• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KAAGO AGO DALAM BAHASA MUNA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH KAAGO AGO DALAM BAHASA MUNA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PEDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kebudayaan daerah sebagai bagian dari kebudayaan nasional tumbu dan berkembang sejalan dengan petumbuhan dan perkembangan masyarakat pendukung nya oleh karena itu ,sebagian dari masyaakat nasional kebudayaan daera perlu di jaga di lestarikan agar kebudayaan tersebut tidak mengalami kepunahan sehinggga kebudayaan daera dapat sejalan dengan perkembangan zaman . Eksitensi satra sebagai bagian dari kebudayaan itu merajuk pada kemampuan nya dalam merangkum misii humanis yang mengarah pada memanusiakan manusia. metode dalam pendekatannya yang spesifik dengan mengutamakan unsur etika dan etika berbahasa ,mamp menarik minat dari berbagai kalangan untuk mengarunginya ,selain itu berkaitan tersebut di sebabkan oleh kodrat manusia yang selalu mencintai keindahan dalam berbahasa .

dalam hal ini para ahli menyimpulkan bahwa manusia homofabulan ( makhluk bersastra ) Melalui media berbahasa sastra dapat leluasa membentangkan segala sendi dan peri kehidupan maisi nusia secara luas dan dalam . tuangan pengalaman dalam satra itu berisi citra kemanusian cinta kasi dan ajaran lainnya yang sangat beguna bagi manusia dalam kehidupannya . bahkan para misi tertentu sastra berguna sangat berguna bagi kehidupan manusia dan juga dapat mengembang fungsi sebagai kehidupan manusia dan juga sebagai kehidupan yang sifatnya intelektual,

pendidikan rohani serta hal-hal sifatnya personal maupun sosial. Masyrakat muna misalnya ,mempunyai sistim adat istiadat tertentuyang di junjung tinggi masyarakatnya.sistim adat istiadat tersebut mengandung muatan sastra yang sangat tinggi dengan mana dan nilai –nilai etika yang cukup berharga bagi masyarakat muna, setiap anggota masyarakat wajib berbuat dan bertindak menurut aturan adat istiadat yang ada.

1.2 MASALAH

(2)

1.2 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1.2.1 TUJUAN

Penelitian ini b ertujuan untuk mendikripsikan makna kaago-ago dalam bahasa muna (analisis makna kaago-ago dalam bahasa muna )di desa lapokainse kec. kusambi kab muna.

1.2.2 MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut 1.bahan pembinaan dan pengembangan adat istiadat daerah sekaligus menjadi penopang bagi pembinaaan dan pengembangan bahasa nasional bahasa indonesia terut ama mengenai kebudayaan nasional

2.bahan banding bagi penelitian yang sejenis baik dalam objek yang sama atau pun dengan objek yang berbeda utamanya yang berhubungan dengan makna kaago-ago dalam bahasa muna ( analisis kaago-ago dalam bahasa muna).

3.bahan ajar bagi pembelajaran muatan lokal di sekolah khusus nya pembelajaran bahasa dan sastra daera muna sulawesi tenggara.

1.4 RUANG LINGKUP

(3)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KESUSASTRAAN

Kata’ kesusastraan ’’berasal dari kata susastra yang memperoleh konfiks ’ke-an .dalam hal ini konfiks ke-an mengandung makna tentang atau hal kata susatra terdiri atas kata dasar sastra tulisan yang mendapa awalan kehormatan ’su’yang berarti baik atau indah .dengan demikian secara etimologi kata kesusatraan berarti pembicaraan tentang berbagai tulisan yang inda bentuknya dan mulia isinya (Nursisto,2000:01) Menurut efendi dalam badudu (1975:5)kesusastraan yaituciptaan manusia dalam bentuk lisan maupun tulisan yang dapat menimbulkan rasa bagus .karya seni merupakan ciptaan manusia dengan bahasa sebagai edianya ,merupakan perpaduan yang harmonis yaitu antara isi (menarik dan baik )dengan bahasa (indah ,bagus,susunan dan bagaimana cara mengungkapkanya ). Kesusastraan adalah isi dan bentuknya sangat serius berupa ungkapan pengalaman jiwa manusia yang di timbah dari kehidupan kemudian di reka dan di susun dengan bahasa yang indah sebagai sarana sehinggamencapai syarat estetis yang tinggi(zaidan,2000:196)

2.2 Tradisi Lisan

Dalam kerangka besar corpus terdapat filsafat sejara,nilai –niai moral etika hukum adat istaiadat,struktur dan organisasi sosial ,sastra dan estetika.selain itu teks lisan juga menuat ilmu pengetahuan dengan metodenya masyarakat etik mandar mengetahui cara pemanfaatan sumerdaya yang berkesinambungan .mereka mengetahui manfaat dan makna tumbu-tumbuhan .tradisi lisan menjelaskan secara pasti pola pola ke pemilikan dan pngusaan.atas laut dan sumber daya alam Tradisi lisan dengan demikian mengubungkan generasi yang satu ke generasi yang lainnya

2.3.pengertian foklor

(4)

Arti foklor secara keseluruhan pendapat Danadjaja (1997:2) sebagian kebudayaansuatu kolektif dan tersebar dan di wariskan turun temurun ,di antara kolektif macam apa saja secara tradisional dalam fersi yang berbeda ,baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang di sertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu mengingat (mnemonic device). Menurut pendapat soeryawan (1984:21)foklor adalah bentuk kesenian yang lahir dan menyebar di kalangan rakyat banyak .ciri dari seni budaya ini yang merupakan ungkapan pengalaman dan penghayatan rakyat banyak .ciri dari seni budaya ini yang merupakan ungkapan pengalaman dan penghayatan manusia yang khas ialah dalam bentuknya yang estetis –artistis ,karena dalam pelaksanaan hubungan yang omunikatif ,seni

mengungkapkannya melalui bentuk- bentuk etetis yang di pilih .Pendpat suryana (1978:1) folor merupakan bagian dari persendian cerita yang telah lama hidup dalam tradisi suatu msyarakat. Sedangkan menurut pendapat Isakar Dalan H.U.pikiran rakyat (22 januari 1996)foklor adalah kajian kebudayaan rakyaat jelata baik unsur materi maupun unsur non materi . kajian tersebut kepada masalah kepecayaan rakyat bahasa rakyat (dialog)kesusatraan rakyat nyanyian dan musik rakyat , tarian dan drama rakyat ,

kesenian rakyat,serta pakayan rakyat

2.4 ciri –ciri foklor

Kedudukan foklor dalam kebudayaan lainnya tentu saja berbeda . ciri-ciri yaitu sebagai berikut

A. penyebaran dan pewarisan biasanya di lakukan secara lisan ,yakni di sebarkan melalui ebarkan melalui tutur kata dari mulut kemulut .

B. foklor bersifat tradisional yakni di sebarkandalam bentuk relatif tepat dalam bentuk standar

C. veklor ada ( exis)dalam dalam versi-versi bahkan verion –varion yang berbeda .hal ini di akibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut kemulut (lisan ) biasanya olehcara penyebaran nya dari mulut kemulut (lisan )biasanya bukan melalui cetakan atau rekaman sehingga oleh proses lupa diri manusia atau proses intarpolasi (interpolatio)

D. Foklor bersifat anonim , yaitu nama ciptaan nya sudah tidak di ketahui orang lagi . E. Foklor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola dan selalu menggunakan

kata-kata klise

F. Foklor mempunyai kegunaan sebagai alat pendidik , pelipur lara,protes sosial sosial , dan proyeksi keinginan terpendam

(5)

H. Foklor menjadi milik bersama (colloctive) dari kolektif tertentu . hal ini sudah tentu di akibatkan karena pencipta yang pertama sudah tidak di ketahui lagi sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan sangutan merasa memilikinya

I. Foklor pada umumnya brsifat polos dan lugu , sehingga sering kali kelihatanya kasar ,terlalu spontan .hal ini dapat di mengerti apa bila mengingat bahwa banyak fklor merupakan proyeeksi emosi manusia yang paling jujur prestasinya .

Folklor merupakan pengindonesiaan kata “Folklore” yang mulanya dari bahasa Inggris yang majemuk yaitu “folk” dan “lore”. Pengertian Folk adalah sekelompok orang (entitas) yang memiliki ciri-ciri tertentu sebagai pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan. Dengan pengenal fisik tersebut, maka kelompok itu dapat dibedakan dari kelompok-kelompok sosial lainnya. Ciri-ciri pengenal fisik, sosial dan kebudayaan itu antara lain, berupa warna kulit, bentuk rambut, bahasa, mata pencaharian, taraf pendidikan, dan agama yang sama. Namun, ciri pengenal yang lebih penting lagi adalah bahwa mereka telah memiliki suatu tradisi, yaitu kebudayaan yang telah mereka warisi secara turun-temurun, sedikitnya dua generasi, yang telah mereka akui sebagai milik bersama. Dengan adanya ciri pengenal itu, mereka memiliki kesadaran akan identitas kelompok mereka sendiri. Kata “lore” lebih merupakan tradisi dari folk, yaitu sebagian kebudayaan yang diwariskan secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device). Dengan demikian, pengertian

tutur kata dari mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

2. Bersifat tradisional, yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar.

3. Berkembang dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan penyebarannya secara lisan sehingga folklor mudah mengalami perubahan. Akan tetapi, bentuk dasarnya tetap bertahan.

4. Bersifat anonim, artinya pembuatnya sudah tidak diketahui lagi orangnya.

(6)

6. Mempunyai manfaat dalam kehidupan kolektif. Cerita rakyat misalnya berguna sebagai alat pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan cerminan keinginan terpendam.

7. Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri ini terutama berlaku bagi folklor lisan dan sebagian lisan.

8. Menjadi milik bersama (colective) dari masyarakat tertentu.

9. Pada umumnya bersifat lugu atau polos sehingga seringkali kelihatannya kasar atau malah terlalu sopan. Hal itu disebabkan banyak folklor merupakan proyeksi (cerminan) emosi manusia yang jujur.

Folklore berfungsi sebagai sistem proyeksi, yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif (kelompok tertentu), dan dapat sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan. Selain itu folklore juga berfungsi sebagai alat pendidik anak maupun sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.

Jenis-jenis Folklor a. Folklor

b. lisan

Folklor jenis ini dikenal juga sebagai fakta mental (mentifact) yang meliputi sebagai berikut: 1. bahasa rakyat seperti logat bahasa (dialek), slang, bahasa tabu, otomatis;

2. ungkapan tradisional seperti peribahasa dan sindiran; 3. pertanyaan tradisonal yang dikenal sebagai teka-teki; 4. sajak dan puisi rakyat, seperti pantun dan syair;

5. cerita prosa rakyat, cerita prosa rakyat dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar, yaitu: mite (myth), legenda (legend), dan dongeng (folktale), seperti Malin Kundang dari Sumatra Barat, Sangkuriang dari Jawa Barat, Roro Jonggrang dari Jawa Tengah, dan Jaya Prana serta Layonsari dari Bali;

6. nyanyian rakyat, seperti “Jali-Jali” dari Betawi. b.sebagian lisan

Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial (sosiofact), meliputi sebagai berikut: 1. kepercayaan dan takhayul;

2. permainan dan hiburan rakyat setempat;

3. teater rakyat, seperti lenong, ketoprak, dan ludruk;

4. tari rakyat, seperti tayuban, doger, jaran, kepang, dan ngibing, ronggeng; 5. adat kebiasaan, seperti pesta selamatan, dan khitanan;

(7)

7. run tanah, dan temu manten;

8. pesta rakyat tradisional seperti bersih desa dan meruwat .c. foklor Bukan Lisan

Folklor ini juga dikenal sebagai artefak meliputi sebagai berikut:

1. arsitektur bangunan rumah yang tradisional, seperti Joglo di Jawa, Rumah Gadang di Minangkabau, Rumah Betang di Kalimantan, dan Honay di Papua;

2. seni kerajinan tangan tradisional, 3. pakaian tradisional;

4. obat-obatan rakyat; 5. alat-alat musik tradisional;

6. peralatan dan senjata yang khas tradisional; 7. makanan dan minuman khas daerah.

(8)

2.4 pengertian kaago-ago .

Kaago ago merupakan suatu secara ritual dilaksanakan oleh masyarakat kabupaten muna setiap membuka lahan baru untuk perkebunan. Kaago- ago mempunyai kekuatan simbolis sekali gus sebagai wujud dan ekspresi jiwa mereka dengan menjalin hubungan dengan menghuni dunia gaib .

Pelaksanaan acara kaago ago mempunyai kandungan nilai dan makna bagi kehidupan masarakat .nilai – nilai tersebut berupa baik buruk,perinta dan larangan yang di anggap sebagai suatu nilai yang dapat menberikan kemaslahatan bagi masyarakat .nilai –nilai berupa nilai –nilai religius yang mengajak masyarakat untuk taat kepada perinta allah dan nabi ,serta ancaman terhadap melanggar aturan yang berlaku serta nilai gotong royong yang di jujung tinggi oleh masyarakat dalam setiap sendi kehidupan khususnya di bidang pertanian mulai dari pengolahan sampai dengan panen ,di samping itu juga kaago-ago sebagai media masyarakat untuk komunikasi berbagai masalah yan di hadapi .saat ini kaago –ago mulai terancam punah oleh karena royong di masyarakat. harus tetap di pertahankanatau di lestarikan seiring dengan lunturnya ilai religius dan nilai gotong

2.5 proses pelaksanaan kaago –ago

Acara kaago-ago dilaksanakan setelah membersikan lahan dan telah siap untuk di tanami tanaman .sebelum pelaksanaan kaago –ago terlebih dahulu diadakan pertemuan untuk menentukan hari pelaksanaan yang di pimpin oleh masyarakat yang dituangkan ke dalam lokasi hamparan lahan itu. Dalam musyawara itu di peroleh kesepakatan kapan pelaksanaannya yakni hari yang baik .pemilihan hari yangbaikdi maksudkan agar pelaksaan acara tidak mendapat hambatan. Sebelum pelaksanaan masyarakat mempersiapkan kelengkapan berupa alat-alat pertanian seperti parang , pacul, tembilan, sabit ,kampak,bahan pelaksanaan (telur ayam kampung yang sudah di rebus 1 butir ,air ,dan kayu yang sudah druncingkan ,bendera (tombi),nasi,tembakau ,daun

siri,pinang dan kapu siri.

(9)

E. waompu lahataala fosakarino lima fosakarino ghaghe Asalo tulumi omuru bhe odadi konae amago- magoemo tora wite ini Neago- ago omputo lahata’ala

Setelah itu di lanjutkan dengan mengelilingi kebun ( kapalikono galu)oleh parka seraya berdoa agar penghuni dunia gaib tidak mengganggu mereka selama menempati kebun tesebut .setelah itu doa dengan tujuan agar petani yang ber kebun di lokasi tersebut terhindar dari bahaya, bencana atau waba penyakit yang akan menimpa mereka,sehingga mereka dapat hidup bahagia. aman dan damai setelah selesai pembacaan doa di lanjutkan dengan makan bersama dan seterusnya mencari waktu yang baik untuk menanam.

2.7 Makna Simbolis Kaago-Ago

(10)

2.8 Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Kaago-Ago a. Nilai Religius

Nilai ini tumbuh bersamaan dengan keyakinan masyarakat tentang kandungan alam semesta. Masyarakat percaya dan pekah terhadap kekuatan supranatural. Bahkan, masyarakat berpikir bahwa keberadaanya di dunia ini tidak berarti apa-apa tanpa mmpercayai kekuatan ghaib. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kehidupan alam ghaib. Acara kaago-ago merupakan tradisi yang dilakukan untuk menjebatani kehidupan manusia dengan alam ghaib. Dalam acara kaago-ago, kita dituntuk senantiasa berakhlak mulia, tidak boleh melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan kehidupan beragama dan norma-norma yang dianut masyarakat secara turun-temurun. perlaksananya semua hal di atas dalam acara kaago-ago memiliki beberapa pantangan yang bernilai religious antara lain (1) Para petani yang berkebun di lokasi tersebut tidak boleh berbuat hal-hal yang tidakk senonoh, seperti berzina dan perbuatan lain yang dilarang agama; (2) tidak boleh mencuri dan memukul binatang apalagi membunuhnya. Apabila hal ini dilanggar maka orang atau kebun yang bersangkutan tidak akan membawa berkah, tetapi akan mendapatkan bencara seperti serangan hama babi, tikus dan sebagainya. Dalam teks batata (doa) menunjukan adanya permohonan kepada Allah swt. agar mereka selamat, hasil melimpah, tenang dan damai serta ancaman barang siapa yang meranggar akan hancur binasa.

b. Nilai Gotong-Royong dan kebersamaan

(11)

c.Nilai Gotong Royang Dan Kebersamaan

(12)

BAB III PENUTUP

1. KESIMPULAN

Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Kaago-Ago a. Nilai Religius

Nilai ini tumbuh bersamaan dengan keyakinan masyarakat tentang kandungan alam semesta. Masyarakat percaya dan pekah terhadap kekuatan supranatural. Bahkan, masyarakat berpikir bahwa keberadaanya di dunia ini tidak berarti apa-apa tanpa mmpercayai kekuatan ghaib. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kehidupan alam ghaib. Acara kaago-ago merupakan tradisi yang dilakukan untuk menjebatani kehidupan manusia dengan alam ghaib. Dalam acara kaago-ago, kita dituntuk senantiasa berakhlak mulia, tidak boleh melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan kehidupan beragama dan norma-norma yang dianut masyarakat secara turun-temurun. perlaksananya semua hal di atas dalam acara kaago-ago memiliki beberapa pantangan yang bernilai religious antara lain (1) Para petani yang berkebun di lokasi tersebut tidak boleh berbuat hal-hal yang tidakk senonoh, seperti berzina dan perbuatan lain yang dilarang agama; (2) tidak boleh mencuri dan memukul binatang apalagi membunuhnya. Apabila hal ini dilanggar maka orang atau kebun yang bersangkutan tidak akan membawa berkah, tetapi akan mendapatkan bencara seperti serangan hama babi, tikus dan sebagainya. Dalam teks batata (doa) menunjukan adanya permohonan kepada Allah swt. agar mereka selamat, hasil melimpah, tenang dan damai serta ancaman barang siapa yang meranggar akan hancur binasa.

b. Nilai Gotong-Royong dan kebersamaan

(13)

binatang apa lagi membunuhnya .apa bila hal ini di langgar maka orang atau kebun yang bersangkutan tidak akan membawa berka tetapi akan mendapatkan bencana seperti serangan hama babi ,tikus dan sebagainya. Dalam tes batata (doa)menunjukan adanya permohonan kepada allah swt agar mereka selamat hasil melimpa,tenang dan damai .serta ancaman barang sapa yang melanggar akan hancur binasa.

c.Nilai Gotong Royang Dan Kebersamaan

Dalam acara kaago –ago di samping nilai –nilai relegius juga tumbu nilai gotong royong dan kebersamaan .nilai ini suda menjadi ciri khas masyarakat

petani .termasuk dalam pelaksanaan acara .masyarakat salinga membantu antara satu sama lain dari proses awal kebun sampai panen temasuk menghadapi masalah yang berhubungan dengan pertanian dan perkebunan selalu di

musyawarakan ,mialnya serangan waba penyakit tanaman .acara kaago-ago merupakan media yang efektif bagi petan untuk saling tukarpikiran .

2. SARAN

(14)

DAFTAR PUSTAKA

1. Danjaja.james .1986.foklor indonesia .ilmu gosip.dongeng dan lain –lain jakarta PN Grafiti pers

2. Ardika . 1 wayan .2007 .”kebudayaan lokal multikultural dan politik identitas dalam relaksi hubungan

3. Antar etnis .antara kearifan lokal dengan warga cina dan bali “dalam jurnal lembaga kebudayaan

.UMM.Edisi maret tahun 2007.

4. Aris, laode 2010 kaago-ago (ritual pemecahan penyakit dalam masyarakat muna )tesis di program pasca

5. Sarjana universitas gaja mada .tidak di terbitkan .

(15)

TUGAS : MATA KULIAH

SISTEM SOSIAL

BUDAYA

INDONESIA

MAKNA KAAGO-AGO BAGI MASYARAKAT

PETANI DI KABUPATEN MUNA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK III

1.

LA MAEMUDI (KETUA)

2. ALIMUDIN (ANGGOTA)

3. LA IDI (ANGGOTA)

4. MUSTAMIN

5. LA ODE INDRA

6. JABALNUR

PRODI

: ILMU PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

KENDARI

2013

(16)

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 1

1.3 Tujuan Penulisan... 2

BAB II PEMBAHASAN... 3

2.1 Pengertian Kesusatraan... 3

2.2 Tradisi Lisan... 3

2.3 Pengertian faklor... 3

2.4 Ciri-Ciri Faklor... 4

2.5 Proses Pelaksanaan Kaago-Ago... 8

2.6 Makna Simbolis Ka Ago-Ago... 9

BAB III PENUTUP... 12

1. Kesimpulan... 12

2. Saran... 13

(17)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat waktu.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “ MAKNA KA AGO-AGO BAGI MASYARAKAT PETANI DI MUNA ”

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca.

Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Raha, Juli 2013

Referensi

Dokumen terkait