• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TERHADAP FAKTOR FAKTOR YANG MEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS TERHADAP FAKTOR FAKTOR YANG MEM"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROVINSI YOGYAKARTA

DALAM SEKTOR PARIWISATA PERIODE TAHUN 2001 - 2013

DISUSUN OLEH :

1. NISA PUTRI BAGASWATI (20130430193) 2. DINI SWASTIKA NINGTYAS (20130430255) 3. ADITYA ANGGARA (20130430 )

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

FAKULTAS EKONOMI

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pembangunan ekonomi.

Sektor pariwisata adalah salah satu sektor yang paling maju dan dikembangkan di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain terkenal dengan wisata budaya dan adat yang kental karena daerah ini masih bercorak kerajaan yaitu kraton sebagai pusat pemerintahannya, Yogyakarta juga terkenal dengan wisata alam yang indah dengan garis pantai selatan yang cukup luas dan beragam. Wisata belanja dan kuliner di Yogyakarta juga tak kalah terkenalnya. Dengan potensi wisata yang cukup banyak ini tentu dapat meningkatkan potensi ekonomi pada masyarakat dan tentunya pendapatan asli daerah berupa pajak.

Pendapatan daerah yang bersumber pada sektor pariwisata juga terbagi menjadi beberapa bagian yang berbeda, diantaranya pendapatan yang didapat pada obyek wisata, pendapatan dari hotel, retribusi obyek wisata dan pajak dari wisatawan baik domestik maupun internasional itu sendiri.

Pendapatan obyek wisata merupakan sumber penerimaan obyek pariwisata yang berasal dari retribusi karcis masuk, retribusi parkir dan pendapatan lain-lain yang sah. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui dampak pariwisata terhadap perekonomian daerah dan faktor penentu tingginya tingkat perekonomian daerah adalah melalui berkembangnya pendapatan obyek pariwisata yang diterima masing-masing daerah tersebut. Dimana hal ini dapat menggambarkan situasi perekonomian yang layak dan setiap perjalanan pariwisata akan menguntungkan bagi sisi perekonomian dari suatu daerah yang dikunjungi. Dalam hal ini biasanya kondisi perekonomian di Daerah Istimewa Yogyakarta cukup baik dan berimbas ke Pendapatan yang tentunya akan meningkat.

(3)

jumlah hotel dengan jenis dan tipe yang bermacam , mulai dari tipe melati sampai berbintang pada saat musim liburan sangat dipadati oleh wisatawan. Tentu saja hal ini semakin menambah potensi pendapatan yang tinggi pula.

Dari uraian diatas, maka terdapat beberapa faktor yang akan kami teliti bagaimana pengaruhnya terhadap pendapatan asli daerah propinsi Yogyakarta. Diantaranya, besar pajak hotel, besarnya retribusi dan jumlah wisatawan yang datang tiap tahunnya yang ada di propinsi Yogyakarta.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Yogyakarta.

1.2.2 Bagaimana pengaruh Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Yogyakarta.

1.2.3 Bagaimana pengaruh Retribusi Obyek Wisata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Yogyakarta.

1.2.4 Bagaimana pengaruh Jumlah Wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Yogyakarta.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan asli daerah DIY dalam sektor pariwisata.

1.3.2 Untuk mengetahui pengaruh Pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Yogyakarta.

1.3.3 Untuk mengetahui pengaruh Jumlah Retribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Yogyakarta.

1.3.4 Untuk mengetahui pengaruh Jumlah Wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Yogyakarta.

1.3.5 Untuk mempublikasikan secara meluas kepada masyarakat dan kalangan yang membutuhkan tentang bagaimana sektor pariwasata berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Yogyakarta.

(4)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Konsep Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menurut Mardiasmo (2002:132), “pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengeloalaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah”.

Menurut Samsubar Saleh (2003) pendapatan daerah merupakan suatu komponen yang sangat menentukan berhasil tidaknya kemandirian pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka otonomi daerah saat ini. Salah satu komponen yang sangat diperhatikan dalam menentukan tingkat kemandirian daerah dalam rangka otonomi daerah adalah sektor Pendapatan Asli Daerah.

Menurut Mangkosubroto (2001) menyatakan bahwa pada umumnya penerimaan pemerintah diperlukan untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Pada umumnya penerimaan pemerintah dapat dibedakan antara penerimaan pajak dan bukan pajak. Penerimaan bukan pajak, misalnya adalah penerimaan pemerintah yang berasal dari pinjaman pemerintah, baik pinjaman yang berasal dari dalam negeri maupun pinjaman pemerintah yang berasal dari luar negeri.

Menurut Halim (2004:67) pendapatan asli daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Menurut pasal 6 UU No. 33 Tahun 2004 ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak. Pendapatan Asli Daerah sendiri terdiri atas : pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan, serta lain-lain PAD yang sah.

Klasifikasi PAD yang terbaru berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 terdiri dari: Pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

(5)

Menurut Siagian (2000), dalam bukunya yang berjudul Pajak Daerah Sebagai Keuangan Daerah, pajak daerah dapat didefinisikan sebagai pajak Negara yang diserahkan kepada daerah dan dinyatakan sebagai pajak daerah dengan undang-undang. Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 pajak daerah didefinisikan sebagai iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan daerah dan pembangunan daerah.

Menurut Yani (2008) pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Pajak daerah, sebagai salah satu pendapatan asli daerah diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, daerah mampu melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Meskipun beberapa jenis pajak daerah sudah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, daerah kabupaten/kota diberi peluang dalam menggali potensi sumber-sumber keuangannya dengan menetapkan jenis pajak selain yang telah ditetapkam, sepanjang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat.

Jenis-jenis pajak daerah untuk kabupaten/kota menurut Kadjatmiko (2002:77) antara lain ialah: pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian golongan C, dan pajak parkir.

(6)

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, juga menetapkan ketentuan-ketentuan pokok yang memberikan pedoman kebijakan dan arahan bagi daerah dalam pelaksanaan pemungutan pajak dan retribusi, sekaligus menetapkan pengaturan untuk menjamin penerapan prosedur umum Perpajakan Daerah dan Retribusi Daerah.

2.1.1.2 Retribusi Daerah

Menurut Yani (2008) retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/ atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi daerah, sebagaimana halnya pajak daerah merupakan salah satu pendapatan asli daerah, diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Daerah kabupaten/kota diberi peluang dalam menggali potensi sumber-sumber keuangannya dengan menetapkan jenis retribusi selain yang telah ditetapkan, sepanjang memenuhi criteria yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat.

Kemudian menurut Saragih (2003) retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemda untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Menurut Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah menyebutkan bahwa retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau golongan.

Dari beberapa teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa retribusi daerah adalah pungutan daerah yang dilakukan oleh pemerintah daerah terhadap setiap orang atau badan yang memperoleh fasilitas-fasilitas atau tempat penggunaan atau mendapat jasa yang telah disediakan oleh pemerintah daerah baik secara langsung maupun tidak langsung. Retribusi untuk kabupaten/kota dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

(7)

2. Retribusi untuk kabupaten/kota ditetapkan sesuai jasa/pelayanan yang diberikan oleh masing-masing daerah, terdiri dari: 13 jenis retribusi jasa usaha (Kadjatmiko,2002:78).

Jenis pendapatan retribusi untuk kabupaten/kota meliputi objek pendapatan adalah : retribusi pelayanan parkir ditepi jalan umum, retribusi pelayanan pasar, retribusi jasa usaha pasar grosir atau pertokoan, retribusi jasa usaha tempat khusus parkir, retribusi jasa usaha tempat penginapan/pesanggrahan/villa, retribusi jasa usaha tempat rekreasi dan olah raga, dan lain-lain.

2.1.1.3 Jumlah Wisatawan dalam Meningkatkan Penerimaan Daerah Sektor Pariwisata

Menurut Soekadijo (2001) wisatawan adalah orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya, atau hanya untuk sementara waktu tinggal ditempat yang didatanginya. Mereka yang dianggap sebagai wisatawan adalah orang yang melakukan kesenangan, karena alasan kesehatan dan sebagainya: orang yang melakukan perjalanan untuk pertemuan-pertemuan atau dalam kapasitasnya sebagai perwakilan (ilmu pengetahuan, administrasi, diplomatik, keagamaan, atlit dan alasan bisnis) (Foster, D 1987, dalam Sukarsa 1999).

Secara teoritis dalam Austriana (2005) semakin lama wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak pula uang yang dibelanjakan di daerah tujuan wisata tersebut. Dengan adanya kegiatan konsumtif baik dari wisatawan mancanegara maupun domestik, maka akan memperbesar pendapatan dari sektor pariwisata suatu daerah. Oleh karena itu, semakin tingginya arus kunjungan wisatawan, maka pendapatan sektor pariwisata di suatu daerah juga akan semakin meningkat.

(8)

2.1.1.4 Hubungan antara Jumlah Wisatawan terhadap Penerimaan Daerah di Sektor Pariwisata

Pada dasarnya wisatawan ingin melihat sesuatu yang jarang, unik dan indah. Kebutuhan inilah yang akan mendorong pengembangan kreasi, penggalian, pemeliharaan atau pagelaran seni yang baik. Dari pengembangan seni budaya inilah yang pada mulanya menimbulkan adanya keuntungan ekonomi akan lebih menjurus kearah perkembangan jumlah daripada mutu yang baik maka seni budaya dengan mutu yang baik akan tetap menonjol dan tidak tenggelam.

Salah satu upaya untuk meningkatkan penerimaan daerah yaitu dengan mengoptimalkan potensi dalam sektor pariwisata. Keterkaitan industri pariwisata dengan penerimaan daerah berjalan melalui jalur PAD dan bagi hasil pajak/bukan pajak. Menurut Tambunan yang dikutip oleh Badrudin (2001), bahwa industri pariwisata yang menjadi sumber PAD adalah industri pariwisata milik masyarakat daerah (Community Tourism Development atau CTD). Dengan mengembangkan CTD pemerintah daerah dapat memperoleh peluang penerimaan pajak dan beragam retribusi resmi dari kegiatan industri pariwisata yang bersifat multisektoral, yang meliputi hotel, restoran, usaha wisata, usaha perjalanan wisata, profesional convention organizer, pendidikan formal dan informal, pelatihan dan transportasi.

(9)

Konsumsi wisatawan di suatu daerah merupakan penggerak ekonomi pariwisata daerah tersebut. Hotel, restoran dan rumah makan, perdagangan cinderamata, dan kegiatan penunjang wisata lainnya akan menjadi hidup dengan konsumsi yang dilakukan oleh wisatawan terhadap produk-produk tersebut. Selalu yang diharapkan nilai konsumsi ini terus meningkat sehingga ekonomi pariwisata semakin berkembang. Jumlah wisatawan yang terus meningkat dibarengi dengan peningkatan nilai konsumsi wisatawan merupakan kondisi ideal yang sangat diharapkan. Kedua hal tersebut akan lebih memacu pertumbuhan ekonomi pariwisata di suatu daerah. Peningkatan jumlah wisatawan tanpa dibarengi dengan peningkatan konsumsinya akan kurang bermakna, demikian juga sebaliknya.

3.1 Kerangka Pikir

Pengembangan potensi pariwisata mampu memberikan dampak positif dengan adanya perubahan yang besar dalam kehidupan masyarakat. Secara ekonomi pariwisata memberi dampak pada perluasan lapangan usaha dan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan perkapita dan peningkatan devisa negara.

Kegiatan pemenuhan kebutuhan wisatawan akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Berkaitan dengan itulah kunjungan wisatawan , mempunyai dampak ekonomi kepada daerah tujuan wisata yang didatangi baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung adalah dengan adanya kunjungan wisatawan, maka akan menciptakan permintaan terhadap fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan jasa industri pariwisata, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan perkapita daerah sehingga jumlah penerimaan daerah sektor pariwisata juga akan meningkat. Dampak tidak langsung adalah perkembangan di bidang pariwisata akan meningkatkan juga di sektor-sektor lainnya.

(10)

3.2 Hipotesis

3.2.1 Diduga Pajak Hotel berpengaaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Yogyakarta.

3.2.2 Diduga Retribusi Obyek Wisata berpengaaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Yogyakarta.

3.2.3 Diduga Jumlah Wisatawan berpengaaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Yogyakarta.

PAJAK HOTEL

RETRIBUSI OBYEK WISATA PAD YOGYAKARTA

(11)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

1. Metodologi

Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory research). Data-data sekunder tersebut berasal dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Pariwisata Propinsi Yogyakarta.

Sumber data dari penelitian ini adalah dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Pariwisata Propinsi Yogyakarta. Adapun objek penelitian yang diteliti adalah pengaruh Pajak Hotel, Retribusi Objek Wisata dan Jumlah Wisatawan terhadap Pendapat Asli Daerah (PAD) sektor pariwisata. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Regresi berganda adalah metode analisis yang tepat ketika penelitian melibatkan satu variabel terikat yang diperkirakan berhubungan dengan satuatau lebih variabel bebas. Analisis regresi berganda adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk mendefinisikan hubungan matematis antaravariabel dependen (Y) dengan satu atau beberapa variabel independen (X) . Hubungan matematis digunakan sebagai suatu model regresi yang digunakan untuk meramalkan atau meprediksi nilai (Y) berdasarkan nilai (X) tertentu. Dengan analisis regresi akandiketahui variabel independen yang benar- benar signifikan mempengaruhi variabel dependen dan dengan variabel yang signifikan tadi dapat meramalkan atau memprediksi nilai variabel independen.

Agar dapat mengetahui seberapa jauh pengaruh Pengangguran dan PDB terhadap tingkat kemiskinan yang terjadi di Indonesia, digunakan analisa regresi berganda. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Y = βo + β1 X1 + β2X2 + β3X3 εt

(12)

Keterangan :

Y : PAD = Jumlah pendapatan asli daerah dari sektor pariwisata (Juta)

βo = Konstanta

Referensi

Dokumen terkait

Merupakan training program efikasi diri yang dibuat secara terstruktur pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialsis untuk meningkatkan

KONTRIBUSI POWER TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN DINAMIS TERHADAP HASIL DRIBBLE-SHOOT DALAM PERMAINAN FUTSAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

SOP PROSEDUR PENGGUNAAN SENJATA API SOP PROSEDUR PENGHENTIAN PENYIDIKAN SOP PROEDUR PELAKSANAAN GELAR PERKARA SOP PROSEDUR PEMANGGILAN. SOP PROSEDUR PEMERIKSAAN SAKSI+AHLI+TERSANGKA

dalam konteks pemikiran bahwa, Muhammad adalah tokoh historis yang harus dikaji dengan kritis, (sehingga tidak hanya menjadi mitos yang dikagumi saja, tanpa

Manfaat dari pratikum hubungan panjang dan berat ini adalah kita dapat mengetahui hubungan panjang dan berat pada ikan, maka akan memudahkan nelayan dalam melakukan penangkapan

Strategi pelaksanaan pengelolaan hutan di wilayah KPHP unit II Kabupaten Bolaang Mongondow yang perlu dilakukan berupa pemeliharaan daerah tangkapan air untuk menjamin

Pada field pemilihan obat kemudian dipilih obat dan bentuk sediaan obat, field ini akan langsung terintegrasi dengan database obat untuk mendapatkan fraksi ekskresi

Barang siapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan dating membawa apa yang dikhianatkannya itu, kemudian tiap- tiap diri akan