• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PUTUSAN P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PUTUSAN P"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI TATA USAHA NEGARA

NOMOR : 15/G/2010/PT.TUN.JKT.

Ahmad Alfa Oktaviano 1006731613

Fachri Irawan 1006708895

Fariz Syah Alam 1006708945

M Fadil Moestar 1206265615

FAKULTAS HUKUM PROGRAM SARJANA PARALEL

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasal 1 angka 10 Undang-Undang No. 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyatakan bahwa sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pada dasarnya sengketa Tata Usaha Negara terjadi karena adanya seseorang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara, yaitu suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. Gugatan yang diajukan oleh seseorang atau badan hukum yang merasa dirugikan tersebut haruslah sesuai dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara beserta perubahannya yaitu Undang No. 9 Tahun 2004 dan terakhir diubah dengan Undang-Undang No. 51 Tahun 2009.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis putusan atas suatu sengketa Tata Usaha Negara, yaitu Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Nomor: 15/G/2010/PT.TUN.JKT. yang diajukan oleh H. Muhammad Fitriansyah tentang permohonan dinyatakan batal atau tidak sah objek sengketa berupa Keputusan Tata Usaha Negara Nomor 047KPTS/BAPEK/2009 yang dikeluarkan oleh Kepala Badan Pertimbangan Kepegawaian.

1.2 Pokok Permasalahan

(3)

2) Bagaimana keabsahan Keputusan Tata Usaha Negara Nomor 047/KPTS/BAPEK/2009 yang dikeluarkan oleh Kepala Badan Pertimbangan Kepegawaian?

3) Bagaimana pertimbangan dan putusan Majelis Hakim dikaitkan dengan Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara? 15/G/2010/PT.TUN.JKT. Oleh sebab itu, ketentuan dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 2004, terakhir telah diubah dengan Undang-Undang No. 51 Tahun 2009 akan menjadi salah satu norma yang menjadi rujukan.

1.3.1.2 Tujuan Khusus

1) Menjelaskan mengenai keabsahan gugatan yang diajukan oleh H. Muhammad Fitriansyah sebagai Penggugat.

2) Menjelaskan mengenai keabsahan Keputusan Tata Usaha Negara Nomor 047/KPTS/BAPEK/2009 yang dikeluarkan oleh Kepala Badan Pertimbangan Kepegawaian.

3) Mengetahui pertimbangan dan putusan Majelis Hakim apabila dikaitkan dengan Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

1.3.2 Manfaat Penelitian

(4)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Kasus Posisi

(5)

penggugat ditempatkan pada staf unit pelayanan bahasa STAIN Samarinda yang kemudian penggugat diberhentikan berdasarkan Keputusan Tata Usaha Negara Nomor 047/KPTS/BAPEK/2009 yang dikeluarkan oleh Kepala Badan Pertimbangan Kepegawaian. Dengan diterbitkannya Surat Keputusan Tata Usaha Negara Nomor 047/KPTS/BAPEK/2009, penggugat merasa tidak ada alasan yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan untuk penggugat diberhentikan dari pekerjaannya sebagai Pegawai Negeri Sipil secara dengan tidak hormat. H. Muhammad Fitriansyah sebagai Penggugat, mengajukan banding administratif kepada Ketua Badan Pertimbangan Kepegawaian. Banding administratif ini yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta pada tanggal 14 Mei 2010 dibawah Register Perkara Nomor: 15/G/2010/PT.TUN.JKT. tentang permohonan dinyatakan batal atau tidak sah objek sengketa berupa Keputusan Tata Usaha Negara Nomor 047/KPTS/BAPEK/2009

2.2 Objek Gugatan

(6)

perundang-undangan yang berlaku yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

Penggugat mengetahui Keputusan Tata Usaha Negara Tergugat yang menjadi objek gugatan pada tanggal 06 Pebruari 2010.. Surat gugatan Penggugat didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara pada tanggal 06 Mei 2010, yaitu 89 hari sejak diketahuinya Keputusan Tata Usaha Negara Tergugat pada tanggal 06 Pebruari 2009. Oleh karena itu gugatan Penggugat masih dalam tenggang waktu dan sah untuk diperiksa dan diputus oleh Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta karena belum melewati masa tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari. Hal ini berdasarkan ketentuan Pasal 55 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo. SEMA Nomor 2 Tahun 1991 bagian V angka 3 yang menyatakan bahwa gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu 90 hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkan Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.

2.3 Dasar Gugatan

(7)

Kepegawaian sebagai Pejabat TUN, maka subjek gugatan pada perkara ini telah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara.

Selain itu, Pasal 53 Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara juga mengatur mengenai alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan pada ayat (2). Dalam perkara ini alasan yang dikemukakan oleh Penggugat adalah bahwa Keputusan Tata Usaha Negara objek sengketa yang dikeluarkan Tergugat bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Alasan tersebut telah sesuai dengan Pasal 53 ayat (2) huruf a Undang-Undang No. 5 Tahun 1986. Peraturan perundang-undangan yang dimaksud oleh Penggugat adalah Undang No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986, Walaupun alasan tersebut telah sesuai dengan ketentuan Pasal 53 ayat (2) Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986, kelompok kami setuju dengan pertimbangan Majelis Hakim yang menyatakan bahwa terdapat syarat-syarat yang mencukupi dan melatarbelakangi pengambilan keputusan oleh Tergugat yang membuat Surat Keputusan yang dibuat oleh Tergugat tidak memenuhi syarat sebagai keputusan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang dapat dijadikan objek gugatan. Hal ini akan dibahas lebih lanjut pada bagian pertimbangan dan putusan Majelis Hakim.

2.4 Kompetensi Pengadilan Tata Usaha Negara

(8)

Tahun 2004 jo. Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 bahwa gugatan sengketa Tata Usaha Negara diajukan kepada Pengadilan yang meliputi daerah hukum tempat kedudukan Tergugat. Pasal ini merupakan pencerminan dari asas Actor Sequitor Forum Rei yang diatur dalam Pasal 118 HIR.1 Dalam perkara ini Penggugat mengajukan surat gugatan terhadap Ketua badan Pertimbangan Kepegawaian yang berkedudukan di Gedung Perintis Kemerdekaan Jalan Proklamasi No. 56 Jakarta ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta. Hal ini adalah tepat dikarenakan kedudukan Tergugat telah diketahui secara jelas, berada di wilayah hukum Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta. Oleh sebab itu Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara ini.

2.5 Pertimbangan dan Putusan Majelis Hakim

Majelis Hakim PTUN Jakarta dalam kasus ini telah melakukan beberapa pertimbangan atas surat gugatan penggugat, jawaban tergugat, replik dan duplik serta kesimpulan masing-masing pihak dalam perkara ini.

Dalam pokok sengketa, Majelis Hakim melakukan pertimbangan mengenai pembuktian yaitu bahwa baik pihak Penggugat maupun pihak Tergugat telah mengajukan surat bukti. Umumnya, sistem pembuktian yang dianut dalam hukum acara PTUN adalah sistem “Vrij bewijsleer”, yakni suatu ajaran pembuktian bebas dalam rangka memperoleh kebenaran materiil. Apabila kita melihat Pasal 100 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986, maka dapat disimpulkan bahwa hukum acara Peradilan Tata Usaha Negara Indonesia menganut ajaran pembuktian bebas yang terbatas2 karena alat-alat bukti yang digunakan itu sudah ditentukan secara limitatif dalam pasal tersebut yaitu alat bukti tertulis/surat, keterangan ahli, keterangan saksi, pengakuan para pihak dan pengetahuan hakim. Selain itu hakim juga dibatasi kewenangannya dalam menilai sahnya pembuktian, yakni paling sedikit 2 alat bukti berdasarkan keyakinan hakim.

1 Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek,

(Bandung: Mandar Maju, 1995), hlm. 11.

(9)

Berkaitan dengan kasus, Penggugat telah melampirkan 20 bukti tertulis/surat dengan kekuatan pembuktian yang berbeda satu dengan lainnya,. Sedangkan pihak Tergugat telah melampirkan 13 bukti tertulis/surat dengan kekuatan pembuktian yang berbeda satu sama lain, Hal ini sudah memenuhi asas pembuktian dalam hukum acara Peradilan Tata Usaha Negara.

Berdasarkan bukti-bukti yang diajukan oleh menggugat, Majelis Hakim telah mencapai pertimbangan dan menyatakan objek sengketa adalah suatu Keputusan Tata Usaha Negara sesuai pasal 1 angka 9 undang-undang No.51 Tahun 2009, hal ini di karenakan yang mengeluarkan keputusan adalah Badan Pertimbangan Kepegawaian sesuai dengan kewenangan yang tertera dalam perundang-undangan antara lain Undang-Undang No. 43 tahun 1999 serta telah bersifat final, konkret dan individual.

Pertimbangan hakim mengenai fakta hukum yang ditemukan dalam surat keputusan menteri agama nomor : 1311/3/PDH/1300 tanggal 28 desember 2007. Surat keputusan itu berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai pegawai negeri sipil. Dalam hal ini penggugat telah terbukti melanggar kewajiban yang sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1980. Lalu berdasarkan surat keputusan Badan Pertimbangan Kepegawaian tanggal 11 september 2009 nomor 047/KPTS/BAPEK/2009 tentang perubahan jenis Hukuman Disiplin atas nama H.muhammad fitriansyah, penggugat diberhentikan dengan tidak hormat sebagai pegawai negeri sipil. Dalam pertimbangan majelsi hakim melihat bahwa penggugat yang bekerja sebagai Pegawai Negeri sipil telah terbukti tidak mentaati jam kerja dan perintah kedinasan yang dengan jelas melanggar ketentuan pasal 2 Huruf k,l,w,x,dan y dan pasal 3 ayat (1) huruf a, Peraturan pemerintah no 30 tahun 1980. Tidak hanya itu saja daftar hadir dari penggugat juga membuktikan bahwa penggugat pada tahun 2005 tidak memasuki kerja selama 296 hari, pada tahun 2006 tidak masuk kerja selama 283 hari dan pada tahun 2007 selama 269 hari.

(10)

masing-masing masalah itu sendiri karena setiap masalah memiliki sifat “Kasuistis” artinya setiap masalah hukum tidak harus dinilai sama dengan yang lainnya.

Eksepsi yang diajukan oleh Tergugat adalah mengenai kompetensi pengadilan berkenaan dengan objek sengketa, yang pada pokoknya menyatakan bahwa Pengadilan Tata Usaha Negara tidak berwenang untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara dikarenakan objek sengketa adalah demi untuk menjaga kepentingan umum (vide Pasal 49 sub b Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 jo. Undang-Undang No. 9 Tahun 2004). Dalam bunyi pasal yang diajukan oleh Tergugat terdapat kata-kata “dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum…”, maka berdasarkan pertimbangan hakim, meskipun objek gugatan ialah untuk kepentingan umum, namun keadaan tidaklah mendesak (sesuai kenyataan bahwa pihak Tergugat masih mempunyai waktu cukup untuk mempertimbangkan aspek kewenangan, prosedur, substansi dalam menerbitkan objek perkara), maka PTUN berwenang untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara ini. Berdasarkan hal tersebut maka eksepsi dari Tergugat tidak diterima oleh Majelis Hakim, dan menurut kami sudah sewajarnya eksepsi ini ditolak mengingat peraturan perundang-undangan mengatur demikian. Pada akhir pertimbangan, Majelis Hakim menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya, dikarenakan dalam pertimbangannya Majelis Hakim berpendapat bahwa gugatan penggugat tidak terbukti menurut hukum. Selain itu Majelis Hakim berpendapat bahwa perubahan jenis hukuman Disiplin tersebut tidak bertentangan dan tidak menyalahi ketentuan yang berlaku antara lain peraturan pemerintah no 30 tahun1980. Atas Pertimbangan tersebut, selain gugatan penggugat ditolak untuk seluruhnya, Majelis Hakim juga menghukum penggugat untuk membayar biaya perkara.

Terhadap pembahasan pertimbangan hakim pada bagian ini, maka kami berpendapat bahwa pertimbangan hakim dalam penerapan hukum acara PTUN dan juga mengenai pembuktian dalam perkara ini sudah tepat dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada.

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Shalat merupakan amal ibadah yang memiliki kedudukan paling tinggi, oleh karena itu shalat haruslah dilaksanakan dengan khusyuk. Allah memberikan ancaman bagi

Hal ini dikarenakan banyak sampel yang memiliki tingkat leverage rendah tetapi mereka tidak melakukan praktik IFR dan adanya perusahaan dengan tingkat leverage

Informasi lebih lengkap mengenai perbedaan atau selisih antar gerakan disajikan pada Tabel III yang menunjukkan dengan detail prosentase selisih antar gerakan yang

 Analisa Kelayakan Finansial  Penilaian Kemampuan Organisasional  Pengorganisasian Pengembangan Usaha Mandiri  Menyimak kuliah dari dosen, bertanya jawab, mengerjakan

Ganti rugi dalam Islam adalah harga rugi yang diberikan itu harus sesuai dengan harga yang dijual dalam konsep jual beli juga terdapat hak suf’ah yaitu hak

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik

11 Banyak konsumen tertarik menggunakan jasa perbankan syariah lantaran sejarah berdirinya bank syariah tidak lain adalah untuk mengakomodir mereka (nasabah) yang