• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Baitul Hikmah Bagi Peradaban Isl (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peranan Baitul Hikmah Bagi Peradaban Isl (1)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah yang sederhana ini dengan baik dengan judul “Peranan Baitul Hikmah Bagi Peradaban Islam”.

Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memnuhi tugas mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar di Universitas Darussalam Gontor. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan karya ilmiah ini.

Harapan kami dalam penulisan karya ilniah ini semoga dapatmemberi manfaat bagi semua yang membacanya.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan semoga Allah senantiasa meridhai segala amal perbuatan kita. Amin.

Gontor, 3 Desember 2014

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada masa dinasti Bani Abbasiah terkenal ada beberapa khalifah yang mempunyai pencapaian yang luar biasa. Pencapaian tersebut ditandai dengan majunya peradaban Islam. Puncak kemajuan ini berada pada pemerintahan khalifah Harun Al Rasyid dan anaknya Al Ma’mun. Pada masa pemerintahan Harun Al Rasyid Islam mengalami puncak kejayaanya dengan Bagdad sebagai pusatnya. Pada masa ini kemajuan dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti aspek politik, ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan. Sahingga peradaban ini disebut sebagai ”The golden age of Islam”, atau masa keemasan Islam.

Setelah Harun Al Rasyid wafat, pemerintahanpun diteruskan oleh anaknya yang bernama Al Ma’mun. Bahkan pada masa ini kejayaan Islam masih berlanjut. Hal ini ditandai dengan kemajuanya pada bidang pendidikan dan intelektualnya dengan dibangunya Baitul Hikmahdi Bagdad. Di baitul hikmah ini dijadikan sebagai pusat kajian keilmuan dan pengetahuan. Pada masa itu pula banyak muncul cendekiawan-cendekiawan muslim dan juga karya-karya besar mereka yang nantinya akan mempengaruhi peradaban Islam bahkan dunia, sehingga Baitul Hikmah dianggap sebagai pelecut kemajuan peradaban Islam pada zaman Abbasiyah. Didasari atas beberapa kenyataan tersebut, pada makalah ini penulis berusaha untuk memaparkan sejarah berdirinya baitul hikmah serta peranannya dalam perkembangan peradaban Islam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka pada tulisan ini hendak mencari jawaban terhadap pertanyaan:

(3)

2. Bagaimana Sejarah Baitul Hikmah?

3. Apakah Peranan Baitul Hikmah Bagi Peradaban Islam

4. Apa pengaruh Baitul Hikmah Terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana diuraikan di atas, maka maksud dari tujuan tulisan ini:

1. Ingin mengetahui latar belakang berdirinya Baitul Hikmah

2. Ingin mengetahui sejarah baitul hikmah

3. Ingin mengetahui peranan Baitul Hikmah bagi peradaban Islam

4. Ingin mengetahui pengaruh Baitul Hikmah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

D. Metode

(4)

BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Berdirinya Baitul Hikmah

Motivasi didirikannya lembaga baitul hikmah boleh jadi memang kepentingan-kepentingan praktis, seperti kepentingan untuk menguasai ilmu kedokteran, astronomi, tetapi juga sangat penting didorong oleh kepentingan prestise, ada yang menilai bahwa pendirian lembaga tersebut sesunggguhnya didorong oleh keinginan meniru lembaga hebat yang didirikan oleh orang-orang kristen Nestorians; yakni gondhesaphur yang salah satu tokohnya georgius Gabriel pernah ditunjuk menjadi kepala sebuah rumah sakit pada jaman khalifah al-Mansur. Tokoh ini juga aktif menerjemahkan karya-karya yunani.

Terlepas dari itu semua yang menjadi motivasi utamanya, pembentukan lembaga Baitul Hikmah adalah disebabkan oleh faktor-faktor obyektif sebagai berikut:

1. Melimpahnaya kekayaan negara dan tingginya apresiasi khalifah Al Makmun terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Al-Makmun mempunyai selera pribadi yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan (Filsafat, kedokteran, astronomi, dan lain-lain), dan seni musik. Bersatunya “dana” dengan “selera” ini melahirkan “political will” yang ternyata mendapat sambutan yang positif dari para

pembantunya dan dari masyarakat.

(5)

mazhab Nestorias yang diusir Kaisar Bizantium dari Eddesa tahun 489. Pada tahun 529 datang lagi gelombang imigran dan lulusan Athena yang terusir dan akhirnya masuk kawasan Persia. Dalam hal ini tidak dapat diabaikan jasa besar dari “The Great king” Chosrus Nushirwan (tahun 531-579);yang akhirnya bisa menjadikan kawasan tersebut sebagai sentra-sentra ilmu pengetahuan yang penting.Jundhisaphur adalah salah satu yang terpenting. Kota di propinsi Khuzistan ini sangat populer dengan ilmu kedokterannya. Warga kota ini telah mampu mengembangkan metode-metode pengobatan yang lebih dekat daripada metode India dan Yunani. Disamping melalui para imigran, warisan perradaban kuno juga masuk ke kawasan Persia akibat interaksi dengan dunia luar selama berabad-abad. Karena kawasan Iraq (Mesopotamia) memang telah mempunyai rentang sejarah peradaban yang tua.

3. Adanya apresiasi yang tinggi dari kebanyakan anggota masyarakat (dari berbagai lapisan sosial) terhadap kegiatan keilmuan,yang menyebabkan mereka bisa bekerja bahu-membahu satu sama lain tanpa mengalami beban psikologis yang disebabkan oleh perbedaan etnis, agama, status sosial dan lain sebagainya. Disini profesionalitas dijunjung tinggi dengan sikap terbuka dan fair. Sehingga tidak mengherankan jika waktu itu, karena kualitasnya, orang-orang etnis non arab dan non muslim banyak sekali perananya. Mereka bisa menjalankan tugas dengan tenang meskipun memerintahkan adalah kaisar (khalifah) muslim.

B. Sejarah Baitul Hikmah

Baitul Hikmah adalah perpustakaan dan pusat penerjemahan pada masa dinasti Abbasiah. Baitul hikmah ini terletak di Baghdad. Baghdad ini dianggap sebagai pusat intelektual dan keilmuan pada masa Zaman Kegemilangan Islam (The golden age of Islam). Karena sejak awal berdirinya kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Itulah sebabnya K. Hitti menyebut bahwa Baghdad sebagai profesor masyarakat Islam.

(6)

-809 M). Baitul Hikmah merupakan perpustakaan yang berfungsi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Institusi ini merupakan kelanjutan dari institusi serupa di masa Imperium Sasania Persia yang bernama Jundhisapur Academy. Namun berbeda dari institusi pada masa Sasania yang hanya menyimpan pusi-puisi dan cerita-cerita untuk raja. Pada masa Abbasiyah institusi ini diperluas penggunaannya. Bait al-Hikmah atau Graha kebijaksanaan yang dirintis oleh khalifah Harun al-Rasyid ditujukan untuk menjadi pusat segala kegiatan keilmuan. Pada masa Harun al-Rasyid institusi ini bernama Khizanah al-Hikmah (Khazanah Kebijaksanaan yang berfungsi sebagai sebagai perpustakaan dan pusat penelitian. Pada waktu itu, gerakan intelek yang hebat telah bangkit dan mendorong kaum muslim untuk memperoleh ilmu-ilmu pengetahuan zaman kuno.

Tujuan utama didirikannya Baitul Hikmah adalah untuk mengumpulkan dan menyalin ilmu-ilmu pengetahuan asing ke dalam bahasa Arab. Inilah yang menjadi awal kemajuan yang dicapai Islam, yaitu menggenggam dunia dengan ilmu pengetahuan dan peradaban. Pada waktu itu pula berkembang beragam disiplin ilmu pengetahuan dan peradaban yang ditandai dengan berdirinya Baitul Hikmah sebagai perpustakaan raksasa sekaligus pusat kajian ilmu pengetahuan dan peradaban terbesar pada masanya.

Di situ para sarjana sering berkumpul untuk menterjemah dan berdiskusi masalah ilmiah. Dan khalifah Harun Ar-Rasyid kemudian Al-Makmun secara aktif selalu ikut dalam pertemuan-pertemuan itu. Lembaga pendidikan ini didirikan berkat adanya usaha dan bantuan dari orang-orang yang memegang kepemimpinan dalam pemerintahan.

Jika kita melihat Harun Ar Rasyid adalah khalifah yang banyak

(7)

Sehingga pada masa pemerintahanya penerjemahan buku-buku asing digalakan. Dan bukti dari jasa besarnya adalah dalam pembangunan Baitul Hikmah ini.

Pada mulanya Harun ar Rasyid (736-809 M) mendirikan Khizanat Al Hikmah yang berfungsi sebagai perpustakaan, tempat penerjemahan dan

penelitian. Kemudian pada tahun 815 M Al Ma’mun (813-833 M) mengubahnya menjadi Baitul Hikmah yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang berasal dari persia, Byzantium, Eithopia dan India.

Baitul Hikmah ini mengalami kemajuan pesat pada masa khalifah Al Ma’mun. Baitul Hikmah merupakan salah satu contoh perpustakaan Islam yang lengkap, yang berisi ilmu agama Islam dan bahasa arab, bermacam-macam ilmu pengetahuan yang telah berkembang pada masa itu dan berbagai macam buku terjemahan dari bahasa-bahasa Yunani, Persia, India, Qibty dan aramy.

Perpustakaan-perpustakaan Islam pada masa jayanya dikatakan sudah menjadi aspek budaya, dikatakan sudah menjadi budaya yang penting, sekaligus sebagai tempat belajar dan sumber ilmu pengetahuan, baik agama maupun ilmu umum.

Sebagaian ilmuwan bependapat, bahwa usaha ilmiah terpenting dijalankan oleh akademi ini terjadi sewaktu dikepalai oleh Hunain ibn Ishaq, seorang Kristen yang pandai berbahasa Arab dan Yunani. Dia memperkenalkan metode penerjemahan baru yaitu menterjemahkan kalimat, bukan menerjemahkan kata per kata, hal ini agar dapat memperoleh keakuratan dan keotentikan naskah, Hunain juga menggunakan metode penerjemahkan dengan membandingkan beberapa naskah untuk diperbandingkan. Hunain berhasil memindahkan ke dalam bahasa Arab Apollonius, Plato, Galen, Aristoteles, Themitius, Perjanjian lama,dan sebuah buku kedokterann yang dikarang oleh Paulus al-Agani dengan bantuan para penerjemah dari Bait al-Hikmah. Ia menerjemahkan kitab Republik dari Plato, dan kitab Kategori, Metafisika, Magna Moralia dari Aristoteles .

(8)

Barat). Pasca Ma’mun, penerjemahan berjalan terus,bahkan tidak hanya menjadi urusan istana, tetapi telah menjadi usaha pribadi oleh orang yang gemar dan mencintai ilmu, misalnya Muhammad, Ahmad, dan al-Hasan anak-anak Musa Ibn Syakir yang telah menafkahkan sebagian besar hartanya untuk penerjemahan buku-buku. Sementara itu, Musa telah menerjemahan ke dalam bahasa Arab buku-buku karangan Plato, Aristoteles, dan lain-lain.

Sebagai catatan orang Nestor Syiriah yang berbahasa Suryani yang banyak terlibat dalam penerjemahan buku-buku Yunani ke dalam bahsa Arab. Yahya al-batrik, ahli bahasa Suryani dan Yunani menyerahkan buku terjemahan dari Yunani ke Arab kepada khalifah Abbasiyah, kemudian khalifah menyuruh Mu’allim Tsani, al-Farabi untuk mengedit lagi, karena al-batrik dianggap kurang mahir bahasa arab. Hal ini menunjukkan betapa perhatian pemerintah dalam hal memelihara ilmu pengetahuan Yunani.

Kegiatan kaum muslimin bukan hanya menerjemahkan,bahkan mulai memberikan syarahan (penjelasan), dan melakukan tahqiq (pengeditan). Pada mulanya muncul dalam bentuk karya tulis yang ringkas, lalu dalam wujud yang lebih luas dan dipadukan dalam berbagai pemikiran dan petikan,analisis dan kritik yang disusun dalm bentuk bab-bab dan pasal-pasal. Dengan kepekaan mereka, hasil kritik dan analisis itu memancing lahirnya teori-teori baru sebagi hasil renungan mereka sendiri. Misalnya apa yang telah dilakukan oleh Muhammd ibn Musa al-Khawaizmi dengan memisahkan aljabar dan ilmu hisab yang pada akhirnya menjadi ilmu tersendiri secara sistematis.

Baitul Hikmah berkembang maju di bawah pengganti Ma’mun, al-Mu’tasim dan al-Wathiq tetapi menurun di bawah pemerintahan al-Mutawakkil. Ini disebabkan Al-Ma’mun, Al-Mu’tasim dan Al-Watshiq mengikut mazhab Muktazilah tetapi Mutawakkil mengikut aliran Islam tradisional.

(9)

Diriwayatkan Sungai Tigris menjadi hitam selama enam bulan karena tinta dari buku-buku yang dihamburkan ke dalam sungai.

C. Peranan Baitul Hikmah Bagi Peradaban Islam

Masa dinasti abasiyyah merupakan masa kejayaan Islam dalam berbagai bidang, khususnya bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada masa ini umat Islam telah banyak melakukan kajian kritis tentang ilmu pengetahuan, sehingga mengalami kemajuan pesat. Pengalihan ilmu pengetahuan dilakukan dengan cara menerjemahkan berbagai buku karangan bangsa-bangsa terdahulu, seperti buku-buku karya bangsa Yunani, Romawi dan Persia. Berbagai naskah yang ada di kawasan Timur Tengah dan Afrika seperti Mesopotamia dan Mesir juga menjadi perhatian.

Banyak para ahli yang berperan dalam proses perkembangan ilmu

pengetahuan adalah kelompok mawali atau orang-orang non arab, seperti Persia. Pada masa permulaan Dinasti Abasiyah, belum terdapat pusat-pusat pendidikan formal, seperti sekolah-sekolah. Akan tetapi sejak masa pemerintahan Harun Ar Rasyid mulailah dibangun pusat-pusat pendidikan formal seperti Khizanatul Hikmah dan pada masa Al Ma’mun diubah menjadi Baitul Himah yang kelak dari lembaga ini melahirkan para sarjana dan para ahli ilmu pengetahuan yang

membawa kejayaan bagi umat Islam.

Pada masa Al Ma’mun ilmu pengetahuan dan kegiatan intelektual mengalami masa kejayaanya. Ia mendirikan Baitul Hikmah pengembangan dari Khizanatul Hikmahyang menjadi pusat kegiatan ilmu, terutama ilmu pengetahuan nenek moyang Eropa (Yunani). Pada masa itu banyak karya-karya Yunani yang diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Selanjutnya model ini dikembangkan di Darul Hikmah Cairo kemudian diterima kembali oleh barat melalui Kordoba dan kota-kota lain di Andalusia.

(10)

diterjemahkanya. Hal inilah salah satu yang menjadikan Islam mengalami kemajuan. Karena umat Islam bis mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang ada di penjuru dunia.

Disamping sebagai pusat penerjemahan, Baitul Hikmah juga berperan sebagai perpustakaan dan pusat pendidikan. Karena pada masa perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, buku mempunyai nilai yang sangat tinggi. Buku merupakan sumber informasi berbagai macam ilmu pengetahuan yang ada dan telah dikembangkan oleh ahlinya. Orang dengan mudah dapat belajar dan mengajarkan ilmu pengetahuan yang telah tertulis dalam buku.

Dengan demikian buku merupakan sarana utama dalam usaha pengembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan. Sehingga Baitul Hikmah selain menjadi lembaga penerjemahan juga sebagai perpustakaan yang mengoleksi banyak buku.

Pada masa ini berkembang berbagai macam ilmu pengetahuan, baik itu pengetahuan umum ataupun agama, seperti Al Qur’an, qiraat, Hadits, Fiqih, kalam, bahasa dan sastra. Disamping itu juga berkembang empat mazhab fiqih yang terkenal, diantaranya Abu Hanifah pendiri madzhab Hanafi, Imam Maliki ibn Anas pendiri madzhab Maliki, Muhammad ibn Idris Asy-Syafi’i pendiri madzhab syafi’i dan Muhammad ibn Hanbal, pendiri madzhab Hanbali. Disamping itu berkembang pula ilmu-ilmu umum seperti ilmu filsafat, logika, metafisika, matematika, alam, geometri, aritmatika, mekanika, astronomi, musik, kedokteran dan kimia. Ilmu-ilmu umum masuk kedalam Islam melalui terjemahan di Baitul Hikmah dari bahasa Yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab,

disamping dari bahasa India. Pada masa pemerintahan al Ma’mun pengaruh Yunani sangat kuat. Diantara para penerjemah yang masyhur saat itu ialah Hunain ibn Ishak, seorang Kristen Nestorian yang banyak menerjemahkan buku-buku Yunani ke dalam bahasa Arab. Ia terjemahkan kitab Republik dari Plato dan kitab Kategori, Metafisika, Magna Moralia dari dari Aristoteles

(11)

ilmuan-ilmuan Islam, berikut Sarjana-sarjana dan ilmuan-ilmuan yang lahir dari lembaga ini:

1. Ilmu Pengetahuan Umum

Dibidang ilmu pengetahuan umum banyak lahir ilmuan-ilmuan besar dan sangat berpengaruh terhadap peradaban islam.

A. Ilmu kedokteran

1) Hunain ibn Ishaq (804-874 M), terkenal sebagai dokter penyakit mata.

2) Ar Razi (809-873 M), terkenal sebagai dokter ahli penyakit cacar dan campak. Buku karanganya dibidang kedokteran berjudul Al Hawi.

3) Ibn sina (980-1036 M), karyanya yang terkenal adalah al Qonun fi at-Tibb dan dijadikan buku pedoman kedokteran bagi universitas di negara Eropa dan negara islam.

4) Abu Marwan Abdul Malik ibn Abil’ala ibn Zuhr (1091-1162 M), terkenal sebagai dokter ahli penyakit dalam. Karyanya yang terkenal adalah At Taisir dan Al Iqtida.

5) Ibn Rusyd (520-595 M), terkenal sebagai perintis penelitian pembuluh darah dan penyakit cacar

B. Ilmu Perbintangan

1) Abu Masy’ur al Falaki, karyanya adalah Isbatul’Ulum dan Haiatul Falaq.

2) Jabir Al Batani, pencipta teropong bintang yang pertama, karya yang terkenal adalah Kitabu Ma’rifati Matlil-Buruj Baina Arba’il Falaq.

(12)

C. Ilmu Pasti (Riyadiyat)

1) Sabit bin Qurrah al Hirany, karyanya yang terkenal adalah Hisabul Ahliyyah.

2) Abdul Wafa Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin Abbas, karyanya yang terkenal ialah Ma Yahtaju Ilaihi Ummat Wal Kuttab min Sinatil-hisab.

3) Al Khawarijmi, tokoh matematika yang mengarang buku al Jabar.

4) Umar Khayam, karyanya tentang al Jabar yang bejudul Treatise on al-Gebra telah diterjemahkan oleh F Woepcke ke dalam bahasa Perancis (1857 M). Karya Umar Khayam lebih maju daripada al Jabar karya Euklides dan Al Khawarizmi.

D. Ilmu farmasi dan Kimia

Salah satu ahli farmasi adalah ibn Baitar, karyanya yang terkenal adalah Al Mugni, Jami’ Mufratil Adwiyyah, wa Agziyah dan Mizani tabib. Adapun dibidang Kimia adalah Abu Bakar Ar Razi dan Abu Musa Ya’far al Kufi.

E. Ilmu Filsafat

Tokoh-tokoh filsafat Islam antara lain, Al Kindi (805-873), Al Farabi (872-950 M) dengan karyanya Ar-Ra’yu Ahlul Madinah al Fadilah, Ibnu sina (980-1036 M), Al Ghazali (450-505 M) dengan karya Tah-Afut al-Falasifat, Ibnu Rusyid dan lain-lain.

F. Ilmu Sejarah

Ahli Sejarah yang lahir pada masa itu adalah Abu Ismail al Azdi, dengan karyanya yang berjudul Futuhusyi Syam, al Waqidy dengan karyanya al Magazi, Ibn Sa’ad dengan karyanya at-Tabaqul Kubra dan Ibnu Hisyam dengan karyanya Sirah ibn Hisyam.

(13)

Tokohnya ialah Ibnu Khazdarbah dengan karyanya Kitabul masalik wal Mamalik, Ibnu Haik dengan karyanya Kitabus Sifati Jaziratil-‘arab dan Kitabul Iklim, Ibn Fadlan dengan karyanya Rihlah Ibnu fadlan.

H. Ilmu Sastra

Pada masa itu juga berkembang ilmu sastra yang melahirkan beberapa penyair terkenal seperti, Abu Nawas, Abu Atiyah, Abu Tamam, Al Mutannabbi dan Ibnu Hany. Di samping itu mereka juga menghasilkan karya sastra yang fenomenal seperti Seribu Satu Malam “Alf Lailah Walailah”, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Arabian Night.

2. Ilmu Agama

Di samping ilmu pengetahuan umum, pada masa itu berkembang pula ilmu agama dengan tokoh-tokohnya sebagai berikut:

A. Ilmu Tafsir

Pada masa itu berkembang 2 macam tafsir dengan tokoh-tokohnya:

1) Tafsir Bil Ma’tsur (penafsiran ayat Al Qur’an oleh Al Qur’an atau Hadits Nabi), diantara tokohnya adalah Ibnu Jarir At Tabari, Ibnu Atiyah al Andalusy, Muhammad Ibn Ishak dan lain-lain.

2) Tafsir Bir-Ra’yi (Tafsir dengan akal pikiran), diantara tokohnya adalah Abu Bakar Asam, Abu Muslim Muhammad bin Bahr Isfahany, Ibnu Juru Ak Asadi dan lain-lain.

B. Ilmu Hadits

(14)

C. Ilmu Kalam

Ilmu Kalam lahir karena dua faktor, yaitu musuh Islam ingin

melumpuhkan Islam dengan filsafat dan semua masalah termasuk agama berkisar pada akal dan ilmu. Diantar tokohnya ialah Wasil ibn Atho’, Abu Hasan Al Asy’ari, Imam Ghozali dan lain-lain.

D. Ilmu Tasawuf

Diantara tokohnya adalah al Qusairy dengan karyanya Risalatul Qusairiyah dan Al Ghozali dengan karyanya Ihya’ Ulumuddin.

E. Ilmu bahasa

Pada masa itu kota Basrah dan kuffah menjadi pusat kegiatan bahasa. Diantara tokohnya ialah Sibawaih, AL Kisai dan Abu Zakariya al Farra.

F. Ilmu Fikih

Pada masa ilmu fikih juga berkembang pesat, terbukti pada masa ini muncul 4 madzhab fiqih, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali.

Dari uraian di atas maka lelas bahwa ilmu pengetahuan ini hanya dapat maju apabila masyarakat berkembang dan berperadaban. Jika kita ketahui bahwa pendidikan akan maju maka suatu rakyat harus sejahtera, disamping itu segala sarana yang menunjang lengkap. Hal itulah yang terjadi di Bagdad dengan Baitul Hikmah yang mampu memajukan peradaban Islam.

D. Pengaruh Baitul Hikmah terhadap ilmu Pengetahuan

Setelah meluasnya peran lembaga tersebut, lembaga ini juga membawa dampak positif secara makro bagi masyarakat luas diantaranya:

(15)

diperoleh kembali kekayaan warisan peradaban kuno yang bernilai tinggi dari Yunani,India, Persia dan lainnya.

2. Semakin tumbuh suburnya kondisi sosial yang favourable bagi perkembangan ilmu pengetahuan

3. Terjadinya integrasi sosial yang kian intensif dan berkurangnya sikap primordialisme. Diantara penyebab Daulah Abbasiyah pada periode pertama ini berhasil mencapai masa keemasan ialah terjadinya asimilasi dalam Daulah Abbasiyah ini, keterlibatan unsur-unsur non Arab, terutama bangsa Persia, dalam pembinaan peradaban Baitul Hikmah.

(16)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Baitul Hikmah bahasa Arab Bait al-Hikmah adalah perpustakaan dan pusat penerjemahan pada masa dinasti Abbasiah yang terletak di Bagdad. Pada mulanya Harun ar Rasyid (736-809 M) mendirikan Khizanat Al Hikmah yang berfungsi sebagai perpustakaan, tempat penerjemahan dan penelitian. Kemudian pada tahun 815 M Al Ma’mun (813-833 M) mengubahnya menjadi Baitul Hikmah yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang berasal dari persia, Bizantium, Eithopia dan India.

Pada masa Al Ma’mun Baitul Hikmah mengalami kemajuan yang luar biasa. Karena pada saat itu Baitul Hikmah menjadi pusat kajian yang

memunculkan banyak ilmuan, baik ilmuan agama atau ilmu umum. Maka di sinilah Baitul Hikmah mempunyai peranan yang cukup besar dalam memajukan peradaban Islam, bahkan pada masa itu Islam mengalami masa keemasanya ”The golden age of Islam”.

B. Penutup

(17)

REFERENSI

Issawi, Charles, Filsafat Islam Tentang Sejarah, (Jakarta: Tintamas, 1976).

Karim, M Abdul, Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007).

Mubarok, Jaiha, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005).

Mufrodi, Ali, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997).

Wahid, N Abbas dan Suratno, Khazanah Sejarah Kebudayaan Islam, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009).

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Pada profil kadar gula reduksi memiliki kecenderungan trend sebanding dengan profil kadar gula total, yaitu berupa penurunan yang signifikan di awal proses

Dari uraian tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa paradigma pendidikan merupakan kerangka berpikir dari setiap orang yang terlibat dalam dunia pendidikan

Penelitian ini mengenai preferensi merek konsumen produk shampoo sunsilk dan sejauh mana preferensi merek tersebut dapat mempengaruhi loyalitas konsumen terhadap produk shampoo

Anak lebih banyak menghabiskan waktunya diluar sekolah dari pada disekolah, diluar sekolah anak banyak menghabiskan waktu bersama keluarga, orang tua, teman sebaya dan

Selaras dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Dwanggi (2017), dalam penelitianya yang berjudul Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Budaya

Keadaan dibuktikan melalui kenyataan yang diberitahu oleh peniaga India Muslim iaitu RNK 1 menyatakan… kita cuba yang terbaik dalam amalan etika kepada semua pihak...ye lah