• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAJARAN KRISTEN BAGI ANAK USIA 12 15

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGAJARAN KRISTEN BAGI ANAK USIA 12 15"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Sekolah Tinggi Teologi SAAT

(Seminari Alkitab Asia Tenggara)

PENGAJARAN KRISTEN BAGI ANAK USIA 12–15 TAHUN DALAM

MEMPERTAHANKAN IMAN DI ERA DIGITAL

Tugas Ini Diserahkan kepada

Ferry Mamahit, Ph.D.

Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Kuliah

Bahasa Indonesia

(2)

Saktian Oktavianus Saung Rombe

20171041479

Malang, JawaTimur

Desember, 2017

PENDAHULUAN

Karya tulis ini merupakan suatu keprihatinan penulis atas buruknya pengajaran yang

diterima oleh anak-anak dengan usia 12-15 tahun (bisa disebut usia remaja muda) pada era

digital saat ini. Seperti kita ketahui jika era digital ini merupakan suatu zaman di mana

informasi bertumbuh dan berkembang dengan cepat, baik itu informasi yang sesuai dengan

usia mereka atau pun informasi yang tidak sesuai dengan usia mereka. Maka tidaklah

mengherankan jika banyak peristiwa yang menimpa anak remaja muda, yang masih begitu

rentan dalam menghadapi era digital sekarang ini. Di masa-masa ini mereka begitu sangat

labil, mereka berusaha mencari jati diri, bahkan tidak sedikit remaja khususnya remaja muda

Kristen mencari jalan pintas dalam pencarian jati dirinya dan tidak sesuai dengan ajaran

kekristenan yang benar. Dengan tidak adanya pengajaran Kristen yang tepat maka banyak

remaja muda Kristen dengan mudahnya terjerumus dalam pergaulan bebas, mencari jalan

pintas dalam mengatasi kegelisahan mereka, bahkan tidak sedikit yang rela meninggalkan

(3)

Pengajaran Kristen yang tepat bisa menolong anak usia tersebut untuk menjaga

kerohanian mereka agar tetap bertumbuh dan memberikan pondasi keimanan yang tepat, agar

anak dengan usia tersebut tetap mempertahankan keimanan mereka. Tulisan ini dibuat untuk

sedikit menjelaskan pengajaran apa yang tepat bagi remaja muda. Pengajaran yang sesuai

dengan iman Kristen, agar remaja muda tetap dapat mempertahankan iman kepercayaannya

kepada Tuhan Yesus. Maka penulis akan membagi isi makalah ini dalam tiga garis besar.

Pertama, penulis akan memaparkan kondisi anak remaja muda dan peran orang tua dalam pertumbuhan seorang remaja muda. Kedua, pergumulan anak remaja muda dalam era digital yang semakin berkembang. Ketiga, penulis akan membahas pengajaran apa yang tepat bagi anak remaja muda tersebut, agar kerohanian mereka tetap bertumbuh di era digital yang

menuntut anak untuk siap menerima banyaknya informasi.

KONDISI ANAK DAN PERAN ORANG TUA

Seorang anak usia 12-15 tahun adalah kondisi seorang anak yang mengalami gejolak

yang sangat besar dalam dirinya, di mana usia tersebut merupakan usia peralihan dari masa

anak-anak menuju dewasa. Masa yang paling indah dan penuh kenangan, namun sebaliknya

masa remaja masa penuh dengan kesulitan karena masa tersebut merupakan masa transisi dari

masa kanak-kanak yang telah ditinggalkan, menuju masa dewasa yang belum dijalani, dan

cenderung coba-coba maka timbul beberapa persoalan dalam diri dan lingkungan mereka.1

Masa ini adalah masa seorang anak remaja muda mencari identitas diri apa yang cocok bagi

mereka bawa dalam menuju masa dewasa.

Maka dalam pencarian jati diri ini tidak sedikit remaja mengalami masalah dengan

lingkungan sekitarnya, masalah dengan keluarganya, dan masalah dengan orang-orang lain di

(4)

sekitarnya. Dari sinilah peranan orang tua dalam perkembangan remaja itu sangat

dibutuhkan. Orang tua diharapkan bisa memberikan semangat kepada remaja dan mendidik

remaja untuk tetap bertahan dalam masa-masa yang dilaluinya.2 Selain itu, remaja pun

senang untuk berkumpul dengan kawan-kawannya, walaupun tidak selalu membawa

pengaruh yang baik.3 Dalam hal inilah pengaruh orang tua dalam pertumbuhan remaja

sangatlah penting, seperti kata Magdalena P. Santosodalam artikel yang berjudul

Karakteristik Pendidikan Kristen. Ia mengatakan,

Ketika anak masih balita, orang tua bertanggung jawab dan berkomitmen

membimbing dan mengarahkan hidup anak sesuai rancangan sang Desainer Agung. Ketika anak mulai beranjak besar, saat mereka mulai meminta haknya untuk

mendesain hidupnya sendiri, orang tua dengan otoritas dari Tuhan, tetap membimbing anak-anak tercinta. Orang tua membimbing anak mereka untuk bersedia menyerahkan desain hidupnya pada Allah pencipta, dan tidak memberontak terhadap otoritas orang tua demi memilih jalan hidupnya sendiri.4

Maka dalam pertumbuhan seorang remaja yang begitu berat saat ini, orang tua tidak

bisa melepas mereka untuk menentukan jalan mereka sendiri. Orang tualah yang harus

menjadi pengajar yang utama dalam diri remaja muda. Sudah menjadi sebuah kewajiban

bagi orang tua untuk mengenalkan tentang Allah kepada para remaja muda saat memasuki

masa peralihan ini, agar kerohanian dan keimanan remaja terus bertumbuh di dalam Tuhan.

PERGUMULAN REMAJA DI DALAM ERA DIGITAL

Era digital merupakan era yang menuntut kesibukan dan konektivitas yang tinggi,

seperti yang dikatakan Craig Groeschel dalam pendahuluan buku Struggles yaitu, “Era di

2 Ibid., 8–9.

3 Ibid., 23.

4 Magdalena P. Santoso, “Karakteristik Pendidikan Kristen,” Veritas Jurnal Teologi dan Pelayanan 6,

(5)

mana secara online kita lebih terhubungkan dari yang sudah-sudah, tapi kita sering merasa lebih sendirian daripada yang dapat kita lukiskan.”5 Era di mana informasi yang kita terima

lebih banyak daripada informasi yang kita proses.6 Informasi yang datang bertubi-tubi ini

cenderung membuat remaja kesusahan dalam melakukan filter untuk informasi yang mereka

terima. Kecenderungan yang terjadi, mereka belum banyak mengetahui tentang informasi

mana yang baik bagi mereka dan informasi yang tidak baik bagi mereka.

Pergumulan seorang remaja dalam era digital ini adalah mereka cenderung mudah

untuk membanding-bandingkan informasi apapun yang mereka terima dengan dirinya sendiri.

Misalnya tentang artis yang gagah dan tampan, mereka berusaha untuk

membanding-bandingkannya dengan diri mereka, tetapi mereka juga cemburu karena hal-hal yang orang

lain punya yang mereka tidak punya.7 Sikap seperti itulah yang membuat mereka menjadi

begitu labil dan belum siap menghadapi era digital ini. Groeschel menyatakan ada riset yang

memperlihatkan hasil survei siswa dalam memakai facebook, dan hasilnya sangat mengejutkan.

Hasil survei memperlihatkan mereka kurang puas dan lebih kritis terhadap hidup mereka sendiri …, hasil survey lainnya juga mengindikasikan, lebih dari sepertiga siswa “secara signifikan merasa lebih buruk” tentang diri mereka sendiri ketika menghabiskan banyak waktu di facebook. Mengapa? Kita dirancang oleh Allah bukan untuk mencari citra orang lain, kita dirancang untuk mencari Dia.8

Dengan pergumulan yang dialami oleh remaja pada era ini, sangatlah berat bagi

mereka untuk menghadapi tantangan zaman. Zaman yang menuntut seseorang untuk lebih

sibuk dari yang sebelumnya, dan menuntut seseorang untuk menjadi orang lain dalam

hidupnya daripada menjadi diri mereka sendiri, sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki.

Bahkan tidak sedikit remaja yang rela meninggalkan iman mereka hanya untuk sesuatu yang

5 Craig Groeschel, #struggles (Michigan: Literatur Perkantas, 2016), 9.

6 Ibid.

7 Ibid., 25.

(6)

lebih penting daripada iman mereka sendiri, seperti yang dikatakan Tom Bisset dalam

bukunya Why Christian Kids Leave the Faith, dia menjawab dalam poin yang ketiga di dalam bukunya, “Orang-orang meninggalkan iman karena beberapa hal dalam kehidupan lebih

penting daripada iman mereka.”9 Anak remaja sekarang ini menganggap bahwa segala

informasi dan kemudahan yang mereka dapat di era digital ini lebih penting daripada iman

percaya mereka kepada Tuhan.

Dalam salah satu bagian bukunya, Bisset mengatakan, “Orang-orang yang

meninggalkan imannya tidak sepenuhnya memiliki iman secara pribadi.”10 Karena

banyaknya kemudahan di era ini membuat remaja tidak memiliki target iman yang

sungguh-sungguh dalam hidupnya. Kerohaniannya tidak dijaga dengan baik, dan cenderung

mengabaikan sesuatu hal yang bersifat rohani. Hal ini yang membuat remaja tidak lagi

memiliki iman yang intim dengan Allah dan iman secara pribadi dalam menjaga relasi

dengan Tuhan Yesus.

PENGAJARAN BAGI REMAJA MUDA

Saat kita berbicara tentang pengajaran, maka kita tidak bisa terpisah jauh dengan

pendidikan. Salah satu pendidikan yang dapat diterapkan kepada remaja muda adalah

pendidikan Kristen. Seperti yang dikatakan oleh Santoso bahwa, “pelayanan pendidikan

Kristen merupakan pelayanan yang sangat efektif untuk melayani Tuhan.”11 Karena

9 Tom Bisset, Why Christian Kids Leave the Faith (Michigan: PT. Visi Anugerah Indonesia, 2014), 29.

10 Ibid., 30.

(7)

pengajaran itu merupakan sebuah pelayanan, maka seharusnya para pengajar sadar bahwa

segala sesuatu yang dikerjakan untuk melayani Tuhan adalah untuk kemuliaan nama Tuhan.

Para pengajar seharusnya tahu dan sadar bahwa pengajaran yang diberikan adalah

untuk membawa remaja muda mengenal Allah mereka dengan benar. Sehingga ketika

mereka bisa mengenal siapa Allah dengan benar, secara tidak langsung mereka akan

mempunyai pondasi iman yang kuat dalam diri mereka serta mereka dapat bertahan dalam

menghadapi era ini. Bukan hanya mengajar, seorang pengajar pun seharusnya dapat

membimbing atau memandu murid kepada cara hidup Kristen di dunia.12 Selain itu ada

sasaran tertinggi dalam pengajaran Kristen yang seharusnya diterapkan oleh para pengajar

dan pendidik Kristen, seperti yang dikatakan oleh Nicholas P. Wolterstorff di dalam bukunya

Mendidik untuk Kehidupan,

Dalam pandangan orang Kristen, bukanlah pendewasaan murid, meskipun

pendewasaan memang akan terjadi. Bukan sosialisasi murid, meskipun sosialisasi juga akan terjadi. Bukan pula perenungan tentang Allah, kendati itu pun akan terjadi. Sasarannya adalah membimbing anak ke dalam kehidupan yang memelihara iman kepada Allah yang kita ingat dan harapkan.13

Pengajaran yang tepat adalah pengajaran yang dapat membawa remaja untuk

mengenal Allah mereka dengan benar, dan pengajaran yang mampu membimbing anak untuk

memelihara iman mereka kepada Allah. Pengajaran seperti ini yang tepat untuk anak usia

remaja, supaya mereka tetap memiliki iman yang teguh di dalam Tuhan.

KESIMPULAN

12 Nicholas P. Wolterstorff, Mendidik Untuk Kehidupan: Refleksi mengenai Pengajaran dan

Pembelajaran Kristen (Michigan: Momentum, 2007), 129.

(8)

Untuk memberikan pengajaran bagi anak remaja muda pada era digital ini tidaklah

mudah, karena adanya tantangan zaman yang begitu keras yang telah dialami oleh anak

remaja saat ini. Informasi yang sangat banyak yang diterima, membuat anak remaja menjadi

pribadi yang mudah gelisah dan mudah untuk meninggalkan iman Kristen mereka. Maka

dari itu, pengajaran harus dimulai dari orang tua mereka sendiri. Orang tua remaja haruslah

bisa menjadi teladan dan memberikan pengajaran yang baik bagi para remajanya, dan

memberikan semangat kepada para remaja agar mereka bisa menjalani masa peralihan di

dalam diri mereka.

Selain itu, pengajaran yang berpusat kepada pengenalan akan Allah yang benar, yaitu

Tuhan Yesus Kristus, seharusnya membimbing anak remaja dalam memelihara iman mereka

dengan cara yang lebih efektif. Dan anak remaja lebih dapat mempertahankan iman mereka

pada era digital sekarang ini.

(9)

Bisset, Tom. Why Christian Kids Leave the Faith. Michigan: PT. Visi Anugerah Indonesia, 2014.

Groeschel, Craig. #struggles : #Pergumulan-Pergumulan. Michigan: Literatur Perkantas, 2016.

P. Santoso, Magdalena. “Karakteristik Pendidikan Kristen.” Veritas Jurnal Teologi dan Pelayanan 6. no. 2 (October 2005).

Nicholas, P. Wolterstorff. Mendidik Untuk Kehidupan : Refleksi Mengenai Pengajaran Dan Pembelajaran Kristen. Michigan: Momentum, 2007.

Referensi

Dokumen terkait

Konsep yang diajukan pada pengembangan desain kali ini adalah desain halte dan rambu lalu lintas khusus halte yang berfungsi sebagai penunjang pejalan kaki dalam

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar skor Intelegence Quotient masing-masing siswa, untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa dan untuk mengetahui

Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa obat yang paling banyak digunakan pada responden yang menderita HHD adalah kombinasi ARB-BByaitu sebanyak 19 pasien (54,3

Dan faktor penyebab dari dalam (internal), terjadinya pemberontakan, perkelahian, pemerasan dan berbagai tindakan kekerasan lain oleh tahanan.Upaya yang dilakukan sebagai

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang dikaruniai akal pikiran, maka manusia harus senantiasa terus belajar. Orang yang

Penjelasan-penjelasan mengenai kelebihan dan kekurangan metode ceramah dan diskusi kelompok. Dalam kegiatan pempelajaran banyak faktor yang mempengaruhi, baik yang terikat

Mahasiswa memiliki kemampuan pengetahuan, pemahaman dan penerapan tentang persamaan diferensial homogen dan persamaan diferensial tak homogen n pada berbagai bidang Mahasiswa

Dengan melihat hasil pengujian yang diperoleh, maka pembuatan sistem ini telah memenuhi tujuan awal dari penelitian, yaitu membuat sistem navigasi gedung SMK Pancasila