• Tidak ada hasil yang ditemukan

31 HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GASTRITIS DENGAN SIKAP DIET PADA PENDERITA GASTRITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "31 HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GASTRITIS DENGAN SIKAP DIET PADA PENDERITA GASTRITIS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GASTRITIS DENGAN SIKAP DIET

PADA PENDERITA GASTRITIS

Anas Tamsuri*, Andika Setiawan.**

*) Dosen Akper Pamenang Pare **) Perawat Puskesmas Pare

Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering mengganggu saluran pencernaan yang paling sering terjadi. Gastritis bisa menyebabkan kematian apabila terjadinya komplikasi pada alat pencernaan yang lain. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang gastritis dengan sikap diet pada penderita gastritis di Pondok Pesantren Trisula Al–Mustamar .

Desain penelitian yang digunakan adalah analitik cross sectional. Populasi berjumlah 30 orang dengan sampel 28 responden. Pengambilan sampel dengan menggunakan rumus dan teknik simple random sampling. Serta pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisa data dilakukan dengan editing, coding, scoring, tabulating, dan uji korelasi.

Dari hasil uji korelasi Spearman Correlation didapatkan besar korelasi 0,815 dengan signifikansi 0,000 lebih besar dari =0,05 berarti terdapat hubungan yang sangat kuat sekali antara pengetahuan dan sikap diet pada penderita gastritis. Sehingga pengetahuan yang baik selalu membentuk sikap seseorang menjadi positif dibandingkan dengan yang berpengetahuan kurang.

Peran perawat sebagai educator tentang informasi gastritis dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan penderita gastritis sehingga jika pengetahuannya meningkat maka akan membentuk sikap yang positif dalam melaksanakan diet gastritis.

Kata Kunci : Pengetahuan penderita gastritis, Sikap diet penderita gastritis, Gastritis

LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum banyak tertangani, di lain pihak telah terjadi peningkatan kasus penyakit-penyakit tidak menular (PTM) yang banyak disebabkan oleh gaya hidup karena urbanisasi, modernisasi, dan globalisasi. Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan sebagai penyakit tidak menular yang sering mengganggu saluran pencernaan yang paling sering terjadi. Sikap diet yang tidak teratur, makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit gastritis. Sedangkan salah satu penentuan sikap adalah pengetahuan. Data yang di himpun departemen kesehatan RI, walaupun gastritis terkesan sebagai penyakit ringan, namun angka kejadiannya cukup banyak ( Gustin, 2011 ).

Menurut Budiana, 2006 dalam Icha, 2012, mengatakan bahwa Gastritis merupakan kasus terbesar di seluruh dunia dan bahkan di perkirakan

(2)

dimaksut dengan gastritis/maag dan dalam kesehariannya tidak melakukan diet makanan bagi penderita gastritis. Gastritis terkesan sebagai penyakit ringan akan tetapi kadang bisa menyebabkan kematian apabila sudah kronis sehingga menyebabkan terjadinya komplikasi pada alat pencernaan yang lain ( Gustin, 2011 ). Komplikasi yang bisa terjadi adalah perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematemisis dan melena,yang berakhir dengan syock hemoragik (Ardiansyah, 2012).

Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme perlindung dalam lambung mulai berkurang sehingga mengakibatkan kerusakan dinding lambung yang menyebabkan cairan lambung yang sangat asam bersentuhan langsung dengan dinding lambung sehingga menimbulkan peradangan (inflamasi). Kerusakan ini bisa disebabkan oleh gangguan kerja fungsi lambung, gangguan struktur anatomi yang bisa berupa luka, atau tumor, jadwal makanan yang tidak teratur, konsumsi alkohol atau kopi yang berlebih, gangguan stres, merokok, pemakaian obat penghilang nyeri dalam jangka panjang dan secara terus menerus, stres fisik, infeksi bakteri Helicobakter pylori (Sarasvati dkk, 2010). Terlalu banyak makan makanan yang yang pedas dan asam serta pola makan tidak teratur juga dapat menyebabkan penyakit gastritis, bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium (Gustin,R.K, 2011). Sedangkan dalam kebiasaan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap. Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek. Salah satu penentuan sikap adalah pengetahuan. Pada hakekatnya pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2007).

Dalam melakukan proses keperawatan kepada penderita gastritis, perawat dapat mengkaji tingkat pengetahuan penderita tentang gastritis dan diet bagi penderita gastritis. Diet yang dianjurkan adalah mengatur pola makan, mengkonsumsi makanan yang kaya serat. Sedangkan yang perlu dihindari karena dapat menyebabkan iritasi pada lapisan

lambung dan meningkatkan produksi asam lambung diantaranya: kafein, nikotin, bumbu pedas, alkohol (Brunner dan Suddarth, 2002). Dan menurut Sarasvati dkk, 2010 penderita gastritis dianjurkan makan dalam porsi kecil tetapi sering minimal setiap dua jam sekali menghindari makanan yang bersuhu panas, sebab dikhawatirkan dapat melukai usus. Serta membatasi makanan yang tinggi gula karena dapat memicu sekresi asam. Dan diharapkan responden dapat meningkatkan pengetahuannya dengan harapan dapat menjadi sikap yang positif, hal ini bisa dengan cara mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh petugas kesehatan maupun dapat juga mencari informasi melalui media massa maupun media elektronik dan orang – orang disekitarnya.

Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk

meneliti tentang ”Hubungan Pengetahuan Tentang

Gastritis dengan Sikap Diet pada Penderita Gastritis Di Pondok Pesantren Trisula Al - Mustamar Desa Jombangan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun

2013”

Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas rumusan masalah yang di kemukakan dalam penelitian ini adalah dengan pertanyaan masalah yaitu Apakah ada hubungan pengetahuan tentang gastritis dengan sikap diet pada penderita gastritis di Pondok Pesantren Trisula Al -Mustamar Desa Jombangan Kecamatan Pare Kabupaten

Kediri Tahun 2013?”

Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan tentang gastritis dengan sikap diet pada penderita gastritis di Pondok Pesantren Trisula AL-Mustamar Desa Jombangan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2013. 2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan tentang gastritis pada penderita gastritis di Pondok Pesantren Trisula AL-Mustamar Desa Jombangan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2013. b. Mengidentifikasi sikap diet penderita gastritis di

Pondok Pesantren Trisula AL-Mustamar Desa Jombangan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2013.

(3)

Jombangan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2013.

Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desain penelitian analitik cross Sectional jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat.

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien gastritis di Pondok Pesantren Trisula Al-Mustamar. Populasi bulan Oktober Tahun 2012 sebanyak 30 pasien.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.dan jumlah sampel sesuai rumus adalah 28 responden.

Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah Simple- Random Sampling yaitu tehnik pemilihan sampel secara sederhana dimana setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sample. Anggota populasi diundi untuk kemudian diambil secara acak hingga jumlah sample yang diharapkan terpenuhi.

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang gastritis dengan sikap diet pada pasien gastritis dengan analisa diskriptif dengan menggunakan Crosstab (tabulasi silang). Kemudian dilakukan uji statistik inferensial non parametrik dengan Uji korelasi spearman correlation yang digunakan untuk data ordinal juga untuk menganalisis sample yang hasilnya akan digeneralisasikan untuk populasi tempat sample diambil.

Dalam melakukan Uji korelasi Spearman Correlation peneliti menggunakan tingkat signifikansi ( penetapan derajat kesalahan ) secara umum bagi bidang kesehatan yaitu derajat

kesalahan α = 0,05. Nilai ini menunjukkan bahwa

kemungkinan menerima hipotesis null yang seharusnya ditolak sebesar 5%. Derajat kesalahan ini digunakan sebagai wujud pernyataan bahwa peneliti tidak memiliki kebenaran mutlak dan mungkin mengalami kesalahan. Kemudian secara statistik, derajat kesalahan ini nantinya digunakan untuk memutuskan hasil perhitungan statistik dari data apakah masuk kategori hipotesis atau tidak dengan kriteria nilai hubungan sebagai berikut:

Jika nilai yang diperoleh :

1. 0–0,2 = hubungan sangat lemah 2. 0,21–0,4 = hubungan lemah 3. 0,41–0,6 = hubungan kuat 4. 0,61–0,8 = hubungan sangat kuat 5. 0,81–100 = hubungan sangat kuat sekali.

Hasil Penelitian

1. Pengetahuan tentang Gastritis

Diagram 1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan tingkat pengetahuan tentang Gastritis pada penderita Gastritis di Pondok Pesantren Trisula Al-Mustamar Desa Jombangan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2013.

Berdasarkan Diagram diatas menunjukkan bahwa dari 28 responden yang diteliti, diddiataapatkan 11 responden (39%) berpengetaahuan baik, 9 responden (32%) berpengetahuan cukup dan 8 responden (29%) berpengetahuan kurang

2. Sikap Diet Gastritis

(4)

Penderita Gastritis di Pondok Pesantren Trisula Al - Mustamar Desa Jombangan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2013.

Berdasarkan Diagram diatas menunjukkan bahwa dari 28 responden yang diteliti, didapatkan 18 responden (64%) sikap diet positif dan 10 responden (36%) sikap diet negatif.

3. Hubungan Pengetahuan tentang Gastritis dengan Sikap Diet Gastritis

Tabel 1. Distribusi Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan tentang Gastritis dengan Sikap Sikap Diet Gastritis pada Penderita Gastritis Pondok Pesantren Trisula Al-Mustamar Desa Jombangan Kecamatan Pare Kabupaten KediriTahun 2013

Sikap

Positif Negatif Total Pengetahuan Baik 11 0 11

% 39.3% .0% 39.3% Cukup 7 2 9

% 25.0% 7.1% 32.1% Kurang 0 8 8

% .o% 28.6% 28.6%

Total 18 10 28

% 64.3% 35.7% 100%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 11 responden (39%) yang berpengetahuan baik semua sikap dietnya positif; dan dari 9 responden (32,1%) yang berpengetahuan cukup terdapat 7 responden (25%) dengan sikap diet positif dan 2 responden (7.1%) dengan sikap diet negatif; sedangkan dari 8 responden (28.6%) yang berpengetahuan kurang semua sikap dietnya negatif.

Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman Correlation didapatkan besar korelasi 0,815 dengan signifikansi 0,000 lebih besar dari

=0,05 berarti terdapat hubungan yang sangat

kuat sekali antara pengetahuan dan sikap diet

pada Penderita Gastritis Pondok Pesantren Trisula Al-Mustamar Desa Jombangan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2013.

Pembahasan

1. Tingkat Pengetahuan tentang Gastritis pada Penderita Gasstritis

Berdasarkan Diagram 1 menunjukkan bahwa dari 28 responden yang diteliti, didapatkan 11 responden (39%) berpengetahuan baik, 9 responden (32%) berpengetahuan cukup dan 8 responden (29%) berpengetahuan kurang.

Menurut Notoadmojo (2003), pengetahuan adalah

merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi setelah melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperolah melalui mata dan telinga.

Menurut Nursalam, Siti Pariani (2001), “salah

satu yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan, bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan baik pula pengetahuannya sehingga dapat dilihat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan mudah dalam menerima informasi sehingga

makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki”.

Dari uraian diatas peneliti berpendapat tingkat pendidikan seseorang turut menentukan mudah tidaknya seseorang dalam menerima pengetahuan yang masuk. Semakin tinggi pendidikan responden maka pengetahuan responden tentang gastritis juga tinggi. Hal ini didukung dari hasil penelitian responden yang memiliki pendidikan tinggi semakin tinggi pula pengetahuannya tentang gastritis. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah. Peningkatan pengetahuan tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi juga bisa melalui pendidikan non formal. Hal ini dibuktikan bahwa meskipun responden berpendidikan rendah, tetapi ada pengetahuan responden juga baik dikarenakan mereka ikut acara penyuluhan dilingkungan sekitarnya.

(5)

akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya (Nursalam, 2001). Menurut Notoadmojo (2005), salah cara tradisional yang dapat dilakukan untuk memperoleh pengetahuan adalah berdasarkan pengalaman pribadi. Pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Dari pernyataan tersebut peneliti berpendapat bahwa banyak responden yang sudah memiliki pengalaman tentang gastritis yang bisa diperoleh dari keluarganya sendiri atau orang lain. Hal ini didukung dengan pernyataan para responden pada saat pengumpulan data yang mengatakan bahwa gatritis sudah tidak asing karena disekitar mereka banyak orang yang sedang mengalami gastritis, baik keluarga sendiri maupun orang lain. Mulai dari penderita gastritis yang rutin kontrol ke puskesmas, mengurangi makanan pedas dan asam, sehingga menumbuhkan rasa keingintahuan responden terhadap mereka dengan cara bertanya – tanya tentang gastritis. Maka dari pengalaman orang– orang sekitarnya responden dapat pengetahuan tentang gastritis.

Selain itu, pengetahuan dapat diperoleh seseorang dari informasi melalui media massa. Faktor media massa tersebut meliputi : bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku –buku yang ada disekeliling kita (Soemanto, 2006). Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian yang menyatakan dari sebagian responden yang pernah mendapatkan informasi paling banyak mendapatkan informasi melalui media cetak (46%). Peneliti berpendapat bahwa informasi juga dapat mempengaruhi pengetahuan. Hal ini dikarenakan informasi tentang gastritis dapat diperoleh responden melalui media elektronik misalnya acara radio dan TV yang membahas kesehatan terutama gastritis, media cetak misalnya majalah kesehatan, koran, buku –buku kesehatan dan lain–lain tentang gastritis dengan catatan para responden memiliki minat lebih untuk membaca. Selain itu, teman juga berpengaruh memberikan informasi karena menurut responden dari hasil interaksi dengan teman – temannya baik dalam keadaan formal

maupun informal mereka dapat saling bertukar pikiran tentang gastritis. Yang paling penting adalah informasi tentang gstritis didapatkan langsung oleh responden dari petugas kesehatan. Akan tetapi dalam hal ini penderita gastritis tidak harus selalu ke tempat pelayanan kesehatan, karena petugas kesehatan juga memberikan penyuluhan gastritis pada masyarakat. Oleh karena itu untuk meningkatkan pengetahuan responden dapat mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh petugas kesehatan maupun dapat juga mencari informasi melalui media massa maupun media elektronik dan orang–orang disekitarnya. 2. Sikap Diet gastritis pada Penderita Gastritis

Berdasarkan Diagram 2 menunjukkan bahwa dari 28 responden yang diteliti, didapatkan 18 responden (64%) memiliki sikap diet positif dan 10 responden (36%) memiliki sikap diet negatif.

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologi yang dihadapinya. Diantaranya berbagai faktor yang mempengaruhi pembentikan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianganggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebanyak (61%) responden berpendidikan terakhir SMP. Dan sebagian kecil 5 responden (18%) dengan pendidikan terakhir SD.

(6)

kecenderungan atau predisposisi untuk bertindak terhadap objek tersebut.

Berdasarkan uraian diatas peneliti berpendapat, lembaga pendidikan merupakan faktor terpenting dalam pembentukan sikap. Melalui pendidikan akan membuka wawasan dan menambah pengetahuan seseorang sehingga dapat terbentuk sikap. Diharapkan seseorang yang mempunyai pendidikan akan mudah menentukan sikap secara tegas tanpa ragu-ragu. Melalui pendidikan, responden akan semakin mudah menerima informasi dan banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sehingga pendidikan dapat menunjang perkembangan sikap responden dalam melaksanakan diet gastritis. Apabila terdapat suatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya responden akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya agar sikap yang dihasilkan merupakan sikap positif dan sikap itu nantinya akan diharapkan membawa pada hasil yang diinginkan. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian, semakin tinggi pendidikan responden semakin positif pula sikap diet gastritisnya.

Pada dasarnya pendidikan tidak hanya diperoleh dari bangku sekolah saja, melainkan dapat mencari pengetahuan atau informasi tambahan dapat diperoleh dari keluarga dan lingkungan sekitar apalagi dengan ditunjang kemajuan tekhnologi yang sudah modern seperti saat ini. Dapat diketahui bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir melainkan dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman individu sepanjang perkembangan hidupnya dan sikap seseorang tidak bisa terlepas dari pengalaman yang sudah dilewatinya, sehingga dengan adanya pengalaman ini, akan membuat penderita gastritis dapat mengingat kembali pengalaman yang sudah dihadapi pada masa lalu atau dengan melihat keberhasilan dari pengalaman orang lain. Oleh karena itu diharapkan responden dapat meningkatkan pengetahuannya dengan harapan dapat menjadi sikap yang positif, hal ini bisa dengan cara mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh petugas kesehatan maupun dapat juga mencari informasi melalui media massa maupun media elektronik dan orang – orang disekitarnya.

3. Hubungan Pengetahuan tentang Gastritis dengan Sikap Diet pada Penderita Gastritis

Berdasarkan tabel 1 diatas diketahui bahwa dari 11 responden (39%) yang berpengetahuan baik semua sikap dietnya positif; dan dari 9 responden (32,1%) yang berpengetahuan cukup terdapat 7 responden (25%) dengan sikap diet positif dan 2 responden (7.1%) dengan sikap diet negatif; sedangkan dari 8 responden (28.6%) yang berpengetahuan kurang semua sikap dietnya negatif.

Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman Correlation didapatkan besar korelasi 0,815 dengan signifikansi 0,000 lebih besar dari =0,05 berarti terdapat hubungan yangsangat kuat sekali antara pengetahuan dan sikap diet pada Penderita Gastritis Pondok Pesantren Trisula Al-Mustamar Desa Jombangan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2013. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang baik selalu membentuk sikap seseorang menjadi positif dan sebaliknya bagi yang berpengetahuan kurang.

Menurut Azwar sikap seseorang itu dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah pengetahuan hal ini dikarenakan pengetahuan memberikan persepsi kepada seseorang untuk bersikap sesuai dengan tingkat pengetahuan dari seseorang tersebut.

Menurut peneliti adanya hubungan antara pengetahuan tentang gastritis dengan sikap diet gastritis, menunjukkan bahwa pengetahuan

berpengaruh terhadap sebagian besar sikap seseorang. Semakin tinggi pengetahuan seseorang maka semakin positif juga sikap seseorang tersebut. Sebab, pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan, usia, pengalaman, dan informasi. Hal ini didukung dari hasil penelitian responden yang memiliki pendidikan tinggi semakin baik pula pengetahuan responden tentang gastritis. Semakin cukup umur, maka kematangan dan pengalaman jiwa seseorang terbentuk. Begitu juga dengan pengalaman dan informasi yang saling berhubungan. Seseorang mendapatkan informasi dari media elektronik, media cetak, teman ataupun dari tenaga kesehatan tentang gastritis dapat dijadikan sebagai pengalaman untuk diri responden selain dari pengalaman pribadi yang pernah dilakukan.

(7)

mudah menerima informasi dan banyak pula pengetahuan yang dimiliki ksehingga pendidikan dapat menunjang perkembangan sikap responden dalam menghadapi respon tentang diet gastritis. Sehingga dapat menjadikannya suatu pengalaman dalam bersikap.

Untuk itu upaya yang harus dilakukan adalah pelayanan kesehatan harus mampu memberi penyuluhan kesehatan tidak hanya mengenai gastritis melainkan juga sikap diet bagi penderita gastritis.

Kesimpulan

1. Pengetahuan tentang Gastritis pada Penderita Gastritis di Pondok Pesantren Trisula Al-Mustamar Desa Jombangan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2013 didapatkan data bahwa banyak responden berpengetahuan baik yaitu 11 responden (39%). Hal ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah pendidikan, usia, pengalaman dan informasi.

2. Sikap Diet Gastritis di Pondok Pesantren Trisula Al-Mustamar Desa Jombangan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2013 didapatkan data bahwa banyak responden memiliki sikap yang positif yaitu 18 responden (61%). Hal ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah lembaga pendidikan dan pengalaman pribadi.

3. Dari hasil uji korelasi Spearman Correlation didapatkan besar korelasi 0,815 dengan signifikansi 0,000 lebih besar dari=0,05 berarti terdapat hubungan yang sangatkuat sekali antara pengetahuan dan sikap diet pada penderita gastritis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang baik selalu membentuk sikap seseorang menjadi positif dibandingkan dengan yang berpengetahuan kurang pada Penderita Gastritis Pondok Pesantren Trisula Al-Mustamar Desa Jombangan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2013.

Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Disarankan untuk lebih melengkapi buku referensi yang ada diperpustakaan dengan

buku.yang terbaru sehingga dapat digunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

2. Bagi Responden

Diharapkan responden dapat meningkatkan pengetahuannya dengan cara mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh petugas kesehatan maupun dapat juga mencari informasi melalui media massa maupun media elektronik dan orang–orang disekitarnya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Perbanyak referensi dalam melakukan penelitian dan gunakan alat ukur penelitian yang validitasnya terjamin jika memungkinkan.Untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal diharapkan responden adalah orang – orang yang benar–benar dipilih dengan seleksi sebaik mungkin dan dapat menggeneralisasi.

4. Bagi Lokasi Penelitian

Dapat lebih memperhatikan jadwal dan pola kebiasaan santrinya terutama dalam hal diit makanan untuk mencegah terjadinya gastritis dan membantu memenuhi diet makanan santri yang mengalami gastritis sesuai dengan kebutuhannya.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. (2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika

Ardiansyah, Muhammad. (2012). Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: EGC

Arikunto,S.(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed. Revisi 2010.Jakarta : PT Rineka Cipta

Azwar, S.(2009). Sikap Manusia : Teori dan Pengukuran, Ed. 2.Yogyakarta : Pustaka Pelajar Brunner, Suddarth.(2002). Buku Ajar Keperawatan

Medikal Bedah, Ed. 8.Jakarta: EGC

Gustin, R.K.(2011). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gastritis Pada Pasien Yang Berobat Jalan Di Puskesmas Gulai Bancah Kota Bukit Tinggi Tahun

(8)

Jurnal_Penelitian.pdfwww.library.upnvj.ac.i d/pdf/2s1keperawatan /205312047/bab1.pdf ( Diunduh tanggal 21 September 2012) Hartono, Andri. (2006). Terapi Gizi dan Diet

Rumah Sakit Ed, 2 . Jakarta: EGC Icha.(2012). Penyakit Gastritis.

http://notemrspooh.blogspot.com/2012/03/ penyakit-gastritis.html ( Download tanggal 21 September 2012 )

Jusup, Lenny. (2010). Fit for life: masakan enak dan lezat untuk penderita gastritis (tukak lambung/maag). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Notoatmodjo, S.(2005).Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2005). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Notoatmodjo, S.(2007).Ilmu Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni.Jakarta : PT. Rineka Cipta

Nursalam dan Pariani,S. (2001). Pendekatan Praktek Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam.(2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Sarasvati dkk.(2010). Cara Holistik dan Praktis Atasi Maag. Jakarta:Pt Bhuana

Tamsuri, Anas. (2006). Buku Ajar Riset Keperawatani, Ed. Revisi I Cetakan ke 3.Kediri : Pamenang Press

Yorel. (2012).Penatalaksanaan Diet Pada Penderita Gastritis.

Gambar

Tabel 1.Distribusi Tabulasi Silang Hubungan

Referensi

Dokumen terkait

Pemikiran kritis membenarkan pelajar-pelajar mengenalpasti isu-isu yang tidaj selari dengan struktur skema ( cara melihat dunia mengikut pengalaman yang lepas) dan mencari cara- cara

Menimbang, bahwa setelah Membaca Relaas pemberitahuan untuk memeriksa berkas perkara banding, Nomor : 39/Pdt.G/2015/PN.Kbj yang dibuat dan ditanda

Alat uji getaran engine (AUGE) adalah sebuah sarana penunjang untuk mengetahui karakteristik getaran dari kombinasi engine dan propeller yang akan digunakan pada

Dari paparan di atas kita semua dapat mengambil suatu pemahaman yang mana bahwa keberhasilan pendidikan sangat erat hubungannya dengan kesempatan meraih sukses dalam dunia

karangannya serta perubahan perubahan yang terjadi dari segi zihaf dan ilah di dalam. syair-syair

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang timbul adalah Apakah pemberian ekstrak daun sukun dapat menurunkan peroksidasi lipid hati pada tikus putih yang

[r]

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ Modifikasi Larutan TiO2 Dalam Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) dan Efek PEDOT:PSS Dalam