• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENCATATAN KELAHIRAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 A. Pengertian Pencatatan Kelahiran Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 - Aspek Hukum Pencatatan Kelahiran Anak Dan Kaitannya Dengan Hubungan Anak Dan Orang Tuanya(Studi Putusan Mahkamah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II PENCATATAN KELAHIRAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 A. Pengertian Pencatatan Kelahiran Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 - Aspek Hukum Pencatatan Kelahiran Anak Dan Kaitannya Dengan Hubungan Anak Dan Orang Tuanya(Studi Putusan Mahkamah"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENCATATAN KELAHIRAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974

A. Pengertian Pencatatan Kelahiran Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

Anak dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara adalah masa depan

bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga Negara berkewajiban

memenuhi hak setiap anak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang,

berpartisipasi, perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi. Negara,

pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua berkewajiban dan bertanggung

jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak, karena anak dari sisi

perkembangan fisik dan psikis manusia merupakan pribadi yang lemah, belum

dewasa dan masih membutuhkan perlindungan.

Akta kelahiran adalah akta catatan sipil hasil pencatatan terhadap peristiwa

kelahiran seseorang. Sampai saat ini masih banyak anak Indonesia yang

identitasnya tidak/belum tercatat dalam akta kelahiran, secara de jure

keberadaannya dianggap tidak ada oleh negara. Hal ini mengakibatkan anak yang

lahir tersebut tidak tercatat namanya, silsilah dan kewarganegaraannya serta tidak

terlindungi keberadaanya. Banyak permasalahan yang terjadi berpangkal dari

manipulasi (rekayasa) identitas anak, semakin tidak jelas identitas seorang anak,

maka semakin mudah terjadi eksploitasi terhadap anak seperti anak menjadi

korban perdagangan bayi dan anak, tenaga kerja dan kekerasan. Faktor atau

(2)

untuk melakukan pencatatan kelahiran anak terutama anak-anak dari keluarga

miskin. Selain itu disebabkan juga oleh kelalaian orang tua si anak dalam

melakukan pencatatan.

Salah satu hal penting yang melekat pada diri manusia adalah Akta

Kelahiran. Akta Kelahiran menjadi isu global dan sangat asasi karena menyangkut

identitas diri dan status kewarganegaraan. Disamping itu Akta Kelahiran

merupakan hak identitas seseorang sebagai perwujudan Konvensi Hak Anak

(KHA) dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Akta Kelahiran

bersifat universal, karena hal ini terkait dengan pengakuan negara atas status

keperdataan seseorang. Selain itu jika seorang anak manusia yang lahir kemudian

identitasnya tidak terdaftar, kelak akan menghadapi berbagai masalah yang akan

berakibat pada negara, pemerintah dan masyarakat. Dalam perspektif KHA, negara

harus memberikan pemenuhan hak dasar kepada setiap anak, dan terjaminnya

perlindungan atas keberlangsungan, tumbuh kembang anak.

Pasal 2 ayat (1) Konvensi Hak Anak berbunyi:

Negara-negara peserta akan menghormati dan menjamin hak-hak yang dinyatakan dalam konvensi yang sekarang dari setiap anak dalam jurisdiksi mereka tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun tanpa dipandang ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, keyakinan politik dan pendapat-pendapat lain, kebangsaan, asal etnik atau sosial, kekayaan, ketidakmampuan, kelahiran atau kedudukan lain dari anak atau orang tua anak atau pengaruhnya yang sah.

Pasal 2 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, berbunyi:

Penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak-Hak Anak meliputi:

a. Nondiskriminasi;

b. Kepentingan yang terbaik bagi anak;

(3)

d. Penghargaan terhadap pendapat anak

Posisi Anak dalam Konstitusi UUD 1945, terdapat dalam pasal 28 B ayat 2

yaitu : “Setiap Anak Berhak Atas Kelangsungan Hidup, Tumbuh dan Berkembang,

Serta Berhak Atas Perlindungan Dari Kekerasan dan Diskriminasi”.

Hak-hak Anak diberbagai Undang-Undang, antara lain UU No. 39/1999

tentang HAM maupun UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak, jelas

menyatakan Akta Kelahiran menjadi hak anak dan tanggung jawab pemerintah

untuk memenuhinya.

Terdapat sejumlah manfaat atau arti penting dari kepemilikan akta

kelahiran, yakni : menjadi bukti bahwa negara mengakui atas identitas seseorang

yang menjadi warganya, sebagai alat dan data dasar bagi pemerintah untuk

menyusun anggaran nasional dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial dan

perlindungan anak, merupakan bukti awal kewarganegaraan dan identitas diri

pertama yang dimiliki anak, menjadi bukti yang sangat kuat bagi anak untuk

mendapatkan hak waris dari orangtuanya, mencegah pemalsuan umur, perkawinan

di bawah umur, tindak kekerasan terhadap anak, perdagangan anak, adopsi ilegal

dan eksploitasi seksual, anak secara yuridis berhak untuk mendapatkan

perlindungan, kesehatan, pendidikan, pemukiman, dan hak-hak lainnya sebagai

warga negara.11

Indonesia termasuk salah satu dari 20 negara yang cakupan pencatatan

kelahirannya paling rendah, dan keadaan di daerah pedesaan lebih buruk daripada

di perkotaan. Kesenjangan ini termasuk yang tertinggi di dunia. Banyak faktor

11

(4)

yang memengaruhi rendahnya cakupan pencatatan kelahiran, mulai dari kurangnya

kesadaran masyarakat akan pentingnya pencatatan kelahiran, biaya yang tinggi

untuk pencatatan, prosedur yang sulit, serta kurangnya akses terhadap pelayanan

pencatatan yang biasanya berada di tingkat kabupaten/kota.

Masih banyak orangtua yang belum memahami tentang pentingnya akta

kelahiran. Maklum karena akta kelahiran baru ada Undang-undangnya pada tahun

2002 melalui undang-undang perlindungan anak sehingga belum tersosialisasi.

Dalam UU tahun 2002 menyatakan bahwa pemberian akta kelahiran harus

diberikan tanpa biaya. Kemudian ada UU No. 23 tahun 2006 tentang administrasi

kependudukan yang mengatur lebih lanjut tentang pemberian akta kelahiran.

Memang menurut UU setiap bayi yang lahir, 60 hari setelah itu harus

dicatat dan diberikan akta kelahiran. Masalahnya negara kita ini geografisnya

sangat luas, dan masih banyak masyarakat adat terpencil. Departemen Dalam

Negeri dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil memberikan alternatif, bahwa

seorang anak yang lahir dari perkawinan siri tanpa dokumen maka dianggap

sebagai anak dari orangtua tunggal (ibu), tetapi masih diberikan catatan pinggir

bagian kiri ”anak diluar nikah” ini yang kita inginkan agar dihapus. Ini

memberikan labelisasi pada seorang anak, yang menurut perlindungan anak tidak

pas, karena memberikan stigmanisasi pada anak.

Anak yang diangkat oleh orangtua asuh juga diharapkan dapat mempunyai

akta. Tetapi memang kita tidak boleh menghilangkan hubungan darah antara

orangtua dan anaknya, sehingga masih tetap dicantumkan orangtua biologisnya.

(5)

maupun material ini sangat penting untuk mencegah terjadinya pemalsuan

identitas, kekerasan terhadap anak, perkawinan dibawah umur, pekerja anak.

Fungsi lainnya untuk kepastian umur untuk sekolah, paspor, KTP, dan hak politik

pada Pemilu.

Fungsi akta kelahiran untuk negara yaitu mengetahui data anak secara

akurat di seluruh Indonesia untuk kepentingan perencanaan dan guna menyusun

data statistik negara yang dapat menggambarkan demografi, kecenderungan dan

karakteristik penduduk serta arah perubahan sosial yang terjadi. Bagi mereka yang

lewat 60 hari s/d 1 tahun masih dapat membuat akta kelahiran asal disetujui oleh

Kepala Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Bila sudah lebih dari 1

tahun harus melalui penetapan pengadilan, yang biayanya tidak sedikit.

B. Tujuan Pencatatan Kelahiran Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

Sebagai salah satu sistem pencatatan yang ada pada sebuah negara,

pencatatan kelahiran bersifat universal pada dasarnya merupakan pengakuan

negara atas status keperdataan seseorang. Dalam pengertian yang lebih konkrit,

pencatatan kelahiran" memberikan pengakuan hukum dari negara terhadap

identitas, silsilah dan kewarganegaraan seseorang, yang diwujudkan melalui

dokumen pencatatan kelahiran, yaitu akta kelahiran.

Kelahiran merupakan kehadiran anggota keluarga baru yang harus segera

dilaporkan. Kepemilikan Akta Kelahiran merupakan wujud pemenuhan kewajiban

(6)

Meskipun akta kelahiran merupakan dokumen yang sangat penting, namun

masih banyak masyarakat yang enggan mengurusnya secara cepat. Mereka sering

menunda pengurusannya karena malas. bahkan masih ada yang tidak mau

mengurusnya sama sekali. Padahal idealnya, pembuatan akta kelahiran dilakukan

dalam waktu 60 hari sejak persalinan. Dengan demikian setiap kelahiran

dilaporkan dengan cepat, sehingga mendukung upaya pencatatan kependudukan

secara akurat, sebagaimana diamanahkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006.

Mengapa setiap orang harus memiliki Akta kelahiran, akta Kelahiran

mempunyai banyak manfaat antara lain:

a. Sebagai wujud pengakuan negara mengenai status individu, status perdata, dan

status kewarganegaraan seseorang.

b. Sebagai dokumen/bukti sah mengenai identitas seseorang.

c. Sebagai bahan rujukan penetapan identitas dalam dokumen lain, misalnya

ijazah.

d. Masuk sekolah TK sampai perguruan tinggi.

e. Melamar pekerjaan, termasuk menjadi anggota TNI dan POLRI.

f. Pembuatan KTP, KK dan NIK.

g. Pembuatan SIM.

h. Pembuatan pasport.

i. Pengurusan tunjangan keluarga.

j. Pengurusan warisan.

k. Pengurusan beasiswa.

(7)

m. Melaksanakan pencatatan perkawinan.

n. Melaksanakan ibadah haji.

o. Pengurusan kematian.

p. Pengurusan perceraian.

q. Pengurusan pengakuan anak.

r. Pengurusan pengangkatan anak/adopsi.

Begitu besarnya manfaat Akta Kelahiran, hampir setiap urusan,

membutuhkan Akta Kelahiran. Akta Kelahiran ini bisa dikatakan sebagai

kebutuhan administrasi dasar yang harus dipenuhi oleh setiap orang.

Sesuai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan Pasal 27, bahwa setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh penduduk

kepada instansi pelaksana (Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil

Kabupaten/Kota) di tempat terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60 (enam

puluh) hari sejak kelahiran.

C. Kendala Dalam Pelaksanaan Pencatatan Kelahiran Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

Adapun kendala dalam pelaksanaan pencatatan kelahiran menurut

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 meliputi:

1. Masih rendahnya pemahaman para orang tua dan keluarga, mengenai nilai

guna dari Akta Kelahiran serta kewajiban pelaporan kelahiran tepat waktu

(kurang dari 60 hari kerja), sehingga pendaftaran kelahiran baru dilakukan

(8)

2. Kurangnya kepemilikan persyaratan untuk pelaporan kelahiran (tidak adanya

bukti kelahiran dari penolong kelahiran, tidak dimilikinya Buku Nikah/Akta

Perkawinan Orang Tua).

3. Masih rendahnya komitmen Kepala Daerah, para pembuat kebijakan publik

dan petugas pencatatan sipil dalam mengimplementasikan proses Akta

Kelahiran bebas biaya, sehingga disebagian pemerintah daerah masih

menjadikan Akta Kelahiran sebagai sumber pendapatan daerah.

4. Masih terbatas dan belum terpenuhinya baik alokasi anggaran, kelembagaan,

ketatalaksanaan dan SDM, baik ditingkat pusat maupun daerah yang memadai

dalam proses pemberian layanan pembuatan Akta Kelahiran supaya tidak

dikenai biaya.

5. Masih ada kesan seolah pembuatan akta kelahiran mahal, prosedur birokrasi

berbelit-belit, jarak tempuh dari desa ke-kecamatan/ke-kabupaten/kota terlalu

jauh sehingga proses pengurusan banyak melibatkan jasa pihak ketiga.

6. Adanya Ketentuan perundang-undangan (UU No. 23/2006 tentang Adminduk)

yang menetapkan bahwa untuk kelahiran yang pelaporannya melebihi 1 tahun

sejak tanggal kelahirannya melalui ijin penetapan PN (saat ini baru

diberlakukan bagi kelahiran setelah UU No. 23/2006).

Upaya untuk mempercepat pemenuhan hak identitas bagi anak:

1. Pemerintah perlu melakukan harmonisasi UU No. 23/2006 tentang

Administrasi Kependudukan, pasal 32 dengan UU NO. 23/2002 tentang

Perlindungan Anak, pasal 5, 27, 28.

(9)

Administrasi Kependudukan dan UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak

kepada masyarakat.

3. Pemerintah dan Pemerintah Daerah secara terpadu perlu pro aktif dan

mendekatkan akses layanan masyarakat untuk pemenuhan akta kelahiran tidak

dipungut biaya kepada semua anak (0-18 tahun), serta mengembangkan

koordinasi dengan Instansi terkait dalam rangka menumbuhkan kondisi

kebutuhan masyarakat terhadap akta kelahiran; (sektor Kesehatan, Pendidikan

dan Peradilan)

4. Terus mendorong terwujudnya UPTD instansi pelaksana tingkat kecamatan

disamping adanya program peningkatan kualitas dan kuantitas SDM.

5. Menyerahkan kebijakan masa transisi penerapan UU No. 23/2006 (dispensasi

pencatatan kelahiran) kepada daerah sesuai dengan kebutuhan atau

pemberlakuan ketentuan keterlambatan pencatatan kelahiran lebih dari 1 (satu)

tahun melalui ijin PN diprioritaskan bagi kelahiran setelah UU No. 23/2006

dan tetap memberlakukan dispensasi bagi kelahiran sebelum UU No. 23/2006.

Mencermati permasalahan-permasalahan dalam pencatatan kelahiran

tersebut, maka persoalan-persoalan dalam pencatatan kelahiran bukan semata akta

kelahiran telah gratis saja, namun lebih jauh dari itu perlu peningkatan kualitas

pelayanan pencatatan kelahiran secara lebih luas meliputi kelembagaan,

ketatalaksanaan, alokasi anggaran, SDM, dan sebagainya. Oleh karena itu

pemberian Akta Kelahiran adalah menjadi tanggungjawab negara dalam hal ini

pemerintah pusat maupun daerah. Jadi Pemerintah, penuhilah hak anak dalam hal

(10)

(HAM) dan sesungguhnya merupakan pelaksanaan amanat UUD 1945, UU No.

23/2002 yang berkaitan keperdataan seseorang berupa hak identitas dan

kewarganegaraan.

D. Pencatatan Kelahiran Menurut KUHPerdata

Pencatatan kelahiran adalah bukti sah mengenai status anak yang

dikeluarkan oleh catatan sipil. Pencatatan kelahiran adalah akta atau catatan otentik

yang dibuat oleh pegawai catatan sipil berupa catatan resmi tentang tempat dan

waktu kelahiran anak, nama anak, dan nama orang tua anak secara lengkap dan

jelas, serta status kewarganegaraan anak.

Pada prinsipnya pencatatan kelahiran adalah hanya sebuah catatan

administratif dianggap penting karena data yang ada di dalam akta kelahiran dapat

digunakan sebagai bukti jati diri bagi si anak, sehubungan dengan hak waris atau

klaim asuransi dan pengurusan hal administratif lainnya seperti tunjangan keluarga,

paspor, KTP, SIM, pengurusan perkawinan, perizinan, mengurus beasiswa dan

lain-lain.

Pada dasarnya aspek hukum pencatatan kelahiran dalam usaha

perlindungan anak merupakan suatu wujud dari kekuatan suatu pembuktian tentang

status seorang anak yang baru dilahirkan. Dimana dengan status tersebut maka

diketahui siapa orang tuanya yang memiliki kewajiban untuk memelihara dan

mendidiknya.

Dengan demikian maka aspek hukum pelaksanaan pencatatan dalam usaha

(11)

memberikan bukti kedudukan anak baik itu statusnya, maupun juga orang tua dan

keluarganya. Sehingga pelaksanaan pencatatan tersebut dituangkan dalam suatu

bentuk akta yaitu akta kelahiran.

Sebagaimana disebutkan oleh Sudikno Mertokusumo, bahwa fungsi

terpenting dari pada akta adalah sebagai alat bukti. Sampai seberapa jauhkah akta

mempunyai kekuataan pembuktian ? tentang kekuataan pembuktian dari pada akta

dapat dibedakan antara :

1. Kekuataan pembuktian lahir.

Yang dimaksudkan dengan kekuataan pembuktian lahir, ialah kekuataan pembuktian yang didasarkan atas keadaan lahir, apa yang tampak pada lahirnya, yaitu bahwa surat yang tampaknya (dari lahir) seperti akta, dianggap (mempunyai kekuataan) seperti akta sepanjang tidak terbukti sebaliknya.

2. Kekuatan pembuktian formil.

Kekuataan pembuktian formil itu menyangkut pertanyaan :benarkah bahwa ada pertanyaan. Jadi kekuataan pembuktian formil ini didasarkan atas ada tidaknya pernyataan oleh yang bertanda tangan di bawah itu. Kekuataan pembuktian formil ini memberi tentang peristiwa bahwa pejabat dan para pihak menyatakan dan melakukan apa yang dimuat dalam akta

3. Kekuataan pembuktian materiil.

Kekuatan pembuktian materiil ini menyangkut pertanyaan : “ benarkah isi pernyataan di dalam akta itu ? jadi kekuataan pembuktian materiil ini memberi kepastian tentang materi suatu akta, kepastian tentang peristiwa bahwa pejabat atau para pihak menyatakan dan melakukan seperti yang dimuat dalam akta.12

Akta catatan sipil adalah akta otentik karena akta tersebut dibuat oleh

pejabat yang berwenang yang diberi wewenang untuk itu oleh penguasa, dimana

dalam hal ini pegawai pencatat sipil, baik dengan maupun tanpa bantuan dari yang

berkepentingan yang mencatat apa yang dimintakan untuk dimuat di dalamnya

oleh yang berkepentingan.

12

(12)

Menurut Pasal 165 HIR (pasal 285 Rbg,) maka akta otentik bagi para pihak

dan ahli warisnya serta mereka yang memperoleh hak dari padanya, merupakan

bukti sempurna, tentang apa yang termuat di dalamnya dan bahkan tentang yang

terdapat dalam akta sebagai pengaturan belaka, yang terakhir ini hanya sepanjang

yang dituturkan dalam akta tersebut tidak ada hubungan langsung dengan pokok

akta menurut Pasal 1871 KUH Perdata hal itu hanya akan berlaku sebagai

permulaan bukti tertulis. Adapun isi Pasal 1871 KUH Perdata adalah :

(1) Suatu akta otentik namunlah tidak memberikan bukti yang yang sempurna tentang apa yang termuat di dalamnya sebagai suatu penuturan belaka, selainnya sekedar apa yang dituturkan itu ada hubungannya langsung dengan pokok isi akta.

(2) Jika apa yang termuat disitu sebagai suatu penuturan belaka tidak ada hubungannya langsung dengan pokok isi akta, maka itu hanya dapat berguna sebagai permulaan pembuktian dengan tulisan.

Selanjutnya menurut pasal 1872 KUH Perdata apabila akta otentik yang

bagaimanapun sifatnya diduga palsu, maka pelaksanaannya dapat ditangguhkan.

Akta catatan sipil sebagaimana diuraikan di atas adalah akta otentik yang sesuai

pasal di atas dapat dijadikan sebagai bukti tentang apa yang ada di dalamnya baik

itu tentang adanya kelahiran, kematian, pengakuan anak dan juga perceraian.

Sebagai azas berlaku acta publica probant sese ipsa, yang berarti bahwa

suatu akta yang lahirnya tampak sebagai akta otentik serta memenuhi syarat-syarat

yang telah ditentukan, maka akta itu berlaku atau dapat dianggap sebagai akta

otentik, sampai terbukti sebaliknya. Hal ini berarti bahwa tanda tangan pejabat

dianggap sebagai aslinya, sampai ada pembuktian sebaliknya.

Beban pembuktiannya terletak pada siapa yang mempersoalkan otentik

tidaknya akta catatan sipil tersebut. Beban pembuktian ini terikat pada ketentuan

(13)

Kekuataan pembuktian lahir ini berlaku bagi kepentingan atau keuntungan

dan terhadap setiap orang dan tidak terbatas pada para pihak saja.

Sebagai alat bukti maka akta otentik catatan sipil yang dikeluarkan pejabat, ini

keistimewaannya terletak pada kekuataan pembuktian lahir.

Menurut Pasal 1868 KUH Perdata “ Suatu akta otentik yalah suatu akta

yang di dalam bentuk ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan

pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana akte dibuatnya “.

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga peneliti menyarankan tetap untuk diadakannya pelatihan bagi tenaga kerja non edukatif secara rutin untuk meningkatkan produktifitas kerja dan untuk

Pada dasarnya, pengakuan anak bisa dilakukan baik oleh ibu maupun bapak, tetapi karena berdasarkan Pasal 43 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Namun, tak terlihat setitik pun niat buruk terpancar dari matanya yang teduh. Kata setitik mengandung arti sedikit. Kata terpancar mengandung arti terlihat. Dalam

Kalau secara profesi kita masing-masing sangat berbeda dalam menjalankannya dimana advokat punya tugasnya sendiri, sedangkan dari kita penegak hukum juga punya

Dan juga lebih baik jika ingain membeli produk di suatu thread hendaklah melihat reputasi dari vendor yang menyediakan barang dalam situs komunitas www.kaskus.us sub forum jual

Meminta ketersediaan Saudara/i Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Salatiga untuk mengisi angket penelitian saya yang berjudul “ Pengaruh Product Knowledge

Hasil penelitian menunjukan bahwa ibu yang merencanakan kehamilannya sekitar 69,6%, maka dengan perencanaan kehamilan serta mengikuti kelas ibu hamil ibu akan lebih

Dalam hal ini panti asuhan Aisyiyah Prambatan Kudus dapat memberikan suatu upaya bimbingan Islam yang bertujuan agar anak asuhnya menjadi pribadi seorang muslim yang