mahasiswa. Kami menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga kami mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhirnya kami mengucapkan beribu rasa terima kasih kepada Dosen pengampu Sosiologi Pendidikan serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Pancor, Februari 2012

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hak dasar yang harus diterima dan dirasakan secara layak oleh setiap warga negara. Seperti tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Bab III Pasal 5 dan Pasal 6 tentang Hak Warga Negara untuk Memperoleh Pendidikan yang ditetapkan pada tanggal 27 Maret 1989. Pasal 5 berbunyi ”Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan”. dan Pasal 6 berbunyi: “Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan agar memperoleh pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang sekurang-kurangnya setara dengan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan tamatan pendidikan dasar”.

Pendidikan dasar adalah pendidikan wajib belajar (WAJAR) selama 9 tahun, artinya setiap warga negara harus dapat merasakan dan menyelesaikan pendidikan minimal di bangku SD (6 tahun) dan SMP (3 tahun), bahkan pemerintah sudah mencanangkan wajib belajar 12 tahun sampai SMA. Namun realitas yang terjadi ternyata berbeda, harapan setiap warga negara untuk dapat mengenyam pendidikan secara luas hanya sebatas angan-angan saja. Seperti diungkap dalam berita yang dimuat di Harian KOMPAS edisi 28 juli 2011, “terdapat sekitar 1.08 juta siswa yang putus sekolah (2.05%) dan 3.03 juta lulusan SD-SMP yang tidak bisa melanjutkan sekolah”. Selain masalah yang terkait dengan anak-anak putus sekolah diatas, ternyata angka buta aksara di Indonesia masih tergolong tinggi. Hal ini menjadi cerminan bahwa pendidikan kita masih terbelakang dan masih tertinggal jauh dibandingkan dengan negara-negara lain.

Oleh karena itu maka sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk dapat menyelenggarakan pendidikan seperti menyediakan sarana dan prasarana penunjang pendidikan maupun menyaipkan beasiswa bagi anak-anak putus sekolah sehingga hak-hak mereka untuk mendapat pendidikan bisa terpenuhi secara layak, adil dan merata. Namun mungkin kerja pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan terutama dalam pengentasan anak putus sekolah masih belum maksimal sehingga tujuan pendidikan nasional yang tecantum dalam pembukaan undang-undang dasar “untuk mencerdaskan kehidupan

(4)

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan satu wilayah di Indonesia yang tingkat pendidikaannya masih rendah, begitu pula dengan sarana dan prasarana penyelenggaraan pendidikan yang masih minim. Jika ditarik rata-rata umur pendidikan masyarakat di NTB masih setara dengan kelas 6 SD, sehingga tingkat pendidikan ini juga berimbas pada menurunnya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTB yang saat ini berada pada peringkat 32 dari 33 provinsi di Indonesia.

Desa Pulau Bungin Kec. Alas, Kabupaten Sumbawa Besar adalah salah satu daerah di wilayah NTB yang tercatat angka putus sekolahnya masih tinggi. Pulau bungin dengan karakteristik masyarakat nelayan merupakan pulau terpadat di Indonesia dengan luas wilayah yang hanys sekitar 8.5 Ha mempunyai jumlah penduduk sebanyak 3.086 jiwa. Namun sarana pendidikan di pulau ini sangat kurang, hanya terdapat 2 sekolah dasar dan itu tidak mampu menampung anak-anak usia sekolah sehingga jumlah anak putus sekolah masih sangat tinggi.

Terkait dengan hal tersebut, maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan secara lebih mendalam tentang peran pemerintah dalam pengentasan anak putus sekolah. Sehingga peneliti mengangkat judul penelitian yaitu “Perspektif masyarakat tentang peran pemerintah dalam menangani anak putus sekolah di Desa Pulau Bungin Kecamatan Alas Kabupaten Sumbawa Besar”.

B. Fokus Permasalahan

Dalam penelitian ini kami memfokuskan permasalahan tentang bagaimana respon masyarakat terhadap peran pemeritah desa dalam upaya mengatasi anak-anak putus sekolah di Pulau Bungin.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan pemerintah dan masyarakat terhadap anak putus sekolah di Desa Pulau Bungin Kecamatan Alas Kabupaten Sumbawa Besar ?

(5)

3. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap peran pemerintah dalam upaya mengatasi anak putus sekolah di Pulau Bungin di Desa Pulau Bungin Kecamatan Alas Kabupaten Sumbawa Besar?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menetahui:

1. pandangan pemerintah dan masyarakat terhadap anak putus sekolah

2. upaya-upaya pemerintah untuk mengatasi anak putus sekolah di Pulau Bungin

3. pandangan masyarakat terhadap peran pemerintah dalam upaya mengatasi anak putus sekolah di Pulau Bungin

E. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini dilakukan kita akan bermanfaat untuk:

1. Manfaat Teoritis

a) Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berharga dalam memperkaya hasanah ilmu pengetahuan bagi peneliti dan dikalangan pendidikan lainnya yang membutuhkan kajian permasalahan, khususnya mengenai peran pemerintah terhadap anak putus sekolah.

b) Penelitian ini dijadikan sarana bagi kami untuk melatih diri untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan.

c) Sebagai dasar bagi mahasiswa/mahasiswi dalam menyusun makalah atau skripsi yang berkaitan dengan peran pemerintah terhadap anak yang putus sekolah .

2. Manfaat Praktis a) Bagi masyarakat

(6)

b) Bagi Pemerintah

Sebagai bahan gambaran untuk melihat dan lebih memperhatikan pendidikan terutama pendidikan yang ada di desa pulau Bungin yang masih banyak kekurangan dan perlu perhatian dari pemerintah baik pemerintah desa maupun pemerintah daerah terutama dalam meningkatkat fasilitas yang menjadi kendala bagi anak-anak yang putus sekolah seperti akses jalan , sarana dan parsarana dan lain sebagainya.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Perspektif

Perspektif berasal dari bahasa latin yakni: Per artinya melalui dan Spectare yang berarti memandang. Jadi perspektif itu suatu media yang dimiliki sorang pribadi dan melalui media itu dia memandang satu obyek, karena medianya berbeda maka pandangannya juga berbeda dari yang lain.

(7)

berdasarkan cara-cara tertentu, dan cara-cara tersebut berhubungan dengan asumsi dasar yang menjadi dasarinya, unsur-unsur pembentuknya dan ruang lingkup apa yang dipandangnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Perspektif adalah pengharapan, peninjauan atau tinjauan pandangan luas tentang suatu objek.

Jadi, Perspektif Masyarakat adalah setiap penilaian, peninjauan atau pandangan pandangan luas dari masyarakat terhadap suatu objek atau masalah.

B. Peran Pemerintah

Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka dia telah menjalankan suatu pola, peran dan status merupakan kedudukan yang memberikan hak dan kewajiban bagi individu yang bersangkutan, perbedaan antara status dan peran dalam kehidupan tidak dapat dipisahkan saling tergantung satu sama lain.

Menurut Biddle dan Thomas, peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu. Misalnya dalam keluarga, perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa memberi anjuran, memberi penilaian, memberi sangsi dan lain-lain.

Dalam pengertian lain peran adalah tingkah laku yang diharapkan diperbuat oleh seseorang sesuai dengan statusnya. Jadi peran pemerintah berarti segala tindakan yang dilakukan untuk masyarakat yang berkaitan dengan tanggung jawab pada posisi dan kedudukan mereka.

C. Anak Putus Sekolah

(8)

yang dilakukan oleh guru kepada anak didiknya. Selain itu, pendidikan adalah alat untuk merubah cara berpikir kita dari cara berpikir tradisional ke cara berpikir ilmiah (modern).

Namun hingga kini, upaya pemerintah untuk menangani permasalahan pendidikan di Indonesia, terutama pendidikan dasar 12 tahun dirasakan masih belum tuntas. Hal tersebut dibuktikan dengan setiap bergantinya rezim pemerintahan, utamanya dengan bergantinya menteri pendidikan, selalui diikuti dengan bergantinya kurikulum pendidikan. Dari sini tampak bahwa pemerintah masih belum menemukan bentuk pengelolaan pendidikan yang tepat bagi anak-anak kategori usia pendidikan dasar dan masih mencari-cari bentuk yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan seni.

Ternyata masih banyak di temukan anak-anak kurang mampu harus berhenti sekolah karena tidak memiliki biaya. Sering dijumpai bahwa anak-anak Indonesia harus dipaksa mengemis demi menghidupi keluarga, melakukan tindak kriminal dan terlantar karena ketimpangan ekonomi. Tidak jarang pula anak-anak seringkali menghadapi bentuk-bentuk kekerasan baik fisik maupun non fisik. Padahal, anak-anak Indonesia harusnya berada di rumah, belajar dengan baik dan menikmati tugas-tugas bagi tumbuh kembang diri mereka. Disinilah peran pemerintah harus ditingkatkan dalam rangka peningkatan pendidikan anak-anak Indonesia.

(9)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan sebuah langkah structural yang jelas di dalam menggapai konteks penelitian yang jelas sehingga hasil penelitian yang dilakukan memiliki nilai kebenaran dengan sistem yang sudah pasti,dalam penerapan metode penelitian ini ada poin-poin penting yang meliputi Desain penelitian , lokasi dan subjek penelitian , teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

Menurut (Departemen P dan K 1995:652) bahwa “ Metode” adalah suatu cara yang teratur dalam berfikir , baik untuk mencapai maksud dalam ilmu pengetahuan , cara kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan apapun yang dilakukan seseorang.

A. Desain Penelitian

(10)

1. Jenis Pendekatan

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan penelitian kualitatif. Seorang akhli mengatakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dalam situasai yang wajar (natural setting) dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Pendekatan kualitatif lebih berdasarkan filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan (versetehen). Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu pristiwa intraksi tingkah laku manusia dalam sitausai tertentu menurut perspektif peneliti sendiri (Husnaini Usman, 2004 : 81). Dengan bahasa yang sederhana Zuriah (2007 : 91) mengatakan bahwa pendekatan kualitatif adalah pendekatan penelitian yang lebih banyak menggunakan logica-hipotetiko-verifikatif.

Selanjutnya Maryaeni (2005 : 3) menjelaskan bahwa pendekatan kualitatif sebagai medan penemuan pemahaman merupakan kegiatan yang tersusun atas sejumlah wawasan, disiplin, maupun wawasan filosofis sejalan dengan kompleksi pokok permasalahn yang digarap. Dari paparan di atas, maka dapat peneliti pahami bahwa penelitain yang mengkaji masalah sosial budaya cenderung menggunakan metode penelitian kualitatif sebab permasalahan sosial adalam permasalahan yang bersifat alamiayah sebab data-data kualitatif bersifat deskriftif.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dasar atau murni. Jujun S. Suriasumantri (1985) menyatakan bahwa penelitian dasar atau murni yaitu penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui (Sugiyono 2007:4). Penelitian dasar bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan yang langsung bersifat praktis.

B. Lokasi Penelitian

(11)

C. Tekhnik Pengumpulan Data 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan secara langsung dari sumber-sumber asli, dalam hal ini pemerintah desa dan seluruh masyarakat yang dapat memberikan data yang dibutuhkan peneliti yang sesuai dengan masalah dalam penelitian. Cara pengumpulan data primer sebagai berikut.

a. Wawancara

Wawancara (Interview) adalah mencari informasi tentang suatu hal dengan mengajukan pertanyaan kepada informan (narasumber) secara detail. Wawancara digunakan sebagai tekhnik pengumpulan data apabila peneliti ingin mendapatkan dan mengaetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam dan jumlah responden sedikit.

b. Observasi

Obsevasi adalah merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data , observasi dapat dibedakan manjadidua yaitu participant observation (observasi peran serta) dan non participant observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan maka observasi dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.

Nasution (2003 : 106) menjelaskan bahwa observasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang nampak pada objek penelitian.

c. Dokumentasi

(12)

berkenaan langsung dengan masalah dalam penelitian. Adapun yang dijadikan data penunjang dalam penelitian ini adalah berupa buku-buku, catatan atau jenis dokumentasi tertulis lainnya, seperti profil desa, photo-photo, dan catatan atau agenda yang dibuat oleh tokoh yang ada di Desa.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga-lembaga terkait dan dipublikasikan berupa bacaan atau literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Pengumpulan data sekunder salah satunya bisa dilakukan dengan studi kepustakaan.

D. Uji Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan, menurut Moleong, (2002: 173) ada empat kriteria yang digunakan untuk memeriksa keabsahan data, yaitu derajat kepercayaan (credibillity), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Berdasarkan penjelasan tersebut maka dalam penelitian ini penulis menggunakan tekhnik keabsahan data yang sesuai dengan kriteria yang telah disebutkan di atas dimana peneliti memperhatikan tingkat kredibilitas data, kepastian data, ketergantungan antara data yang satu dengan data yang lainnya, dan kepastian data yang telah terkumpul.

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data-data yang bersifat alamiayah dimana data-data yang terkumpul lebihbanyak didapatkan dari informan atau narasumber dimana narasumber kadang-kadang memiliki keterbatasan yang disebabkan oleh keletihan atau keterbatasan mengingat yang dapat menyebabkan kekeliruan, sehingga peneliti perlu memperhatikan keteralihan dan kebergantungan yang juga sering disebut dengan validitas dan reliabilitas data. Selain itu perlu juga diperhatikan kepastian (objektivitas) sumber dimana dalam hal ini peneliti melakukan seleksi terhadap data-data yang telah diberikan oleh narasumber dan tidak bergantung kepada pandangan atau persetujuan seseorang serta berusaha mencari keterangan dari nara sumber yang jujur, faktual, dan dapat dipastikan keterangannya.

(13)

cukup variatif namun dengan dilakukannya pengecekan keabsahan data dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya maka data yang diperoleh betul-betul valid dan akurat. Dalam penelitian ini data-data yang telah diperoleh dilapangan nanti akan dibanding-bandingkan, kemudian dianalisis untuk menarik generalisasi atau kesimpulan.

E. Tekhnik Analisis Data

Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode deskriptif kualitatif. Deskriptif adalah suatu cara pengolahan data yang dibukukan dengan jalan menyusun secara sistematis sehingga akan memperoleh kesimpulan umum (menyeluruh) mengenai pokok permasalahan. Kualitatif diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses penjaringan data atau informasi yang bersifat sewajarnya, mengenai suatu masalah dalam kondisi aspek atau bidang kehidupan tertentu pada objeknya. Metode deskriptif kualitatif adalah yang digambarkan dengan kata-kata kalimat-kalimat yang dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan (Arikunto, 2002 : 213).

Metode deskriftif kualitatif digunakan karena pertama, menyesuaikan metode lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat dalam menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi, dan keempat metode ini lebih banyak mementingkan segi “proses” dari pada “hasil” hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati (Bongdan dan Biklen dalam Moleong, 2004 : 7).

Adapun langkah-langkah analisi data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Identifikasi, identifikasi merupakan penentuan atau penetapan identitas. Identifikasi yang dimaksud di sini adalah mengidentifikasi data-data yang telah terkumpul dalam catatan-catatan lapangan yang dibuat oleh peneliti.

(14)
(15)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Wilayah

1. Kondisi Geografis

Desa Bungin Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu wilayah di Provinsi Nusa tenggara Barat (NTB) yang terletak di tengah laut dan sekaligus merupakan salah satu pulau terpadat di Indonesia. luas wilayah daripada Desa Pulau Bungin yakni +/- 9 Ha,

adapun batasan-batasannya yaitu :

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Pulau Kaung

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Pulau Panjang

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Alas

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Gontar Baru

Di mana di Desa Pulau Bungin terdapat jumlah penduduk sebanyak 860 kepala keluarga (KK) atau sekitar 3860 jiwa yang terdiri dari Laki-laki sebanyak 1508 jiwa dan perempuan sebanyak 1560 jiwa.

2. Keadaan Demografis

Desa Pulau Bungin di huni oleh beragam orang yang berasal dari berbagai suku dan daerah, akan tetapi sudah lama menetap di pulau bungin tersebut sehinga mereka sudah bisa beradaptasi dengan daerah pulau bungin yang cuacanya sangat panas. Bahasa yang di gunakan oleh penduduk Desa Pulau Bungin yakni bahasa Bajo.

(16)

Secara umum sebagian besar mata pencaharian penduduk masyarakat Desa Pulau Bungin adalah Nelayan dan pengusaha tambak. Namun sebagian ada juga yang berprofesi sebagai guru dan usaha

Masyarakat Desa Pulau Bungin secara keseluruhan menganut agama islam.

B. Pembahasan

1. Pandangan Pemerintah dan Masyarakat Terhadap Anak Putus Sekolah

Secara umum “Pandangan” diartikan sebagai penilaian seorang terhadap suatu objek. Jadi pandangan sangat terkait dengan penilaian masing-masing individu secara subjektif.

a. Pandangan Pemerintah

(17)

Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala BPD Desa Bungin, Hafid. Dia mengatakan: “salah satu factor masih tingginya angka anak-anak putus sekolah yang ada di Bungin karena para orang tua (terutama yang tidak pernah mengenyam pendidikan), kurang memperhatikan pendidikan anaknya, mereka lebih memilih untuk mengajak anak-anaknya ikut berlayar”. Lebih lanjut HJafid menjelaskan: “Namun bagi para orang tua yang pernah merasakan bangku sekolah, walaupun sampai SMP mereka akan menyuruh ananknya untuk rajin bersekolah”.

b. Pandangan Masyarakat

Masyarakat menilai anak putus sekolah di desa pulau Bungin adalah sebagai fenomena yang telah lama terjadi terutama karena faktor letak geografis yang berada di tengah laut yang hanya bisa di akses melalui penyebrangan menggunakan perahu dan belum adanya akses jalan tembus menuju pulau Bungin.

Bagi masyarakat Bungin pendidikan merupakan hal yang sangat penting sehingga para orang tua berusaha secara maksimal dalam memperjuangkan pendidikan anaknya. Dalam pepatah orang Bungin, diungkapkan oleh Abu Samad, menyebutkan: “setiap hari orang Bungin tidak pernah kering celana dalamnya”. Itu artinya bahwa semangat masyarakat atau para orang tua untuk mencari nafkah sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan untuk menyekolahkan anaknya sangat luar biasa. Setiap hari mereka turun ke Laut dan bekerja sangat giat tanpa menenel lelah demi masa depan anak-anak mereka.

Jadi, masih tingginya angka anak putus sekolah bukan disebabkan oleh kurangnya kesadaranorang tua dalam menyekolahkan anaknya, tapi karena masih mimimnya sarana dan prasarana pendukung pendidikan di desa ini.

(18)

Fenomena anak putus sekolah yang marak terjadi pada masyarakat pulau Bungin menimbulkan keprihatinan bagi banyak pihak lebih-lebih dari pemerintah desa.Oleh karena itu seperti disampaikan oleh M.SOFIAN kepala Desa Pulau Bungin, berbagai upaya telah di lakukan pemerintah untuk menanagani anak putus sekolah diantaranya :

a. Penyediaan Perahu Penyebrangan

Lokasi pulau Bungin yang berda di seberang wilayah Alas hanya bisa ditempuh menggunakan perahu dan untuk mempermudah anak-anak yang ingin melanjutkan sekolah, pemerintah mencoba menfasilitasi dengan menyediakan perahu khusus digunakan untuk mengantar anak-anak yang pergi sekolah.

b. Pembangunan Jalan Tembus Bungin

Walaupun pemerintah telah mempermudah anak-anak Bungin dalam menikmati fasilitas pendidikan dengan menyediakan perahu penyebrangan namun angka anak putus sekolah masih tergolong tinggi karena menurut penutur beberapa informan berangkat sekolah menggunakan perahu sering terlambat sedangkan peraturan sekolah diberlakukan dengan sangat ketat , tiga kali terlambta langsung dikeluarkan , belum lagi dengan tidak tentunya perubahan cuaca juga menjadi kendala, sehingga pada tahun 2003 pemerintah dengan dukungan penuh dari masyarakat mulai membangun jalan tembus yang langsung masuk ke pulau Bungin sehingga akses pendidikan bagi anak-anak yang melanjutkan sekolahnya ke Alasbisa terbantu karena sudah ada akses jalan darat.

c. Sosialisasi Kepada Orang Tua

(19)

langsung mendatangi rumah-rumah warga untuk melakukan penyadaran pentingnya pendidikan.

d. Program PKBM

Selain beberapa hal diatas pemerintah desa juga menyelenggarakan program PKBM ( Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) yang bertempat dibalai desa,PKBM atau yang lebih dikenal dengan program kejar paket ( Paket A/B/C) di peruntukkan bagi anak-anak Bungin yang putus sekolah dan ingin mendapatkan ijazah penyetaraan baik itu setingkat SD/SMP /SMA. Begitu juga setali dengan program berantas buta aksara program pemerintah bekerjasama dengan mahasiswa–mahasiswa yang melakukan KKN di pulau Bungin.Dengan menerapakn program keaksaraan fungsional ( KF).

e. Membangun SMP Satu Atap

Tidak berhenti sampai disana kepedulian pemerintah terhadap anak putus sekolah juga mengusahakan pembangunan SMP satu atap ,pembangunan SMP itu sekarang sedang berlangsung kurang lebih satu bulan yang berlokasi diatas bukit desa Gontar barat. Dengan mulai dibangunnya SMP tersebut diharapkan angka anak putus sekolah bias ditekan secara maksimal setidaknya sampai tuntas wajib belajar Sembilan tahun.

3. Respon Masyarakat Terhadap Upaya Pemerintah Dalam Mengatasi

Anak Putus Sekolah

(20)

sekolah karena kurangnya fasilitas yang membantu keberlanjutan pendidikan mereka. Akan tetapi setelah adanya upaya-upaya pemerintah dalam menanggulangi terjadinya anak putus sekolah seperti; memberikan peran kepada masyarakat yang digunakan husus untuk mengangkut atau mengantarkan anak-anak menyebrangi laut menuju sekolah mereka yang berlokasi di Alas, Seperti yang dikemukakan oleh Hj.Salimah: “Salah satu bentuk usaha untuk memajukan pendidikan yang ada di Pulau Bungin, Ada seorang tokoh masyarakat yang bernama H. Ruslan (Alm), yaitu suami saya sendiri dimana pada tahun-tahun sebelumnya beliau menyumbangkan perahunya secara sukarela untuk mengantar dan menjemput anak sekolah setiap hari”.

Sebelum adanya jalan tembus lewat daratan .Namun hal tersebut belum begitu maksimal untuk menanggulangi anak putus sekolah yang ada di desa pulau Bungin karena taempat sekolah mereka yang jauh kalu menggunakan perahu, perjalanannya tidak secepat lewat darat sehingga sering membuat mereka terlambat dan merekapuun harus bangun sebelum subuh agar tidak terlambat sampai disekolah.

(21)

Seperti yang dinyatakan oleh Makasawu (Kadus Bungin): “Dengan adanya program pemerintah PKBM(Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) masyarakat berbondong-bondong ikut serta dalam program/kegiatan tersebut”. Dan masyarakat juga melakukan gotong royong dalam program pemerintah seperti pembangunan jalan tembus.

Pemerintah juga membangun “ SMP satu atap “yang terletak diatas bukit desa Gontar Barat yang lebih dekat dengan desa pulau Bungin agar anak putus sekolah dapat ditanggulangi secara maksimal dan hal tersebut ditanggapi dengan gembira dan senang hati bahkan mereka ikut membangun dan bergotoroyong untuk membantu membangun SMP satu atap tersebut , kemudian anak-anak yang putus sekolah dapat melanjutkan pendidikan mereka kembali sehingga anak putus sekolah dapat diatasi dan semangat masyarakat mulai bangkit untuk melanjutkan pendidikan.

Seperti yang dinyatakan oleh Karmila (Anak putus sekolah): “Setelah adanya SMP terbuka masyarakat menanggapinya dengan senang hati dan termotivasi untuk menyekolahkan anak-anak mereka yang sempat terputus pendidikannya, termasuk saya pribadi”.

Berdasarkan uraian-uraian dari para informan, masyarakat sangat menyambut baik setiap usaha-usaha dari pemerintah dan juga sangat antusias dalam ikut mensukseskan setiap program pemerintah dalam pengentasan anak putus sekolah. Tapi dari ungkapan sebagian masyarakat memang setiap program yang telah dilakukan pemerintah belum dirasakan masyarakat secara merata. Hal ini disebabkan karena sosialisasi dari pemerintah belum dilakukan secara maksimal.

(22)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:

1. Anak putus sekolah merupakan fenomena yang masih sangat lumrah

terjadi, sebagai calon generasi penerus pemerintah maupun masyarakat tentunya sangat prihatin terhadap masih tingginya angka putus sekolah. Sehingga diharapkan kepada semua pihak tutut andil dalam menyelesaikan masalah tersebut.

2. Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah, terutama

pemerintah desa Pulau Bungin dalam upayanya untuk terus menanggulangi tingginya angka putus sekolah yaitu dengan: menyediakan perahu penyeberangan, membangun jalan tembus Alas-Bungin, sosialisasi pendidikan kepada orang tua, mengadakan PKBM (kejar Paket) dan membangun SMP Satu Atap di daerah Gontar Barat.

3. Dalam setiap usaha pemerintah untuk menanggulangi kasus anak

putus sekolah tentunya juga mendapat sambutan hangat dari para warga masyarakat. Masyarakat menilai bahwa kerja pemerintah dalam perannya dalam pengentasa anak putus sekolah cukup bagus, namun semua itu belum sepenuhnya dirasakan oleh warga masyarakat secara keseluruhan.

B. Saran

(23)

pemeritah harus bekerja secara maksimal untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan anak.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Sugiyono.2007. Metode penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Nasution. 2003. Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara.

Zuriah, Nurul. 2007. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Sumber: padangtoday.com Gebril Daulay - Padang Ekspres Kamis, 22/01/2009

http://www.klikgalamedia.com/indexnews.php?

Referensi

Dokumen terkait

Tidak heran bila lebih banyak orang menyukai cerita, novel, sinetron atau film yang bertema orang miskin jadi kaya mendadak karena beruntung menemukan.. harta karun, atau

Perbedaan nilai prevalensi yang dikaji ulang dari data antropometri di Susenas ini, pada umumnya konsisten rendah, akan tetapi besar beda

Darbininkų klasės kultūra šiuolaikinėje visuomenėje išgyvena didesnę krizę nei bet kada, nes dabar šios grupės individai nebėra susiję su kapitalistine ekonomika per

Dari permasalahan diatas, tercipta ide untuk membuat aplikasi yang dapat membantu dalam mencari informasi dan lokasi kafe yang dapat dilihat melalui handphone yang

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa konsentrasi urease 2,520 mg/mL merupakan konsentrasi urease optimum untuk menghasilkan jumlah urease

Dalam penelitian ini digunakan rancang campur beton yang mengacu pada peraturan SK.SNI.T-15-1990- 03 dengan kuat tekan (fc’) target 25 MPa untuk beton normal dan trial mix Sambowo

Tujuan didirikannya bank sampah, untuk memecah permasalahan sampah yang sampai saat ini belum juga bisa teratasi dengan baik, membiasakan warga agar tidak membuang

Tingginya tingkat risiko (RQ) Pb pada nelayan yang berada di wilayah pesisir disebabkan karena laju asupan ikan kembung dan kerang darah yang banyak setiap