• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP TAHANAN YANG MELARIKAN DIRI (Studi Pada Polresta Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP TAHANAN YANG MELARIKAN DIRI (Studi Pada Polresta Bandar Lampung)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

YANG MELARIKAN DIRI (Studi Pada Polresta Bandar Lampung)

Oleh

Mustanti Irena Wati, Firganefi, Eko Raharjo (iren.mustanti4@gmail.com)

Sistem pemasyarakatan merupakan satu rangkaian kesatuan penegakan hukum pidana, oleh karena itu pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan dari pengembangan konsepsi umum mengenai pemidanaan. Pelaksanaan sanksi pemidanaan sangat ditentukan dengan jenis kasus yang terjadi. Dengan sifat ideal yang menghendaki adanya pembinaan, maka penerapan sanksi pemidanaan tersebut haruslah merujuk pada jenis kasus yang dilakukan oleh tahanan, sehingga pembinaan tersebut akan berjalan secara efektif dan efisien. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah (1) Apa faktor penyebab tahanan yang melarikan diri? dan (2) Bagaimana upaya penanggulangan tahanan yang melarikan diri?Metode yang digunakan penulis dalam menyusun skripsi ini adalah dengan menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dan di dukung oleh pendekatan yuridis empiris yang berupa dukungan dari para pakar hukum pidana dan penegak hukum untuk mendukung data yuridis normatif. Hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa Faktor penyebab pelarian tahanan dalam sel tahanan di sebabkan oleh 2 (dua) faktor yakni : faktor penyebab dari luar (eksternal), yaitu mencakup gangguan keamanan dan ketertiban di dalam sel tahanan bersumber dari beberapa aspek : oknum aparat keamanan dan tahanan, keadaan keluarga korban, terjadinya bencana. Dan faktor penyebab dari dalam (internal), terjadinya pemberontakan, perkelahian, pemerasan dan berbagai tindakan kekerasan lain oleh tahanan.Upaya yang dilakukan sebagai bentuk pencegahan adanya tindakan pelarian tahanan adalah dengan melakukan penggeledahan baik yang bersifat rutinitas maupun insidentil, mengupayakan pendekatan keamanaan dan ketertiban, melakukan pengamanan secara terbuka dan pengamanan secara tertutup.Berdsarakan kesimpulan di atas, maka Hendaknya untuk menunjang penganggulangan pelarian tahanan, perlu di dukung dengan sarana dan prasarana yang cukup seperti penambahan sel tahanan dan petugas yang seimbang dengan jumlah tahanan, dan juga pemasangan alat-alat keamanan yang cangih dan modern

(CCTV dan sebagainya), lalu peningkatan kualitas SDM (sumber daya manusia), skill

individu tentunya guna menunjang keberhasilan keamanan. Hendaknya pihak Polresta perlu meningkatkan kerja sama dengan pihak instansi lainya yang termasuk dalam ICJS (integrated Criminal justice system) dalam hal pengamanan keamanan dan ketertiban di sel tahanan. Untuk menciptakan keadaan sel tahanan yang lebih aman dan tertib, bentuk-bentuk pencegahan atau preventif seperti penggeledahan perlu ditingkatkan, dan juga perlunya perubahan infrastruktur gedung sel tahanan yang lebih besar agar mencegah sedini mungkin adanya tahanan yang melarikan diri.

(2)

(STUDY IN CITY RESORT POLICE BANDAR LAMPUNG)

By

Mustanti Irena Wati, Firganefi, Eko Raharjo (iren.mustanti4@gmail.com)

The penitentiary system is a set of criminal law enforcement entities, so its implementation can not be separated from the development of a general conception of punishment. The implementation of sanctions is very crime is determined by the type of cases that occur. With the ideal nature of wills the existence of coaching, then the application of the crime sanctions must refer to the types of cases done by prisoners, so construction will run effectively and efficiently. The problems discussed in this thesis are (1) What factors cause the escaped prisoners? And (2) How is the escape attempt of escaping prisoners? The method used by the authors in preparing this thesis is by using the normative juridical approach method and supported by empirical juridical approach in the form of support from criminal law experts and law enforcement to support normative juridical data. The result of the research and discussion can be drawn a conclusion that the cause of escape in detainee cell is caused by 2 (two) factors that is: external causal factor, that is encompassing security and order disorder inside the cell of detention sourced from several aspect: Security forces and detainees, the circumstances of victims' families, the occurrence of disasters. And internal causal factors, rebellion, fights, extortion and other acts of violence by detainees. Efforts taken as a form of prevention of the escape act of prisoners is to conduct searches both routine and incidental, seeking a security approach and order, open security and security in private. The above conclusions should be supported by adequate facilities and infrastructures such as the addition of detainee cells and officers in balance with the number of prisoners, as well as the installation of modern and sophisticated security devices (CCTV and so on) , Then improving the quality of human resources (human resources), individual skills of course in order to support the success of security. The Police should increase cooperation with other agencies included in the ICJS (integrated Criminal justice system) in terms of securing security and order in the cell of detention. To create a safer and more orderly detention cell state, preventive or preventive forms such as searches need to be improved, as well as the need for greater infrastructure changes in prison cell buildings to prevent early detainees from escaping.

(3)

I.PENDAHULUAN

Kriminologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang kejahatan. Pola kehidupan sosial masyarakat yang terus mengalami perubahan-perubahan dan berbeda antara tempat yang satu dengan yang lainnya serta berbeda pula dari suatu waktu

dengan waktu lainnya

mengakibatkan tehambatnya suatu studi terhadap masalah kejahatan dan permasalahan yang terjadi di masyarakat.

Sejalan dengan perkembangan

zaman, hukum berkembang

mengikuti setiap kebutuhan manusia. Hukum terus mengalami perubahan guna perbaikan-perbaikan di segala segi kehidupan manusia, tak terkecuali di dalam system kepenjaraan di Indonesia. Sistem kepenjaraan telah mengalami perubahan karena dianggap tidak

sesuai dengan sistem

pemasyarakatan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.1

Sistem kepenjaraan hanyalah mengutamakan pengenaan nestapa sehingga hak asasi tahanan tidak diindahkan. Kenyataan empiris di bidang pemidanaan secara umum masih menganut pemahaman untuk memperbaiki tahanan di sel tahanan sehingga memberikan gambaran bahwa kejahatan tersebut hanya terhenti sesaat dan akan muncul kembali dalam lingkungan kehidupan sosial masyarakat. Merujuk terhadap konsepsi pemidanaan itu cenderung dimulai dari konsepsi yang bersifat menghukum yang berorientasi ke

1

Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta, PT Raja Grafin, 2011, hlm. 1.

belakang, bergeser ke arah gagasan/ide membina yang berorientasi ke depan. Menurut Roeslan Saleh, pergeseran orientasi pemidanaan disebabkan hukum pidana berfungsi dalam masyarakat. 2

Sistem pemenjaraan yang sangat menekankan pada unsur balas dendam dan penjeraan yang disertai dengan lembaga "rumah penjara" secara berangsur-angsur dipandang sebagai suatu sistem dan sarana yang tidak sejalan dengan konsep rehabilitasi dan reintegrasi sosial,

agar tahanan menyadari

kesalahannya, tidak lagi berkehendak untuk melakukan tindak pidana dan kembali menjadi warga masyarakat yang bertanggung jawab bagi diri, keluarga, dan lingkungannya (Penjelasan Undang-Undang Nomor

12 tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan).3

Sistem pemasyarakatan merupakan satu rangkaian kesatuan penegakan hukum pidana, oleh karena itu pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan dari pengembangan

konsepsi umum mengenai

pemidanaan. Sistem Pemasyarakatan di samping bertujuan untuk mengembalikan tahanan sebagai warga yang baik juga bertujuan untuk melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh tahanan, serta merupakan penerapan dan bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

2

Hariyanto Dwiatmojo, Pelaksanaan Pidana dan Pembinaan Tahanan Tindak Pidana Narkotika, Jurnal Perspektif Volume XVIII No.2 tahun 2013 edisi Mei, hlm. 64.

3

Siswanto Sunarso, Penegakan Hukum Psikotropika dalam Kajian Sosiologi Hukum, Jakarta, PT

(4)

Sistem pemidanaan seharusnya berlandaskan pada filsafat pemidanaan yang sesuai dengan falsafah masyarakat dan bangsanya. Bagi masyarakat dan bangsa Indonesia yang berdasarkan Falsafah Pancasila sudah seharusnya system pemidanaan juga berlandaskan nilai-nilai Pancasila. 4

Pelaksanaan sanksi pemidanaan sangat ditentukan dengan jenis kasus yang terjadi. Dengan sifat ideal yang menghendaki adanya pembinaan, maka penerapan sanksi pemidanaan tersebut haruslah merujuk pada jenis kasus yang dilakukan oleh tahanan, sehingga pembinaan tersebut akan berjalan secara efektif dan efisien. Sistem pemasyarakatan yang di anut oleh Indonesia, diatur dalam Undang-Undang No. 12 tahun 1995 tentang Sistem Pemasyarakatan, hal ini merupakan pelaksanaan dari pidana penjara, yang merupakan perubahan ide secara yuridis filosofis dari sistem kepenjaraan menjadi ke sistem pemasyarakatan. Sistem

pemenjaraan yang sangat

menekankan pada unsur balas dendam dan pemenjaraan yang

disertai dengan lembaga “rumah penjara” secara berangsur-angsur dipandang sebagai suatu sistem dan sarana yang tidak sejalan dengan konsep rehabilitasi dan reintregasi social, agar tahanan menyadari kesalahanya, tidak lagi berkehendak untuk melakukan tindak pidana dan kembali menjadi warga masyarakat

4

Sigit suseno, Sistem Pemidanaan Dalam Hukum Pidana Indonesia, Jakarta, Badan Pembinaan

Hukum Nasional Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia, 2012, hlm. 1.

yang bertangung jawab bagi diri, keluarga, dan lingkungannya. 5

Asas yang di anut sistem pemasyarakatan dewasa ini menempatkan tahanan, tahanan, anak negara dan klien pemasyarakatan sebagai subyek dan dipandang sebagai pribadi dan warga biasa serta dihadapi bukan dengan latar belakang pembalasan tetapi dengan pembinaan dan bimbingan. Perbedaan system pemasyarakatan yang berlaku pada saat ini sangatlah berbeda dengan apa yang berlaku di dalam sistem kepenjaraan dulu, yang memberi implikasi pada perbedaan dalam cara-cara pembinaan dan bimbingan yang dilakukan, maka disebabkan perbedaan tujuan yang ingin dicapai. Secara umum dapat dikatakan bahwa pembinaan dan bimbingan pemasyarakatan haruslah ditingkatkan melalui pendekatan pembinaan mental, agama, Pancasila, dan sebagainya.

Menciptakan sistem pembinaan yang baik maka partisipasi bukan hanya datang dari petugas dalam usaha memberikan partisipasinya, seorang petugas di sel tahanan tersebut senantiasa harus bertindak sebagaimana, sesuai dengan apa saja prinsip-prinsip pemasyarakatan. Dalam mendidik dan membina tahanan, petugas harus mengatakan tahanan sebagai warga negara yang meyakini dirinya masih memiliki potensi produktif bagi pembangunan bangsa. Oleh karena itu mereka dilatih juga masuk menguasai

5

Dwidja Priyatno, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesia, Bandung, PT Refika

(5)

keterampilan tertentu guna untuk dapat hidup mandiri dan berguna bagi pembangunan. Ini berarti, bahwa pembinaan dan bimbingan yang diberikan mencakup bidang mental dan keterampilan. Dengan berbekal mental dan keterampilan yang telah mereka miliki diharapkan,

mereka dapat berhasil

mengintegrasikan dirinya di dalam masyarakat. Semua usaha ini dilakukan dengan berencana dan sistematis agar selama mereka dalam pembinaan dapat bertobat menyadari kesalahannya dan bertekad untuk menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat bangsa dan Negara. 6

Pelaksanakan pembinaan dan bimbingan melalui berbagai bentuk dan usaha tentunya menuntut kemampuan dan tanggung jawab yang lebih besar dari para pelaksananya termasuk perlunya dukungan berupa sarana dan fasilitas yang memadai. Terdapat fakta bahwa sarana dan fasilitas di sel tahanan selalu serba terbatas, maka para petugas pun harus mampu memanfaatkan melalui pengelolaan yang efisien sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Keamanan dan tata tertib merupakan ajaran mutlak untuk terlaksananya program-program pembinaan oleh karena itu suasana aman dan tertib di lingkungan sel tahanan dan sangat diperlukan untuk diciptakan. Kegiatan keamanan dan ketertiban berfungsi memantau dan menangkal, mencegah sedini mungkin gangguan keamanan dan ketertiban yang timbul dari luar maupun dari dalam sel tahanan. Memelihara, menguasai dan

6

Irwan Petrus, Lembaga Pemasyarakatan Dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana, Jakarta,

Pustaka Sinar Harapan, 2006, hlm. 39.

menjaga agar suasana kehidupan tahanan selalu tertib meskipun penjaga sel selalu waspada dalam melaksanakan tugasnya, namun tetap terjadi pelarian tahanan.

Kalau dilihat fenomena dalam masyarakat, masih ada tahanan yang sudah keluar dari sel akan tetapi masuk lagi, karena mereka melakukan kesalahan kembali. Itu artinya bahwa kegiatan yang dilakukan di dalam sel tahanan belum berhasil. ketidak berhasilan tersebut dikarenakan mereka belum mengimplementasikan fungsi-fungsi manajemen. Karena manajemen adalah sebuah unsur yang sangat penting di dalam sebuah kegiatan. Dengan manajemen maka akan mengetahui tugas masing-masing bidangnya, sehingga tujuan dari melakukan kegiatan bisa terpantau dan bisa terkontrol. 7

Dilihat dari perkembangan terkini adanya kasus dua tahanan kasus narkoba yang melarikan diri dari dalam sel tahanan Mapolresta Bandar Lampung pada Minggu 10 Juli 2016. Tahanan tersebut terpaksa ditembak kakinya lantaran berusaha melarikan diri saat akan ditangkap di daerah Natar, Lampung Selatan pada Senin 11 Juli 2016. Saat diperiksa, tersangka mengaku melarikan diri dari sel karena ingin ziarah ke makam orang tuanya yang belum lama ini meninggal. Rudi dan Esta, dua tahanan kasus narkoba yang melarikan diri diringkus pada waktu dan tempat yang berbeda. Rudi berhasil dibekuk di belakang Central Plaza, tidak lama setelah melarikan

7

Bambang Purnomo, Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan Sistem Pemasyarakatan, Yogyakarta,

(6)

diri dari sel. Sedangkan Esta ditangkap pada Senin sore ketika sedang menunggu travel di daerah Natar dan dia berencana ingin berangkat ke kampong halamannya di Palembang untuk berziarah ke makam orang tuanya. Disamping itu, Esta mengaku melarikan diri karena ingin bekerja untuk membantu

keluarganya mengingat

perekonomian Esta yang sangat sulit.

Petugas terpaksa menembak kaki Esta karena ia berusaha melarikan diri dari kejaran petugas. Dari hasil pemeriksaan, kedua tahanan ini memang sudah merencanakan kabur dari sel sejak 26 Juni 2016. Bahkan semula tahanan yang merencanakan kabur berjumlah 5 orang, namun karena plafon yang dijebol terlalu kecil akhirnya rekan kedua tersangka mengurungkan niatnya. Kini kedua tersangka kembali dijebloskan ke dalam sel tahanan Mapolresta Bandar

Lampung untuk

mempertanggungjawabkan

perbuatannya. Polisi juga masih terus menyelidiki adanya keterlibatan tahanan lainnya dalam peristiwa kaburnya dua tahanan tersebut.8

Kasus lain yang terjadi di Malang, yaitu tim buru sergap 17 tahanan yang dibentuk Polres Malang membuahkan hasil. Mereka berhasil membekuk 3 tahanan yang kabur dari sel Mapolres Malang.Mereka adalah Abdul Rohman (29), tahanan atas kasus narkotika, dia ditahan sejak 25 Maret 2017. Abdul ditangkap tidak jauh dari tempat tinggalnya di kawasan Jalan

Gajayana Desa Putatlor

8

http://lampung.tribunnews.com/2016/07/11/ breaking-news-tahanan-kabur-dari-polresta-bandar-lampung-tertangkap-di-natar, diakses pada 15 Januari 2017

RT10/RW02, Kecamatan

Gondanglegi, Kabupaten Malang, Rabu (19/4/2017) petang. Dari penangkapan awal ini, tim buru sergap kembali membekuk dua tahanan lain, yakni Burhanuddin (27), warga Kidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, pelaku kasus narkoba. Bersama Burhanuddin, petugas juga mengamankan Nurhadi (34), warga

Lesanpuro, Kecamatan

Kedungkandang, Kota Malang, tahanan dalam kasus kriminalitas.

Keduanya ditangkap saat

bersembunyi di kawasan Jalan Tenaga, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. "Alhamdulillah, kurang dari 24 jam, tiga pelaku dapat kami amankan kembali. Mudah-mudahan 14 lainnya segera menyusul secepatnya," kata Kapolres Malang AKBP Yade Setiawan Ujung dikonfirmasi.

Kapolres mengaku, tujuh belas tim masih bekerja keras memburu para tahanan yang kabur. Masing-masing diperkuat enam anggota yang mengawasi sejumlah titik. "Seperti penangkapan awal (Abdul Rohman), tim di lapangan sudah nyanggong

sejak lama," ungkap

(7)

dari 12 tahanan kasus narkoba dan sisanya kasus kriminalitas.9

Selain kedua kasus di atas, teradapat kasus terbaru mengenai tahanan yang melarikan diri yaitu di Riau. Sekitar 200 tahanan dilaporkan kabur dari sebuah rumah tahanan di Pekanbaru, Riau, setelah mereka merusak salah satu bagian gerbang. Polisi sampai mengerahkan pasukan antihuru-hara untuk mengendalikan kembali keadaan di Rutan Sialang Bungkuk, Jumat (05/05).

Sebanyak 137 tahanan yang kabur sudah berhasil ditangkap kembali hingga malam hari sekitar pukul 20.00 WIB waktu setempat, namun belum bisa dipastikan berapa yang sebenarnya melarikan diri. "Sampai saat ini kita masih melakukan penyisiran dan pengejaran di seputaran Rutan Sialang Bungkuk,

termasuk di

permukiman-permukiman yang ada di sekitar kota Pekanbaru," jelas Kabid Humas Polda Riau, Kombes Guntur Aryo Tejo, kepada wartawan BBC, Liston P Siregar.

Para tahanan dilaporkan melarikan diri dengan merusak gerbang di dekat masjid dalam penjara setelah

diberi kesempatan untuk

sembahyang Jumat di luar sel. Kaburnya para tahanan antara lain dipicu oleh terlalu banyaknya penghuni sehingga jauh melebihi kapasitas rumah tahanan tersebut. Saat insiden terjadi, menurut Kombes Guntur, terdapat sekitar 1.800-tahanan yang ditampung sementara kapasitasnya hanya 361 tahanan. "Kemudian yang kedua adalah perlakukan-perlakuan yang

9

https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d- 3479063/tiga-dari-17-tahanan-polres-malang-yang-kabur-dapat-ditangkap

dianggap tidak mengenakkan atau rasa keadilan terkait dengan pelayanan yang kurang optimal dari pihak rutan. Contoh salah sautnya adalah masalah air, kemudian masalah ruangan, dan juga makan."

Para tahanan yang buron masih sedang diidentifikasi namun sebagian besar adalah tahanan dalam kasus narkotika dan kriminalitas umum. "Rata-rata umur 20 hingga 30 tahun yang kabur dan masyarakat juga

sudah ditenangkan namun

diharapkan tetap waspada serta ikut membantu memberi informasi tentang orang-orang asing yang masuk ke permukiman mereka," jelas Kombes Guntur.

Namun warga masyarakat diminta untuk tidak mengambil aksi 'main hakim sendiri' jika menemukan

tahanan yang kabur dan

menyerahkannya ke aparat keamanan. Rutan Sialang Bungkuk terletak sekitar tujuh kliometer dari pusat kota Pekanbaru dan tidak jauh dari jalur lintas Trans Sumatra Timur sehingga dimungkinkan para tahanan menggunakan bus untuk menuju ke kabupaten lain. Kepolisian Daerah Riau sudah melakukan koordinasi di antara sesama Kepolisian Resort untuk menemukan tahanan yang lari tersebut.10Berdasarkan uraian di atas banyaknya kasus yang terjadi di dalam sel tahanan sehingga hak-hak tahanan terkait rasa aman dan keamanan kurang terjamin, yang menyebabkan timbulnya niat untuk melarikan diri dari sel tahanan. Maka berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan kajian penelitian yang berjudul

Analisis Kriminologis Tahanan

10

(8)

Yang Melarikan Diri (Studi Kasus

Polresta Bandar Lampung)”

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, pendekatan empiris. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dan prosedur pengumpulan data dalam penulisan penelitian ini dengan cara studi kepustakaan dan lapangan.

II.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Faktor Penyebab Terjadinya Tahanan yang Melarikan Diri Pelarian merupakan ganguan keamanan dan ketertiban yang resikonya harus dihadapi oleh semua petugas di Polresta, oleh karena itu jajaran petugas perlu mengetahui dan mengenali jenis-jenis ganguan keamanan dan ketertiban khususnya pelarian, serta pada giliranya perlu mengetahui bagaimana cara-cara pendekatan untuk menghindari terjadinya pelarian, begitu pula yang terjadi pada Polresta Bandar Lampung sebagai salah lembaga penegak hukum di Indonesia khususnya di Bandar Lampung.

Menurut Adek Suci Pebrianto, Faktor tahanan melarikan diri tentunya karena adanya kesempatan dan niat dari tahanan itu sendiri untuk melarikan diri. Bisa disebabkan karena tahanan frustasi, tahanan merasa tertekan sehingga berusaha untuk segera bebas dan melarikan diri dengan caranya. Kemudian faktor kelalaian dan

kurangnya keaktifan penjaga tahanan yang seharusnya mengecek tahanan setiap saat. Faktor yang paling kuat yang dapat mendorong tahanan dapat melarikan diri adalah kelalaian dari sipir itu sendiri.11

Penulis berpendapat bahwa tahanan yang melarikan diri disebabkan karena ketidaknyamanan dan ketidakadilan yang mereka rasakan selama menjadi tahanan Polresta. Akan tetapi, banyaknya petugas yang tidak mementingkan peraturan yang ada sehingga menyebabkan kelalaian tahanan dapat melarikan diri dari sel tahanan. Maka dari itu perlunya suatu pembinaan dan kerjasama antara tahanan dan para petugas baik kerjasama secara formal maupun nonformal yang dapat menciptakan ketertiban dan kenyamanan di sel tahanan Polresta.

Tahanan yang melarikan diri dapat berasal dari faktor-faktor baik factor Internal maupun Eksternal. Faktor-faktor tersebut yaitu:

A. Faktor Penyebab Dari Dalam (Intern).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Adek Suci Pebrianto, identifikasi terhadap berbagai faktor penyebab pelarian dalam hal ini juga mencakup ganguan keamanan dan ketertiban di dalam sel tahanan bersumber dari beberapa aspek.12

11

Berdasarkan wawancara dengan Adek Suci Pebrianto di Polresta Bandar Lampung (wawancara pada Hari Senin, 24 Maret 2017)

12

(9)

1. Faktor Kurang Memiliki Kemampuan Penyesuaian Diri

Tahanan di dalam sel tahanan Polresta harus memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik, seperti contoh memilih teman dalam sel tahanan yang baik dan tidak menjerumuskan untuk berbuat kriminal lagi, dan juga saling pengertian dalam hal berbagi, seperti makanan, minuman dan lain-lain. Ini dikarenakan di dalam sel tahanan terdapat banyak orang-orang yang memiliki kepribadian yang berbeda, dan bila tidak dapat menyesuaikan diri akan terjadi perkelahian dan bentrokan antara sesama tahanan yang mengakibatkan tahanan tersebut tidak betah dan merasa ketakutan, sehingga timbul niat untuk pergi melarikan diri.

2. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi dapat mempengaruhi apabila tahanan tersebut merupakan tulang pungung keluarganya sebagai pencari nafkah, hal ini mempengaruhi karena keadaan ekonomi keluarga yang ditingalkan tidak mampu memenuhi untuk kehidupan sehari-hari, sehingga mendorong tahanan tersebut untuk melarikan diri dengan segala cara agar dapat membantu kehidupan ekonomi keluarganya.

3. Faktor Provokasi

Tahanan di dalam sel tahanan Polresta pasti ada tahanan yang memiliki sifat yang tidak ingin diatur dan berjiwa pemberontak yang sering memprovokasi kawan sesama satu

sel agar terciptanya

kerusuhan/keributan di dalam sel tahanan, yang mengakibatkan lemahnya keamanan di dalam sel tahanan karena keributan itu tersebut,

sehingga menciptakan peluang untuk dapat melarikan diri dari sel tahanan

dengan memanfaatkan

ketidakkondusifan penjagaan keamanan petugas.

B. Faktor Penyebab Dari Luar (Eksternal)

1. Faktor Lemahnya Keamanan di Polresta

Petugas jaga dalam sel tahanan di Polresta yang kurang disiplin dalam mengontrol setiap sel tahanan yang dapat menyebabkan tahanan menyembunyikan suatu barang yang dapat di jadikan alat untuk melarikan diri suatu saat, kemudian juga dipicu oleh saran dan prasarana keamanan yang kurang memadai dalam sel tahanan, seperti rapuhnya atap plafon yang mudah dijebol, banyaknya kawat berduri tembok pengamanan di sekeliling sel tahanan yang putus akibat termakan usia dan juga gembok pengaman sel yang telah berkarat sehingga mudah dirusak, dan juga jumlah petugas jaga yang tidak seimbang dengan jumlah tahanan yang diawasi.

2. Faktor Perkembangan Teknologi

(10)

seperti handphone yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang luar, sehingga dapat merencanakan hal-hal yang rahasia dan juga sekarang terdapat alat yang dapat memotong gembok baja yaitu gunting baja, sehingga memudahkan tahanan untuk melarikan diri.

3. Terjadinya Bencana Alam

Kejadian bencana alam yang pernah terjadi seperti kebanjiran, gempa bumi, dan berbagai bentuk bencana alam lainya, dapat memicu terjadinya ganguan keamanan dan ketertiban di dalam sel tahanan, kejadian bencana alam ini berpotensi melukai atau bahkan merenggut tahanan yang menghuni sel tahanan Polresta, namun di sisi lain berbagai kejadian bencana tersebut juga berpotensi member kesempatan kepada tahanan untuk melarikan diri atau membuat keributan di dalam sel tahanan.

Penulis sependapat dengan responden di atas bahwa faktor penyebab terjadinya tahanan melarikan diri karena dua faktor tersebut yaitu ekstern dan intern, faktor intern yaitu kurangnya

kemampuan untuk bisa

menyesuaikan diri dan juga terbelit banyaknya hutang. Skill untuk dapat menyesuaikan diri sangat diperlukan bagi setiap tahanan agar mereka dapat berbaur dan menjalankan aktifitas di dalam sel tahanan dengan nyaman, karena manusia adalah mahkluk sosial tidak dapat hidup sendiri perlu bantuan orang lain. Faktor ekstern yaitu faktor lemahnya keamanan di dalam sel tahanan dan bencana alam, ini juga merupakan faktor yang dapat menciptakan celah atau kesempatan untuk tahanan dapat melarikan diri, kurangnya sarana dan prasarana yang sudah tua

memudahkan untuk tahanan melarikan diri, dan juga bencana alam seperti gempa bumi dapat menciptakan kesempatan untuk dapat melarikan diri, karena pada saat gempa bumi dapat memicu melemahnya keamanan di sel tahanan karena tidak kondusif penjagaanya di dalam sel tahanan.

Menurut hasil wawancara penulis dengan Esta, beberapa faktor yang mempengaruhi adanya niat dan fikiran untuk melarikan diri dari dalam sel tahanan dikarenakan mereka ingin ziarah ke makam orang tuanya dan membantu menghidupi keluarga mereka yang ditinggalkan selama mereka menjalani hukuman yang memang keluarga tahanan tersebut berada di garis kemiskinan, selain itu faktor adanya kesempatan karena semua orang di setiap waktu pasti sifatnya berubah-ubah, pada saat ada kesempatan untuk dapat melarikan diri dari sel tahanan walaupun dia tidak ada masalah di dalam sel tahanan pasti ada niatan untuk melarikan diri dari sel tahanan karena adanya kesempatan tersebut.13 Berdasarkan pendapat responden di atas penulis menganalisis bahwa faktor masalah ekonomi untuk tahanan yang memiliki keadaan ekonomi yang kurang, merupakan faktor utama bahwa tahanan berfikiran ingin melarikan diri dari sel tahanan Polresta, karena sebagai tulang pungung dan juga rasa tangung jawab untuk menafkahi keluarganya, dan juga faktor keamanan sel tahanan yang lemah juga menciptakan peluang kesempatan untuk tahanan melarikan diri.

13

(11)

Penulis berpendapat bahwa mengenai kasus tahanan yang melarikan diri di Polresta Bandar Lampung dengan tersangka atas nama Esta dan Rudi disebabkan karena faktor ekonomi yang harus dipenuhi oleh tersangka dalam kaitannya dengan kehidupan keluarga tersangka yang membuat tersangka ingin melarikan diri. Selain dari faktor ekonomi, adanya kesempatan dalam hal ini sarana dan prasarana yang terdapat di sel tahanan kurang memadai dan tidak dapat menjamin tahana tersebut tidak kabur, seperti kasus di Polresta ini tersangka Esta dan rekannya dapat membobol atap sel tahanan dan dapat melarikan diri. Dengan demikian harus adanya perbaikan-perbaikan dari sisi sarana dan prasarana agar lebih terjaminnya suasana aman dan kondusif yang membuat tahanan tidak dapat melarikan diri.

Terkait kasus kedua mengenai tahanan yang melarikan diri di Malang disebabkan karena adanya faktor-faktor secara eksternal dalam hal ini kaitannya dengan sarana dan prasarana di sel tahanan. Tersangka berhasil membobol atap kamar mandi tanpa sepengetahuan petugas yang berjaga, dengan kata lain masih kurangnya pemeliharaan sarana dan prasarana didalam sel tahanan.

Faktor selanjutnya yang

menyebabkan tahanan melarikan diri adalah yaitu kurangnya rasa aman dan rasa nyaman didalam sel tahanan yang membuat tahanan tersebut ingin melarikan diri.

Selain analisis dari kasus pertama dan kedua, adanya kasus terbaru yang terjadi di Riau ini dapat dikatakan bahwasannya faktor yang mempengaruhi tahanan untuk melarikan diri di Riau disebabkan

oleh faktor yang berasal dari aparat dan sarana serta prasarana. Tempat sel tahanan yang tidak memenuhi standar suatu tempat penahanan dan sarana yang kurang memadai membuat para tahanan dengan mudahnya untuk melarikan diri dari sel masing-masing. Hal ini menunjukkan harus adanya sebuah perubahan yang dilakukan bukan hanya dari sisi para tahanan saja, akan tetapi dari sisi aparat yang menjaga agar tidak terulang kembali kejadian yang sangat memalukan tersebut. Hal itu harud ditekankan dengan memperbaiki tiap sarana dan prasarana yang terdapat di dalam sel tahanan tersebut sehingga menimbulkan efek jera dan mencegah terjadinya tahanan yang melarikan diri.

B.Upaya Penanggulangan Terjadinya Tahanan yang Melarikan Diri

Penanggulangan kejahatan adalah suatu upaya pencegahan suatu kejahatan dengan menggunakan berbagai sarana alternatif. Kejahatan merupakan gejala sosial yang senantiasa dihadapi oleh setiap masyarakat di dunia ini. Kejahatan dalam keberadaannya dirasakan sangat meresahkan, disamping itu juga mengganggu ketertiban dan ketentraman dalam masyarakat. Berbagai pihak yang terlibat berupaya semaksimal mungkin untuk menanggulangi kejahatan tersebut. Penerapan hukum pidana dapat juga dikatakan sebagai upaya penal yang menitikberatkan pada tindakan represif (pemberantasan), sedangkan pencegahan tindak pidana dan

mempengaruhi pandangan

(12)

yang lebih menitiberatkan pada tindakan preventif (pencegahan). 14

Petugas Sipir sel tahanan Polresta adalah pegawai negeri sipil yang menanggani pembinaan tahanan disel tahanan Polresta. Tugas jawatan

kepenjaraan bukan hanya

melaksanakan hukuman saja, melainkan tugas yang jauh lebih berat yaitu mengembalikan orang-orang yang dijatuhi pidana ke dalam masyarakat. Menurut hasil wawancara penulis dengan Adek Suci, upaya yang dilakukan dalam menanggulangi pelarian dalam sel tahanan ialah dengan mencari salah satu tahanan dari setiap sel yang dipercayai dapat menjadi mata-mata dalam setiap sel agar bisa memberikan informasi apa saja yang mereka lakukan dan apa yang direncanakannya, dan juga petugas sel tahanan harus memiliki kemampuan membaca situasi yang terjadi secara cermat dan teliti yang diiringi tingkat kedewasaan yang tinggi.

Tingkat kecermatan, ketelitian dan kewaspadaan yang terasah setiap harinya, petugas akan dapat mendeteksi berbagai sikap dan perilaku yang muncul dari setiap tahanan, serta dapat menilainya sebagai situasi yang membahayakan atau tidak. Kondisi ini hanya berlaku bagi petugas yang benar-benar menghayati dan serius dalam menjalani tugasnya. Oleh karena itu, jenis keterampilan ini tidak semua petugas menguasainya, dan sebagai wujud perbedaan petugas yang total

14

Wildiada Gunakarya,2012,Kebijakan Kriminal Penanggulangan Tindak Pidana Pendidikan,Bandung: Alfabeta. Hlm 13

serius dalam tugas dan yang hanya memenuhi kewajibanya semata.15 Penulis sependapat dengan responden di atas, karena petugas harus mempunyai orang yg dipercaya untuk bisa memantau gerak gerik tahanan di dalam sel tahanan agar dapat mengetahui apa saja yang direncanakan tahanan, dan juga kemampuan membaca situasi tidak dipungkiri bahwa skill itu sangat diperlukan agar petugas dapat mengetahui serta menilai sikap atau prilaku tahanan mencurigakan atau tidak.

Kecermatan, ketelitian dan kewaspadaan bukan berarti sikap buruk sangka atau selalu curiga agresif, justru sikap santun, bijaksana serta tegaslah yang selalu ditunjukan. Melalui pembelajaran yang intensif, ia akan dapat membedakan suatu sikap dan prilaku yang perlu dicurigai dan yang tidak perlu dicurigai. Indikasi gangguan keamanan dan ketertiban dalam hal pelarian dalam sel tahanan, merupakan suatu tanda atau gejala awal atau lanjutan yang akan mengarah kepada tercetusnya suatu gangguan keamanan dan ketertiban yang lain. Dalam rangka mencegah dan mengatasi serta mangantisipasi terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban di dalam sel tahanan setiap petugas dituntut mampu menyadap informasi dari penghuni lain yang

15

(13)

digalang maupun yang tidak. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui upaya-upaya yang dilakukan petugas sel tahanan dalam penanggulangan pelarian tahanan adalah dengan cara Penal dan Non Penal atau Preventif dan represif.

III.PENUTUP A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahsan dalam penulisan skripsi ini makadapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Faktor penyebab pelarian tahanan dalam sel tahanan di sebabkan oleh 2 (dua) faktor yakni : faktor penyebab dari luar (eksternal), yaitu mencakup gangguan keamanan dan ketertiban di dalam sel tahanan bersumber dari beberapa aspek: oknum aparat keamanan dan tahanan, keadaan keluarga korban, terjadinya bencana. Dan faktor penyebab dari dalam (internal), terjadinya pemberontakan, perkelahian, pemerasan dan berbagai tindakan kekerasan lain oleh tahanan. 2. Upaya penanggulangan terjadinya

tahanan yang melarikan diri dari sel tahanan terdiri dari upaya penal dan non penal. Upaya penal terdiri dari dengan melakukan pengamanan secara terbuka dan pengamanan secara tertutup. Sedangkan upaya non penal terdiri dari dengan meningkatkan tindakan penggeledahan baik yang bersifat rutinitas maupun insidentil terhadap tahanan

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Analisis kriminologis Tahanan yang melarikan diri, penulis ingin menyampaikan sedikit saran sebagai berikut :

1. Hendaknya untuk mengurangi jumlah tahanan yang melarikan diri dari sel tahanan harus didukung dengan sarana dan prasarana yang cukup seperti penambahan sel tahanan dan petugas yang seimbang dengan jumlah tahanan, dan juga pemasangan alat-alat keamanan yang canggih dan modern (CCTV dan sebagainya), lalu peningkatan kualitas SDM (sumber daya manusia), skill individu tentunya guna menunjang keberhasilan keamanan.

2. Hendaknya pihak Polresta perlu meningkatkan kerja sama dengan pihak instansi lainya, misalnya ICJS (integrated Criminal justice

system). Bentuk kerjasamanya

dapat dengan meningkatkan pengamanan dan ketertiban di sel tahanan, tindakan penggeledahan harus lebih ditingkatkan, dan juga perlunya perubahan infrastruktur gedung sel tahanan yang lebih besar agar mencegah sedini mungkin adanya tahanan yang melarikan diri.

DAFTAR PUSTAKA

A.Literatur

Anwar, Yesmil dan Adang, 2008,

Pembaharuan Hukum Pidana

(Reformasi Hukum), Jakarta:

(14)

Bakhri, Syaiful, 2009, Perkembangan Stelsel Pidana di Indonesia, Yogyakarta: Total Media.

Purnomo, Bambang, Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan Sistem Pemasyaraktan,

B.Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar NRI 1945

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

Referensi

Dokumen terkait

4.5 Menyusun teks lisan dan tulis untuk memaparkan dan menanyakan jati diri,dengan sangat pendek dan sederhana, dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks,

klasifikasi, yaitu (1) konteks fisik yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu komunikasi, (2) konteks epistemis atau latar belakang pengetahuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan asal sumber benih (provenans) memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi, tetapi tidak berpengaruh nyata

On the one hand, it is initially hard to understand how evaluative judgements can be objectively true; on the other hand, even leaving the objectivity question aside, it is hard to

I was fairly sure he, too, had been riding behind the enslaved Good Folk, and from what little Flint had been able to tell me, I deduced this was Esten.. He

“Well,” Cyrus said with a sickeningly sweet smile that betrayed the turmoil and anger he felt inside, “why don't you just open up the next gate for us and we'll

Perusahaan dapat menggunakan pengolahaan informasi apabila sudah dapat menerapkan pengolahaan data dengan baik, dimana fasilitas dan sumber daya menjadi salah dua

Salah satu diantaranya muncul yang dinamkan sistem, sistem adalah sekelompok unsure yang erat berhubungan dengan yang lainya, sehingga dengan adanya sistem dan