• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN PENULISAN KARYA TULIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEDOMAN PENULISAN KARYA TULIS"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PEDOMAN PENULISAN HASIL PENELITIAN

SMA NEGERI 3 DENPASAR

Naskah Pedoman Penulisan Hasil Penelitian SMA Negeri 3 Denpasar, Edisi 2013

Editor Tim Pembimbing Tugas Akhir SMA Negeri 3 Denpasar

PEMERINTAH KOTA DENPASAR

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA

SMA NEGERI 3 DENPASAR

Jalan Nusa Indah No. 20x DenpasarTelp. (0361) 234293 Fax (0361) 221646

(3)

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Buku Pedoman Penulisan Hasil Penelitian ini dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang kami miliki. Buku pedoman ini merupakan buku yang tidak diterbitkan dan hanya digunakan dikalangan siswa SMA Negeri 3 Denpasar dalam pembuatan penelitian sebagai syarat untuk mendapatkan rapor (kelas X dan XI) dan nomor peserta ujian nasional untuk kelas XII. Buku ini merupakan kutipan dari Pedoman Penulisan Tesis Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja revisi edisi ke 3 yang kemudian disunting sesuai dengan keperluan oleh Tim Pembimbing Tugas Akhir SMA Negeri 3 Denpasar.

Secara skematik buku pedoman ini terditi dari 4 bab dengan rincian

1. BAB I PENDAHULUAN

2. BAB II FORMAT PROPOSAL PENELITIAN KELAS X

3. BAB III FORMAT PENULISAN HASIL PENELITIAN KELAS XI DAN XII

4. BAB IV TEKNIK PENULISAN

(4)

DAFTAR ISI

SAMPUL PEDOMAN PENULISAN HASIL PENELITIAN

PRAKATA ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Tujuan ... 1

B. Topik Penelitian ... 1

C. Jenis Penelitian ... 2

BAB II FORMAT PROPOSAL PENELITIAN KELAS X A. Bagian Awal ... 3

B. Bagian Inti ... 6

C. Bagian Akhir ... 20

BAB III FORMAT PENULISAN HASIL PENELITIAN KELAS XI DAN XII A. Bagian Awal ... 3

B. Bagian Inti ... 6

C. Bagian Akhir ... 20

BAB IV TEKNIKPENULISAN A. Bahan ... 22

B. Pengetikan ... 22

C. Penyajian Tabel ... 24

D. Penyajian Gambar ... 25

E. Cara Merujuk Kutipan ... 26

F. Cara Menulis Daftar Rujukan ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Sampul Luar Tugas Akhir ... 37

2 Sampul Persyaratan Memperoleh No Ujian Nasional ... 38

3 Isi dan Format Lembar Persetujuan Pembimbing ... 39

4 Contoh Lembar Pernyataan ... 40

5 Contoh Prakata ... 41

6 Contoh Format Abstrak untuk Tugas Akhir ... 43

7 Contoh Format Daftar Isi ... 44

8 Contoh Format Daftar Tabel ... 46

9 Contoh Format Daftar Gambar ... 47

10 Contoh Format Daftar Lampiran ... 48

11 Contoh Format Daftar Pustaka ... 49

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

Pengembangan kesiswaan pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bidang yaitu penalaran, minat kegemaran, kesejahteraan siswa, kepedulian sosial, serta kepemimpinan dan organisasi. Khusus bidang penalaran, melalui kegiatan ini diharapkan tumbuh kreativitas dan inovasi pemikiran siswa dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas. Mengingat pentingnya bidang ini, pemerintah dalam hal ini SMAN 3 Denpasar berupaya menyelenggarakan pembinaan tugas akhir berupa penelitian sebagai prasyarat untuk mendapatkan rapor bagi kelas X dan XI serta untuk mengikuti mendapatkan Nomor Ujian Nasional (UN) untuk kelas XII.

A. TUJUAN

Tujuan penelitian siswa SMA Negeri 3 Denpasar bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya terutama dalam hal sebagai berikut.

1. Cara belajar baru bagi peserta didik, mereka dapat lebih mandiri dengan melakukan penelitian individu, di mana pembelajaran langsung ke lapangan dapat memberikan manfaat kepada siswa tersebut.

2. Interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang lebih beragam, tidak sekedar lewat kelas konvensional.

3. Menghayati konstruk dan azas keilmuan sebuah disiplin, sehingga dapat bernalar, bersikap dan berperilaku sebagai seorang ilmuan bermutu yang mandiri.

B. TOPIK PENELITIAN

(7)

C. JENIS PENELITIAN

(8)

BAB II

FORMAT PROPOSAL PENELITIAN KELAS X

Format proposal penelitian yang dimaksud dalam pedoman ini adalah menyangkut susunan, tata letak, tata urutan dan tata cara penulisan termasuk ejaan, ukuran serta jenis huruf.

Kertas yang digunakan untuk proposal penelitian adalah kertas putih HVS 70 gram, ukuran A4, sampul cover (kertas buffalo tebal) dengan warna (putih untuk sains dasar, hijau untuk sains terapan, merah untuk sosial-humaniora, dan biru untuk pendidikan). Proposal penelitian diketik dengan komputer dalam format huruf Times New Roman ukuran font 12 dan spasi 1,5. Proposal penelitian merupakan suatu kesatuan utuh, tetapi dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir. Masing-masing bagian dapat dibagi lagi menjadi bagian-bagian seperti yang dipaparkan dalam ketentuan berikut.

A. Bagian Awal

Bagian ini terdiri atas halaman sampul, halaman judul, lembar persetujuan (pembimbing), surat pernyataan keaslian karya, prakata, daftar isi, daftar tabel (jika ada), daftar gambar (jika ada), daftar lampiran, dan daftar-daftar lain (jika ada). Ciri khas dari bagian awal ini ialah penggunaan angka romawi kecil (i, ii, iii, dst) untuk menandai halaman persetujuan dianggap sebagai halaman berurutan tetapi tidak diberi nomor urut.

1. Halaman Sampul

Halaman sampul berisi: judul karya tulis secara lengkap, nama dan nomor induk siswa (NIS), lambang SMA Negeri 3 Denpasar, nama sekolah dan tahun. Semua huruf dicetak dengan huruf kapital, Komposisi huruf dan tata letak masing-masing bagian diatur simetris, rapi dan serasi (contoh dapat dilihat pada lampiran)

2. Lembar Halaman Judul

Format dan isi halaman halaman sampul, tetapi memuat teks “Proposal penelitian ini Diajukan kepada SMA Negeri 3 Denpasar untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Rapor. Contohnya dapat dilihat pada lampiran.

3. Halaman Persetujuan

Halaman persetujuan memuat persetujuan dari pembimbing karya tulis. Hal-hal

yang dicantumkan dalam lembar persetujuan pembimbing adalah: (1) teks “Proposal

(9)

lengkap dan nomor induk pegawai (NIP) pembimbing 1 dan pembimbing 2. Contoh format lembar persetujuan pembimbing yang dimaksud dapat dilihat pada lampiran .

4. Pernyataan Keaslian Karya

Untuk menghindari terjadinya praktik akademis yang melanggar kaidah dan academic yurisdiction, pada saat penyusunan proposal penelitian oleh siswa, maka kepada setiap siswa harus melampirkan surat pernyataan keaslian karya yang telah ditandatangani oleh siswa bersangkutan. (contoh format dapat dilihat pada lampiran )

5. Prakata

Di dalam prakata dicantumkan ucapan terimakasih peneliti yang ditujukan kepada berbagai pihak. Pihak tersebut dapat berupa individu, pejabat, lembaga, organisasi, dan atau pihak-pihak lain yang berkontribusi dalam menyiapkan, melaksanakan, dan menyelesaikan proposal penelitian.

Tulisan prakata diketik dengan huruf kapital, simetris di batas atas bidang pengetikkan tanpa tanda titik. Teks prakarta diketik dengan spasi ganda (dua spasi). Panjang teks tidak lebih dari dua halaman kertas ukuran A4. Kemudian, pada akhir teks dicantumkan kata “Peneliti” yang menyebut nama terang, dan ditempatkan di pojok kanan bawah.(contoh format dapat dilihat pada lampiran )

6. Daftar Isi

Di dalam halaman daftar isi dimuat: judul lembar pengesahan, surat pernyataan, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar-daftar lain (jika ada), judul bab, judul anak sub bab, dan judul anak sub bab yang disertai dengan nomor halaman tempat pemuatannya di dalam teks. Semua judul bab diketik dengan huruf kapital, sedangkan sub bab dan anak sub bab hanya huruf awalnya saja yang diketik dengan huruf kapital. Daftar isi hendaknya menggambarkan garis organisasi keseluruhan isi proposal penelitian (lihat lampiran ).

7. Daftar Tabel

Halaman Daftar tabel memuat nomor tabel, judul tabel, dan nomor halaman untuk setiap tabel yang harus sama dengan judul tabel yang terdapat dalam teks. Judul tabel yang memerlukan lebih dari satu baris diketik dengan spasi tunggal. Antara tabel yang satu dengan tabel yang lainnya diberi jarak dua spasi (lihat lampiran ).

8. Daftar Gambar

(10)

satu baris diketik dengan spasi tunggal. Antara judul gambar dan judul gambar lainnya diberi jarak dua spasi (lihat lampiran ).

9. Daftar Lampiran

Daftar lampiran memuat nomor lampiran, judul lampiran, dan halaman tempat lampiran itu berada. Judul lampiran yang memerlukan lebih dari satu baris diketik dengan spasi tunggal. Antara judul lampiran yang satu dan judul lampiran lainnya diberi jarak dua spasi (lihat lampiran ).

B. Bagian Inti

Bagian inti proposal penelitian terdiri atas sekurang-kurangnya empat bab, yakni pendahuluan, landasan teori dan metode penelitian serta Rencana Jadwal Pelaksanaan Penelitian. Bagian inti ditandai dengan penggunaan huruf kapital/angka (A, B, dst) untuk menomori urutan, nomor digit untuk menandai urutan sub judul dan sub subnya (paling banyak 4 digit), no angka Arab (1, 2, 3, dst)untuk menandai halaman. Nomor digit tidak boleh digunakan untuk pengganti no urut seperti 1), 2). Dst. Atau huruf a), b), dst. Jika dirumuskan secara urut maka susunan bagian inti adalah sebagai berikut.

A. PENDAHULUAN

2.1 Kajian Teori (yang berkaitan dengan permasalahan penelitian)

C. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Rancangan Penelitian

3.3 Populasi dan Sample Penelitian (Sosial-Humaniora-Pendidikan terkadang juga pada Sains Dasar dan Sains Terapan) atau Bahan dan Alat (Sains Dasar, Sains Terapan)

3.4 Variabel Penelitian

3.5 Prosedur Kerja/Metode Pengumpulan Data 3.6 Teknik Analisis Data

(11)

Bagian inti dari proposal penelitian pada rumusan di atas, masing-masing dapat dijelaskan seperti pada paparan berikut ini.

1. Latar Belakang Penelitian

Latar belakang yang digunakan dalam usulan sebuah penelitian diperlukan agar orang dapat memahami konteks atau lingkungan, faktor-faktor yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Jadi segala informasi yang berhubungan dengan permasalahan tersebut dikemukakan dengan maksud agar orang lebih mudah menghayati situasi dan kondisi dimana masalah-masalah tersebut timbul atau terjadi. Informasi mengenai latar belakang tidak perlu panjang lebar melainkan singkat tapi jelas agar tidak membosankan.

Pada bagian latar belakang hendaknya dikemukakan secara jelas dan obyektif, rasional akademis mengapa masalah atau pokok persoalan tersebut penting dikaji dalam penelitian. Pernyataan urgenitas tersebut harus didukung oleh argument-argumen akademis terkait, yang melatarbelakangi pentingnya kajian dilakukan. Pada bagian ini juga penting untuk dikemukakan logika konseptual dan praktis atas pokok persoalan, termasuk penggambaran terjadinya kesenjangan antara das sollen dan das sein (harapan dan kenyataan), baik secara teoretik maupun secara praksis. Pernyataan kesenjangan yang dimaksud hendaknya didukung oleh fakta, data, dokumen, dan bukti-bukti ilmiah lainnya yang bertalian dengan pokok permasalahan, sehingga siapapun yang membaca menjadi mengerti mengapa hal tersebut perlu dikaji atau diteliti secara ilmiah.

2. Rumusan Masalah

Masalah penelitian sebaiknya berupa pernyataan yang menunjukkan keterkaitan antara variabel-variabel yang akan diteliti, baik untuk penelitian yang bersifat deskriptif/ex post facto maupun yang bersifat eksperimen. Dengan perkataan lain, masalah penelitian merupakan pernyataan penelitian dan diikuti pertanyaan penelitian yang mendorongnya untuk mengadakan penelitian. Karena itu, masalah penelitian (research statement) harus dirumuskan secara spesifik agar dapat menjadi penuntun bagi penelitian di lapangan.

(12)

Selain itu, rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti, memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan.

3. Tujuan penelitian

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan penelitian adalah menemukan informasi empiris, objektif, logis mengenai sesuatu atau menentukan keterkaitan di antara variabel-variabel yang dipermasalahkan. Dengan demikian, maka tujuan penelitian yang dirumuskan harus mencermikan dan konsisten dengan masalah-masalah yang dikemukakan sebelumnya. Jelaslah bahwa penelitian yang akan dilaksanakan mengarah pada jawaban-jawaban terhadap pertanyaan penelitian yang telah dinyatakan dalam masalah penelitian (rumusan masalah).

Tujuan penelitian menyatakan secara jelas, sasaran yang ingin dicapai setelah pelaksanaan penelitian terhadap masalah yang telah dirumuskan pada bagian sebelumnya. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu kepada isi dan rumusan masalah penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya, yang bersifat ringkas, jelas, padat, dan terukur. Tujuan penelitian biasanya diformulasikan (dirumuskan) dalam bentuk kalimat pernyataan.

4. Manfaat Penelitian

Pada bagian ini ditunjukkan pentingnya (keutamaan) penelitian terutama yang bertalian dengan pengembangan disiplin keilmuan, pembangunan dalam arti luas dan kepentingan praksis sebuah bidang kajian. Dengan kata lain, uraian dalam subbab manfaat penelitian berisi alasan kelayakan akademis dan praksis atas masalah yang diteliti. Perumusan manfaat penelitian, akan memperkuat dan meningkatkan kelayakan sebuah pokok persoalan atau masalah untuk dikaji berdasarkan langkah-langkah akademis, sehingga akan melahirkan adagium tentatif pada kalangan komunitas tertentu (sesuai bidang ilmunya). Sementara itu, untuk jenis penelitian tindakan atau penelitian tindakan kelas, termasuk penelitian dan pengembangan di beberapa bagiannya, kebermanfaatan penelitian harus dinyatakan dengan mengacu kepada siapa, dalam hal apa, dan untuk apa nilai manfaat tersebut.

5. Hipotesis

(13)

Secara konsep, hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Secara statistik hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sampel. Hipotesis biasanya juga mengandung prediksi, dan ketepatan prediksinya akan sangat tergantung pada tingkat kebenaran dan ketepatan kajian teori yang mendasarinya. Secara umum, hipotesis sebenarnya menyangkut dua hal yaitu tentang hubungan dan tentang perbedaan, tetapi perumusannya dapat beraneka ragam.

Dalam penelitian kuantitatif yang paling perlu diperhatikan adalah jenis rumusan hipotesis tersebut, apakah suatu hipotesis dirumuskan secara direksional atau non direksional. Hal ini penting diperhatikan karena menyangkut uji signifikansi yang akan diterapkan, yaitu: uji satu arah (one tail) untuk hipotesis direksional, atau uji dua arah (two tail) untuk hipotesis non-direksional, di samping kedua jenis rumusan hipotesis dimaksud akan menuntut arah kajian teori yang berbeda.

Menurut fungsinya, hipotesis terdiri atas hipotesis teoritik dan hipotesis penelitian. Perlu disadari bahwa penelitian kuantitatif bertujuan untuk menguji teori yang sudah ada. Teori tersebut kemudian dirumuskan ke dalam hipotesis untuk diuji dengan sampel yang ditentukan oleh peneliti. Hipotesis yang diuji dalam penelitian adalah hipotesis nol. Hipotesis nol pada hakikatnya adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan atau tidak ada perbedaan (hypothesis of norelation, hypothesis of no difference). Peneliti dalam hubungan ini mempunyai praduga atau asumsi bahwa data yang diperolehnya akan menunjukkan sebaliknya. Karena itu hipotesis penelitian akan menyatakan gagasan sebaliknya, yaitu: ada hubungan atau ada perbedaan.

Berdasarkan pengertian di atas muncul tiga macam pendapat di antara para peneliti, yaitu: (1) karena hipotesis nol bunyinya selalu sama untuk semua penelitian, maka hipotesis nol tidak perlu disebutkan dalam usaha penelitian, (2) karena hipotesis penelitian dapat diketahui dari hipotesis nol dan karena hipotesis nol adalah hipotesis yang diujikan, maka hipotesis penelitian tidak perlu dicantumkan dan hanya hipotesis nol yang dicantumkan, dan (3) mencantumkan kedua jenis hipotesis tersebut baik dalam rumusan narasi maupun dalam rumusan statistiknya. Dalam praktiknya, ketiga pendapat tersebut digunakan tanpa masalah. Dengan demikian, peneliti boleh memilih salah satu dari tiga pendekatan tersebut dan menggunakannya secara konsisten.

(14)

siswa, semakin tinggi prestasi belajarnya. Sebaliknya hipotesis yang tidak mengarah menunjukkan tidak adanya arah asumsi penelitian, misalnya: terdapat perbedaan antara kelompok X dengan kelompok Y, tanpa menyebutkan kelompok yang mana yang lebih tinggi.

Menurut bentuknya: hipotesis dapat berupa pernyataan simbolik dan pernyataan verbal. Dalam usulan penelitian, kedua bentuk hipotesis ini harus dicantumkan.

6. Kajian Pustaka

Bagian ini terdiri atas kajian teori, kajian penelitian yang relevan. Kajian pustaka memuat kajian referensi yang relevan dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan.

Kajian teori membahasa secara deduktif dan/atau anti tesis sejumlah teori yang pernah ada, yang pernah digunakan oleh orang untuk menjawab atau menjelaskan masalah-masalah tertentu. Pemilihan dan penetapan kajian teori dilakukan dengan pertimbangan azas relevansi dan kemutakhiran. Bagian ini tidak boleh hanya merupakan rangkaian teori-teori atau kumpulan teori tanpa pemaknaan yang sistematis oleh peneliti. Penetapan dan penggunaan teori-teori ini seyogyanya mengarah kepada teori yang hendak digunakan dalam mengkaji masalah yang dirumuskan dan secara eksplisit harus mampu dirumuskan dan ditetapkan suatu teori dasar (grounded theory) yang nantinya digunakan untuk menakar, membedah, dan memformulasikan pengujian dan/atau penelaahan variabel penelitian. Jenis teori, batasan teori, prosedur penggunaan, mekanisme pengujian, dan yang lainnya harus mampu dirumuskan dan dinyatakan secara jelas pada bagian ini.

Penting dipahami dan dilakukan pada bagian ini, bahwa dalam mengutip, memaknai, menyenerai, sumber-sumber kepustakaan pada bagian ini hendaknya menggunakan kata-kata sendiri, dengan menjauhkan kesan menjiplak aslinya. Sesekali memang diperkenankan untuk mengutip secara utuh sebuah teori, prinsip, generalisasi, konsep, dan fakta dari sumber aslinya, dengan cara menuliskannya sesuai dengan kaidah-kaidah yang dibenarkan secara akademis. Pengutipan sebuah sumber atau kepustakaan wajib hukumnya untuk mencantumkan nama penulis dan tahun penerbitan sumber kepustakaan tersebut. Bilamana kutipan langsung lebih dari 4 baris, maka penulisannya harus diketik satu spasi dengan mencantumkan nama penulis, tahun penerbit, dan halaman tempat kutipan di buku atau sumber aslinya.

(15)

menentukan arah penelitian tersebut, baik menyangkut instrumentasi yang digunakan (dalam proses perancangan maupun validasinya), perumusan hipotesisnya, maupun tahapan verifikasinya. Setelah penelitian mengemukakan teori-teori yang berhubungan dengan variabel yang diteliti (masalahnya) maka ia dapat mendeduksikan konsep-konsep yang terdapat di dalamnya. Setiap teori berisi konsep, karena itu konsep tersebut harus dijelaskan di dalam bagian ini agar orang mengetahui dasar atau inti teori tersebut. Dalam bagian ini sering digunakan diagram-diagram untuk menjelaskan konsepnya.

Pada bagian ini, secara jelas dan objektif harus dipaparkan tentang gagasan, konsep, pemikiran, teori, prinsip, dalil, dan temuan dalam penelitian terdahulu yang bertautan secara langsung maupun tidak langsung dengan focus masalah yang akan diteliti. Penelitian dapat memulai dengan mengemukakan penelitian-penelitian yang relevan dengan apa yang akan diteliti secara kronologis, atau disistematisasikan menurut masalahnya. Berdasarkan kajian dan telaah terhadap berbagai temuan penelitian tersebut, maka penelitian dapat memetik hal-hal yang bertalian dengan masalah, teori yang akan digunakan, metode yang digunakan, dan temuan-temuannya dengan memberikan penguatan, atau komentar, kritik, evaluasi, dan sebagainya, sehingga tidak memunculkan atau menyiratkan kesan bahwa bagian ini adalah kumpulan atau penumpukan rangkaian teori semata. Penelitian dituntut untuk mampu “membahasakan” bagian setiap bagian dari temuan penelitian yang relevan untuk mendukung gagasan utama atau pokok permasalahan penelitiannya, sehingga jelas “posisi peneliti” di antara teori atau temuan penelitian yang telah dihasilkan oleh orang lain pada kajian yang sejenis.

Berdasarkan pola seperti di atas, peneliti dengan tegas dapat mengemukakan bagian-bagian atau aspek-aspek mana yang berhubungan dan yang tidak berhubungan dengan bagian-bagian atau aspek-aspek yang akan dikaji sekarang, masalah-masalah mana yang sudah diteliti orang dan masalah-masalah mana yang belum digarap sehingga peneliti bisa menempatkan di mana posisi masalah yang akan ditelitinya. Bisa saja terjadi, bahwa fokus masalah yang akan dikajinya sama atau telah dikaji oleh peneliti lain lebih dulu, namun bilamana metode, pelibatan dan jumlah variabel, objek atau subjek penelitian, serta lokasi atau latar penelitiannya berbeda, maka penelitian tersebut layak untuk dilanjutkan.

(16)

7. Metode Penelitian

Kandungannya mencakup antara lain: jenis penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan indikator/parameter penelitian, waktu dan tempat penelitian dan prosedur/tahapan penelitian.

Perlu dicatat, bahwa di dalam bagian ini, penelitian tidak perlu mengemukakan teori-teori atau batasan-batasan tentang istilah-istilah dalam metodologi. Misalnya, ketika mengumumkan tentang subjek penelitian, populasi, dan sampel penelitian, tidak perlu didefinisikan apa itu subjek penelitian, populasi, sampel, dan berbagai hal tentang penyampelan.

8. Rancangan Penelitian

Rancangan (desain) pada hakikatnya mencakup abstraksi isi dan ruang lingkup (the design is content and scope of the study). Rancangan penelitian tergantung pula pada pendekatan yang digunakan pada subjek penelitian dalam kaitan dengan eksistensi variabel yang diteliti. Eksistensi variabel yang dimaksud apakah variabel yang akan diteliti dimunculkan secara sengaja (dimanipulasi) oleh peneliti dalam suatu eksperimen, atau variabel yang diteliti adalah variabel yang telah ada secara wajar pada subjek yang diteliti (ex-post facto), atau variabel yang diteliti adalah sesuatu yang harus diurai lebih lanjut berdasarkan realitas kekinian temuan di lapangan (etnografi).

Di sisi lain, penggambaran konstelasi rancangan penelitian akan dipengaruhi pula oleh jumlah (banyaknya) dan status variabel yang dilibatkan dalam penelitian, sehingga akan terkait dengan identifikasi variabel penelitian dan sudah tentunya juga terkait dengan hipotesis yang dirumuskan. Berdasarkan rasional tersebut, maka pada bagian ini, siswa hendaknya mampu dengan tegas menyatakan desain penelitian yang digunakan, sesuai dengan karakteristik fokus masalah yang hendak dikaji atau diteliti. Pada rancangan penelitian, secara empiris telah dinyatakan rancang bangun penelitian yang akan dilakukan, sehingga akan memudahkan penelitian dalam melakukan tahapan penelitian selanjutnya.

9. Populasi dan Sampel Penelitian

(17)

Bilamana populasi biasanya terlalu banyak untuk diteliti, maka penelitian dapat menggunakan sebagian saja dari populasi. Sudah barang tentu sampel tersebut harus dapat mewakili populasi. Peneliti dapat menggunakan teknik statistik untuk mengetahui apakah sampel yang digunanakan representatif atau tidak. Dalam kaitan dengan itu, penentuan sampel dari suatu studi sampling pada hakikatnya selalu mengandung risiko kesalahan (sampling error), karena generalisasi dari sampel ke populasi selalu mengandung resiko bahwa terdapat kekeliruan atau ketidaktepatan, karena sampel tidak mungkin mencerminkan secara persis keadaan populasi.

Secara konseptual, dapat ditegaskan bahwa semakin besar ketidaksamaan sampel dengan populasi, maka semakin besar pula kemungkinan kekeliruan dalam generalisasi. Maka dari itu, masalah representatifnya sampel sangat perlu dicermati. Bertalian dengan hal itu terdapat beberapa teknik penentuan sampel, yang pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua gugus yaitu: (1) penyampelan probabilitas (probability sampling), dan (2) penyampelan nonprobabilitas sampling (nonprobability sampling). Dari masing-masing gugus tersebut telah diciptakan berbagai teknik lagi, yang sangat memungkinkan peneliti memilih sesuai dengan keperluan.

Untuk mendukung penggunaan dari berbagai teknik di atas, dalam rangka mempertinggi tingkat kerepresentatipan sampel, perlu dipertimbangkan beberapa hal yaitu: variabilitas populasi, besarnya sampel, teknik penentuan sampel, dan kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi. Mengingat adanya keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka dapat saja terjadi ketidaksempurnaan pemenuhan keempat hal di atas, sehingga kesalahan-kesalahan sampling hampir selalu ada.

Berangkat dari logika konseptual di atas, maka muncul kebutuhan untuk memperhitungkan besar-kecilnya kekeliruan tersebut, yang biasa disebut dengan analisis kekeliruan atau simpangan baku estimasi atas distribusi penyampelan. Distribusi penyampelan statistic akan normal manakala distribusi skor dalam populasinya merupakan distribusi normal dan sampel diambil secara rambang (random). Akan tetapi, distribusi suatu statistic akan mendekati distribusi normal, tidak peduli bentuk distribusi populasinya normal atau tidak asal sampel penelitiannya cukup besar.

(18)

kluster (cluster sampling). Penyampelan nonprobabilitas terdiri atas: (1) penyampelan purposive (purposive sampling), (2) penyampelan kuota (quota sampling), (3) penyampelan eksidental (accidental sampling).

Berdasarkan argumentasi di atas, maka bilamana subjek penelitian telah ditetapkan, maka peneliti secara tegas telah dapat menyatakan populasi subjek penelitian itu. Jika dalam penelitian diperlukan adanya sampel, maka harus dipilih secara tepat teknik dan pendekatan penyampelannya, sehingga tidak terjadi bias keterwakilan populasi dalam sampel penelitian, yang pada akhirnya akan berdampak pada validitas temuan penelitian.

10. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Variabel dapat diartikan sebagai suatu totalitas gejala atau objek pengamatan yang akan diteliti. Maka dari itu, dilihat dari fungsinya, variabel dapat diklasifikasikan menjadi: variabel bebas (prediktor), variabel control, variabel moderator, variabel penyela, dan variabel tergantung (kriterium). Bila variabel ini digambarkan dalam suatu model (konstelasi) penelitian nantinya, penempatan (klasifikasi) variabel sangat ditentukan oleh paradigm teori yang melandasinya, dan untuk itulah sangat diperlukan wawasan, pengalaman, ketelitian, serta keterampilan peneliti.

Perumusan definisi variabel, menyangkut perumusan definisi konsep variabel dan perumusan definisi operasional variabel tersebut. Perumusan definisi konsep variabel harus konsisten dengan teori pokok (grand theory) yang mendasari penelitian variabel bersangkutan. Hal tersebut secara konsep akan menyangkut konsep teoretis variabel yang diteliti, dimensi, dan indikator yang melingkup variabel tersebut. Sementara itu definisi operasional variabel, menyangkut pengukuran variabel, dan pernyataan peringkat/skala data yang dikumpulkan (nominal, ordinal, interval, atau rasio). Definisi operasional variabel ini akan sangat menentukan bagaimana suatu instrument variabel itu dirancang, dan bagaimana rancangan data tersebut dikumpulkan, dan hal tersebut akan memberikan arah bagaimana formula analisis yang akan digunakan.

(19)

didik yang berpengaruh terhadap cara pemecahan masalah yang dihadapi secara cepat, tepat, dan adequate. Intelegensi peserta didik diukur melalui tes intelegensi standard progressive matriks dan data yang dikumpulkan dalam skala interval, dan (c) pola III, yaitu definisi yang dibuat berdasarkan atas bagaimana hal yang didefinisikan itu tampak. Contoh: kecemasan terhadap sekolah adalah penolakan untuk pergi belajar di sekolah. Kecemasan terhadap sekolah diukur dengan observasi atau wawacara, dan data yang dikumpulkan dalam skala nominal (sangat cemas, cemas, dan kurang cemas).

Mengacu pada konsep berpikir di atas, maka hal-hal yang dikemukakan pada bagian ini ialah identifikasi variabel penelitian, definisi variabel (definisi konsep dan definisi operasional) serta konstelasi variabel. Uraian mengenai ketiga hal ini dilakukan secara amat singkat karena maksud utamanya adalah untuk memberikan gambaran utuh dalam bentuknya yang ringkas mengenai fokus penelitian. Definisi istilah diperlukan apabila diperkirakan akan timbul perbedaan pengertian atau kekurang-jelasan makna seandainya batasan itu tidak diberikan. Istilah yang perlu diberikan batasan ialah istilah-istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terdapat dalam karya tulis. Kriteria bahwa suatu istilah mengandung konsep pokok adalah jika istilah itu terkait erat dengan masalah yang diteliti atau variabel penelitian. Bagi penelitian-penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif definisi variabel agar disesuaikan.

11. Metode Pengumpulan Data/Prosedur Penelitian

Pada bagian ini, yang perlu dirumuskan lebih dulu adalah data apa yang hendak dikumpulkan dengan mengacu pada fokus masalah dan rumusan masalah yang telah diformulasikan sebelumnya. Setelah kepastian yang bertalian dengan jenis data yang diperlukan telah ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan cara atau metode yang akan digunakan untuk menjaring atau mengumpulkan data.

Ketepatan pemilihan metode dan alat pengumpulan data sangat menentukan kualitas data yang didapatkan, dan pada akhirnya akan menentukan kualitas hasil suatu penelitian. Oleh karena itu, instrumentasi ini harus mendapatkan penggarapan yang cermat, sehingga memenuhi syarat-syarat sebagai alat ukur yang baik. Untuk itu biasa dituntut validasi instrumen (yang menyangkut validitas content, concurrent, predictive dan construct, serta menyangkut tingkat reliabilitas) atas alat pengumpulan data yang akan digunakan.

(20)

hasil belajar. Contoh lainnya, peneliti hendak mengumpulkan data tentang “sikap siswa”, maka jenis data yang diperlukan adalah “pernyataan” atau “perilaku” siswa, sehingga metode pengumpulan data yang relevan untuk ini adalah dengan wawancara atau dengan menyebarkan kuesioner.

Metode pengumpulan data semacam itu tentu memerlukan instrumen atau alat pengumpulan data penelitian, yang biasa berupa: perangkat tes, pedoman wawancara, lembar observasi, catatan lapangan terstruktur, dan kuesioner. Masing-masing instrumen itu harus sudah dilampirkan ketika mengajukan usulan penelitian. Di dalam karya tulis harus dijelaskan, misalnya, siapa dan berapa jumlah subjek yang dites, kapan dan dimana, apa yang diteskan, dsb. Tentang wawancara dijelaskan siapa yang akan diwawancarai, cara mewawancarai, kapan, dan dimana. Dijelaskan isi kuisioner, siapa yang diberi kuesioner, berapa jumlah yang disebarkan dan berapa jumlah yang dikembalikan, dsb. Data yang sudah dikumpulkan itu kemudian ditata dan diorganisasikan agar mudah diolah dan dianalisis. Wawancara yang direkam harus ditranskripsikan dulu melalui bahasa tulis. Data tersebut, misalnya, diklasifikasikan, ditabelkan, diurutkan, dan sebagainya.

Jika sekiranya peneliti tinggal memakai alat pengumpulan data yang sudah diakui validitas dan reliabilitasnya, masih juga merupakan keharusan baginya untuk melaporkan dan memberikan informasi mengenai tingkat validitas dan reliabilitas penelitian terdahulu atau mungkin berdasarkan kesepakatan-kesepakatan tertentu. Metode pengumpulan data yang sering digunakan yaitu sebagai berikut.

a. Metode observasi

Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati secara langsung. Yang harus peneliti perhatikan dalam metode ini yaitu:

1) Peneliti mengetahui pengetahuan tentang apa yang diobservasi. 2) Menentukan cara untuk melakukan observasi.

3) Menentukan variabel yang akan diamati.

4) Menentukan alat pencatat dan cara penggunaannya. b. Metode kuesioner

Pengumpulan data dengan menggunakan suatu daftar pertanyaan yang isinya sesuai dengan tujuan penelitian.

c. Metode wawancara

Pengumpulan data melalui proses tanya jawab dengan responden. Hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode ini adalah:

(21)

2) Sikap yang sopan.

3) Saat wawancara hanya ada responden saja.

4) Jawaban responden harus dimengerti sebelum dicatat. 5) Hati-hati dengan jawaban tidak tahu.

d. Metode Penelitian Non Experimen

Dalam penelitian ini sering menggunakan metode sebagai berikut. 1) Survei

2) Penelitian naturalis

e. Metode Penelitian Eksperimen 1) Pre experimental

a) One-shot case study

Satu kelompok diberikan perlakuan selanjutnya diobservasi hasilnya b) One-group pretest-posttest design

Satu kelompok diberikan perlakuan tetapi dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan

c) Intact-group comparison

Satu kelompok dibagi 2, kemudian satu diberi perlakuan dan satu lagi sebagai kontrol

2) True Experimental

a) Rancangan percobaan pola sederhana

• RAL

2) Hasil pengukuran variabel yang dioperasionalkan dengan menggunakan instrumen

g. Metode kualitatif 1) Deskriptif

(22)

12. Metode Analisis Data

Setelah data dikumpulkan dan ditata, langkah selanjutnya adalah menganalisis atau mengolah data tersebut sesuai dengan sifat dan jenis data yang terkumpul. Karena jenis data dalam penelitian itu mungkin lebih dari satu, maka harus secara cermat dan diteliti dikemukakan bagaimana masing-masing data itu dianalisis sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, misalnya:

Masalah Data Dikumpulkan Dianalisis

“hasil belajar

siswa” skor hasil belajar dengan tes dengan statistik

“sikap siswa” pernyataan dengan kuesioner diklasifikasikan

a. Metode analisis data

1) Analitik : pola pikir deduktif (umum ke khusus) Contoh pernyataan Analitik:

a) 1+1=2

b) Pria lajang belum menikah

c) Gunung tertinggi lebih tinggi dari gunung-gunung lainnya

2) Metode Analisis (umum ke khusus) melakukan perincian terhadap istilah-istilah pernyataan kedalam bagian-bagiannya, agar dapat mengharapkan makna yang di kandungnya.

b. Metode Sintesis

1) Sintesis = Induktif (khusus ke umum)

2) Metode Sintesis: menggabungkan atau mengkompromikan dari pernyataan satu kepada pernyataan lain untuk memperoleh kesimpulan yang komprehensif

Contoh :

a) Ilmu adalah aktifitas b) Ilmu adalah metode c) Ilmu adalah produk

Kesimpulanya: Ilmu adalah aktifitas, metode dan produk c. Metode Analisis-Sintesis

(23)

2) Proses praktis penyusunan deduksi berawal dengan perumusan suatu simpulan, lalu pembuktiannya dengan pencarian dua atau lebih asumsi yang benar yang dapat berfungsi sebagai landasannya.

3) Proses induksi berawal dengan pengumpulan potongan-potongan bukti empiris, lalu ini digunakan sebagai landasan untuk menarik kesimpulan.

C. Bagian Akhir

Bagian akhir memuat daftar pustaka dan lampiran. Daftar pustaka disusun secara alfabetis dan diberi nomor halaman sebagaimana bagian inti, sedangkan lampiran yang terdiri atas surat ijin penelitian, instrument penelitian (pedoman wawancara, kuesioner, dsb), peta gambar, dsb, tidak perlu diberi nomor halaman.

1. Daftar Pustaka

Daftar pustaka ditulis dengan urutan alfabetis (menurut abjad) nama penulis (tanpa gelar), bukan hanya alfabetis pada huruf pertama melainkan juga untuk huruf kedua, ketiga, dst. Karena dalam hal ini kita mengikuti kaidah penulisan secara internasional, maka nama penulis itu ialah nama akhir dari sederet nama yang dimiliki oleh penulis. Pada prinsipnya, teknis menulis sebuah sumber pustaka adalah sebagai berikut:

Nama akhir, Nama (-nama) depan. Tahun penerbit. Judul buku. Kota penerbit: penerbit.

Nama akhir, Nama (-nama) depan. Tahun Terbit. “Judul artikel (dalam buku)”, dalam Nama Penulis Buku (ed = editor), Judul Buku. Kota Penerbit: Penerbit.

Nama akhir, Nama (-nama) depan. Tahun Penerbitan. “Judul Artikel (dalam jurnal, majalah, koran)”, Namajurnal/majalah/bulletin/koran, Nomor, Volume, Halaman.

Nama akhir, Nama (-nama) depan. Tahun Penerbitan. “Judul Makalah (dalam seminar, ceramah, konvensi, temu ilmiah, diskusi, dsb.)”, (Makalah). Kota, tanggal/bulan. Tahun.

Nama akhir, Nama depan. Tahun Penulisan. Judul tesis/disertasi/orasi). (tesis/disertasi/orasi). Kota: nama institusi/lembaga yang menerbitkan tesis/disertasi/orasi.

Nama akhir, Nama (-nama) depan. Tahun penulisan.judul tulisan/artikel/buku. Nama web. Tanggal, bulan, tahun akses.

2. Lampiran

(24)

BAB III

FORMAT KARYA TULIS KELAS XI DAN XII

Format karya tulis yang dimaksud dalam pedoman ini adalah menyangkut susunan, tata letak, tata urutan dan tata cara penulisan termasuk ejaan, ukuran serta jenis huruf untuk penulisan karya tulis kelas XI dan XII.

A. BagianAwal

Bagian ini terdiri atas halaman sampul, halaman judul, lembar persetujuan (pembimbing), surat pernyataan keasliankarya, prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel (jika ada), daftar gambar (jika ada),daftar lampiran, dan daftar-daftar lain (jika ada). Ciri khas dari bagian awal ini ialah penggunaan angka romawi kecil (i,ii,iii,dst) untuk menandai halaman persetujuan dianggap sebagai halaman berurutan tetapi tidak diberi nomor urut.

1. Halaman Sampul

Contoh dapat dilihat pada lampiran

2. LembarHalamanJudul

Contohnya dapat dilihat pada lampiran 2.

3. HalamanPersetujuan

Contoh format lembar persetujuan pembimbing yang dimaksud dapat dilihat pada lampiran

4. Pernyataan Keaslian Karya

contoh format dapat dilihat pada lampiran

5. Prakata

contoh format dapat dilihat pada lampiran

6. Abstrak

(25)

spasi tunggal (satu spasi) dan panjangnya tidak boleh lebih dari satu halaman kertas ukuran A4 (maksimum 300 kata) lihat lampiran7. Abstrak dibuat dalam Bahasa Indonesia baku.

7. DaftarIsi

Contoh format dapat dilihat pada lampiran

12. Daftar(sesuai dengankeperluan)

B. BagianInti

Bagian inti karya tulis terdiri atas sekurang-kurangnya lima bab, yakni pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, hasilpenelitian, dan penutup. Bagian inti ditandai dengan penggunaan nomor/ angka Romawi besar (I,II,dst) untuk menomori urutan bab, nomor digit untuk menandai urutan sub judul dan sub-subnya (paling banyak 4 digit), no angka Arab (1,2,3,dst) untuk menandai halaman. Nomor digit tidak boleh digunakan untuk pengganti no urut seperti 1), 2). Dst. Atau huruf a), b), dst. Jika dirumuskan secara urut maka susunan bagian inti adalah:

BAB II LANDASAN TEORIDAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori

2.2 Kerangka Berpikir (Langkah Sistematis dalam Penelitian) 2.3 Hipotesis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian

3.3 Populasi dan Sample Penelitian (kecenderungan IPS) atau Bahan dan Alat (kecenderungan IPA)

3.4 Variabel Penelitian

3.5. Parameter/Indikator Penelitian

(26)

BABIV HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN

Bagian inti dari karya tulis penelitian pada rumusan di atas, masing-masing dapat dijelaskan seperti pada paparan berikut ini. Penjelasan untuk Bab I hingga Bab III mempunyai penjelasan yang sama pada format pedoman proposal untuk kelas X. Untuk itu, penjelasan bab-bab tersebut tidak dijelaskan pada bagian ini. Bagian ini akan menjelaskan :

Bab IV Hasil dan Pembahasan dan Penutup.

1. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bagian ini menjadi BAB IV. Bagian ini merupakan laporan hasil penelitian dengan memyajikan data, fakta, dan temuan berikut pembahasan atau pengembangan dari temuan penelitian. Layaknya sebuah laporan, hasil penelitian disajikan dalam ragam bahasa tulis yang baik, didukung oleh table, grafik, gambar, foto, atau bentuk lain yang mampu mempertegas atau mempertajam makna hasil penelitian.

Jika ada hipotesis, bagian ini merupakan“medium”pengujian hipotesis. Untuk itu, pada bagian ini perlu dikemukakan lagi rumusan hipotesis no ldan hasil pengujiannya beserta penjelasannya yang dikemukakan secara ringkas dan jelas. Temuan-temuan penelitian, dengan dukungan data dan fakta juga dikemukakan secara ringkas, padat, dan jelas. Temuan- temuan ini kemudian dibahas satu demi satu, dengan tujuan: (1) menjawab masalah penelitian atau menunjukkan bagian tujuan penelitian ini dicapai, tercapai atau tidak tercapai, (2) menafsirkan temuan-temuan penelitian, (3) memadukan atau menggolongkan temuan penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah ada (misalnya, apakah temuan ini sesuai, sejajar, tidak sesuai atau bertentangan dengan hasil penelitian terdahulu yang tersebut dalam BabII, dan (4) memodifikasi (memperkuat, mengubah, merevisi) teori yang sudah ada dan menyusun teori baru. Bentuk dan luasnya pembahasan dapat disesuaikan dengan tujuan tersebut.

(27)

sehingga jelas posisinya dalam konstruk teori, baik yang telah ada maupun bagi bangunan teori yang akan dilakukan berdasarkan hasil penelitian itu sendiri.

2. Penutup

Bab penutup terdiri atas simpulan dan saran. Simpulan mungkin lebih dari satu, lalu diikuti kemungkinan implikasi-implikasi yang akan terjadi atau diharapkan terjadi, dan saran bagi individu, kelompok ataupun institusi tertentu.

C. BagianAkhir

Bagian akhir memuat daftar pustaka dan lampiran. Daftar pustaka disusun secara alfabetis dan diberi nomor halaman sebagaimana bagian inti, sedangkan lampiran yang terdiri atas surat ijin penelitian, instrument penelitian (pedoman wawancara, kuesioner, dsb), peta gambar, dsb, tidak perlu diberi nomor halaman.

1. DaftarPustaka

Daftar pustaka ditulis dengan urutan alfabetis (menurut abjad) nama penulis (tanpa gelar), bukan hanya alfabetis pada huruf pertama melainkan juga untuk huruf kedua, ketiga, dst. Karena dalam hal ini kita mengikuti kaidah penulisan secara internasional, maka nama penulis itu ialah nama akhir dari sederet nama yang dimiliki oleh penulis. Pada prinsipnya, teknis menulis sebuah sumber pustaka adalah sebagai berikut:

Nama akhir,Nama (nama) depan. Tahun terbit. Judul buku. Kota penerbit: penerbit.

Nama akhir, Nama(-nama) depan. Tahun Terbit. “Judul artikel (dalam buku)”, dalam Nama Penulis Buku (ed= editor), Judul Buku. Kota Penerbit: Penerbit.

Nama akhir, Nama(-nama) depan. Tahun Penerbitan.“Judul Artikel (dalam jurnal, majalah, koran)”, Nama jurnal/ majalah/ bulletin/ koran, Nomor, Volume, Halaman.

Nama akhir, Nama (-nama) depan.Tahun Penerbitan.“Judul Makalah(dalam seminar, ceramah, konvensi, temu ilmiah, diskusi, dsb.)”, (Makalah). Kota, tanggal/bulan. Tahun.

Nama akhir, Nama depan. Tahun Penulisan. Judul tesis/ disertasi/ orasi). (tesis/ disertasi/ orasi). Kota: nama institusi/ lembaga yang menerbitkan tesis/ disertasi/ orasi.

Nama akhir, Nama(-nama) depan.Tahun penulisan. Judul tulisan/ artikel/ buku. Nama web. Tanggal, bulan, tahun akses.

2. Lampiran

(28)

BAB IV

TEKNIK PENULISAN

Bagian ini memuat ketentuan tentang jenis, warna, ukuran, berat kertas, tata cara pengetikan, penggunaan nomor urut, penyajian tabel dan gambar, cara merujuk kutipan, cara menulis daftar pustaka, bahasa karya tulis ilmiah, dan beberapa catatan penting dalam penulisan tugas akhir.

A. Bahan

1. Sampul

Sampul karya tulis menggunakan hard cover. Warna sampul mengacu pada karakteristik jenis penelitian masing-masing, dengan ketentuan sesuai tabel 4.1.

Table 4.1 Warna Sampul Tugas Akhir

WARNA SAMPUL JENIS PENELITIAN

Putih Sains Dasar

Hijau Sains Terapan

Merah Sosial-Humaniora

Biru Pendidikan

2. Kertas

Jenis kertas yang digunakan adalah kertas HVS, warna putih, ukuran A4 (21 x 29,7 cm) dengan berat 70 gram.

B. Pengetikan

1. Teknik Pengetikan

Pengetikan menggunakan komputer, dengan paket aplikasi Word, jenis huruf Times New Roman (TNR), ukuran font 12, dengan tinta hitam dan spasi 1,5. Pada bagian sampul dan halaman judul boleh digunakan ukuran font yang lebih besar sepanjang tidak merusak tatanan pemenggalan kata atau kelompok kata.

(29)

2. Jarak Spasi

1) Jarak 4 spasi digunakan pada jarak antara judul bab dengan teks di bagian bawahnya.

2) Jarak 3 spasi digunakan pada jarak antara judul subbab atau sub-subbab dan baris di atasnya.

3) Jarak 1,5 spasi digunakan untuk jarak antar baris dalam naskah, jarak antara awal paragraf dan baris di atasnya dan antara subjudul atau subjudul-subjudul dengan baris berikutnya.

4) Jarak 1 spasi digunakan (a) jarak antar baris dalam abstrak, (b) jarak antar baris dalam satu sumber bacaan dalam daftar pustaka, (c) jarak antar baris pada judul tabel atau judul gambar (jika judul lebih dari satu garis).

3. Margin

Margin atau baris tepi pengetikan diatur dengan jarak sebagai berikut: (1) atas: 4 cm, (2) bawah: 3 cm, (3): 4 cm, dan (4) kanan: 3 cm.

4. Letak Nomor Halaman

Nomor halaman, dengan angka Arab, bisa diletakkan di empat tempat, yaitu tengah-atas, tengah-bawah, kanan-tengah-atas, kanan-bawah. Adapun jarak antara baris teks dan nomor halaman tersebut adalah 2 cm, dengan catatan bahwa nomor halaman harus terletak di bawah bagi halaman BAB (Halaman awal setiap bab).

5. Penggunaan Nomor Urut

Karena karya tulis itu bersistem, maka penulis tidak mungkin menghindari adanya urutan. Paling tidak, di dalam karya tulis ada lima bab berturut-turut yang memerlukan nomor urut. Di dalam sebuah bab juga terdapat sebuah bagian dan ini pun memerlukan nomor urut. Mungkin juga di dalam paparan diperlukan urutan itu. Menurut tradisi akademis, untuk menunjukkan urutan tadi kita dapat menggunakan lambing angka, baik angka Arab (1,2,3 dst) maupun angka romawi, baik Romawi besar (I, II, III dst), maupun Romawi kecil (I, ii, iii, dst), atau lambing huruf Latin, baik huruf biasa (a, b, c, dst) maupun yang capital (A, B, C, dst)

1) Angka Romawi

a) Angka Romawi besar digunakan untuk urutan bab.

(30)

2) Angka Arab digunakan untuk:

a) Menomori halaman-halaman pada bagian inti karya tulis, dari Bab I sampai denan Daftar Pustaka dan (jika ada) Indeks.

b) Penomoran sistem digit urutan subjudul (dalam bab) atau subjudul dalam sub-subjudul, atau bawahannya lagi. Contoh Lihat penomoran pada 5.2 dan nomor-nomor di bawahnya dan kemungkinan tambahannya.

Contoh:

Dengan catatan, bahwa 4 angka digit tersebut adalah batas angka yang diijinkan. Perhatikan pula cara penulisan digit: tidak ada titik dibelakang angka terakhir.

c) Sistem digit itu dapat diganti dengan angka biasa atau gabungan antara angka dan huruf.

Jika urutan ke bawah cukup panjang dan bercabang-cabang, maka penggunaan angka dan huruf bila dilanjutkan menjadi: 1), 2), 3) dst. : (a), (b), (c), dst. : (1), (2), (3), dst.

C. Penyajian Tabel

Tabel digunakan untuk menyajikan data secara lebih attractif dibandingkan dengan paparan panjang lebar dengan kata-kata. Tabel yang baik dapat menyampaikan gagasan dan hubungan-hubungannya dengan tulisan secara efektif. Menurut tradisi Amerika, tabel itu tanpa garis-garis tegak dan mendatar, tetapi tradisi Eropa dengan garis-garis yang membentuk kotak-kotak itu tampaknya berpengaruh juga ke Indonesia. Di samping itu, tabel yang rumit tampaknya memang memerlukan garis-garis tersebut.

(31)

Tabel 4.2 Tingkat Motivasi Berprestasi mahasiswa dari Empat Fakultas Undiksha Tahun 2010

No. Tingkat

Motivasi

FBS FIP FMIPA FIS Jumlah

1 Sangat

Tinggi

50 45 32 67 194

2 Tinggi 45 65 55 62 227

3 Rendah 56 53 46 50 205

4 Sedang 20 25 55 42 97

Catatan: Program Diploma tidak dilibatkan dalam kajian ini.

Perhatikan unsur-unsur tabel di atas!

1) Nomor urut tabel: ditulis dengan angka Arab: angka 4 berarti tabel dalam BAB IV, angka 1 mengacu pada urutan tabel dalam bab itu.

2) Judul atau tajuk tabel: seluruh tajuk dicetak miring: tiap kata berawal dengan capital (kecuali kata tugas seperti dan, tetap, sebagai, dalam, di, tanpa, dsb): baris kedua diawali dari titik di bawah huruf pertama baris pertama pada tajuk.

3) Jarak antarbaris dalam tajuk tabel hanya 1 spasi.

4) Jarak antara judul tabel dan garis dibawahnya ialah 3 spasi, begitu pula jarak antara garis terakhir atau catatan (jika ada) dan baris berikutnya.

5) Singkatan diijinkan: No (nomor), f (frekuensi), N (number = jumlah), % (persen), dsb 6) Garis digunakan untuk mempermudah membaca tabel

7) Catatan kaki untuk tabel diletakkan langsung di bawah tabel; bukan di bagian akhir halaman.

D. Penyajian Gambar

(32)

Judul gambar ditulis dua spasi di bawah gambar, diawali dengan tulisan Gambar …(nomor gambar dengan angka Arab tanpa titik). Selanjutnya, judul gambar ditulis seperti judul tabel. Gambar yang dikutip dari sumber lain harus disebutkan sumbernya.

E. Cara Merujuk Kutipan

Ada dua cara mengutip sumber bacaan, yakni kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung adalah cara seorang penulis mengutip secara utuh isi sebuah pendapat ataupun teori yang termuat dalam buku, jurnal, koran, majalah, dan sumber lainnya. Kutipan tidak langsung adalah cara seorang penulis memaknai kembali sebuah pendapat, teori, atau generalisasi menurut bahasanya sendiri, tanpa mengurangi makna awal yang terdapat dalam tulisan itu sendiri.

Untuk kutipan langsung, maka penulis harus mencantumkan nama penulis dan/atau buku, kemudian tahun penerbitan, dan halaman dimana kutipan tersebut berada pada sumber yang dikutip. Untuk penulisan karya tulis, sangat dianjurkan untuk melakukan kutipan tidak langsung karena akan menjadi penanda seberapa paham penulis terhadap apa yang dibaca atau ditelaah dari sebuah sumber. Disisi lain kutipan tidak langsung akan memberikan warna “ketokohan akademis” penulis, karena mampu merekonstruksi kembali struktur kalimat sebuah kutipan dengan bahasanya sendiri, tanpa mengurangi makna dasar atas apa yang dikutipnya. Untuk kutipan tidak langsung, nama penulis sumber dapat disebut di depan, di tengah, ataupun di belakan gagasan yang dikutip, seperti contoh berikut.

1) Dantes (2009: 221-225) menyatakan bahwa ………

2) Bertalian dengan konsepsi assesmen, Koyan (2011: 21) menyatakan ………..

3) ………. Sebagaimana dikatakan oleh Bawa (2009: 31)

Realitasnya, dalam penulisan sebuah karya akademis, termasuk di dalamnya penulisan karya tulis, pengutipan secara langsung tidak dapat dihindari. Kutipan langsung dapat saja pendek ataupun kutipan panjang. Kutipan pendek langsung ialah kutipan yang sebanyak-banyaknya berisi 4 baris, atau 40 kata. Kutipan ini ditulis diantara dua tanda

petik rangkap (“………”), tetap masuk ke dalam baris-baris teks karena masih dianggap

sebagai bagian terpadu dari teks. Nama penulis yang diikuti dapat di depan ataupun di belakang kutipan, seperti contoh berikut:

(33)

komunitas yang harus dikelola sebagai modalitas sosial menuju kehidupan yang lebih harmoni”.

2) Simpulan dari kajian empiris di atas adalah bahwa “terdapat korelasi yang signifikan antara tingkat pemahaman hukum Negara terhadap perilaku melanggar hukum yang dilakukan oleh masyarakat di daerah perkotaan” (Lasmawan, 2007: 212).

Jika kutipan panjang-panjang lebih dari empat baris, maka kutipan itu ditulis “terpisah” dari teks, ditulis agak menjorok ke dalam (5 ketukan), jarak satu spasi, tanpa tanda petik rangkap. Contoh:

Sebagaimana dikatakan Goleman (1999: 46) bahwa: IQ hanya menyajikan sedikit penjelasan tentang perbedaan nasib orang-orang yang bakat, pendidikan dan peluangnya kurang lebih sama. Ketika 95 mahasiswa Harvard dari angkatan 1940an… Dilacak sampai mereka berusia setengah baya, maka mereka yang memperoleh tesnya paling tinggi di perguruan tinggi tidaklah terlampau sukses dibandingkan rekan-rekannya yang IQ-nya lebih rendah jika diukur menurut gaji, produktivitas, atau status di bidang pekerjaan mereka.

Nama penulis, berikut tahun penerbitan dan halaman buku dapat juga ditempatkan di belakang kutipan langsung panjang tersebut, seperti contoh:

Sebagaimana kita ketahui, IQ merupakan ………….. hanya pekerjaan mereka (Goleman, 2010: 46)

Jika penulis karya tulis tidak memperoleh buku asli atau tidak membacanya sendiri, tetapi mengutipnya dari buku atau karya orang lain, misalnya mengutip tentang konsepsi pendidikan multikultur dari Prof. Dr. Nroman Dantes, yang dimuat dalam buku karangan Lasmawan, maka penyebutan nama penulisan asli menjadi sebagai berikut: sebagaimana dikatakan oleh Dantes (dalam Lasmawan, 2010: 175)

Jika mengenai gagasan tertentu pengutip mendapatkannya dari beberapa sumber, maka semua sumber itu dapat disebut dengan cara sebagai contoh di bawah ini.

Pendidikan multikultur sudah menjadi kebutuhan bagi setiap bangsa yang menyatakan dirinya sebagai bangsa yang berbhineka, oleh sebab itu, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran logikanya mengedepankan pada elaborasi kemultikulturan, sehingga apa yang diperoleh oleh siswa di sekolah dengan apa yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari tidak stagnan (Dantes, 2009: 221; Marhaeni, 2009: 93; Lasmawan, 2008: 121 ).

F. Cara Menulis Daftar Rujukan

(34)

Pustaka merupakan daftar buku, makalah, artikel, bulletin, jurnal, atau sumber lain yang ditulis baik secara langsung maupun tidak langsung (semua sumber yang dicantuman di dalam tulisan atau batang tubuh karya tulis, wajib ditulis di daftar pustaka). Bahan yang dibaca sendiri, tapi tidak dikutip seyogyanya tidak dicantumkan dalam daftar. Bahan yang tidak dibaca sendiri, tetapi dipetik dari sumber bacaan yang dibaca, juga tidak perlu ditulis titik), dan (kalau ada) nama depan dan nama tengah (diakhiri dengan titik):

Hasan, Said Mahid. Hilgard, Ernest R. dan Gordon H, Bower Hamalik, Oemar, Alwi, Hasan dan Dendy Sugono.

Budisantosa Sukamto, Katharina Endriati (ed.)

2) Tahun Penerbitan, menggunakan angka arab, diakhiri dengan titik: 2009.

2010a 2010b

3) Judul sumber berupa buku, semua dicetak miring (italic), tiap kata diawali dengan huruf kapital kecuali kata tugas (kata sambung, dsb), diakhiri dengan titik. Contoh: Educational Psychology in the Classroom. Untuk sumber yang sumber berupa artikel, makalah, dsb. Judul diletakkan di antara tanda petik rangkap (“…….”), huruf dicetak biasa, tiap kata diawali dengan huruf kapital kecuali kata tugas, diakhiri dengan titik. Contoh: “identifikasi Faktor-faktor Pendorong Timbulnya Sikap Progresif Siswa di Daerah Perkotaan.”

4) Kota penerbitan, diakhiri dengan titik dua. Contoh: Bandung:

5) Penerbit, dapat nama penerbit atau nama lembaga, akhiri dengan titik. Contoh: Gramedia.

Kementrian Pendidikan Nasional. Universitas Pendidika Ganesha.

(35)

a. Sumber Berupa Buku

Buku atau sumber lain, dapat ditulis oleh satu orang atau lebih. Orang atau orang-orang tersebut dapat betul-betul merupakan penulis, dapat pula editor sekian banyak artikel dalam sebuah buku. Semua itu menyebabkan perbedaan cara penulisan sumber bacaan, sebagaimana tampak pada contoh-contoh berikut.

1) Penulisan satu orang, menulis hanya satu buku atau artikel:

Dantes, Nyoman. 2010. Statistik Multivariat. Singaraja: Unit Penerbitan Undiksha 2) Penulisan satu orang, menulis lebih dari satu buku dalam satu tahun yang sama

Tilaar, H.R. 2009a. Reformasi Sistim Pendidikan Nasional di Era Otonomi Daerah. Bandung: Rosdakarya

Tilaar, H.R. 2009b. Menggagas Pembaharuan Managemen Pendidikan Nasional. Bandung: Rosdakarya

Jika dua buku tersebut terbit dalam tahun yang berbeda, maka huruf di belakang tahun (a,b) dihilangkan

3) Penulis dua orang: nama orang kedua ditulis menurut urutan biasa, tidak ada pembalikan nama.

Contoh:

Mulyasa, E dan Encep Supriadi.2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosdakarya

4) Penulisan 3 orang atau lebih yang ditulis hanya nama orang pertama. Nama-nama penulis lainnya diganti dengan et.al atau dkk. (dengan kawan-kawan)

Contoh:

Shaver, Robert et.al. 2003. The New Paradigm of Learning. Washington DC. Singapore. Helsinki: McMonash and Sons.

5) Penulis buku adalah editor: Jika editornya satu orang, di belakang namanya ditambahkan dengan (ed), jika dua orang atau lebih, tambahannya ialah (eds). Contoh :

Al Muktar, Suwarma (ed.). 2009. Inovasi Pemikiran Pendidikan IPS dan Konstelasi Keilmuan Disiplin Ilmu-ilmu Sosial. Bandung: UPI Press.

(36)

b. Sumber Berupa Artikel

Sebuah artikel dapat terdapat dalam buku kumpulan karangan, atau bisa juga ada dalam jurnal, majalah, bulletin, atau koran. Dalam hal ini, judul artikel ditempatkan di antara tanda petik rangkap (“...”), hurupnya dicetak biasa.

Contoh :

Dantes, Nyoman. 2007. “Pengembangan Materi dan Model Pendidikan Multikultur dalam Pembelajaran IPS SMP” (halaman 21-26). Jurnal Penelitian Pendidikan dan Humaniora. Singaraja: Lembaga Penelitian Undiksha.

Lasmawan, Wayan dkk. 2009. “Vonis Mati Terhadap Mayat: Rekonstruksi Pemaknaan Adat Istiadat pada Masyarakat Hindhu Bali”. Media Komunikasi Sosial, Volume 3, Tahun ke XVII (halaman 75-79).

Wibisono, Encep. 2009. “Meretas Nilai-nilai Demokrasi dalam Praktek Pendidikan di Era Otonomi”. Pikiran Rakyat, 21 Januari 2009, halaman 5, kolom 2-6.

Bentuk sumber yang ditulis mirip dengan artikel ialah makalah. Dalam hal makalah, yang perlu ditambahkan adalah nama temu ilmiah dimana makalah itu disajikan, kota, dan tanggal penyelenggaraan.

Contoh :

Dantes, Nyoman. 2009. “Penelitian Kuantitatif” (Makalah). Disajikan pada Worshop Penelitian bagi Dosen UNHI Bali, Tanggal 23-24 Oktober 2009.

c. Sumber Lain-lain

Sumber lain yang dimaksud, dapat saja berupa dokumen resmi, seperti: Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Awig-awig Desa Adat, Bisama, Patwa, Anggaran Dasar, dan dokumen lain yang dibukukan. Dalam hal ini kadang-kadang penerbitnya tidak disebutkan, atau ada lembaga yang bertanggung jawab menerbitkan, tetapi pasti bukan penulis perorangan. Untuk itu, cara penulisannya dapat dilakukan sebagaimana contoh berikut.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2009 tentang Tata Cara

Pengelolaan Keuangan Negara. 2009. Jakarta: Kementrian Keuangan RI. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan Nasional

(37)

Sumber lain yang khas adalah karya tulis terjemahan. Dalam hal ini terjemahan, nama pengarang yang disebut adalah nama pengarang asli, tahun penerbitannya adalah tahun penerbitan naskah terjemahan, ditambahkan kata terjemahan diikuti nama penerjemah serta judul naskah asli dan tahun terbitnya, terakhir adalah kata penerbitan dan penerbit terjemahan.

Polumin, Ivant et.eal. 1979. Kehidupan di dalam Air: Khasanah Pengetahuan Bagi Anak-Anak. Terjemahan Waluta Subani, Underwriter Life. 1979. Jakarta: Tira Pustaka.

Untuk materi atau sumber yang diambil dari internet, maka penulisannya dapat dilakukan dengan mengacu pada contoh berikut.

Caims, Len. 2008. “Capability Going Beyond Competence”.

http://www.lle.mdx.ac.uk/hec/ journal/2-2/3-5.htm. Diunduh tanggal 21 Februari 2009.

Lasmawan, Wayan. 2009. Spektrum Pendidikan IPS.

http:www.google.ac.id.lasmawanblogs/2-6/3-6.htm. Diunduh tanggal 10 September 2010.

Untuk materi atau sumber yang diambil dari jurnal, maka penulisannya dapat dilakukan dengan mengacu pada contoh berikut.

Clark, Cathy Bishop. 1995. Cognitive Style and it’s Effect on the Stages of Programming. Journal of Research on Computing in Education, Volume 27, Number 4, Summer 1995.

Natajaya, I Nyoman, Faktor Biaya Sebagai Masukan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 Tahun XXXVI Januari 2003.

Untuk materi atau sumber yang diambil dari makalah, maka penulisannya dapar dilakukan dengan mengacu pada contoh berikut.

Candiasa, I Made, Policy Analysis On the Improvement Of Educational Quality, Paper, disajikan pada Seminar Internasional “Succeeding in a Globalizing World” Tanggal 6-8 November 2007 di Jakarta.

Sadia, Wayan. 2009. Inovasi Pembelajaran dan Pembelajaran Bermakna. Makalah. Disajikan pada Seminar Sehari Dies Natalis Universitas Mahasaraswati Bali, Tanggal 23 Oktober 2009 di Denpasar.

Untuk materi atau sumber yang diambil dari tesis dan/atau disertasi, maka penulisannya dapat mengacu pada contoh berikut.

Atmadja, Bawa I Nengah. 1998. Memudarnya Demokrasi Desa. Disertasi. (tidak diterbitkan). Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia.

d. Sistem Paragraf

(38)

sebagaimana yang diterapkan dalam penulisan pedoman ini. Intinya, awal paragraf atau alinea ditulis agak menjorok ke dalam, setelah ketukan ke-5, dan jarak antar paragraf sama dengan jarak antarbaris. Jika dibagankan menjadi sebagai berikut:

...

Karya tulis ilmiah, termasuk tesis, harus ditulis dalam ragam bahasa baku, termasuk jika tesis ditulis dalam bahasa Indonesia, tidak peduli apa pun latar belakang akademis penulisnya. Dalam hal bahasa Indoesia baku, ada tiga pedoman yang wajib digunakan yakni (1) Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (EYD); (2) Tata Bahasa Baku Bahasa Indoensia (TBB), Edisi Ketiga; (3) Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Edisi Ketiga.

Buku EYD mencakupi lima hal pokok, yaitu (1) Pemakaian Huruf; (2) Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring; (3) Penulisan Kata; (4) Penulisan Unsur Serapan; (5) Pemakaian Tanda Baca. Berdasarkan pengalaman, tiga hal yang terakhir amat sering diketahui atau tidak dipatuhi secara benar. Dalam hal penulisan kata, masih banyak dikacaukan antara awalan di- dan ke- dengan kata. Bandingkan penulisan klitika (sejenis

“awalan” tetapi bermakna seperti kata, dan harus dituliskan seperti awalan, dimana jumlahnya banyak seperti: antar-, inter-, intra-, ko-, bi-, dwi-, sub-, pra-non-, anti-, mono-, dll.) berikut ini: keolahragaan, kerja sama, antar bacaan, antar daerah

(39)

1) Kata atau istilah asing yang diserap hakikatnya berorientasi pada tulisan dan bukan pada

ucapannya. Karena itu perhatikan cara penulisan yang benar berikut ini:

Kata Serapan Penulisan yang Salah Penulisan yang Benar

Design Disain Desain

Homogene Homogin Homogen

Theoretic Teoritis Teoretis

Methodology Metodelogi Metodologi

2) Unsur serapan yang ejaannya serupa dengan ejaan bahasa Indonesia, dipandang sebagai kata Indonesia, misalnya: oral, aural, fatwa, fatom.

3) Unsur serapan yang ejaannya berbeda dari ejaan bahasa Indonesia bisa disesuaikan dengan pengucapannya (meskipun hanya mirip), misalnya: pick up → pikap, make up → mikap, boom→ bum, capsule→ kapsul, dan feature→ fitur

4) Jika unsur serapan itu “masih terasa asingnya” (dan ini mungkin agak subjektif), atau penulis ragu-ragu, sebaiknya istilah asingnya ditulis di belakang kata serapan, dan diletakkan di dalam kurung dan dicetak miring, seperti: skim(scheme), dan diskursus (discourse).

5) Kaidah pada no 4) juga berlaku bagi kata-kata yang diterjemahkan dari ungkapan asing, seperti: rancangan pembelajaran (instructional design), manajemen mutu berbasis sekolah (school-based quality management).

Dalam pemakaian tanda baca, yang perlu diperhatikan adalah hal-hal berikut ini.

1. Karya ilmiah seperti tesis, sebaiknya menghindari singkatan-singkatan seperti dsb, dll, dst. Tetapi jika tidak dapat dihindarkan, tiap singkatan harus diakhiri dengan titik, kecuali jika memang berada di akhir kalimat. Contoh :

1) ...ayam, burung, bebek, dsb, bisa dianggap sebagai unggas, 2) Perhatikan nomor 4 s.d. 8 di atas,

3) Wakil kepala sekolah menandatangani surat atas nama kepala sekolah dengan menuliskan a.n.

(40)

3. Urutan yang ditulis secara vertikal (dari atas ke bawah) hakikatnya merupakan pengganti urutan horizontal (sesuai dengan baris kalimat), karena itu hakikatnya urutan vertikal itu tidak terlalu menyimpang dari logika penulisan horizontal dan diatur sebagai berikut : 1) Nomor urut (dengan angka atau huruf) tidak diakhiri dengan titik.

2) Urutan berupa kata tidak diakhiri dengan tanda baca apa pun, dan yang dideretkan diawali dengan huruf kecil, misalnya:

i) niat

ii) motivasi iii) aktivitas

3) Urutan beberapa frase atau kalimat yang masih terkait dengan pernyataan sebelumnya diakhiri dengan koma, kecuali bagian akhir dari urutan tersebut.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Pendidikan Ganesha.2011. Pedoman Penulisan Tesis: Revisi 3. Singaraja: Program Pascasarjana Undiksha

(42)

Lampiran 1 Sampul Luar Karya Tulis

CONTOH HALAMAN JUDUL (Sampul Luar) (DITULIS DENGAN HURUF BESAR SEMUA)

(……….JUDUL KARYA TULIS……….) (upayakan penulisannya simetris)

KARYA TULIS

Oleh:

……….. NIS……….. KELAS………

(JENIS PENELITIAN) SMA NEGERI 3 DENPASAR

(43)

Lampiran 2 Sampul Persyaratan Memperoleh No Ujian Nasional dan Rapor

CONTOH HALAMAN JUDUL (Sampul Dalam) (DITULIS DENGAN HURUF BESAR SEMUA)

(……….JUDUL KARYA TULIS……….)

(upayakan penulisannya simetris)

KARYA TULIS Diajukan kepada SMA Negeri 3 Denpasar

Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

Memperoleh Nomor Peserta Ujian Nasional (atau Rapor)

Oleh:

………..

NIS………..

KELAS………

(JENIS PENELITIAN) SMA NEGERI 3 DENPASAR

(44)

Lampiran 3 Isi dan Format Lembar Persetujuan Pembimbing

Karya Tulis oleh: ……….. ini telah diperiksa dan disetujui.

Denpasar,……….. Pembimbing I,

………. NIP.

Pembimbing II,

(45)

Lampiran 5 Contoh Lembar Pernyataan

LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa karya tulisyang saya susun sebagai syarat untuk memperoleh nomor peserta ujian nasional (atau rapor) dari SMA Negeri 3 Denpasar seluruhnya merupakan hasil karya saya sendiri.Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan tugas akhir yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas dan sesuai dengan norma, kaidah, serta etika akademis.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian karya tulis ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi-sanksi dari SMA Negeri 3 Denpasar sesuai peraturan yang berlaku di SMA Negeri 3 Denpasar.

Denpasar, (tanggal, bulan, tahun) Yang membuat pernyataan,

(Nama Siswa) Materai

Gambar

Tabel 4.2 Tingkat Motivasi Berprestasi mahasiswa dari Empat Fakultas Undiksha Tahun

Referensi

Dokumen terkait

Tugas Akhir sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Derajat Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Manajemen Usaha Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian

Hasil Implementasi Sistem E- Learning menggunakan Software Moodle pada Politeknik Sains dan Teknologi Wiratama di simpulkan sebagai berikut: 1) dapat membantu

Serum creatinine and creatinine clearance for predicting plasma methotrexate concentrations after high-dose methotrexate chemotherapy for the treatment for childhood

serta siswa yang diajar model konvensional dalam menyelesaikan soal cerita sub pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar kelas VIII SMPN 1 rambipuji semester 2

Dengan kondisi potensi sumberdaya perikanan tangkap di pantura Jawa Tengah tersebut, maka program bantuan kapal sebesar >30 GT dari pemerintah yang diperuntukan

Dalam analisisnya tentang ide penciptaan, demikian Urvoy lebih lanjut berpendapat, Ibnu Rusyd mengikuti jalan Ibnu Tumart dalam karya di atas. Dia berangkat dari pengalaman

Berdasarkan Tabel 2, perontokan menggunakan alat “gebot” memiliki persentase gabah terlempar yang lebih tinggi (2.07%) dibandingkan dengan pedal thresher (0.22%) dan

Diharapkan para santri yang menimba ilmu di pondok pesantran Nurul Hidayah ini dapat menjadi generasi yang lebih baik, memiliki kepribadian Islami, berakhlak mulia dan