• Tidak ada hasil yang ditemukan

PORTOFOLIO DAN PARADIGMA BARU PENILAIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PORTOFOLIO DAN PARADIGMA BARU PENILAIAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PORTOFOLIO DAN PARADIGMA BARU

PENILAIAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

Oleh : Muhammad Isnainiemail: isnain_m@yahoo.co.id http//www.muhammadisnain.blogsopt.com

Abstrak: Penilaian portofolio merupakan penilaian secara berkesinambungan dengan metode pengumpulan informasi atau data secara sistematik atas hasil pekerjaan siswa dalam kurun waktu tertentu. Sistem penilaian portofolio, guru membuat file untuk masing-masing siswa, berisi kumpulan sistematis atas hasil prestasi belajar mereka selama mengikuti proses pendidikan. Di dalam file porfolio, guru mengumpulkan bukti fisik dan catatan prestasi siswa, seperti hasil ulangan, hasil tugas mandiri, serta hasil praktikum. Selain dapat digunakan untuk memantau perkembangan siswa dan mendiagnosa kesulitan belajar mereka, penilaian portofolio juga banyak memiliki keunggulan lain. Sistem penilaian yang mulai berkembang di bidang pendidikan sejak tahun 1990-an ini sangat bermanfaat bagi guru untuk mengevaluasi kebutuhan (need), minat (interest), kemampuan akademik (abilities), dan karakteristik siswa secara individual. Hal tersebut penting karena seharusnya dalam suatu sistem atau cara evaluasi, eksistensi siswa secara individual tidak boleh dieliminasikan sebagaimana yang sering terjadi dalam tes standar, seperti ebtanas. Lagi pula, portofolio akan mampu mengembangkan potensi siswa dalam melakukan self-assessment. Keterampilan menemukan kelebihan dan kekurangannya sendiri, serta kemampuan untuk menggunakan kelebihan tersebut dalam mengatasi kelemahannya merupakan modal dasar penting dalam proses pembelajaran.

Kata kunci: Portopolio, paradigma, penilaian, kurikulum, dan kompetensi.

Pendahuluan

Paradigma baru pendidikan, menghendaki dilakukan inovasi yang teritegrasi

dan berkesinambungan. Salah satu wujudnya adalah inovasi yang dilakukan guru

dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Kebiasaan guru dalam mengumpulkan

informasi mengenai tingkat pemahaman siswa melalui pertanyaan, observasi,

pemberian tugas dan tes akan sangat bermanfaat dalam menentukan tingkat

penguasaan siswa dan dalam evaluasi keefektifan proses pembelajaran.

Informasi yang akurat tentang hasil belajar, minat dan kebutuhan siswa hanya

dapat diperoleh melalui asesment dan evaluasi yang efektif. Penilaian yang biasa

digunakan dalam sistem pendidikan kita adalah melalui deskripsi kuantitatif, yaitu tes

(tertulis). Sedangkan asesment yang sedang berkembang saat ini adalah penilaian

▸ Baca selengkapnya: contoh penilaian portofolio bahasa indonesia

(2)

protofolio yang disinyalir memiliki banyak manfaat baik bagi guru maupun bagi

siswa.

Untuk lebih mengenal model ini, mari kita kenali lebih dahulu pemikiran yang

melandasinya, sebagai salah satu pembaharuan dalam pembelajaran. Model ini

dilandasi oleh beberapa landasan pemikiran, terutama empat pilar pendidikan sebagai

landasan model pembelajaran berbasis portofolio adalah learning to do, learning to

know, learning to be, and learning to live together, yang dicanangkan UNESCO.

Dalarn proses pernbelajaran para orang dewasa, tidak seharusnya

memposisikan peserta didik sebagai pendengar ceramah guru laksana botol kosong

yang diisi dengan ilmu pengetahuan. Peserta didik harus diberdayakan agar mau dan

marnpu berbuat untuk mernperkaya pengalaman belajamya (learning to do) dengan

meningkatkan interaksi dengan lingkungannya baik lingkungan fisik, sosial, maupun

budaya, sehingga mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap

dunia di sekitamya (learning to know).

Diharapkan hasil interaksi dengan lingkungannya itu dapat membangun

pengetahuan dan kepercayaan dirinya (learning to be). Kesempatan berinteraksi

dengan berbagai individu atau kelompok yang bervariasi (learning to live together)

akan membentuk kepribadiannya untuk memahami kemajemukan dan melahirkan

sikap-sikap positif dan toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup.

Apakah Portofolio itu

Batasan portofolio banyak para ahli yang memberi batasan, antara lain sebagai

berikut. Paulson (1994 : 60) mendefinisikan portofolio sebagai kumpulan pekerjaan

siswa yang menunjukkan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu

bidang atau lebih. Kumpulan ini harus mencakup partisipasi siswa dalam seleksi isi,

kriteria seleksi, kriteria penilaian dan bukti refleksi diri.

Menurut Gronlund (1998: 159) portofolio mencakup berbagai contoh

pekerjaan siswa yang tergantung pada keluasan tujuan. Apa yang harus tersurat,

(3)

memberikan dasar bagi pertimbangan kemajuan belajarnya dan dapat

dikomunikasikan kepada siswa, orang tua serta pihak lain yang tertarik

berkepentingan.

Protofolio dapat digunakan untuk mendokumentasikan perkembangan siswa.

Kerena menyadari proses belajar sangat penting untuk keberhasilan hidup, portofolio

dapat digunakan oleh siswa untuk melihat kemajuan mereka sendiri terutama dalam

hal perkembangan, sikap keterampilan dan ekspresinya terhadap sesuatu.

Secara umum, portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa atau catatan

mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur. Portofolio dapat

berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa, jawaban siswa atas pertanyaan guru,

catatan hasil observasi guru, catatan hasil wawancara guru dengan siswa, laporan

kegiatan siswa dan karangan atau jurnal yang dibuat siswa.

Lebih jelas portofolio itu dapat didefinisikan sebagai berikut :

1. Suatu koleksi pekerjaan peserta didik yang menunjukkan segala usaha peserta

didik, kemajuan dan pencapaian belajar;

2. Koleksi pekerjaan terbaik peserta didik, atau pekerjaan terbaiknya

berdasarkan bukti hasil belajar yang akan diukur;

3. Sejenis kliping atau album foto yang menyimpan kemajuan dan kegiatan

suatu program yang dilakukan oleh peserta didik. (Depag; 2003: 24).

Mengingat begitu beragamnya jenis protofolio, guru dapat mengumpulkannya

melalui cara. Cara yang akan dipakai disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai,

tingkatan siswa dan jenis kegiatan yang dilakukan.

Berikut ini adalah model portofolio matematika yang berisi contoh-contoh

pekerjaan siswa.

1. Uraian tertulis hasil kegiatan praktik atau penyelidikan matematika.

2. Gambar-gambar dan laporan lisan, perluasan analisis situasi masalah dan

penelitian.

3. Uraian dan diagram dari proses pemecahan masalah..

(4)

Disamping itu, hal-hal lainnya yang dapat dicantumkan dalam portofolio

matematika adalah sebagai berikut :

1. Laporan penyelidikan tentang ide matematika seperti hubungan antara dua

fungsi, koordinat grafik, aritmatika, aljabar dan geometri.

2. Respon terhadap pertanyaan open-ended atau masalah pekerjaan rumah.

3. Laporan kelompok dan foto kegiatan siswa.

4. Salinan piagam penghargaan.

5. Video dan pekerjaan siswa yang menggunakan komputer. (Stenmark 1991:

63).

Manfaat Protofolio

Sebelum penulis membahas manfaat portofolio, mungkin dibenak kita sering

bertanya mengapa menggunakan penilaian portofolio itu penting bagu guru dalam

sistem pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, maka bakal segudang jawaban

yang terbit dalam pikiran kita. Oleh karena itu untuk menyatukan perspsi penak kita

tentang hal tersebut, maka Penilaian berbasis kelas yang ditulis oleh tim Depag secara

lugas menjawabnya sebagai berikut :

1. Karena anak maupun orang dewasa haeus menunjukkan apa yang mereka tahu

dan apa yang dapat mereka lakukan lebih dari pada hanya dapat menyebutkan.

2. Dianggap sebagai “authentic assessment” yaitu tekhnik evaluasi belajar yang

sengaja dirancang agar penilaian yang diberikan kepada peserta didik dijamin

keaslian, kejujuran dan hasilnya terpercaya. Dan “performance assessment” yaitu

merupakan tuntutan perkembangan jaman, dimana evaluasi perpormansi

dihubungkan dengan pengawasan terhadap penguasaan peserta didik mengenai

kurikulum. (Depag; 2003: 24).

Penilaian portofolio dapat digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya

(5)

1. Mendomentasikan kemajuan siswa selama kurun waktu tertentu

2. Mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki.

3. Membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar.

4. Mendorong tanggungjawab siswa untuk belajar.

Sedangkan menurut Gronlund (1998 : 158), portofolio memiliki beberapa

keuntungan, antara lain sebagai berikut.

1. Kemajuan belajar siswa dapat terlihat dengan jelas.

2. Penekanan pada hasil pekerjaan terbaik siswa memberikan pengaruh positif

dalam belajar.

3. Membandingkan pekerjaan sekarang dengan yang lalu memberikan motivasi

yang lebih besar dari pada membandingkan dengan milik orang lain.

4. Keterampilan asesmen sendiri dikembangkan mengarah pada seleksi contoh

pekerjaan dan menentukan pilihan terbaik.

5. Memberikan kesempatan siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu

(misalnya siswa menulis sesuai dengan tingkat level mereka tetapi sama-sama

menuju tujuan umum).

6. Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa

bagi siswa itu sendiri, orang tua, dan lainnya.

Adapun keuntungan penggunaan portofolio secara khusus antara lain sebagai

berikut.

1. Memberikan bukti perkerjaan atau perbuatan berdasarkan pengetahuan yang

sesungguhnya telah diperoleh.

2. Penilaian catatan atau memberikan gambaran tentang program matematika

yang perlu ditekankan.

3. Catalan kemajuan siswa dalam jangka waktu lama mencerminkan

pembelajaran yang cukup lama (Stenmark, 1991:63).

(6)

1. Documentation portofolio yaitu memperlihatkan pertumbuhan dan kemajuan

belajar peserta didik tentang hasil belajar yang terindentifikasi. Format untuk jenis

ini sebagai berikut :

2. Procces Portofolio, yaitu mendokumenkan seluruh segi tahapan proses

(7)

3. Showcase portofolio, yaitu penguasaan peserta didik terhadap bukti hasil

belajar selama waktu tertentu (tengah dan akhir semester). Format jenis ini

sebagai berikut :

Sedangkan tahapan penggunaan penilaian portofolio adalah :

1. Pengorganisasian dan perencanaan (membangun kesepakatan guru dan peserta

didik).

2. Pengumpulan informasi mengenai kemajuan yang dihasilkan peserta didik.

3. Refleksi, yaitu guru memberikan catatan akhir dari seluruh proses penialaian

yang dilalui peserta didik.

(8)

Pelaksanaan asesment portofolio mensyaratkan kejujuran siswa dalam

melaporkan rekaman belajarnya. Dan kejujuran guru dalam menilai kemampuan

siswa sesuai dengan kriteria yang yang telah disepakati. Guru harus mampu

menunjukkan urgensi laporan yang jujur dari siswa.

Adapun bentuk-bentuk asesment portofolio diantaranya sebagai berikut.

1. Catatan anekdotal, yaitu berupa lembaran khusus yang mencatat segala bentuk

kejadian mengenai perilaku siswa, khususnya selama berlangsungnya proses

pembelajaran. Lembaran ini memuat identitas yang diamati, waktu pengamatan,

dan lembar rekaman kejadiaannya.

2. Ceklis atau daftar cek, yaitu daftar yang telah disusun berdasarkan tujuan

perkembangan yang hendak dicapai siswa.

3. Skala penilaian yang mencatat isyarat kemajuan perkembangan siswa.

4. Respon-respon siswa terhadap pertanyaan.

5. Tes skrining yang berguna untuk mengidentifikasi keterampilan siswa setelah

pengajaran dilakukan, misalnya siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya tes

hasil belajar, PR, LKS, laporan kegiatan lapangan.

Aspek-aspek yang bisa dievaluasi dalam bidang pendidikan ini adalah

menurut Stenmark (1991 : 64) sebagai berikut.

1. Pemahaman Permasalahan (Problem Comprehension).

2. Pendekatan dan Strategi (Approaches and Strategies).

3. Hubungan (Relationships).

4. Fleksibilitas (Flexibility).

5. Komunikasi (Communication).

(9)

7. Penyelesaian (Solutions).

8. Hasil Pengujian (Examining Results).

9. Asesment diri (Self-Assessment)

Salah satu bagian penting dari penilaian portofolio adalah mengajukan

pertanyaan. Mengajukan pertanyaan yang benar merupakan suatu seni yang harus

dilatih oleh guru. Contoh pertanyaan yang bisa diajukan untuk mengevaluasi aspek

fleksibilitas dengan tujuan untuk mengambil atau mengetahui apakah siswa bisa

menggunakan/menggantikan dengan cara lainnya bila sesuatu tidak dikerjakan

dengan cara yang telah diberikan, apakah mereka teguh dalam usahanya, dan apakah

mereka mencoba yang lain?

Untuk tujuan tersebut bisa diajukan pertanyaan seperti berikut :

 Apakah kamu telah mencoba atau hanya menebak ?

 Apakah kamu bisa menyelesasikan dengan menggunakan cara lain ?

 Apa lagi yang telah kamu coba ?

 Coba tunjukkan masalah sejenis?

 Apakah ini masalah yang lebih mudah?

 Dan lain-lain.

Sedangkan dalam aspek hubungan yang tujuannya adalah untuk mengungkap

apakah siswa melihat hubungan dan mengenali ide utamanya, apakah mereka

mengaitkan masalah dengan masalah serupa yang telah dipelajari terdahulu.

Pertanyaan-pertanyaannya, lebih kurang sebagai berikut

 Apakah ubungan antara yang ini dengan yang itu?

 Apa kesamaannya? Apa perbedaannya?

 Apakah ada polanya?

 Misalnya kita mengabil bagian ini. Akan Jadi apakah sisanya?

 Bagaimana jika kamu memindahkan bagian ini?

(10)

Mengevaluasi portofolio bukanlah suatu tugas yang mudah, sebab tidak

pernah ada dua portopolio yang tepat sama. Hal ini disebabkan individu yang

menyiapkan portopolio tersebut akan mengikutsertakan item-item yang berbeda

sesuai dengan kelebihan yang dimilikinya. Salah satu cara untuk mengevaluasi

portopolio adalah dengan penggunakan rublik. Cara ini menggunakan skala nilai

untuk memberi skor pada item yang mengharuskan murid menjawabnya dalam

bentuk tulisan dengan jawaban yang banyak (open-open item) pada soal yang

diberikan.

Murid bebas menjawab (free response questions) atau terdapat berbagai cara

untuk memperoleh jawaban (Heddens dan Speer dalam Sabandar: 4).

Sabandar mengemukakan salah satu contoh rublik dalam menjawab

open-ended questions sebagai berikut:

Skor Kriteria

4 Lengkap dan kompeten

3 Kompetensi dasar

2 Jawaban parsial

1 Jawaban coba-coba

0 Tidak ada respon

Dengan menggunakan skala tersebut, seseorang individu dapat memperoleh

skor dari 0 sampai 4 untuk suatu item. Hal ini tergantung dari apa yang terdeteksi

oleh guru dalam item tersebut. Skor 3 untuk suatu item dalam rublik ini tidak berarti

menunjukkan 75% indkator terpenuhi. Skor 3 dalam hal ini merupakan suatu

indikator numerik yang menyatakan apa yang dimiliki oleh individu. Rublik lain

mungkin menggunakan skor dari 0 s.d. 2, atau dari 0 s.d. 6, atau 0 s.d. 8, atau bahkan

dari 0 s.d.10.

Portofolio merupakan penilaian secara berkesinambungan

Penilaian portofolio merupakan metode pengumpulan informasi atau data

(11)

1994). Dalam sistem penilaian portofolio, guru membuat file untuk masing-masing

siswa, berisi kumpulan sistematis atas hasil prestasi belajar mereka selama mengikuti

proses pendidikan.

Di dalam file porfolio, guru mengumpulkan bukti fisik dan catatan prestasi

siswa, seperti hasil ulangan, hasil tugas mandiri, serta hasil praktikum. Selain prestasi

akademik, isi file juga dapat dielaborasi dengan lembar catatan prestasi

non-akademik, yakni rekaman profil siswa yang meliputi aspek kerajinan, kerapian,

ketertiban, kejujuran, kemampuan kerja sama, sikap kasih sayang, solidaritas,

toleransi, kedisiplinan, prestasi olahraga, kesenian, kepramukaan, dan lain-lain.

Data yang terkumpul dari waktu ke waktu ini kemudian digunakan oleh guru

untuk menilai dan melihat perkembangan kemampuan serta prestasi akademik siswa

dalam periode tersebut. File portofolio sekaligus akan memberikan umpan-balik

(feedback-loop). Bagi guru, file yang berisi perkembangan prestasi siswa ini akan

memberikan masukan untuk evaluasi proses dalam memperbaiki cara, metode, dan

manajemen pembelajaran di kelas.

Melalui analisa file portofolio guru dapat mengetahui potensi, karakter,

kelebihan, dan kekurangan siswa. Sementara itu, bagi siswa, file ini dapat menjadi

dasar pijakan untuk mengoreksi dan memperbaiki kelemahan serta kekurangannya

dalam proses pembelajaran maupun penguasaannya atas suatu pokok bahasan atau

materi pelajaran tertentu.

Proses terjadinya umpan-balik sangat dimungkinkan karena dalam sistem

penilaian portofolio data yang terekam dalam file tidak hanya dikumpulkan saja

kemudian selesai, namun akan dianalisis secara kolaboratif dengan melibatkan guru,

siswa, dan orangtua murid. Pembicaraan dan pembahasan bersama data portofolio

merupakan conditio sine qua non bagi efektif tidaknya sistem ini. Evaluasi data

melalui pembicaraan secara periodik dengan orangtua siswa sekaligus merupakan

progress report yang akurat tentang kemajuan prestasi belajar siswa serta

(12)

Selain dapat digunakan untuk memantau perkembangan siswa dan

mendiagnosa kesulitan belajar mereka, penilaian portofolio juga banyak memiliki

keunggulan lain. Sistem penilaian yang mulai berkembang di bidang pendidikan sejak

tahun 1990-an ini sangat bermanfaat bagi guru untuk mengevaluasi kebutuhan (need),

minat (interest), kemampuan akademik (abilities), dan karakteristik siswa secara

individual. Hal tersebut penting karena seharusnya dalam suatu sistem atau cara

evaluasi, eksistensi siswa secara individual tidak boleh dieliminasikan sebagaimana

yang sering terjadi dalam tes standar, seperti ebtanas.

Lagi pula, portofolio akan mampu mengembangkan potensi siswa dalam

melakukan self-assessment. Keterampilan menemukan kelebihan dan kekurangannya

sendiri, serta kemampuan untuk menggunakan kelebihan tersebut dalam mengatasi

kelemahannya merupakan modal dasar penting dalam proses pembelajaran.

Memberdayakan Guru

Seperti kata Prof. Suyanto, guru harus diberdayakan agar mereka mau dan

mampu melakukan difusi dan adopsi inovasi (KBK) di sekolah masing-masing. Akan

tetapi dalam sejarah perubahan pendidikan di Indonesia, selalu kurikulum yang

menjadi perhatian utama.

Pengembangan kurikulum yang menjadi andalan perbaikan pendidikan. Tidak

kapok-kapoknya, kurikulum terus yang dipermasalahkan, dan semestinya mengambil

cara lain dalam upaya pembenahan pendidikan itu. Walaupun sudah bertahun-tahun

pembenahan kurikulum yang dijadikan kambing hitam, keprihatinan terhadap

pendidikan tidak kunjung selesai. Rupanya bukan di situlah akar masalahnya.

Kurikulum, dalam persepsi guru-guru sekarang, sekadar sarana, tujuan, bahan ajar,

silabi, dan buku ajar.

Penilaian dan manajemen dipisahkan dari wacana kurikulum. Oleh karena itu,

penulis lebih berpihak pada konsep kurikulum menurut Winatapura (1997) dalam

Suparman (2001). Pada hemat penulis, kurikulum seharusnya diartikan sebagai

(13)

berfokus pada pengguna, karena pendidikan itu untuk pengembangan dan

kemaslahatan manusia.

Jadi, bukan untuk kepentingan lain, seperti model kurikulum teknologi saja,

dan kurikulum rasional akademik untuk perguruan tinggi (Posner [1996] dalam

Suparman [2001]). Dengan pengertian itu, di dalamnya kurikulum itu bukan saja

permasalahan aspek tujuan, topik, bahan ajar, silabi, dan buku, yang biasa lebih

diurus, melainkan bagaimana proses pembelajaran dan pendidikan itu berlangsung.

Maka perhatiannya adalah bagaimana guru-guru itu diberdayakan, seperti

yang diutarakan Prof. Suyanto tadi. Secara khusus, bagaimana profesionalitas guru

dalam melakukan tugasnya, bagaimana kompetensi sosial, akademik, dan profesional

mereka yang menjadi perangkat pendidikan di tingkat pelaksana.

Yang ramai dibahas, disosialisasikan sekarang, dalam wacana informasi

tingkat bawah, adalah KBK dan evaluasi portofolio, sedangkan MBS (manajemen

berbasis sekolah) yang menjadi sentral perubahan dan merupakan sistem pengelolaan

yang disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan baru tidak dianggap strategis.

Padahal, didalamnya ada unsur manajemen kelas, proses pembelajaran dan

pendidikan, yang tentu menyangkut kurikulum dalam arti terbatas itu. Mengapa

evaluasi portofolio yang dianjurkan, mengapa bukan strategi portofolio? Bukankah

evaluasi merupakan implikasi strategi mengajarnya? Dapat dilakukan penilaian

portofolio apabila strategi mengajarnya menghasilkan portofolio.

Bagaimana sebenarnya strategi mengajar yang menghasilkan portofolio itu?

Katakanlah strategi portofolio, strategi yang menghasilkan bukti belajar tuntas

pengembangan kompetensi dan aktualisasi diri peserta didik tingkat sekolah

menengah atau kompetensi rekayasa sosial untuk tingkat mahasiswa (Suparman,

2003: 21).

Pada hemat penulis, justru yang perlu menjadi fokus perhatian adalah

bagaimana memberdayakan guru dan pendidik agar mereka benar-benar profesional

dalam tugasnya. Tentu dengan implikasi bagaimana persyaratannya, seperti

(14)

Guru yang profesional dalam tugasnya adalah guru yang kinerjanya dilandasi

secara benar oleh pengetahuan dan kemahiran mengelola interaksi pembelajaran,

penguasaan bahan ajar (kurikulum), dan kelihaian mengukur proses dan hasil

pembelajaran.

Guru yang mahir mengelola interaksi pembelajaran inklusif menguasai

kurikulum dan mampu memilih bahan ajar yang tepat serta dapat menerapkan

berbagai model dan teknik penilaian. Jadi, fokusnya adalah memberdayakan

guru-guru melalui peningkatan profesionalitas mengajar dan mendidik. Melalui proses

pelatihan, meningkatkan kemahiran pengelolaan kelas sedikit demi sedikit, bertahap,

penguasaan kurikulum dan sistem evaluasinya dapat dilakukan dengan tidak

membuat guru-guru merasa menanggung beban berat.

Perlu dibedakan secara tidak hitam putih, penguasaan pembelajaran menjadi

urusan utama guru-guru, sedangkan kurikulum menjadi urusan utama pengambil

kebijakan pendidikan. Guru-guru sekadar memberikan masukan tentang isi kurikulum

jika bukan demikian, maka "mumetlah" guru-guru dibuatnya.

Secara Profesional

Seperti persyaratan dalam inovasi kurikulum, demikian juga kiranya dengan

inovasi profesi guru mengajar, baik bentuk, isi, maupun strategi sosialisasi model

pembelajaran yang menghasilkan portofolio, perlu memperhatikan lima karakteristik

program yang diinovasikan.

Peringatan itu tetap sangat relevan, yaitu tidak lebih memberatkan guru,

bahkan perlu lebih menyenangkan, konsep dan kegiatannya tidak rumit, tidak jauh

berbeda dari kegiatan pembelajaran yang selama ini biasa dilakukan guru-guru, dan

sosialiasinya dilakukan secara bertahap dan profesional.

Guru-guru perlu difasilitasi untuk melakukan improfisasi pembelajaran.

Mereka sudah dibekali PTK (penelitian atau kajian tindakan kelas). Justru model

kajian ini bertujuan agar guru-guru meningkatkan kemampuannya dalam mengajar.

(15)

pembelajaran, tidak lebih menyulitkan dan lebih banyak menyita waktu serta pikiran

guru-guru.

Model pembelajaran dengan portofolio memang lebih mengaktifkan peserta

didik dan menyenangkan, namun tidak boleh membuat mereka kesulitan, membebani

guru-guru dan orang tua. Disarankan untuk tidak menerapkan model pembelajaran

portofolio yang justru memberatkan semua pihak.

Seperti banyak tugas ekstrakurikuler yang perlu memakan biaya tambahan,

perjalanan yang memakan waktu di luar jam pelajaran, meninggalkan program

kurikulum itu sendiri, adalah model pembelajaran yang memberatkan semua pihak.

Strategi portofolio harus tetap mengacu pada kurikulum, tetap berdasarkan

persiapan yang biasa dibuat guru-guru, tetap dalam kerangka interaksi pembelajaran

seperti biasa di kelas dan di luar kelas, namun menghasilkan bukti belajar tuntas yang

didokumentasikan menjadi bentuk portofolio yang menjadi kebanggaan peserta didik,

sekolah, dan orang tua. Dengan demikian, barulah portofolio dapat digunakan

sebagai sarana evaluasi tuntas.

Kemampuan dan karakteristik peserta didik dapat direkam dan dijadikan

ukuran yang adil dan transparan atas prestasi, prestise, dan aktualisasi diri peserta

didik secara menyeluruh.

Hanya dengan pembinaan dan peningkatan kemampuan pokok profesi guru dalam

mengajar itulah kiranya masalah kualitas proses dan hasil pendidikan sedikit demi

sedikit tetapi pasti dapat dicapai sesuai dengan harapan kita semua.

Dengan evaluasi proses pembelajaran dan peningkatan kemampuan guru

mengajar, pengelola pendidikan di daerah akan berhasil mengemban misi

meningkatkan mutu pendidikan.

Mari kita sambut inovasi pendidikan itu dengan karya nyata yang benar-benar

menyentuh kebutuhan peserta didik, harapan guru-guru, dan kebahagiaan orang tua.

(16)

Portofolio merupakan catatan atau kumpulan hasil karya siswa yang

didokumentasikan secara baik dan teratur. Portofolio dapat berbentuk tugas-tugas

yang dikerjakan siswa, jawaban siswa atas pertanyaan guru, catatan hasil obsevasi

guru, catatan hasil wawancara guru dengan siswa, laporan kegiatan siswa dan

karangan yang dibuat siswa.

Portofolio itu beragam jenisnya, guru dapat mengumpulkannya melalui

banyak cara sesuai dengan tujuan, cara yang akan dipakai, tingkatan siswa ataujenis

kegiatan yang dilakukan. Portofolio angar bermanfaat dalam memberikan informasi

mengenai kemampuan dan pemahaman siswa memberikan gambaran otentik kepada

guru tentang apa yang telah dipelajari siswa kesulitan dan kendala yang dialami siswa

dalam belajar dan jenis bantuan yang diharapkan siswa.

Penilaian portofolio dapat dijadikan alat untuk memvalidasi informasi tentang

pemahaman siswa mengenai suatu konsep. Asesmen portofolio juga dapat membantu

siswa dalam mengkonstruksi rasa tanggungjawab dalam belajar, memonitor diri

sendiri dalam kegiatan belajar, menanamkan kesadaran untuk meningkatkan

kemampuan diri dan membuat argumen-argumen yang logis.

Daftar Pustaka

Budimansyah, Dasim. Model Pembelajaran Portofolio. Bandung: Genesindo. 2003.

Gronlund, Norman E. (1998). Assesment of Student Achievment Sixth Edition. Boston : Allyn and Bacon.

Hamm, Mary & Adams, Dennis. (1991). Portofolio - It's not just forarttists anymore. The Science Teacher. Mei 1999.

Paulson, F Leon, PasrI R & Meyer, Carol A. (1991). What makes a Portofolio ? Eight thoughtful guidelines will help educators encourage self-directed learning. Educational Leadership. February 1991.

(17)

Stenmark, Jean Krr. (1991). Math Portofolio : A New Form of Assessment. Teaching K-8. August/September 1991.

Depag. RI. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Penilaian Berbasis Kelas, (Jakarta: Drjen Kelembagaan Agama Islam. 2003).

Mulyasa. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakeistik dan Impelementasi. (Jakarta: Rosida. 2003).

Muhammad Isnaini, Strategi Pembelajaran Portofolio dan Menyikapi Perubahan Pendidikan. Makalah. (Palembang: Diknas Prov. Sumsel. 2004).

Posner. Curruculum : Needs and Implementation. ( Boston : Allyn and Bacon. 2000).

Suparman. Strategi Pemecahan Kurikulum yang Berkelanjutan. ( Jakarta: Renika Copta. 2001).

Suparman. Hiden Kurikulum sebuah Evaluasi Portopolio. (Yogyakarta: CV. Navila. 2003).

Website www. Yahoo. Com. Assessment Portofolio.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun beberapa faktor di atas adalah bakat mekanik, proses dan hasil belajar pada mata pelajaran SPT dan kompetensi yang diduga erat bisa menentukan kesiapan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dana BSM yang diberikan untuk siswa miskin dan rentang miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka untuk keperluan

dan dapatkan Produk-Produk Fashion Terbaru dengan Harga Grosir dan Eceran. Cukup Daftarkan Email Kamu disini untuk Memenangkan Harga Discount dan info- info Menarik seputar Baju

seluruh SKPD di dalam lingkungan Pemerintah Kota Lubuklinggau berkewajiban untuk menyusun Renstra yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program,

Dalam implementasi kebijakan PATEN ini, terdapat juga kendala yang sering terjadi yaitu: Sumberdaya manusia, berdasarkan hasil wawancara tersebut, diketahui bahwa kendala yang

MEMBUAT PROJECT “JUST

Tingkat capaian indikator kinerja Persentase putusan yang menarik perhatian masyarakat (ekonomi syariah ) yang dapat diakses secara online dalam waktu 1 hari sejak

(2) Penelitian ini bertujuan untuk membuat sebuah Aplikasi Sistem Informasi Persediaan bahan baku dan suku cadang untuk mengatasi beberapa permasalahan pengelolaan