• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cerita Anak Sholeh Harun Penyayang Binat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Cerita Anak Sholeh Harun Penyayang Binat"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Cerita Anak Sholeh Harun Penyayang Binatang

Di sebuah desa yang terpencil, ada sepasang penggembala suami istri. Mereka sangat menyayangi binatang ternak yang mereka gembalakan. Hingga pada suatu saat sang istri melahirkan seorang bayi mungil yang diberi nama Harun. Mereka sangat bahagia sekali karena sudah sekian lama mereka menunggu seorang anak dan Allah pun menganugerahi mereka seorang anak yang kelak akan menjadi harapan mereka.

Harun pun kini sudah beranjak dewasa dan selalu membantu kedua orang tuanya mengembala ternak, Harun merupakan anak yang cerdas karena ia cepat sekali belajar sesuatu yang baru, apalagi dalam hal mengembala kan ternak. Sang ayah pun sangat bangga memiliki putra yang rajin dan selalu patuh kepada kedua orang tua. Hingga pada suatu saat sang ayah jatuh sakit dan tidak bisa mengembala kan ternak.

“Harun anakku, ayah tidak bisa mengembala kan ternak karena sakit, maukah kamu mengembala kan ternak sendiri hingga ayah sembuh?” ucap sang ayah.

“Baiklah ayah, saya akan berusaha sebaik mungkin mengembalakan ternak-ternak ini.” jawab Harun.

Harun pun berangkat menggiring ternak-ternak ke lapangan luas di daerah dekat rumahnya. Sambil mengawasi sekitar barangkali ada ternak yang ketinggalan, Harun mengamati secara seksama agar tidak mengecewakan sang ayah. Ternak-ternak itu pun berkumpul di lapangan luas untuk mencari makan, ada yang berlarian bercanda dengan yang lainnya. Harun duduk di sebuah batu besar sambil mengawasi ternak-ternak itu, namun tiba-tiba ada sebuah keanehan, ternak-ternak itu tampak ketakutan. Rupanya ada seekor harimau yang mengamati mereka.

Sadar ternak-ternak itu ketakutan, Harun langsung melompat kebawah dan pandangan Harun tertuju pada harimau itu.

“Wah, bahaya nih ada harimau. Aku harus tetap waspada”, ucap Harun.

Harimau itu tidak bergerak, ia hanya terdiam. Harun jadi penasaran apa yang terjadi dengan harimau itu. Pelan-pelan Harun mendekati harimau itu, ternyata harimau itu terluka dan tidak bisa berdiri.

“Ternyata harimau ini terluka, aku harus menolongnya”, ucap Harun.

“Hahhh..dia terkena panah diatas kakinya, kasihan sekali”, imbuhnya.

Tanpa berpikir panjang, Harun mendekati harimau itu dan mencabut anak panah yang menancap di kakinya. Harimau itu tampak kesakitan, Harun segera mencari daun-daun obat disekitar untuk mengobati luka harimau itu.

“Walaupun kamu sering memakan hewan-hewan ternak di daerah sini, Namun kamu tetaplah makhluk ciptaan Allah”, gumam Harun.

Harun mengambil selembar kain dan mengikat luka kaki harimau itu setelah diberi daun-daun obat agar tidak infeksi, harimau itu hanya terdiam. Tak terasa waktu sudah sore hari, saatnya Harun pulang bersama ternak-ternaknya.

Setelah sampai dirumah, Harun menceritakan kejadian tadi kepada ayahnya. Sang ayanh pun senang sekali, ternyata Harun sangat menyayangi semua binatang.

Hikmah yang bisa di ambil dari dongeng ini adalah,

(2)

Kisah Teladan Islami Anak Yang Berbakti

Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban setiap anak, seperti kisah dongeng berikut

Halimah namanya, ia adalah seorang anak sangat sayang dan berbakti kepada orang tuanya. Sang ayah telah pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya semenjak ia masih di dalam kandungan. Kini ia hanya hidup berdua dengan ibunya di rumah yang sangat sederhana sekali.

Halimah duduk di kelas 5 Sekolah Dasar. Sebelum berangkat sekolah, Halimah selalu membantu ibunya mencuci pakaian, mencucui piring, bahkan membuat pisang goreng untuk dijual esok hari. Saat halimah berangkat sekolah, ia juga membawa pisang goreng untuk dititipkan ke kantin sekola. Halimah termasuk anak yang pintar, ia selalu mendapat rangking pertama di kelasnya.

“Halimah, nanti habis jualan sepulang sekolah, tolong antar pisang goreng ini ke tempat Bu Marni” suruh ibu.

“Iya bu” jawab Halimah.

Itulah yang dikerjakan Halimah sepulang sekolah, ia membantu ibunya jualan pisang goreng keliling kampung sekitar. Halimah tak pernah malu melakukan ini, karena membahagiakan sang ibu adalah cita-cita utamanya.

“Nak, Ibu bersyukur sekalu memiliki anak seperti kamu. ini adalah anugrah yang Allah berikan kepada Ibu” bisik sang Ibu.

“Halimah juga bersyukur sekali menjadi anak ibu. Halimah selalu berterima kasih kepada Allah dan berdoa untuk Ibu” jawab Halimah.

Dengan berlinang air mata, Halimah memeluk Ibu erat-erat. Lalu Halimah berbisik kepada ibunya.

“Ibu, suatu saat Halimah ingin sekali memberangkatkan ibu ke tanah suci” bisik Halimah.

“Ibu sangat terharu nak, semoga Allah mengabulkan apa yang kamu cita-citakan” jawab ibu.

Sungguh besar bakti Halimah kepada ibunya, setiap sholat 5 waktu, Halimah tak lupa berdoa semoga cita-cita yang sangat mulia itu terkabul.

Tak terasa berjalan begitu cepat, 10 tahun sudah berlalu. Kini Halimah menjadi seorang wanita yang cukup sukses, ia merintis pisang goreng ibunya dengan sabar dan telaten, hingga sekarang ia berhasil mengembangkan usaha pisang goreng ibunya dan mempunyai beberapa cabang warung pisang goreng di daerahnya.

Ketika Halimah menjadi orang sukses, ia tetap rendah hati dan tak lupa membantu fakir miskin dan tetangga yang membutuhkan. Akhirnya, apa yang di cita-citakan Halimah dikabulkan oleh Allah SWT. Ia dan ibunya berangkat ke tanah suci untuk melakukan ibadah haji.

Dari dongeng kisah teladan Islami ini kita bisa mengambil hikmahnya.

(3)

Dongeng Anak Islami Miskin Tapi Dermawan

Di sebuah kampung yang jauh dari perkotaan, hiduplah sebuah keluarga yang miskin, namun keluarga itu selalu bersyukur kepada Allah SWT. mereka dipenuhi dengan rasa kasih sayang kepada sesama. Keluarga kecil yang bahagia walau serba kekurangan. Banyak sekali cobaan datang silih berganti menimpa keluarga ini, mereka tetap sabar dan ikhlas menjalaninya.

Pada suatu ketika, keluarga itu sedang dalam kesulitan. “Pak, persediaan makanan kita habis, mungkin cuma cukup untuk nanto sore. Ibu sudah tidak mempunyai simpanan uang lagi.” kata istri. “Iya bu, nanti bapak carikan uang, bapak pergi ke pasar dulu ya, bu.” jawab bapak. “Pak, sekalian jual ini ya pak, buat beli makanan.” ucap ibu sambil mengambil radio buntut yang sudah usang. “walaupun cuma laku sedikit, bisa buat menyambung hidup pak.” tambah ibu. “Iya. bu. bapak berangkat ke pasar dulu. Assalamualaikum” ucap bapak. “Wa’alaikum salam. Hati-hati dijalan pak.” jawab ibu.

Berangkatlah bapak ke pasar untuk menjual radio buntut itu. “Radionya dijual pak,” tanya salah satu pedagang. “Iya, pak. laku berapa ya kira-kira?” jawab bapak. “Paling cuma 20 ribu, pak. radio ini sudah lama, apalagi antena nya juga sudah patah.” kata pedagang. “Ya sudah, tidak apa-apa mas. Ini radionya.” jawab bapak dengan menyerahkan radionya. Pedagang itu mengambil uang dam membayar radio bapak. Dengan rasa syukur bapak berjalan menuju warung untuk membeli makanan.

Dalam perjalanan, tiba-tiba ada seorang wanita yang menggendong anak kecil menghampiri bapak. “Tolong, pak. Kami seharian belum makan, anak saya juga kelaparan, kami tidak mempunyai apa-apa pak.” rintih wanita itu. Anaknya menangis kelaparan, wanita itu pun meneteskan air mata karna bingung harus berbuat apa lagi. Dengan rasa iba bapak berkata dalam hati. “Ya Allah, segala puji bagiMu. ternyata masih ada yang lebih kelaparan dari keluargaku,” ucap bapak dalam hati penuh rasa syukur.

Setelah itu, bapak mengambil uang hasil jual radio tadi dan diberikan kepada wanita itu untuk membeli makanan. Wanita itu mengucapkan terima kasih. “Alhamdulillah, terima kasih pak. Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak.” doa wanita itu. “Amin. Cepat dibelikan makanan bu, kasihan anak ibu sudah kelaparan.” ucap bapak. Lalu bapak berjalan pulang kerumah, ditengah perjalanan bapak bergumam dalam hati. “Bagaimana dengan keluargaku?, alasan apa yang harus kuberikan kepada istriku jika aku pulang tidak membawa makanan?”.

Sesampainya dirumah, bapak menceritakan semua kejadian yang di alaminya di pasar tadi. istri bapak mendengar dan kemudian tersenyum, ia tidak menyalahkan suaminya, justru ia memuji suaminya. “Pak, apa yang bapak lakukan tadi sangat mulia, dan ini merupakan kabar baik. Semoga Allah memberi jalan kepada kita.” kata ibu. “sekarang bapak bisa memancing, siapa tahu dapat ikan besar buat kita makan hari ini.” tambah ibu. Dengan semangat bapak pergi ke kali untuk memancing.

Dengan sabar bapak memancing dan menunggu umpan dimakan ikan, setelah beberapa lama belum juga dapat ikan. waktu hampir sore, akhirnya bapak berencana untuk pulang, tiba-tiba ada ikan besar memakan umpannya. Bapak menarik kalinya. Dengan hati yang gembira dan rasa syukur, bapak pulang kerumah, sapmai dirumah istrinya menyambut dengan gembira. Saat membelah perut ikan, ada sebuah mutiara didalamnya, alangkah terkujutnya mereka berdua.

(4)

“Setiap pertolongan yang kita berikan adalah benih yang kita tanam. Suatu saat akan menghasilkan buah yang manis dan memberi kita kebahagiaan.”

Dongeng Cerita Anak Ayah Yang Baik Hati

Pak Ahmad dikenal warga kampung sebagai orang yang baik dan suka menolong sesama. Beliau menjadi sosok yang begitu di hormati di kampung dan menjadi panutan. Walaupun Pak Ahmad termasuk orang kaya tetapi tidak menonjolkan kekayaannya, beliau hidup sederhana. Setiap orang yang butuh pertolongannya, beliau selalu siap setiap saat membantu sesusai dengan kemampuannya. Dengan ikhlas dan tanpa pamrih, Pak Ahmad menjadi sosok yang disegani oleh warga kampung.

Pak Ahmad mempunyai dua orang anak bernama Vera dan Desi, kedua putri Pak Ahmad sangat bangga kepada ayahnya. Walau mereka anak orang kaya, namun mereka di didik mandiri dan hidup sederhana. Pak Ahmad secara disiplin mendidik kedua putrinya itu, dalam hal pelajaran, kehidupan maupun beribadah. Pak Ahmad juga tidak pernah memanjakan Vera dan Desi, bila mereka ingin membeli sesuatu keperluan mereka sendiri, mereka di ajarkan menabung dan tidak hidup boros.

Vera dan Desi anak yang patuh kepada kedua orang tuanya. “Ayah, uang jajan ku minggu lalu masih tersisa” kata Vera. “Uang jajanku juga masih, Ayah” sahut Desi. “Lebih baik, sisa uang jajan kalian di tabung, jangan boros membeli sesuatu, buat jaga-jaga bila sewaktu-waktu kalian ingin membeli sesuatu” nasehat Pak Ahmad kepada kedua putrinya. “Iya Ayah. akan kami tabung uangnya” jawab Vera dan Desi.

Di sekolah pun Vera dan Desi tetap sederhana, mereka tidak kelihatan seperti anak orang kaya, Mereka juga tidak sombong kepada teman-temannya. Pernah suati ketika ada seorang teman mereka tidak membawa uang saku, wajahnya tampak pucat duduk di kelas, dengan ramah Vera menyapa temannya itu. “Hay Bella, kamu kok pucat?, apa kamu sakit,” tanya Vera. “Tidak kok Vera, saya baik-baik saja. Hanya tadi saya lupa membawa uang saku, perut saya lapar karena tadi juga belum sarapan” jawab Bella. “Ya ampun Bella, ayo ke kantin, kita makan. Nanti kamu sakit bila perut kamu kosong” ajak Vera. “Makasih Vera, tapi gimana ya?” jawab Bella ragu. “Kamu tidak usah sungkan, Bel. Nanti aku yang traktir kamu, pokoknya perut kamu terisi biar ga sakit.” kata Vera. “Makasih ya Vera” jawab Bella tanda setuju. Itulah hasil didikan dari Pak Ahmad yang mengajarkan anaknya suka membantu sesama.

Di suatu sore yang cerah, Pak Ahmad sedang berjalan-jalan keliling kampung. ia melihat sekumpulan anak yang sedang bermain sepakbola di lapangan kampung. Pak Ahmad berhenti sejenak menyaksikan anak-anak bermain bola. “Selamat sore Pak” anak-anak-anak-anak menyapa serentak. “selamat sore anak-anak-anak-anak” jawab Pak Ahmad ramah. “Tampaknya pada semangat bermain sepakbola?” tambah Pak Ahmad. “Iya Pak, untuk olahraga sekalin menyalurkan hoby” jawab salah satu anak. “Kalian mau tidak jika bapak carikan pelatih biar sepakbola di kampung kita bisa berkembang dan membentuk bibit-bibit baru?” tanya Pak Ahmad. “Wah, kami mau banget Pak.. Terima kasih Pak Ahmad” jawab anak-anak.

Esok hari Pak Ahmad menghubungi temanya dulu waktu masih kuliah untuk melatih sepakbola anak-anak di kampungnya, dan temannya pun menyanggupi permintaan Pak Ahamd. Hari demi hari anak-anak berlatih sepakbola, banyak yang sudah berkembang dan maju pesat bermain sepakbola. Pada suatu saat ada perlombaan sepakbola anak-anak antar kampung untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Dengan semangat, anak-anak ikut perlombaan itu dan menjadi juara pertama. Pak Ahmad sangat gembira melihat kemajuan dan semangat anak-anak dan menjadi juara dalam perlombaan itu.

(5)

Dongeng Anak Terbaru Si Miskin dan Si Kaya

Di sebuah kampung wilayah pinggiran, hiduplah sebuah keluarga kecil bahagia, itulah keluarga Pak Maman. Beliau memiliki dua orang anak yang bernama Hasan dan Husin. Keluarga mereka sedang menikmati makan malam bersama-sama, Pak Maman berpesan kepada kedua anaknya. “Kita harus mensyukuri nikmat dan rezeki dan Tuhan, karena masih banyak orang lain yang dibawah kita,” pesan Pak Maman. “Ayo nak, dihabiskan makanannya” suruh Bu Maman. “Iya, bu,” jawab Hasan dan Husin sambil menikmati makanannya.

Sementara itu di kampung yang sama pula, hidup keluarga Pak Reno yang juga merupakan orang terkaya di kampung. Pak Reno memiliki dua orang anak yang bernama Jery dan Intan. Keluarga Pak Reno terkenal dengan hidup glamor dan selalu hura-hura. “Makan dimana kita hari ini pak?” tanya Bu Reno. “Kita makan di restoran paling mewah dan paling mahal di kota ini, bu,” jawab Pak Reno. “Hore, kita makan di restoran mewah lagi,” teriak Jery dan Intan dengan hati yang senang.

Di acara rapat rutinan kampung bapak-bapak, membahas tentang persiapan menyambut 17 Agustus hari kemerdekaan Indonesia, mereka mengadakan acara kerja bakti. “Dalam rangka menyambut hari kemerdekaan Indonesia, kita semua warga akan mengadakan kerja bakti, apakah bapak-bapak setuju dengan rencana ini?” tanya Pak RT kepada semua yang hadir. Dengan nada menolak Pak Reno memberikan usul. “Kalo kerja bakti lebih baik kita pakai khas RT untuk membayar orang aja pak,” usul Pak Reno. “Dalam hal ini, lebih baik kita mengadakan kerja bakti untuk menjalin tali silaturahim dan kebersamaan warga kampung kita ini pak,” sahut Pak Maman. “Iya, pak kami setuju,” jawab warga secara serentak.

Kerja bakti pun di mulai, semua warga sangat semangat keluar rumah untuk kerja bakti, suara tanda kentongan pun dipukul yang menandakan acara kerja bakti segera akan di mulai. Pak Reno yang tidak setuju acara kerja bakti ini izin tidak ikut kepada Pak RT. “Pak, saya tidak ikut kerja bakti” ucap Pak Reno. “Tidak bisa ikut kenapa pak, ini kan acara setahun sekali, mohon dengan sangat pak” pinta Pak RT. “Saya ada acara yang ga bisa di tinggalkan, pak” jawab Pak Reno. “Kalau begitu ya sudah tidak apa-apa pak” sahut Pak RT.

Kerja bakti pun di mulai dengan membersihkan lingkungan kampung, sementara Pak Reno yang sebenarnya tidak setuju dengan acara kerja bakti itu malah piknik bersama keluarganya. Entah apa yang ada di benak Pak Reno?, dengan kekayaannya seolah-olah semua bisa dibeli dengan uang. Berbeda dengan Pak Maman, walaupun hidupnya miskin, makan apa adanya, namun dia selalu banyak membantu sesama dan aktif di setiap kegiatan kampung. Tak jarang Pak Maman sering menyediakan makanan ringan untuk mendukung acara kampung.

(6)

Dongeng Islami Untuk Anak Kejujuran Ridho

Di sebuah kampung yang jauh, hiduplah sebuah keluarga kecil bahagia, hidup mereka sederhana dan selalu taat menjalankan Sholat 5 waktu. Itulah keluarga Pak Farhan, keseharian Pak Farhan hidup hanya bercocok tanam. Mereka makan apa adanya hasil dari bercocok tanam. Ridho anak si mata wayang Pak Farhan rajin membantu kedua orang tuanya, anak yang rajin, jujur, dan berbakti kepada ke dua orang tua. Sejak kecil, Ridho di didik untuk selalu jujur dan bersikap sopan santun kepada orang lain. Pak Farhan selalu menasehati Ridho dengan sabar jika Ridho berbuat salah.

Setiap berangkat sekolah, Ridho selalu mencium tangan kedua orang tuanya. Uang saku pun sangat terbatas sekali, namun Ridho tidak pernah mengeluh sedikit pun, ia tetap bersyukur kepada Allah SWT, atas semua kenikmatan yang dimilikinya sekarang. Ridho tak pernah menuntut orang tua nya jika ia ingin membeli sesuatu, ia membelinya dengan uang saku yang ia tabung setiap hari. Di sekolah Ridho anak yang pintar, ia selalu menjadi juara kelas namun dia tetap rendah hati dan tidak sombong. Di mata guru-guru, Ridho adalah anak yang jujur dan tidak suka macam-macam.

Suatu siang saat pulang sekolah, Ridho berjalan dengan sendiri. Di tengah jalan yang dia lalui, ada sebuah dompet yang jatuh. “Ya Allah, dompet siapa ini jatuh di jalan,” kata ridho. Ia mengambil dompet itu dan membuka untuk melihat KTP siapa pemilik dompet itu. “Alhamdulillah, ada KTP pemilik dompet ini. Inikan Pak Parto, tetangga kampung sebelah” gumam Ridho ketika membaca KTP itu. “Aku harus mengembalikan dompet ini sekarang, kasihan Pak Parto” kata Ridho sambil berjalan.

Setelah sampai di rumah Pak Parto. “Assalamualaikum, Pak Parto” ucap salam ridho. “Wa’alaikumsalam, eh kamu Ridho,mau cari siapa?” jawab Bu Parto. “Pak Parto ada bu?” tanya Ridho. “Iya ada, lagi Sholat, silahkan masuk Ridho” jawab Bu Parto. “Terima kasih, bu” ucap Ridho sambil masuk rumah Pak Parto. Ridho duduk di ruang tamu sambil menunggu Pak Parto yang sedang Sholat. “Sebentar ya, Ridho. Ibu buatkan minuman dulu buat kamu” kata Bu Parto. “Tidak usah repot-repot bu, terima kasih” jawab Ridho. “Tidak apa-apa, Ridho. Hanya minuman saja kok” sahut Bu Parto.

(7)

“Iya sama-sama Pak. Dompet ini kan bukan hak Ridho, jadi sudah menjadi kewajiban Ridho mengembalikan dompet ini.” jelas Ridho. “Ini ada hadiah buat kamu Ridho” kata Pak Parto sambil mengambil uang. “Tidak usah, Pak. Terima kasih, saya ikhlas kok Pak, bukan karena ingin mengharap imbalan” tolak Ridho secara halus. “Ini bukan imbalan, Ridho. Ini hadiah dari bapak karena kejujuranmu” kata Pak Parto. “Tidak, Pak. Terima kasih. Ridho tidak bisa menerima hadiah ini. Ridho pamit pulang dulu ya, Pak. Orang tua Ridho pasti khawatir menunggu dirumah” jawab Ridho.

Akhirnya Ridho Pulang kerumah diantar Pak Parto naik mobil, karena Pak Parto memang orang kaya di kampung sebelah. Sampai dirumah, orang tua Ridho kaget melihat Ridho diantar Pak Parto naik mobil. Pak Parto pun dipersilahkan masuk kerumah Ridho yang sederhana. Setelah mendengar penjelasan Pak Parto, orang tua Ridho sangat senang dengan kejujuran anaknya, dan yang lebih menggembirakan, Pak Parto bersedia menjadi orang tua asuh Ridho, ia akan membiayai Ridho sekolah hingga cita-citanya tercapai. Mendengar berita itu, Pak Farhan dan istrinya sujud syukur dan berterima kasih kepada Allah SWT. Tak lupa mereka juga mengucapkan terima kasih kepada Pak Parto. Allah SWT mempunyai rencana tersendiri untuk hambaNya yang taat dan bersabar.

Referensi

Dokumen terkait

Adakah Harta benda yang akan dipertanggungkan, juga ……… dipertanggungkan untuk asuransi kebakaran pada ………?. perusahaan

Wanita yang sudah memahami tentang menopause serta dapat menerima hal- hal yang berhubungan dengan menopause secara wajar, mereka akan menerapkan hidup sehat dengan tidak

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tanggapan responden tentang variabel harga termasuk dalam kategori “baik”dengan persentase sebesar

Ketua umum adalah ketua pengurus harian tertinggi yang ditetapkan oleh Musyawarah Besar mahasiswa Fakultas Teknologi Industri.. Dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh

Dalam rangka mendukung pencapaian prioritas nasional sebagaimana telah ditetapkan dalam visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih yang dijabarkan dalam RPJMN periode

Kelas situs gempa kota Surakarta akan ditentukan berdasarkan data bor dalam yang ada di wilayah Surakarta dari arsip Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Sebelas

Tuhan semesta alam yang berkat rahmat-Nya, penulis mampu menyelesaikan laporan akhir yang berjudul “Perhitungan Drop Tegangan Pada Jaringan Distribusi Primer 20 kV

Dengan basis pengetahuan dan kemampuan untuk menarik kesimpulan menggunakan inferensi, komputer dapat disejajarkan sebagai alat bantu yang dapat digunakan secara praktis