• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENETAPAN HARGA PADA PASAR OLIGOPOLI DAL (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENETAPAN HARGA PADA PASAR OLIGOPOLI DAL (1)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN HARGA PADA PASAR OLIGOPOLI DALAM PANDANGAN ISLAM

Oleh: Gustika Nurmalia1

ABSTRAK

Sistem pasar yang tidak sempurna dibangun dengan unsur persaingan didalamnya, kehidupan ekonomi saat ini dipandang sebagai suatu arena persaingan yang bebas yang mana dalam sistem tersebut menjamin bahwa si kuatlah yang menang. Padahal ini tidak sesuai dengan aturan hukum Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadis, yang menjelaskan bahwa setiap pedagang atau pengusaha muslim itu dituntut harus berprilaku jujur, adil, dan harus menghindari bentuk persaingan yang tidak sehat yang didalamnya terdapat kecurangan, ketidakjujuran dan ketidakadilan. Tulisan ini membahas tentang mekanisme transaksi penetapan harga pada pasar oligopoli di Indonesia dan bagaimana Islam memandangnya.

Tulisan ini menyimpulkan bahwa dalam penetapan harga pada pasar oligopoli, mekanisme transaksinya ditentukan oleh supply and demand (penawaran dan permintaan), dan seorang produsen atau seorang yang menjadi market leader harus menetukan harga dari produk baru sampai dengan produk yang lama. Apabila suatu produk sudah menua (aging) atau melemahnya permintaan suatu produk dalam pasar maka seorang produsen harus menentukan kembali harganya baik denagn cara menaikan harga atau menurunkan harga. Menurut hukum Islam, penetapan harga itu tidak diperbolehkan karena akan mempenagruhi harga yang sudah wajar menjadi naik, tetapi akan menjadi boleh jika kondisi dalam pasar menjadi tidak wajar seperti adanya penimbunan barang (ihtikar) yang akhirnya mengakibatkan harga naik, maka disinilah peran pemerintah untuk memaksa pedagang untuk menjual barangnya dengan harga yang wajar.

I. PENDAHULUAN

Pada abad sekarang ini salah satu ciri paling dominan tentang globalisme adalah pertikaian dan persaingan yang tiada henti-hentinya antar pengusaha atau para produsen, yang masing-masing dari mereka ingin melakukan hal yang terbaik untuk menjadikan visi kehidupan sosioekonominya berlaku, dan kalau bisa menguasai dunia pasar secara keseluruhan. Terdapat

(2)

banyak perusahaan yang masing-masing dari perusahaan bersikap bersaing satu sama lain, karena mereka tidak punya suatu pengaruh apapun terhadap pasar karena dari setiap perusahaan-perusahaan itu mereka harus menerima saja harga yang telah ditetapkan oleh permintaan dan penawaran pasar.

Disebabkan ideologi inilah maka dalam teori ekonomi, pasar mempunyai strukturnya sendiri yang biasa disebut pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna, pasar persaingan sempurna merupakan bentuk pasar yang ideal, karena harga yang terjadi adalah harga yang optimal yang dapat dicapai, sehingga para pelaku pasar mempunyai pemasukan yang wajar bagi stabilitas perekonomiannya. Sedangkan pasar tidak sempurna didalamnya terdapat pasar monopoli yang mana pasar tersebut hanya mempunyai satu penjual dan penjual itulah yang berkuasa untuk menentukan harga dan jumlah produksi, karena dia adalah pemilik tunggal dari pasar tesebut. Sedangkan struktur pasar yang lain adalah oligopoli dimana pasar tersebut terdapat 2-10 perusahaan yang masing-masing dari mereka menjual komoditi yang sama yang mana perilaku dari masing-masing perusahaan tersebut saling tergantung atau bekerjasama dalam menentukan jumlah harga dan jumlah produksi.

Praktek oligopoli pada umumnya dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menahan perusahaan-perusahaan potensial untuk masuk kedalam pasar, dan juga perusahaan-perusahaan melakukan oligopoli sebagai salah satu usaha untuk menikmati laba normal di bawah tingkat maksimum dengan menetapkan harga jual terbatas, sehingga menyebabkan kompetisi harga diantara pelaku usaha yang melakukan praktek oligopoli menjadi tidak ada. Dalam pasar

oligopoli ada istilah penetapan harga, yang mana dalam penetapan harga ini dilakukan oleh

leader market, leader market adalah suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan pasar yang mendominasi pasar-pasar yang lain. Market leader akan selalu menentukan tingkat produksi lebih awal yang kemudian disusul oleh pesaingnya. Tapi walaupun sebuah perusahaan telah menjadi market leader ia tetap harus memperhatikan “gerak” pesaingnya supaya tingkat produksi dan keuntungannya tidak terebut.

(3)

setiap pedagang atau pengusaha muslim itu dituntut harus berprilaku jujur, adil, dan harus menghindari bentuk persaingan yang tidak sehat yang didalamnya terdapat kecurangan, ketidakjujuran dan ketidakadilan. Berawal dari latar belakang tersebut, maka dalam penetapan harga yang dilakukan oleh para produsen pada pasar oligopoli masih jauh dari sistem perekonomian Islam. Oleh karena itu, tulisan ini akan membahas tentang mekanisme transaksi penetapan harga pada pasar oligopoli di Indonesia dan bagaimana islam memandangnya.

II. KAJIAN PUSTAKA

Pembahasan tentang oligopoli dan penetapan harga bukan merupakan bahasan baru, karena pernah dikaji oleh beberapa peneliti sebelumnya. Kuswati (2005) membahas tentang oligopoly

dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Oligopoli dalam Perdagangan Menurut

UU RI No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat”, dalam penelitian tersebut Kuswati menitik tekankan pada Tinjauan hukum Islam terhadap sistem oligopoli dimana dalam penelitian tersebut Kuswati lebih mengacu pada UU RI No. 5 Tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

Muhammad Birusman Nuryadin (2007) dalam tulisannya yang berjudul “Harga dalam Perspektif Islam” menyimpulkan bahwa berbagai macam metode penetapan harga tidak dilarang oleh Islam dengan ketentuan bahwa harga yang ditetapkan oleh pihak pengusaha/pedagang tidak menzalimi pihak pembeli, yaitu tidak dengan mengambil keuntungan di atas normal atau tingkat kewajaran. Harga diridai oleh masing-masing pihak, baik pihak pembeli maupun pihak penjual. Harga merupakan titik keseimbangan antara kekuatan permintaan dan penawaran pasar yang disepakati secara rela sama rela oleh pembeli dan penjual. Apabila keseimbangan ini terganggu, maka pemerintah atau pihak yang berwenang harus melakukan intervensi ke pasar dengan menjunjung tinggi asas-asas keadilan baik terhadap pihak pedagang/pengusaha maupun terhadap pihak konsumen.

(4)

faktor yang membolehkan intervensi harga yaitu, intervensi harga menyangkut kepentingan masyarakat, jika harga tidak ditetapkan ketika penjual menjual dengan harga tinggi sehingga merugikan pembeli (mencegah terjadinya ikhtikar atau ghaban faa-hisy).

Tulisan ini mengacu pada beberapa tulisan diatas namun lebih terfokus pada penetapan harga-harga yang dilakukan oleh para produsen dalam pasar oligopoli, yang mana dalam penentuan harga tersebut kurang adanya kesimbangan, dan dalam penentuan harga dan jumlah produksi juga ditentukan oleh leader market. Disini penulis juga memfokuskan pada contoh kasus tentang penetapan harga yang dilakukan oleh para produsen.

III. METODOLOGI

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui survey literatur atau disebut juga kepustakaan (library research), seperti dari jurnal, buku dll. Teknik pengumpulkan data yang digunakan adalah dengan cara membaca, mengkaji, memahami secara cermat dan mencatat hal-hal yang dianggap penting atau terkait dengan dengan masalah-masalah yang ada. Dalam menganalisis data dan materi yang telah dikumpulkan, digunakan beberapa metode sebagai berikut :

a. Metode Deduktif : Dengan cara menggunakan kaidah yang umum, yang dalam hal ini buku-buku kepustakaan yang ada kaitannya dengan pembahasan dalam tulisan ini, untuk membahas permasalahan yang ada agar bisa diambil kesimpulan secara khusus.

b. Metode Deskriptif Verifikatif : Metode yang dimulai dari sebuah konsep atau teori yang kemudian dilakukan pengumpulan data yang dilapangan selanjutnya di analisis untuk menilai dan membuktikan kebenaran dari data tersebut apakah diterima atau ditolak.

IV. PEMBAHASAN

A. Pasar dalam Perekonomian Islam 1. Pengertian pasar dalam Islam

(5)

penjual dan pembeli maka terjadilah ketetapan harga atas suatu barang dalam transaksi tersebut. 2

Dalam ilmu ekonomi suatu pasar dapat diistilahkan sebagai tempat transaksi yang bisa dilakukan dimana saja, yang antara penjual dan pembeli bisa berhubungan secara langsung atau tidak langsung, contoh penjual dan pembeli yang berjualan secara langsung adalah pasar yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari yaitu seperti pasar tradisional. Sedangkan pasar yang antara penjual dan pembeli berhubungan secara tidak langsung adalah pasar yang dalam pemesanannya menggunakan media, seperti media internet dan lain-lain. Sekarang pasar tidak lagi dibatasi, karena komunikasi modern telah memungkinkan para pembeli dan penjual untuk mengadakan transaksi tanpa harus saling bertemu satu sama lain. Barang yang ditransaksikan dalam pasar bisa berupa baran apapun, mulai dari beras, sayur-mayur, uang, sampai ke jasa angkutan, dan tenaga kerja.

Berdagang adalah aktifitas yang paling umum dilakukan di pasar. Untuk itu Al-Qur’an memberikan pencerahan terhadap aktifitas dalam pasar dengan sejumlah rambu dan peraturan permainan, dengan tujuan supaya dapat menegakkan keadilan untuk kepentingan semua pihak, baik individu ataupun berkelompok. Al-Qur’an pun menjelaskan bahwa orang yang berdagang tidak akan kehilangan kemuliaan atau kekharismaannya bila melakukan kegiatan ekonomi dalam pasar. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Furqaan ayat 20 : “Dan kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjualan di pasar-pasar...”.

Pasar merupakan tulang punggung perekonomian masyarakat, baik masyarakat yang berada di kalangan kelas bawah ataupun masyarakat yang berada di kalangan kelas atas. Semua unsur yang berkaitan dengan hal ekonomi berada di pasar, mulai dari unsur produksi, distribusi, ataupun unsur konsumsi. Aktivitas yang dilakukan di pasar pada dasarnya akan melibatkan produsen dan konsumen. Masing-masing dari mereka mempunyai peranan yang sangat penting terhadap pembentukan harga dalam pasar.

2. Mekanisme pasar

(6)

Ekonomi Islam memandang bahwa pasar, negara, dan individu berada dalam keseimbangan (iqtishad) tidak boleh ada jarak diantara mereka, sehingga salah satunya menjadi dominan dari yang lain. Pasar menentukan harga dan cara berproduksi, tidak boleh ada gangguan yang mengakibatkan rusaknya keseimbangan pasar tersebut. Namun dalam kenyataannya sulit ditemukan pasar yang berjalan sendiri secara adil (fair).

Distorasi pasar tetap sering terjadi, sehingga dapat merugikan para pihak. Maka sehubungan dengan mekanisme pasar di atas, dalam system ekonomi konvensional itu harus menyesuaikan dengan apa yang terkandung dalam sistem ekonomi Islam. Karena secara umum dapat dikatakan bahwa dalam sistem ekonomi Islam terdapat ilmu yang dibangun berdasarkan norma dan kaidah yang berasal dari Al-Qur’an dan Hadis. Yang mana dalam konsep ekonomi Islam tersebut haruslah terjadi rela sama rela dalam melakukan transaksi, keadaan rela sama rela tersebut merupakan kebalikan dari keadaan aniaya yang mana dalam keadaan tersebut salah satu pihak berbahagia diatas penderitaan orang lain.

Islam diturunkan di tanah kelahiran yang memiliki kegiatan ekonomi yang tinggi. Adalah bangsa Arab yang sudah berpengalaman selama ratusan tahun dalam beraktifitas di dunia perdagangan. Pada zaman itu terlihat bahwa para ilmuwan muslim telah membahas permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan mekanisme pasar. Di situ mereka mencoba menganalisis tentang tingkat suatu harga pada kegiatan perekonomian. Muhammad Najatullah Shiddiqi, dalam buku The EconomicEntreprise in Islam, menulis,

“Sistem pasar di bawah pengaruh semangat Islam berdasarkan dua asumsi, Asumsi itu adalah rasionalitas ekonomi dan persaingan sempurna. Berdasarkan asumsi ini, sistem pasar di bawah pengaruh semangat Islam dapat dianggap sempurna. Sistem ini menggambarkan keselarasan antar kepentingan para konsumen.”3

Yang dimaksud dengan rasionalitas ekonomi, adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh produsen (penjual) dan konsumen (pembeli) dalam rangka memaksimumkan kepuasannya masing-masing. Pencapaian terhadap kepuasan sebagaimana tersebut tentunya haruslah diproses dan ditindak lanjuti secara berkesinambungan, dan masing-masing pihak hendaknya mengetahui dengan jelas apa dan bagaimana keputusan yang harus diambildalam pemenuhan kepuasan ekonomi tersebut.

(7)

Menurut pandangan Islam yang diperlukan adalah suatu peraturan secara benar serta dibentuknya suatu sistem kerja yang bersifat produktif dan adil demi terwujudnya pasar yang normal. Sifat produktif itu hendaklah dilandasi oleh sikap dan niat yang baik guna terbentuknya pasar yang adil.

3. Struktur pasar

Struktur pasar memiliki suatu pengertian yaitu penggolongan produsen kepada beberapa bentuk pasar berdasarkan pada ciri-cirinya misalnya, seperti jenis produk yang dihasilkan, banyaknya perusahaan dalam suatu industri, mudah tidaknya keluar atau masuk ke dalam industri dan peranan iklan dalam kegiatan industri.

Maka dalam teori ekonomi struktur pasar itu dibedakan menjadi dua yaitu : Pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna (yang meliputi monopoli, oligopoli, monopolistik dan monopsoni

a. Pasar Persaingan Sempurna

Islam menegaskan bahwa pasar harus berdiri di atas prinsip persaingan bebas (perfect competition). Namun bukan berarti kebebasan itu mutlak, tetapi kebebasan itu harus sesuai dengan aturan syari’ah. Pasar persaingan sempurna adalah jenis pasar dengan jumlah penjual dan pembeli yang sangat banyak dan produk yang dijual bersifat homogen atau sama dan tidak dapat dibedakan. Suatu harga terbentuk karena mekanisme pasar dan pengaruh hasil dari suatu penawaran dan permintaan sehingga penjual dan pembeli di pasar tidak dapat mempengaruhi harga dan hanya berperan sebagai penerima harga (price-taker) saja.4

b. Pasar Persaingan Tidak Sempurna

Pasar persaingan tidak sempurna adalah kebalikan dari pasar persaingan sempurna. Dimana antar penjual dan pembeli, jumlahnya relative. Pasar tidak sempurna dibagi menjadi beberapa macam yaitu :

1) Pasar Monopoli (ihtikar).

Dimana suatu bentuk pasar di mana dalam pasar hanya terdapat satu penjual yang menguasai pasar. Seorang monopolis adalah sebagai penentu harga (

(8)

maker), seorang monopolis dapat menaikkan atau mengurangi harga dengan cara menentukan jumlah barang yang akan diproduksi semakin sedikit barang yang diproduksi, semakin mahal hargabarang tersebut, begitu pula sebaliknya.

Dalam Islam keberadaan satu penjual di pasar atau yang tidak ada pesaingnya, tidaklah dilarang dalam Islam akan tetapi, dia tidak boleh melakukan

ihtikar.5 Karena ihtikar adalah mengambil suatu keuntungan di atas keuntungan

yang normal yang dengan cara menjual sedikit jumlah suatu barang agar mendapatkan harga yang tinggi. Maka pasar seperti ini dilarang dalam Islam sebagaimana sabda Rasulullah SAW.

2) Pasar Oligopoli

Pasar dimana penawaran satu jenis barang dikuasai oleh beberapa perusahaan. Umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari sepuluh. Praktek oligopoli biasanya dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menahan perusahaan-perusahaan untuk masuk ke dalam pasar, dan tujuan perusahaan-perusahaan melakukan oligopoli adalah sebagai salah satu usaha untuk menikmati suatu keuntungan dengan menetapkan harga jual terbatas, sehingga menyebabkan persaingan harga diantara pelaku usaha yang melakukan praktik oligopoli menjadi tidak ada. Struktur pasar oligopoli umumnya terbentuk pada industri-industri yang memiliki modal yang tinggi, seperti, industri semen, industri mobil, dan industri kertas.

3) Monopolistik

Adalah salah satu bentuk pasar dimana terdapat banyak produsen yang menghasilkan barang yang sama tetapi memiliki perbedaan dalam beberapa aspek. Penjual dalam pasar monopolistik tidak terbatas, namun setiap produk yang dihasilkan pasti memiliki ciri tersendiri yang membedakannya dengan produk lainnya. Pada pasar monopolistik, produsen memiliki kemampuan untuk mempengaruhi harga walaupun pengaruhnya tidak sebesar produsen dari pasar monopoli atau oligopoli.

B. Penetapan Harga dalam Islam 1. Pengertian Harga

(9)

Harga adalah faktor utama dalam mengalokasikan sumber daya pelaku ekonomi. Dalam suatu transaksi, bagian terpenting dalam jual beli adalah nilai tukar dari suatu barang yang dijual. Zaman sekarang nilai tukar itu biasa disebut dengan uang. Ulama fiqh mengartikan harga (Aś-śamn) adalah harga pasar yang berlaku normal di tengah-tengah masyarakat pada saat ini.

Terjadinya harga didasarkan pada nilai kepuasan dari produsen ataupun konsumen. Konsumen Islam tidak dianjurkan untuk melakukan suatu kepuasan yang setinggi-tingginya. Seorang konsumen harus menjalani hidup sesuai dengan ajaran Islam yang seharusnya menjaga agar tingkat konsumsinya tidak berlebihan.

Maka secara sederhana, kita telah diajarkan bahwa fungsi permintaan seseorang itu tergantung pada harga suatu barang, pendapatannya, selera, dan harga-harga barang lainnya. Artinya, dengan melihat kurva demand tersebut seorang konsumen muslim yang sadar akan hakikat agamanya maka ia cenderung lebih rendah dalam mengkonsumsi suatu barang daripada fungsi permintaan konvensional.

Mekanisme pembentukan harga yang hasil dari permintaan dan penawaran ini sudah ada sejak awal, bahkan Nabi pun sadar bahwa harga suatu barang itu terbentuk dari mekanisme permintaan dan penawaran. Dan untuk suatu transaksi jual beli, selain ada kesepakatan antara kedua belah pihak juga harus ada ‘an-taraadin minkum yang merupakan dasar utama dalam jual beli.

2. Penentuan harga dalam Islam

(10)

Pemerintah Islam, sejak zaman Nabi telah concern terhadap masalah keseimbangan harga, terutama pada peran pemerintah dalam mewujudkan kestabilan harga dan mengatasi masalahnya. Akan tetapi sebagian ulama menolak peran pemerintah dalam mencampuri urusan ekonomi yang salah satunya adalah tentang ketentuan penetapan harga karena berdasarkan sebuah hadis Nabi SAW “Allah-lah yang sesungguhnya penentu harga, yang mencabut, yang meluaskan dan pemberi rizqi. Aku berharap tatkala bertemu Allah tidak ada seorang pun diantara kamu yang menuntut padaku tentang adanya kezaliman dalam urusan darah maupun harta bendanya.”

Dalam hadis tersebut Nabi menegaskan bahwa ikut campur dalam masalah pribadi orang lain tanpa adanya kepentingan yang berarti maka itu adalah perbuatan yang zalim. Akan tetapi, jika keadaan pasar itu sudah tidak wajar, seperti adanya penimbunan barang (ihtikar) oleh pedagang dan adanya permainan harga maka dalam keadaan demikian boleh menetapkan suatuharga dengan tujuan demi memenuhi kebutuhan masyarakat dan menjaga dari perbuatan yang sewenang-wenang dan serakah. Dengan demikian maksud dari hadis diatas tidak mutlak tentang di larangnya penetapan harga tetapi menetapkan harga mempunyai maksud untuk menghilangkan bahaya dan menghalangi perbuatan zalim seseorang.

Pendapat Ibn Taimiyah membedakan dua tipe penetapan harga: tidak adil dan tidak sah, serta adil dan sah. Penetapan harga yang “tidak adil dan tidak sah” itu berlaku atas naiknya suatu harga akibat persaingan pasar yang bebas, yang mengakibatkan terjadinya kekurangan suplai atau menaikkan permintaan. Misalnya, Ibn Taimiyah menyatakan, “Memaksa penduduk menjual barang-barang dagangan tanpa ada dasar kewajiban untuk menjual, itu merupakan tindakan yang tidak adil dan ketidakadilan itu dilarang dalam Islam.

Tetapi jika penetapan harga itu penuh dengan keadilan, misalnya, melarang mereka menambah dari harga mitsli yaitu harga yang berlaku pada saat itu di pasar dan memaksa untuk membayar harga mitsli. Maka hal ini dianggap halal dan bahkan hukumnya wajib, karena jika ada seseorang penjual yang tidak mau menjual barangnya, padahal barang itu sangat di butuhkan masyarakat, selain itu masyarakat harus menambah harga maka disinilah kehalalan untuk memaksa pedagang agar menjual barangnya dengan harga

(11)

memenuhi perintah Allah.6 Contoh nyata dari ketidak sempurnaan pasar ini adalah karena

adanya monopoli dalam perdagangan baik berupa makanan atau barang-barang. Dalam kasus seperti itu, pemerintah harus menetapkan harganya untuk menetapkan penjualan dan pembelian mereka. Seorang pemegang monopoli tidak boleh dibiarkan bebas melaksanakan kekuasaannya.

Di abad pertengahan, umat Islam sangat menentang praktek menimbun barang dan

monopoli, dan mengagap pelaku monopoli itu adalah sebagai perbuatan dosa. Meskipun menentang praktik monopoli, tetapi Ibnu Taimiyah juga membolehkan pembeli untuk membeli barang dari pelaku menghasilkan harga barang dagangan pada tingkat yang lebih rendah, kasus tersebut biasa disebut monopoli. Ibnu Taimiyah juga sangat menentang diskriminasi harga untuk melawan pembeli atau penjual yang tidak tahu harga sebenarnya yang berlaku di pasar pada saat itu (mitsli). Ia menyatakan, “Seorang penjual tidak dibolehkan menetapkan harga di atas harga biasanya, harga yang tidak umum di dalam masyarakat, dari individu yang tidak sadar (mustarsil) dan harus menjualnya pada tingkat harga yang umum (al-qimah al-mu’tadah). Jika seorang pembeli harus membayar pada tingkat harga yang berlebihan, ia memiliki hak untuk memperbaiki transaksinya. Seseorang tahu, bahwa diskriminasi dengan cara seperti itu bisa dihukum dan dikucilkan haknya memasuki pasar. Pendapat Ibnu Taimiyah ini merujuk pada sabda Rasulullah SAW, ”menetapkan harga terlalu tinggi terhadap orang yang tak sadar tidak tahu adalah riba”.

C. Tinjauan Umum tentang Oligopoli

Pada umumnya dalam suatu perusahaan itu pasti memiliki pesaing, tetapi lama kelamaan dalam kurun waktu tertentu perusahaan-perusahaan itu akan menghadapi persaingan yang tidak terlalu tinggi yang pada akhirnya memaksa mereka untuk tidak hanya menjadi penerima harga (price taker). Situasi yang seperti ini oleh para ekonom biasa disebut pasar persaingan tidak sempurna (imperfect competition).

6 Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, (Surabaya, PT Bina Ilmu, 2007),

(12)

Pasar persaingan tidak sempurna itu dapat diartikan sebagai pasar yang penjual dan pembelinya itu jumlahnya relative, yang terkadang jumlah penjual dan pembelinya itu sedikit, bahkan ada penjual dan pembelinya itu hanya satu. Maka dari itu salah satu bentuk dalam pasar persaingan tidak sempurna adalah oligopoli, yang berarti sebuah pasar dimana hanya terdapat sedikit penjual yang masing-masing dari penjual itu menawarkan produk yang identik satu sama lain.

Secara umum pengertian oligopoli adalah suatu keadaan dimana hanya ada 2-10 perusahaan yang menguasai pasar baik secara sendiri-sendiri (independen) atau secara bersama-sama yang mana perilaku antar perusahaan saling ketergantungan satu sama lain.7 Dalam UU anti monopoli pengertian oligopoli tidak di definisikan secara jelas,

tetapi di dalam pasal 4 ayat 1, oligopoli ditetapkan melalui suatu perjanjian, yaitu bahwa “pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan produksi dan atau pemasaran barang atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli atau persaingan usaha tidak sehat”.

Dan dalam pasal 4 ayat 2 dinyatakan bahwa, “pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan pemasaran barang atau jasa tertentu, apabila dua atau tiga pelaku usaha menguasai lebih dari 75% pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu”. Jadi ketentuan pasal 4 ayat 1 dan 2 tersebut bersifat rule of reason yang artinya dugaan terhadap dua atau tiga pelaku usaha yang melakukan penguasaan pasar sebesar 75% dan masih memerlukan pembuktian KPPU, apakah terjadi praktek monopoli atau persaingan usaha yang tidak sehat.8

Karena pasar oligopolistik hanya memiliki sedikit penjual, maka sifatnya yang sangat mencolok adalah kuatnya tarik-menarik antar perusahaan atau para penjual yang bekerjasama di pasar tesebut. Tapi jika kerjasama mereka dalam pasar tesebut bisa dikompromikan, maka masing-masing dari mereka akan dapat memproduksi pada tingkat

output yang rendah dan menekankan harga diatas biaya marginal. Namun sayangnya masing-masing perusahaan tesebut berusaha untuk mencapai kepentingan dan keuntungannya masing-masing tanpa memperhatikan keuntungan perusahaan lainnya.

7 Boediono, Ekonomi Mikro, (Yogyakart:Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, 1982), hlm.

113

(13)

dan apabila keadaan ini terus mereka jalani maka cepat atau lambat kekuatan mereka akan berakhir.

Salah satu karakteristik pasar oligopoli yang diperdagangkan adalah barang-barang yang bersifat sama (homogeny) seperti semen, bensin, minyak mentah, rokok, air dll. Barang-barang yang homogen dalam pasar oligopoli itu selalu saling bergantung dan berkaitan satu sama lain. Karena jika suatu pelaku usaha yang mendominasi pasar menaikan harganya maka otomatis yang lain juga ikut menaikan harganya, begitu juga sebaliknya. Semakin homogen suatu produk, maka semakin besar pula ketergantungannya terhadap kebijakan yang di lakukan perusahaan yang dominan dalam pasar tentang harga. Karena kualitas barang yang sama inilah yang menyebabkan tidak adanya persaingan kualitas, tetapi apabila produk atau barangnya berbeda (diferensiasi product) maka itu akan berpeluang terjadi persaingan antar pelaku usaha untuk saling menyesuaikan, persaingan itu terjadi karena tidak adanya kesepakatan yang terjalin antar pelaku usaha.

Jika semakin kecil ketergantungan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya maka pasti akan lebih bisa di gambarkan kurva permintaannya, kurva permintaan suatu perusahaan lebih bisa di gambarkan jika tingkat ketergantungan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya kecil, akan tetapi akan terjadi sebaliknya jika tingkat ketergantungan suatu perusahaan itu besar maka, kita tidak bisa menggambarkan kurva permintaannya. Kecuali kalau kita telah mengetahui apa yang akan dilakukan produsen-produsen lain jika seorang market leader tersebut mengubah harga jual atau mengubah tingkat outputnya, sehingga lebih gampang untuk di analisa.

D. Penetapan Harga dalam Pasar Oligopoli

(14)

mengetahui metode-metode apa yang akan dipakai pesaingnya dalam menentukan harga, karena semua itu mempengaruhi apakah perusahaan-perusahaan tersebut mengikuti aturan-aturan dalam industri atau bahkan menyimpang dari aturan industri tersebut.

Banyak produsen dalam suatu perusahaan untuk mendapatkan konsumen lebih banyak cenderung memakai metode promosi atau iklan. Metode promosi non-harga ini dipilih oleh produsen karena sangat efektif untuk meningkatkan jumlah konsumen, juga menambah keuntungan yang besar bagi perusahaan. Dalam metode ini seorang konsumen tidak hanya menilai dari segi harga saja tapi juga menilai dari segi disain, mutu produk, lokasi yang strategis, dan juga tersedianya kredit.

Pada pasar oligopoli, perubahan harga oleh salah satu anggota oligopoly itu akan menimbulkan reaksi dari anggota-anggota yang lain, karena jika terjadi suatu perubahan harga maka seorang penjual akan dapat kehilangan pasarnya, jadi kebanyakan perusahaan dalam pasar oligopoli itu menghindari perubahan-perubahan harga.

Harga pada kondisi yang sempurna adalah harga yang bisa memanfaatkan sumber daya yang ada dengan optimal, harga akan memberikan kesejahteraan yang tinggi bagi konsumen dan produsen. Suatu harga yang sempurna adalah harga yang tidak terlalu mahal bagi konsumen dan juga tidak terlalu murah bagi produsen, inilah yang disebut harga yang pas. Maka hanya ada satu harga yang punya ciri seperti yaitu harga yang terbentuk pada pasar persaingan sempurna.

Dalam struktur pasar bersaing sempurna, sebuah perusahaan itu tidak menentukan harga produknya tapi masing-masing produsen bertindak sebagai price taker, Karena produsen tidak mempunyai kekuatan penuh dalam pasar (market power), seorang produsen yang mempunyai market power akan dapat menentukan harga produknya dalam pasar dan dalam menentukan harga market power akan tetap memikirkan permintaan konsumennya.

(15)

jumlah produksi.

Kebanyakan keputusan harga itu diambil dalam lingkungan pasar yang berciri persaingan murni ataupun monopoli. Dalam pasar persaingan tidak sempurna seorang produsen yang menjadi leader market itu bertanggung jawab atas penetapan harga dan dia harus mempunyai pandangan yang jelas tentang persaingan. Jika seorang produsen telah mengetahui tujuan penetapan harga maka produsen tersebut telah siap untuk menetapkan harga dasar suatu produk yang baru dalam pasar. Harga untuk produk yang baru itu telah ditetapkan tinggi dengan tujuan untuk merebut pasar, dimana kurva permintaan relatif tidak elastis padahal produsen membutuhkan keuntungan yang cepat. Jika produk-produk baru itu telah kehilangan sinarnya karena menghadapi persaingan dari barang pengganti yang baru maka tidak banyak yang dapat dilakukan produsen kecuali menurunkan harga dengan segera.

Tujuan penetapan harga yang terpenting dalam perusahaan adalah :

a. Penetapan harga untuk mencapai suatu target return on investment (pengembalian atas investasi)

b. Keseimbangan antara harga dan margin

c. Penetapan harga bertujuan untuk mencapai target market share (penguasaan bagian pasar)

d. Penetapan harga untuk mengatasi dan mencegah persaingan, dan e. Penetapan harga bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan.

Penting untuk disadari bahwa keputusan harga untuk suatu produk itu tidak hanya berkaitan dengan lingkungan pasar saja tapi juga berkaitan dengan perusahaan. Karena penetapan harga adalah suatu alat untuk mencapai tujuan. Dalam sebuah perusahaan itu jarang hanya mengejar satu tujuan tunggal misalnya, suatu perusahaan berusaha mempertahankan bagian pasarnya (market share) tapi dalam waktu yang sama dia juga mengejar target atas modal yang ditanam agar kembali.

(16)

Menurut Stanton langkah pertama dalam penetapan harga adalah “Dengan sadar merumuskan suatu tujuan dan menyatakan dengan jelas secara tertulis. Setelah tujuan harga itu disepakati, maka para produsendapat bergerak untuk menentukan harga”. Jika dalam pasar terdapat permintaan suatu produk mengendur maka mungkin disebabkan beberapa faktor yang antara lain menuanya (aging) suatu produk, masuknya produk yang lebih baru atau modern dalam pasar, sehingga menyebabkan konsumen berpaling, dan banyak factor lainnya.

Biasanya seorang produsen agar tetap dapat bertahan di pasar itu harus memulai dengan menurunkan harga, karena permintaan pasar biasanya lebih peka terhadap penurunan harga dari pada peningkatan promosi non-harga. Dalam situasi ini seorang produsen harus segera menentukan kembali harga jual terhadap produk yang permintaannya lemah tersebut. Mungkin cara dalam penentuan kembali itu bisa dengan menaikkan harga atau menurunkan harga, dengan tujuan agar pasar menilai telah terjadi perubahan atas produk tersebut. Perubahan itu bisa perubahan biaya distribusi atau promosi. Dengan cara perubahan harga inilah mungkin dapat bertahan terhadap gerakan harga atau non harga dari pesaingnya.

Masalah penentuan kembali harga menjadi sangat rumit bila jumlah penjual dalam industri itu sedikit dan tingkat perbedaan produknya kecil. Dalam lingkungan ini, sebuah perusahaan harus extra hati-hati dalam menentukan kembali harganya, karena jika tidak berhati-hati besar kemungkinan akan kehilangan pasar. Karena langkah-langkah itu sebuah perusahaan erat kaitannya dengan reaksi pesaingnya. Oleh karena itu dalam penentuan kembali harga pada pasar oligopoli cenderung di paksa.

(17)

naik dan bisa melebihi harga minimum. Jadi price ceiling bisa membuat harga semakin naik karena adanya kompetisi non-price.

Contoh Kasus

Salah satu industri strategis yang diproduksi di Indonesia adalah semen yang merupakan faktor penting dalam pembangunan dan perekonomian. Pada jaman orde baru semen seringkali menjadi perhatian masyarakat, karena masalahnya yang klasik, yaitu harganya yang fluktuatif meskipun pemerintah telah menetapkan harga patokan setempat (HPS), tapi tetap saja terjadi pembagian wilayah pemasaran diantara produsen semen. Artinya, pada masa itu terjadi kartel harga dan pembagian wilayah pemasaran. Akibatnya seringkali terjadi kelangkaan semen di pasar yang bersangkutan dan diikuti dengan harga yang tinggi. Salah satu sektor yang harus dihapus dalam perdagangan dalam negeri adalah penghapusan kartel semen.

Berbicara mengenai struktur pasar semen domestik, itu berarti kita berbicara mengenai berapa pelaku usaha yang melakukan kegiatan usaha dibidang semen, berbicara tentang pangsa pasarnya, kekuatan kemampuan keuangannya, kepemilikan sahamnya dan pendistribusiaannya.

Pada tahun 2010 ada tujuh produsen semen nasional, yaitu PT Semen Andalas mempunyai pangsa pasar 4,3%, PT Semen Gresik Group menguasai 46%, dengan dua anak perusahaannya, PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa, PT Indocement 36%, PT Semen Cibinong 13,6%, PT Semen Baturaja 2,6%, PT Semen Bosowa 1,9%, dan PT Semen Kupang menguasai 0,6%.

Dilihat dari penguasaan pangsa pasar tersebut terdapat dua pelaku usaha yang mempunyai pangsa pasar yang tidak jauh berbeda dengan pesaingnya sebagai market leader, yaitu PT Semen Gresik Group dan PT Semen Indocement. Dalam struktur pasar yang demikian pasar semen Indonesia adalah suatu pasar yang oligopolis. Oleh karena itu ada kecenderungan untuk melakukan perilaku yang saling menyesuaikan, dan lama kelamaan dapat menjadi kartel.

(18)

terdapatnya sejumlah wewenang yang dimiliki investor tersebut melalui kepemilikan saham tersebut. Pemilik saham yang mayoritas akan mempunyai hak yang lebih besar dalam menentukan suatu kebijakan perusahaan, baik mengenai produksi atau pemasarannya. Dan melalui kepemilikan saham ini bisa terjadi jabatan rangkap di beberapa produsen semen nasional. Sampai saat ini pada produsen semen nasional belum terlihat adanya jabatan rangkap. Tetapi melalui kepemilikan saham MNC ada kekhawatiran akan terjadi kartel, dan akibatnya harga semen di pasar domestik akan tinggi.

Pada tahun tersebut ada empat perusahaan multinasional, yaitu Cemex (Meksiko) mengusai 25,53% saham PT Semen Gresik Group, Holcim (Swiss) menguasai 77,33% saham PT Semen Cibinong, Heidelberger Zement (Jerman) menguasai 61,70% saham PT Semen Indocement dan Cementia Holding AG - Lafarge (Prancis) menguasai 88% saham PT Semen Andalas.

Kalau melihat harga semen nasional pada tahun 1998 sampai pertengahan tahun 2002 harga semen relatif stabil Misalnya pada tahun 2002 harga semen dipasar berkisar antara Rp. 25.000 – Rp. 30.000/sak. Tapi pada tahun 2005-2006 harga semen berkisar rata-rata sekitar Rp. 49.000 per zak atau sekitar Rp. 720.000 per ton atau sekitar 74 dolar AS per ton. Kenaikan itu akibat dari hambatan pasokan yang menimbulkan kelangkaan dan tingginya harga jual dalam pasar, dan ini merupakan dugaan adanya praktek persaingan usaha tidak sehat baik di tingkat produsen maupun di jalur distribusinya.

(19)

Pemerintah Republik Indonesia (PT Semen Gresik Group) dengan Cemex harus dilakukan.

Misalnya, pada awal tahun 2000 Semen Padang mengekspor semennyake Jerman 1.000.000 ton/tahun, berdasarkan ECA, Semen Padang tidak melanggar ECA. Tetapi dalam kenyataannya Cemex Mexico melarang ekspor tersebut ke Jerman, karena Cemex menganggap Semen Padang telah bergabung dengan Semen Gresik Group sejak tahun 1998 dan itu melanggar kesepakatan. Yang mengherankan lagi adalah pada saat yang sama Heidelberger Zement, Lafarge dan Blu Circle (produsen Inggris) yang seharusnya menjadi pesaingnya, justru ikut memberikan larangan serta ancaman akan melakukan tindakan balasan, apabila pihak Semen Padang tetap melanjutkan ekspornya. Selain itu Cemex juga menghambat ekspor Semen Padang ke negara Bangladesh, Srilanka dan Mauritus dengan cara yang melakukan ekspor adalah Cemex bukan Semen Padang. Demikian juga Semen Padang tidak boleh mengekspor semennya ke Philippina karena terikat ECA. Maka dalam hal ini jelas bahwa Semen Padang tidak bisa melakukan ekspor karena adnya ancaman dari berbagai pihak karena akibat kepemilikan saham Cemex melalui Semen Gresik Group dan dalam hal ini sangat merugikan pasar semen nasional.

E. Mekanisme Transaksi Penetapan Harga pada Pasar Oligopoli oleh Produsen

Allah memberikan kesempurnaan kepada makhluknya yaitu manusia berupa inspirasi dalam hal bermu’amalah dengan tujuan agar kehidupan manusia satu dengan lainnya damai dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

(20)

dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan

Sebelum mekanisme transaksi penetapan harga oleh produsen itu dilakukan, terlebih dahulu seorang produsen harus memutuskan 2 macam keputusan yaitu : dengan menentukan jumlah output yang harus diproduksi dan berapa jumlah input yang harus digunakan. Semua itu bertujuan untuk mengoptimalkan keuntungan dan mengefisiensikan produksinya. Hakikatnya dalam menentukan harga seorang produsen itu harus bertindak secara adil dan jujur kepada masyarakat dan juga pesaingnya, dan tidak hanya fokus untuk mengeruk keuntungan saja.

Penentuan harga dalam pasar itu ditentukan oleh supply and demand atau ard wa ta’ab (kekuatan pernawaran dan permintaan). Antara permintaan dan penawaran harus terjadi rela sama rela yang tidak ada unsur terpaksa atau tertipu dalam melakukan transaksi barang. Tetapi akan berbeda keadaannya bila penentuan harga dalam pasar oligopoli itu terjadi pada kasus semen. Dalam kasus, PT Semen Gresik secara otomatis menjadi market leader. Jabatan sebagai market leader itu digunakan PT Semen Gresik untuk menentukan harga, jumlah produksi dan juga untuk membatasi pasar atau menahan perusahaan-perusahaan baru untuk masuk ke dalam pasar. Apabila PT Semen Gresik memproduksi semen sebesar 17,25 juta ton pertahun, maka Indocement harus memproduksi dengan jumlah dibawahnya yaitu sebesar 15,65 juta ton pertahun, keputusan untuk memproduksi dibawah tingkat produksi PT Semen Gresik itu juga berlaku untuk produsen semen lainnya. Kapasitas produksi semen belakangan ini naik sebesar 3,2 %, kenaikan produksi tersebut terjadi karena permintaan dalam pasar juga meningkat sebesar 11,2 %. Tetapi kenaikan permintaan itu tidak di ikuti dengan pengeluaran jumlah produksi yang optimal yang akhirnya mengakibatkan stok semen dalam pasar itu mengalami kelangkaan, semua ini diakibatkan karena produsen tidak penuh dalam mengeluarkan produksinya. Dan inilah yang mengakibatkan harga dalam pasar sempat naik pada tahun 2007-2008.

(21)

tidak harus melakukan kecurangan seperti menimbun barang (ihtikar) atau menaikkan harga yang pada akhirnya membuat masyarakat susah.

Untuk membuat harga yang seimbang (equilibrium price) adalah dengan membuat harga se-stabil mungkin dengan memperbanyaknya stok barang agar tersedia dalam pasar dan membuat biaya hidup yang relatif minim, karena hanya dengan cara demikian seorang produsen akan tatap mendapatkan keuntungan dan konsumen tetap dapat membeli barang kebutuhannya dengan harga yang bisa dijangkau.

F. Penetapan Harga pada Pasar Oligopoli dalam Pandangan Islam

Penetapan harga (price fixing) dalam Islam sesungguhnya tidak dibolehkan karena akan menyebabkan naiknya suatu harga akibat persaingan pasar yang bebas dan juga akan mengakibatkan kekurangan jumlah produksi padahal permintaan sedang banyak atau naik, yang akhirnya nanti akan menyebabkan kelangkaan barang. Selain penetapan harga, Islam juga melarang adanya diskriminasi harga yang bertujuan untuk menipu penjual atau pembeli yang tidak tahu harga sesungguhnya yang berlaku dalam pasar ( Aś-śi’r) saat itu.

Islam tidak memberikan ruang sedikitpun baik kepada pemerintah atau seseorang yang memiliki kekuasaan penuh dalam hal ekonomi untuk menetapkan harga, kecuali dan hanya kecuali pada kondisi yang darurat yang akhirnya menuntut pihak-pihak tertentu untuk mengambil keputusan, untuk menentukan harga. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi yang menolak peran pemerintah dalam mencampuri urusan ekonomi yang salah satunya adalah tentang ketentuan penetapan harga adalah sebagai berikut : “Allah-lah yang sesungguhnya penentu harga, yang mencabut, yang meluaskan dan pemberi rizqi. Aku berharap tatkala bertemu Allah tidak ada seorang pun diantara kamu yang menuntut padaku tentang adanya kezalimandalam urusan darah maupun harta bendanya.”

(22)

masyarakat dan menjaga dari perbuatan yang sewenang-wenang dan serakah dari produsen.

Dalam penetapan harga itu dapat dibagi menjadi 2 yaitu penetapan harga yang tidak adil dan penetapan harga yang adil. Dalam penetapan harga yang tidak adil, dijelaskan bahwa apabila terjadi kenaikan suatu harga akibat persaingan pasar yang bebas, yang mengakibatkan terjadinya kekurangan jumlah produksi atau menaikkan permintaan, seperti memaksa penduduk menjual barang-barang dagangan tanpa ada kewajiban untuk menjual, itu merupakan tindakan yang tidak adil karena ada unsur pemaksaan yang menyebabkan ketidak ridhaan dari penjual untuk menjual dagangannya dan ketidakadilan seperti itu dilarang dalam Islam.

Sedangkan penetapan harga yang adil adalah apabila kenaikan harga itu disebabkan kesalahan pedagang yang menimbun barang (ihtikar), sehingga stok barang di pasar menjadi langka dan harga menjadi naik secara tajam, seperti jika ada seorang penjual yang tidak mau menjual barangnya, padahal barang itu sangat di butuhkan masyarakat, selain itu masyarakat harus menambah harga jauh dari harga mitsli, untuk membeli barang tersebut. Maka disinilah kehalalan pemerintah untuk memaksa pedagang agar menjual barangnya dengan harga mitsli. Dan penetapan harga dengan cara memaksa ini merupakan cara yang adil untuk memenuhi perintah Allah. Dalam menetapkan harga, pemerintah harus memikirkan kemaslahatan para pedagang dan para konsumen agar tidak merasa dirugikan.

Secara umum teori harga itu sama, bahwa harga yang wajar atau harga keseimbangan diperoleh dari interaksi antara kekuatan permintaan dan penawaran dalam suatu persaingan sempurna. Distorsi pasar yang kompleks dalam system perekonomian modern melahirkan persaingan tidak sempurna dalam pasar. banyak dijumpai penyimpangan perilaku yang merusak keseimbangan pasar.

(23)

jalur distribusinya. Dalam kasus semen pada perkiraan tahun 2005 – 2006 itu di duga adanya penimbunan barang yang di lakukan produsen agar semen menjadi langka dan harga semen naik, selain itu ada penghalangan expor yang dilakukan Cemex terhadap Semen Padang di berbagai negara, sehingga mengakibatkan kerugian bagi Semen Padang, hal ini terjadi karena akibat kepemilikan saham Cemex melalui Semen Gresik Group yang dominan.

V. KESIMPULAN

Dari uraian diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan :

1. Mekanisme transaksi penetapan harga pada pasar oligopoli itu ditentukan oleh supply and demand (penawaran dan permintaan) dan seorang produsen dalam menentukan harga harus memulai dari menentukan harga untuk produk yang baru sampai dengan produk yang lama. Dalam menentukan harga produk baru, seorang produsen yang menjadi

market leader terlebih dahulu harus mendapatkan permintaan pasar terhadap produk barunya, bila sudah dapat barulah seorang produsen yang menjadi market leader

menentukan harga dan jumlah produksinya lebih awal yang kemudian disusul dengan produsen lainnya. Apabila di dalam pasar terdapat suatu produk yang menua (aging) atau melemahnya suatu permintaan, maka seorang produsen harus menentukan kembali dengan 2 cara yaitu, dengan menaikkan harga atau menurunkan harga. Dengan tujuan agar pasar menilai telah terjadi perubahan atas produk tersebut.

2. Dalam Islam, penetapan harga itu tidak diperbolehkan baik dilakukan oleh pemerintah atau siapa pun karena akan menyebabkan naiknya suatu harga akibat persaingan pasar yang bebas dan juga akan mengakibatkan kekurangan jumlah produksi. Tapi akan lain halnya jika kondisi dalam pasar darurat atau tidak wajar seperti adanya penimbunan barang (ihtikar) oleh pedagang maka dalam keadaan demikian pemerintah boleh menetapkan suatu harga dengan tujuan demi kemaslahatan bersama.

DAFTAR RUJUKAN

(24)

________________, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2008

Boediono, Ekonomi Mikro, Yogyakarta, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, 1982

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta, PT Rajawali Pers, 2007

Jusmaliani dkk, Kebijakan Ekonomi Mikro Dalam Islam. Yogyakarta, Kreasi Wacana, 2005

M. Udin Silalahi (ed.), Persaingan dalam Industri Semen, mimeo

Sinar Grafika, Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Pasar Persaingan Tidak Sempurna.

Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, Surabaya, PT Bina Ilmu, 2007

________, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta, Gema Insani Press, 1997

http:// dikmenum.go.id http://wikipedia.com http://skripsieconomy.com

Referensi

Dokumen terkait

9) Koperasi yaitu perusahaan yang dimiliki oleh anggota perusahaan koperasi secara perorangan dan badan hukum koperasi. Menurut UU No.25 Thn 1992 koperasi yaitu badan usaha

“Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) pada Laporan Tahunan Perusahaan : Study Empiris pada Perusahaan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi MI Zainul Yasin khususnya dalam kemampuan membaca Al- Qur’an siswac. Diharapkan bisa

Sebagai makhluk sosial, manusia akan memperoleh beberapa karakteristik yang memengaruhi tingkah lakunya. Faktor karakteristik ini sering disebut sebagai

Selain itu, kulit berminyak juga sering timbul pada seorang wanita yang sedang menstruasi, maka jika anda sedang menstruasi sebaiknya rutinlah membersihkan wajah anda dan gunakan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh signifikan dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match dalam mata pelajaran IPA pada materi Daur Air terhadap

Rancang Bangun Aplikasi Surat Perijinan Apotek dan Toko Obat Berbasis Web Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Pamekasan dapat digunakan untuk pendaftaran surat ijin Apotek dan Toko

2-1 携帯・PC サイトの閲覧規制